You are on page 1of 9

1.

DEFINISI - Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif adalah suatu kondisi neurobehavioral gangguan perilaku yang muncul sebelum usia 7 tahun. Bila dibiarkan dapat menetap sampai dewasa. Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan anak dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi. Tanpa adanya perawatan, maka anak penderita ADHD akan sangat mungkin menyebabkan permasalahan serius baik di rumah, sekolah, pekerjaan dan interaksi sosial di masyarakat nantinya

2. PENYEBAB 1. Dimensi Biologi a. Faktor Genetik Penelitian menunjukkan bahwa predisposisi genetic terhadap ADHD kemungkinan berperan. Menurut Biederman dkk (1995,dalam Davison dkk, 2006), bila orang tua mengalami ADHD, sebagian anak mereka memiliki kemungkinan mengalami gangguan tersebut. Berbagai studi adopsi dan sejumlah studi orang kembar berskala besar mengindikasikan adanya komponen genetik dalam ADHD, dengan tingkat kesesuaian kembar MZ sebesar .70 hingga .80 (Davison dkk, 2006). b. Kerusakan Otak Kerusakan otak bisa mengakibatkan gejala hiperaktivitas, ketiadaan perhatian, dan impulsivitas. Hanya 5-10% anak-anak ADHD yang diakibatkan karena kerusakan otak (Martin, 2008). Beberapa studi mendokumentasikan bahwa frontal lobe pada anakanak dengan ADHD kurang responsif terhadap stimulasi (Rubia dkk,1999; Tannock, 1998; dalam Davison dkk, 2006), dan aliran darah serebal berkurang (Sieg dkk, 1995, dalam Davison, 2006). Pada anak ADHD, ukuran frontal lobe, nukleus kaudat, globus pallidus lebih kecil dibandingkan ukuran normal (Davison dkk, 2006). c. Merokok Riset menunjukkan bahwa risiko ADHD lebih tinggi pada bayi yang ibunya merokok selama masa kehamilan. Asap rokok mempunyai hubungan erat dengan ADHD, beberapa penelitian menunjukkan anak yang mengidap ADHD berhubungan erat dengan ibu yang merokok selama masa kehamilan, diduga nikotin dapat mengakibatkan hypoxia (kekurangan oksigen) pada janin yang pada akhirnya dapat membuat bayi kekurangan suplai oksigen ke otak

dan menimbulkan kerusakan. Penelitian ini berlanjut pada lingkungan sekitarnya yang dipenuhi dengan asap rokok atau ibu yang merokok pada masa sesudah melahirkan mempunyai hubungan erat dengan kemunculan ADHD pada anaknya. Penelitian (2006) yang dilakukan oleh Environmental Health Perspectives menemukan bahwa 4.704 anak-anak (usia 4-45 tahun) atau sekitar 4,2% penderita ADHD memiliki ibu yang merokok selama kehamilan mempunyai potensi berkembangnya ADHD yang lebih parah 2,5 kalinya dibandingkan dengan ibu yang tidak merokok semasa kehamilan (Martin, 2008). d. Keracunan Timah Hitam (Timbal) Timah hitam adalah racun saraf yang kuat yang terkandung pada cat-cat rumah yang terkelupas, bensin, dan lain-lain. Beberapa penelitian telah mengukur jumlah timah hitam di dalam darah, rambut, atau gigi anak-anak. Dan ketika para guru diminta untuk mengukur tingkat hiperaktivitas dan ketiadaan perhatian pada anakanak tersebut. Hasil penelitiannya ada hubungan antara timah hitam dan ketiadaan perhatian. Namun, penelitian yang mengatakan bahwa\ hampir tidak ada hubungan antara tingkat timah hitam pada darah dan hiperaktivitas. Timah hitam bukan penyebab utama ADHD (Martin, 2008).

2. Dimensi Sosial The World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 5diagnosis ADHD dapat mewakili disfungsi keluarga atau kekurangan dalam sistem pendidikan bukannya psikopatologi individu itu sendiri. Russell Barkley namun tidak sependapat dan tidak menemukan bukti kuat bahwa faktor-faktor sosial sendiri dapat menyebabkan ADHD. Para peneliti lain percaya bahwa hubungan dengan pengasuh mempunyai efek yang besar pada diri attentional dan kemampuan regulator. Lebih jauh lagi, Complex Post Traumatic Stress gangguan perhatian dapat mengakibatkan masalah yang dapat terlihat seperti ADHD. ADHD juga dianggap berkaitan dengan disfungsi integrasi sensorik (Baihaqi & Sugiarman, 2008).

