You are on page 1of 18

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................. 1 BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... BAB III PENUTUP.................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21

BAB I PENDAHULUAN

Terminologi strategi pembelajaran menyarankan tingkat variasi dari aktivitas mengajar/belajar seperti diskusi, membaca mandiri, studi kasus, ceramah, simulasi komputer, kertas kerja, proyek kerjasama kelompok, dan lain-lain. Ini merupakan mikrostrategi yang mendasar. Hal itu hanya beberapa bagian saja dari seluruh makrostrategi yang dapat dikuasai pembelajar untuk pengantar tujuan menuju topik yang harus dikuasai oleh pembelajar dalam rangka mencapai tujuan. Untuk memeriksa perbedaan antar mikro dan makro strategi, perhatikan bentuk dari tipe buku teks. Desain yang baik dari seperangkat materi pembelajaran meliputi beberapa strategi atau prosedur yang dapat digunakan oleh guru yang baik secara normal dengan kelompok pembelajar. Ketika mendesain pelajaran, penting untuk mengembangkan strategi

pembelajaran yang dipergunakan, dari tingkat yang memungkinkan pengetahuan yang kita miliki untuk memfasilitasi proses belajar. Psikologi pendidikan telah memimpin penelitian selama lebih dari 17 tahun untuk mengetahui bagaimana orang belajar. Para psikolog telah secara sukses mengidentifikasi beberapa komponen utama dalam proses belajar yang menyajikan hampir semua fasilitas belajar. Yang paling akhir, konstruktivisme mengemukakan kritikan terhadap praktik pembelajaran untuk belajar tingkat tertinggi dan menyarankan pendekatan baru. Beberapa ide tersebut akan tercermin pada bab ini. Model yang digunakan dalam tulisan ini dapat terlihat sebagai proses umum dimana pengalaman pendesain dapat mengakomodasi berbagai macam pendapat psikologi. Dalam makalah ini, prosedur akan dideskripsikan dalam penggunaan strategi desain pembelajaran untuk membedakan jenis tujuan pembelajaran. Pada bagian selanjutnya, anda akan melihat bahwa strategi pembelajaran ini dapat diaplikasikan secara langsung untuk memilih atau mengembangkan materi pembelajaran dan mengembangkan prosedur kelas.

BAB II PEMBAHASAN

A. Makna Strategi Perencanaan Pembelajaran Strategi perencanaan pembelajaran merupakan suatu cara menyusun materi-materi pembelajaran atau pengalaman belajar yang ingin dicapai. Setiap strategi mewarnai jenis materi pembelajaran, urutan serta teknik pembelajaran. Perencanaan pembelajaran pada suatu mata pelajaran materi pembelajarannya diambil dari mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi isi perencanaan pembelajaran. Hal ini biasanya lebih menekankan pada pendidikan intelektual. Perencanaan pembelajaran pun berpusat pada kegiatan. Materi pembelajarannya bersumber pada pengalaman atau kegiatan. Tekanan perencanaan pembelajaran semacam ini adalah pada pembentukan pribadi secara utuh. Oleh karena setiap perencanaan pembelajaran menekakan pada aspek tertentu, maka proses belajar untuk mempelajari materi pembelajaran berbeda-beda B. Kriteria Strategi Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran tentu mempunyai keunggulan dan kelemahan. Kelemahan tersebut perlu dihilangkan, atau setidaknya diperkecil, kemudian melakukan modifikasi. Oleh karena itu, perlu dirumuskan kriteria strategi perencanaan pembelajaran yang efektif, seperti yang diungkapkan oleh Ralp W. Tyler, sebagai berikut: Berkesinambungan (Continuity)

Berkesinambungan menunjukkan keadaan pengulangan kembali unsur-unsur utama perencanaan pembelajaran secara vertikal. Sebagai contoh, jika dalam pelajaran IPS
3

pengembangan keterampilan membaca dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting, maka strategi latihan membaca perlu dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan agar siswa memperoleh kesempatan untuk mengembangkan keterampilan tersebut. Dengan demikian keterampilan siswa dalam membaca, atau menguasai konsep energi dapat berkembang secara efektif melalui pelajaran di sekolah. Berurutan (Sequence)

Urutan materi mempunyai hubungan dengan kriteria berkesinambungan. Dengan kriteria ini dimaksudkan bahwa isi perencanaan pembelajaran diorganisasi dengan cara mengurutkan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat kedalaman atau keluasan yang dimiliki. Suatu materi undang-undang yang disampaikan pada tingkat pertama tidak terlalu dalam, namun pada tingkat berikutnya lebih dalam lagi. Demikian pula tentang keluasannya. Sebagai contoh, keterampilan membaca yang dikembangkan pada pelajaran IPS, pada kelas pertama dapat berisi materi pembelajaran yang sederhana, namun pada tingkat selanjutnya makin kompleks.

