Professional Documents
Culture Documents
POKOK BAHASAN
MANUSIA DAN ALAM SEMESTA MANUSIA MENURUT AGAMA ISLAM AGAMA HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA
Sejak lahir, manusia langsung berinteraksi dengan lingkungannya. Pada saat berpikir dan sadar akan lingkungannya, manusia mulai merenungkan tentang alam semesta. Perenungan tentang alam raya ini telah dimulai sejak sebelum masehi, yaitu zaman filsafat Yunani Kuno.
Para ahli filsafat mencoba mencari jawaban asal mula alam semesta berdasarkan dugaandugaan (filsafat berpikir tentang kebenaran spekulatif). Pada saat itu lahirlah beberapa pemikir yang satu dengan yang lain berbeda pendapatnya. Misalnya:
PEMIKIRAN FILOSOF YUNANI KUNO TTG ALAM SEMESTA 1. Thales (625-546 SM), seorang filosof Yunani Kuno yang menduga bahwa alam raya ini berasal dari air. Menurutnya, air adalah pokok pangkal dari segala dari segala sesuatu yang ada dan akan berakhir serta kembali kepada air pula. 2. Anaximandros (610-547 SM) salah seorang filosof murid murid Thales, menyatakan bahwa alam ini berasal dari sesuatu yang bernama apeiron, yaitu sesuatu yang tidak dapat dirupakan dengan apapun yang ada di alam raya ini. Semua yang ada ini, menurutnya, berbeda dengan asal dari segala yang ada.
3. Anaximenes (585-528 SM) mengembangkan pikiran Anaximandros dengan menjelaskan bahwa alam raya ini berasal dari barang yang satu dan tidak terhingga, yaitu udara. 4. Heraklitos (540-480 SM) mengemukakan bahwa unsur asal alam ini adalah api yang memiliki sifat dinamis, karena itu alam ini tidak ada yang tetap, semuanya bergerak dan terus bergerak.
5. Permenides (540 SM) menyatakan bahwa alam raya ini serba tetap dan segala yang bergerak hanyalah penglihatan hasil tipuan panca indra belaka.
6. Empedokles (490-430 SM) memadukan pendapat-pendapat yang berkembang sebelumnya, dengan menyatakan bahwa alam raya ini berasal dari empat unsur, yaitu unsur udara, api, air, dan tanah, yang masingmasing memiliki sifat dingin, panas, basah dan kering. Pikiran Empedokles ini banyak mempengaruhi pemikiran para ahli filsafat abad ke 18.
Menjelang awal abad ke 19 penyelidikan tentang asal mula alam raya bergerak dari pemikiran filsafat yang bersifat spekulatif menuju pemikiran yang ilmiah dan faktual, sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.
Abad ke16, Copernicus mengemukakan teori bahwa matahari tidak mengelilingi bumi tapi bumi lah yang justru mengelilingi matahari. Dia pun dihukum gantung karena dianggap bertentangan dengan dogma gereja pada waktu itu yang menyatakan bumi sebagai pusat alam semesta (matahari mengelilingi bumi).
Abad ke 17, Galileo Galilei dengan teleskop ciptaannya mampu membuktikan bahwa bumi mengelilingi matahari.
Tahun 1929 Edwin Hubble menciptakan teleskop Hubble . Ditemukan bahwa bintang-bintang semakin hari menunjukkan warna semakin merah.
Dalam hukum Fisika dikenal jika benda semakin menjauhi titik pengamatan akan menunjukkan spectrum merah, sedangkan benda yang mendekati titik pengamatan menunjukkan spectrum biru. Itu artinya benda-benda luar angkasa kian hari semakin menjauhi satu sama lainnya atau dengan kata lain alam semesta semakin meluas.
Menurut Edwin Huble: Jika benda-benda angkasa semakin menjauh , berarti dahulunya benda-benda angkasa bermula dari sesuatu yang padu (satu) dan kemudian meledak dengan kecepatan yang luar biasa. para ilmuan menyimpulkan bahwa sesuatu yang padu (satu) itu haruslah bervolume nol.
Jika suatu benda bervolume nol itu artinya sesuatu itu berawal dari ketiadaan. Dengan kata lain sesuatu yang padu itu diciptakan. Lalu muncullah teori yang sangat terkenal yang disebut teori big bang (ledakan besar).
Sebelum Edwin Huble, Albert Einstein berpendapat bahwa ruang angkasa tidak statis melainkan terus meluas. tetapi pendapat itu disimpannya karena pada waktu itu pendapat yang mengatakan bahwa alam semesta bersifat statis (tidak berawal dan kekal) sangat populer. Pendapat tentang alam semesta statis ini dikemukakan oleh para pendukung materialisme (atheis).
tahun 1948 ahli fisaka Amerika George Gemof mengemukakan seandainya alam semesta ini dulunya adalah satu dan kemudian meledak maka pasti ledakan besar itu meninggalkan sisa-sisa radiasi di ruang angkasa.
Pada tahun 1965 dua orang ilmuwan Arnold Pengias dan Robert Wilson menemukan sisa-sisa radiasi yang tersebar di ruang angkasa. Atas penemuannya itu, mereka berdua memperoleh hadiah Nobel.
Pada tahun 1989 NASA meluncurkan satelit ke luar angkasa untuk meneliti tentang gejala radiasi alam semesta. Melalui sensor-sensor yang dipasang di satelit (sensor kobe) mereka menangkap adanya radiasi sisa-sisa ledakan besar yang menyebar diseluruh ruang angkasa.