3. TANDA DAN GEJALA

2.2 Jenis ADHD ADHD merupakan gangguan dengan kondisi yang amat kompleks, para ahli mempunyai perbedaaan pendapat akan hal ini. Mereka membedakan jenis ADHD berdasarkan tipe berikut ini (Permadi, 2007: 1).:

1. Tipe sulit konsentrasi Tipe anak sulit konsentrasi tidak mampu memusatkan perhatian, mereka akan sangat mudah terganggu perhatiannya. Tipe ini kebanyakan terjadi pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dengan pikiran yang mengawang-awang. 2. Tipe Hiperaktif-impulsif Tipe anak Hiperaktif-impulsif menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi tidak bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anakanak kecil. 3. Tipe kombinasi Tipe gabungan mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini.

Gambaran ADHD ini dapat diterangkan lebih rinci sebagai berikut: 1) Perhatian yang pendek Individu dengan gangguan ini mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian dan cenderung melamun, kurang motivasi, sulit mengikuti instruksi. Mereka sering menunda atau menangguhkan tugas yang diberikan dan kesulitan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan karena cepat berpindah ke topik lain.

2) Menurunnya daya ingat jangka pendek. Individu ini mengalami kesulitan dalam mengingat informasi yang baru didapat untuk jangka wakyu yang pendek. Keadaan ini dapat mempengaruhi kegiatan belajar, karena anak cenderung tidak dapat merespon dengan baik setiap instruksi. Dengan demikian mereka juga mengalami kesulitan dalam mempelajari simbol-simbol, seperti warna dan alphabet.

3) Gangguan motorik dan koordinasi. Masalah perkembangan individu ini mempengaruhi keterampilan motorik kasar dan halus atau koordinasi mata dan tangan. Dalam keterampilan motorik kasar, mereka mengalami kesulitan dalam keseimbangan melompat, berlari, atau naik sepeda. Dalam keterampilan motorik halus, seperti mengancingkan baju, memakai tali sepatu, menggunting, mewarnai, dan tulisannya sulit dibaca. Dalam koordinasi mata-tangan seperti melempar bola, menangkap bola, menendang,

maka gerakan-gerakannya cenderung terburu-buru. Hal ini tampak juga ketika mengikuti kegiatan olah raga, gerakan-gerakannya tampak kurang terampil.

4) Gangguan dalam mengatur atau mengorganisir kegiatan. Gangguan dalam hal ini seringkali nampak ketika anak mengatur kamarnya. Mereka kelihatannya kesulitan, demikian juga dalam kegiatan sehari-hari lainnya. Hal ini nampak juga ketika anak mengikuti ulangan atau ujian. Mereka kurang dapat memperhatikan atau menimbang jawaban yang tepat, sehingga seringkali memperoleh nilai yang kurang dari rata-rata kelasnya.

5) Terdapat gangguan impulsivitas.

Individu dengan gangguan ini sering bertindak sebelum berpikir. Mereka tidak memikirkan terlebih dahulu apa akibatnya bila melakukan suatu perbuatan. Sebagai contoh ketika menyeberang jalan tanpa melihat dulu ke kiri dan ke kanan. Sering memanjat. melompat dari ketinggian yang berbahaya untuk ukurannya. menyalakan api, dan lain sebagainya.. Kecenderungannya, individu seakan-akan menempatkan dirinya dalam suatu kondisi yang mempunyai resiko tinggi, bahkan seringkali berbahaya bagi orang lain. Impulsivitas ini muncul pula dalam bentuk verbal. Mereka berbicara tanpa berpikir lebih dahulu, tidak

memperhitungkarn bagaimana perasaan orang lain yang mendengarkan, apakah akar. menyinggung atau menyakitkan hati. Bentuk lain dari impulsivita_ adalah anak seperti tidak sabaran, kurang mampu untuk menuna: keinginan, menginterupsi pembicaraan orang lain. Cepat marah jika orang lain melakukan sesuatu di luar keinginannya.

6) Kesulitan untuk menyesuaikan diri. Individu dengan gangguan ini sering mempunyai masalah dalam penyesuaian diri terhadap semua hal yang baru, misalnya sekolah, guru, rumah, baju baru. Mereka lebih menyukai lingkungan yang sudah dikenal dengan baik, tidak mudah berubah, dan bersifat kekeluargaan. Keadaan ini dapat menyebabkan mereka lebih cepat menjadi putus asa. Seringkali apa yang sudah menjadi kebiasaan sejak kecil akan berlanjut terus sampai dewasa.

7) Gangguan memiliki ketidakstabilan emosi, baik watak maupun suasana hati. Individu dengan gangguan ini menampakkan pula perilaku sangat labil dalam menentukan derajat suasana hati dari sedih ke gembira. Stimulus yang menyenangkan akan menyebabkan kegembiraan yang berlebihan, sedang rangsang yang tidak menyenangkan akan memunculkan kemarahan yang besar. Anak seringkali marah hanya disebabkan oleh faktor pemicu yang sepele. Mereka juga cenderung mengalami masalah untuk merasakan kegembiraan. Pada masa remaja kurang merasakan perasaan kehilangan semangat atau tidak berdaya. Selain itu pada gangguan ini konsep diri yang dimiliki sangat rendah. Kebanyakan mereka menolak untuk bermain dengan teman seusianya, mereka lebih suka bermain dengan yang lebih mudah usianya. Keadaan ini menunjukkan pertanda awal dari harga diri yang rendah. Apabila dikemudian hari mereka tidak menunjukkan kemajuan di sekolah atau tidak dapat mengembangkan keterampilan sosial, akan menimbulkan perasaan citra diri yang negatif yang membuat rasa harga dirinya semakin menurun

Gejala Menurut DSM IV, gejala-gejala ADHD yaitu: 1. Kurang perhatian a. Sering gagal untuk member perhatian pada detail atau membuat kekeliruan yang tidak hati-hati dalam pekerjaan sekolah, pekerjaan atau aktivitas lain. b. Sering mengalami kesulitan mempertahankan perhatian pada aktivitas tugas atau permainan. c. Sering terlihat tidak mendengarkan ketika diajak berbicara langsung.

d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, tugas atau kewajiban di tempat kerja (tidak disebabkan perilaku menentang atau tidak mengerti instruksi) e. Sering mengalami kesulitan mengatur tugas dan aktivitas. f. Sering menghindari, tidak menyukai, atau enggan terlibat tugas yang membutuhkan upaya mental yang terus menerus (seperti pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah) g. Sering kehilangan barang-barang yang dibutuhkan untuk tugas atau aktivitas (misalnya mainan, tugas sekolah, pensil, buku, atau peralatan) h. Sering dengan mudah dialihkan perhatiannya oleh stimulus ekternal. i. Sering lupa pada aktivitas sehari-hari.

2. Hiperaktivitas a. Sering gelisah dengan tangan atau kaki atau menggeliat di tempat duduk. b. Sering meninggalkan tempat duduk di ruang kelas atau pada situasi laon di mana diharapkan untuk tetap duduk. c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada situasi yang tidak tepat (pada remaja atau orang dewasa, dapat terbatas pada perasaan gelisah subyektif) d. Sering mengalami kesulitan bermain atau meikmati aktivitas di waktu luang dengan tenang. e. Sering sibuk atau sering bertindak seakan-akan dikendalikan oleh sebuah mesin. f. Sering bicara secara berlebihan.

3. Impulsivitas a. Sering menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai. b. Sering kesulitan menunggu giliran. c. Sering menyela atau menggangu orang lain (misalnya, memotong pembicaraan atau permainan.