Penemuan ini menghebohkan dunia dan media masa. Newsweek bahkan dalam sampul majalahnya menulis : Science telah menemukan Tuhan. Fisikawan Inggris Stephen Hawking menyebutkan penemuan ini sebagai penemuan terbesar dalam bidang astronomi di abad ini bahkan mungkin sepanjang masa.
Para pakar ilmu fisika awal abad ke20 menyimpulkan bahwa alam semesta tercipta dari ketiadaan sebagai akibat goncangan vakum yang membuatnya mengandung energi yang sangat tinggi dalam singularitas yang tekanannya negatif.
Tidak
bisa dipisahkan dari teori spesies baru yang berasal dari spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi.
1.
2.
Tingkat pra manusia. Fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan tahun 1924 dan dinamai fosil Australopithecus. Tingkat manusia kera. Fosilnya ditemukan di Solo tahun 1891 yang disebut pithecanthropus erectus.
dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan kepada genus yang sama, yaitu homo walaupun spesiesnya dibedakan. Fosil jenis ini ditemukan di Neander, karena itu disebut homo neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (homo soloensis).
4.
Manusia modern atau homo sapiens yang telah pandai berpikir menggunakan otak dan nalarnya.
Perenungan
melihat manusia dimulai dari segi fisik yang banyak dipengaruhi pemikiran empedokles yang menganggap bahwa alam semesta ini tersusun dari 4 unsur yaitu tanah, air, udara dan api dengan sifat-sifat yang dimilikinya yaitu kering, basah, dingin, dan panas.
Maka Hipocrates berpendapat bahwa dalam diri manusia terdapat 4 macam sifat tersebut yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan yang ada di dalamnya.
yaitu: 1. Sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning); 2. Sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam); 3. Sifat dingin terdapat dalam pleghma (lendir); dan 4. Sifat panas terdapat dalam sangius (darah).
Keempat cairan tersebut ada dalam tubuh dalam proporsi tertentu. Apabila cairan-cairan tersebut ada dalam tubuh dalam proporsi yang normal, maka orang itu akan normal (sehat) dan apabila keselarasan proporsi tersebut terganggu maka orang itu akan menyimpang dari keadaan normal atau sakit.
Plato (428-348 SM) menyatakan bahwa manusia adalah mahluk yang terdiri dari tubuh dan jiwa yang diantara keduanya terdapat garis pemisah. Tubuh dilukiskan lebih rendah kedudukannya dari pada jiwa. Hidup manusia yang lebih ideal menurut Plato adalah melepaskan diri dari tubuh dengan segala kebutuhan dan keinginannya .
Aristoteles (350 SM) salah seorang murid Plato menyatakan bahwa jiwa manusia adalah mahluk yang berdiri sendiri dan berkembang menjadi bentuk yang menjadi lain yang tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang dapat dilepaskan dari tubuhnya.
Pembicaraan tentang manusia menurut para ahli filsafat tidak menemukan kesimpulan yang sama, pada umumnya mereka bergelut dengan argumentasi tentang keterkaitan antara tubuh, jiwa dan ruh manusia, sedangkan esensi tentang manusia itu sendiri tidak dapat ditemukan secara meyakinkan
Mencari makna manusia selanjutnya dilakukan melalui ilmu pengetahuan. Para ahli berusaha mendefinisikannya sesuai dengan bidang kajian ilmu yang digelutinya.
Penganut Teori Psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (manusia berkeinginan). yaitu makhluk yang memiliki interaksi antara komponen biologis (Id), psikologis (ego), dan sosial (superego). Di dalam diri manusia terdapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai). Dan perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia Id, Ego dan Superego.
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusiapusat instink (hawa nafsudalam kamus agama). Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle), ingin segera memenuhi keinginannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani manusia.
Ego berfungsi menjembatani tuntutan id dengan realitas dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego-lah yang menyebabkan manusia mampu menundukan hasrat hewaninya Superego adalah polisi kepribadian, mewakili yang ideal.
Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakat
dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen sosial (superego); atau unsur animal, rasional, dan moral (hewani, akali, dan nilai).
Teori Behaviorisme menyebutkan manusia sebagai homo mechanicus (manusia mesin), yaitu makhluk yang segala tingkah lakunya terbentuk sebagai hasil dari proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan oleh aspek rasional dan emosionalnya.
Behaviorisme menganalisis manusia dari perilaku yang tampak saja. Dalam pandangan behaviorisme manusia menjadi robot tanpa jiwa, tanpa nilai.
Teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berfikir), yaitu makhluk berfikir yang aktif yang selalu berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir.
Teori humanisme menyebut manusia sebagai homo ludens (manusia bermain), yaitu makhluk yang berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri.
Perdebatan mengenai siapa manusia itu di kalangan para ilmuwan terus berlangsung dan tidak menemukan satu kesepakatan yang tuntas. Manusia tetap menjadi misteri yang paling besar dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan sampai sekarang.
1.
pembahasan tentang manusia terlambat dilakukan karena pada mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada penyelidikan tentang alam materi. Pada zaman primitif, nenek moyang disibukkan untuk menundukkan alam sekitarnya.
2. ciri khas akal manusia yang lebih cenderung memikirkan hal-hal yang tidak kompleks. Ini disebabkan oleh sifat akal manusia yang tidak mampu mengetahui hakikat hidup. 3. multikompleksnya masalah manusia.