4. PENATALAKSANAAN Penanganan orang tua terhadap anak penderita ADHD Setelah mampu mengidentifikasi gejala-gejala anak penderita ADHD, selanjutnya orang tua perlu menindaklanjuti lebih jauh perihal cara penanganan yang tepat bagi anak. Sebelum masuk kepada penjelasan terapi dan penanganan ADHD, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan langkah-langkah yang perlu dilakukan orang tua untuk menentukan penanganan yang tepat bagi anak. 1. Lakukan deteksi sedini mungkin, hal ini dapat diketahui jika anak memperlihatkan perilaku yang tidak sama dengan sebayanya. Jika karakteristik anak mengarah pada diagnosa ADHD maka orang tua diaharapkan segera ke dokter spesialis jiwa anak atau ke institusi tertentu yang dapat menetapkan diagnosa. Dalam hal ini disarankan agar memeriksakan anak tidak hanya kepada satu dokter saja, sehingga dapat diputuskan diagnosa serta penanganan yang tepat. 2. Carilah informasi dan bacalah banyak buku, makalah dan majalah dengan teliti mengenai ADHD dan metode atau terapi yang telah digunakan untuk menanganinya 3. Kemudian putuskanlah bersama suami/isteri untuk menentukan metoda atau terapi yang terbaik. 4. Apabila mula-mula anak tampak mengalami kemajuan, tetapi kemudian terjadi kemandekan dengan menggunakan metoda yang sama,maka kemungkinan terdapat handycap lain yang menimpa anak. Untuk mendeteksi hal tersebut perlu dilakukan pemeriksaan lengkap. 5. Bila kemajuan anak masih juga lambat dapat ditempuh dengan terapi alternative lain, seperti akupuntur, Homeopathy dsb. Dalam hal ini pilihan orang tua sebaiknya jangan terlalu menyimpang dari rasionalitas, misalnya membawa anak mereka ke orang pinter atau semacamnya.

Terdapat banyak terapi atau cara untuk penanganan anak yang menderita gangguan ini. Dikarenakan adanya beberapa teori penyebab ADHD, maka cara penanganannya disesuaikan dengan faktor penyebabnya. Berikut ini macam-macam terapi yang dapat digunakan untuk penanganan anak ADHD (Handojo, 2008: 28) : 1. Terapi medikasi atau farmakologi adalah penanganan dengan menggunakan obatobatan.

Terapi ini sebaiknya hanya sebagai penunjang dan sebagai kontrol terhadap kemungkinan timbulnya impuls-impuls hiperaktif yang tidak terkendali. Sebelum digunakannya obat-obat ini, diagnosa ADHD haruslah dipastikan terlebih dulu dan secara simultan juga perlu dilaksanakan pendekatan terapi okupasi lainnya, sebab bila penanganan hanya diutamakan obat maka tidak akan efektif secara jangka panjang. 2. Terapi nutrisi dan diet, diantaranya adalah dengan menjaga keseimbangan diet karbohidrat, penanganan gangguan pencernaan (Intestinal Permeability or "Leaky Gut Syndrome"), penanganan alergi makanan atau reaksi menyimpang dari makanan lainnya 3. Terapi biomedis lainnya dilakukan dengan pemberian suplemen nutrisi, defisiensi mineral, essential Fatty Acids, gangguan metabolisme asam amino dan toksisitas Logam berat. 4. Terapi EEG Biofeed back, sebagai terapi inovatif yang pernah diberikan terhadap penderita ADHD. 5. Terapi alternatif, misalnya terapi herbal, pengobatan homeopatik dan pengobatan tradisional Cina seperti akupuntur. 6. Terapi okupasi, Ada beberapa terapi okupasi untuk memperbaiki gangguan perkembangan dan perilaku pada anak yang mulai dikenalkan oleh beberapa ahli perkembangan dan perilaku anak di dunia, diantaranya adalah sensory Integration (AYRES), snoezelen, neurodevelopment Treatment (BOBATH), modifikasi perilaku, terapi bermain dan terapi okupasi lainnya. Terapi yang diterapkan terhadap penderita ADHD haruslah bersifat holistik dan menyeluruh. Penanganan ini hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu yang dilakukan antara dokter, orang tua, guru dan lingkungan yang berpengaruh terhadap anak penderita ADHD secara bersama-sama. Diutamakan adanya partisipasi orang tua serta saudara kandung dalam penerapan terapi. Untuk penanganan ideal harus dilakukan terapi stimulasi dan terapi perilaku secara terpadu guna menjamin keberhasilan terapi.

You might also like