Keterpaduan (Integration)

Keterpaduan materi menunjukkan pada hubungan horizontal pengalaman belajar yang menjadi isi perencanaan pembelajaran. Organisasi pengalaman belajar dapat membantu siswa memperoleh pengalaman itu dalam suatu kesatuan. Sebagai contoh, dalam mengembangkan keterampilan menangani masalah kuantitatif (masalah yang berhubungan dengan angka) dalam pelajaran Matematika, penting pula dipertimbangkan cara bagaimana keterampilan itu dapat digunakan secara efektif dalam IPS, IPA, dan pelajaran lain. Jadi, pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang diperoleh sebagai pengalaman belajar tidak berdiri sendiri, melainkan dapat diterapkan dalam berbagai bidang. Demikian pula konsep-konsep yang dipelajari dalam IPS harus pula dicari keterpaduannya dengan bidang-bidang lain. 3. Tahapan-tahapan Strategi Pembelajaran

A. Memilih Sistem Penyampaian

Dalam pengalaman pendidikan formal, kadang digunakan metode umum untuk mengelola dan mengirim aktivitas mengajar dan belajar yang disebut pembelajaran. Metode umum ini menunjukkan pada sistem penyampaian, yang berbeda dengan strategi pembelajaran. Sistem penyampaian hanya bagian dari seluruh strategi pembelajaran dan desainer pembelajaran pemula harus waspada terhadap bujukan teknologi yang berkilauan dan mengakhiri anggapan jauh sangat berat untuk menggunakan pembelajaran paket dan mengeluarkan penyampaian dari perencanaan yang hati-hati dalam aktivitas belajar mengajar yang harus meliputi pembelajaran. Sistem penyampaian adalah asumsi lain yang dikembangkan desainer pengembangan strategi pembelajaran atau keputusan aktif yang dibuat sebagai bagian dari pengembangan strategi pembelajaran. Pada kasus lain memilih sistem penyampaian dapat dilakukan dalam tingkat pelajaran lain, tingkat kursus, atau tingkat pengelolaan keputusan kurikulum. Jalan terbaik untuk membedakan sistem penyampaian lebih tepat adalah melalui daftar contoh. Berikut ini adalah sejumlah contoh yang biasa dalam sistem penyampaian untuk mengatur pembelajaran: Model tradisional, instruktur dengan pembelajaran kelompok dalam kelas, training atau laboratorium Kelompok besar ceramah dengan kelompok kecil yang mengikuti dengan pertanyaan dan jawaban Kursus jarak jauh dengan siaran radio/tv, web, video conferensi interaktif Pembelajaran berbasis komputer Internet dan intranet web pembelajaran

Dalam proses desain pembelajaran yang ideal, hal pertama yang dipertimbangkan adalah tujuan pembelajaran, karakteristik pembelajar, belajar dan konteks kemampuan, sasaran dan syarat penilaian, kemudian melakukan pertimbangan berikut dan mengambil keputusan untuk memilih sistem penyampaian yang terbaik: Memeriksa kembali analisis pembelajaran dan mengenali sasaran sekelompok tugas yang akan diajarkan dalam sasaran yang tepat. Merencanakan komponen belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran. Memilih cara pengelompokan siswa yang paling efektif.

Menetapkan media efektif dan bahan-bahan yang terdapat dalam kisaran biaya, kemudahan dan kepraktisan untk konteks belajar. Menetapkan tujuan pembelajaran khusus dan konsolidasi pemakaian media. Memilih atau mengembangkan sistem penyampaian yang memuat pembuatan keputusan terbaik pada langkah pertama sampai kelima Penyajian tersebut merupakan cara ideal dalam memilih sistem penyampaian karena pilihan berdasar atas pertimbangan yang hati hati terhadap kebutuhan dan keperluan sebelum proses pembahasan ditetapkan. Dalam pandangan ini, memilih sistem penyampaian (langkah 6) adalah hasil akhir dari proses yang hati-hati untuk keperluan mengajar atau belajar (langkah 2-5).

Ada tiga pertimbangan untuk catatan cara ideal dalam memilih sistem penyampaian. Pertama merupakan cara yang hampir tidak pernah terjadi. Satu alasan mengapa desainer pembelajaran dan instruktur kadang lebih menyukai cara penyampaian kursus, karena dalam pikiran mereka sistem penyampaian telah dipilih sebelum proses desain pembelajaran dimulai. Alasan kedua, sistem penyampaian dapat menjadi perintah dari konten belajar yang akan disampaikan. Desainer merupakan tipe yang dibutuhkan untuk bekerja dalam konteks, sehingga mengubah hal itu hanya cocok untuk pemberian kursus atau workshop. Jika desainer bekerja dalam konteks sekolah umum, lalu mengasumsikan bahwa guru dalam kelas tradisional akan menyusun sistem penyampaian. Asumsi yang sama dapat membuat pandangan pelatihan dalam bisnis dan industri tetap berlajan, instruktur memimpin program pembelajaran yang pada awalnya merupakan desain web. Ketiga, meningkatkan situasi umum dalam sistem penyampaian seperti pemilikan perangkat lunak untuk portal e-learning dengan membeli dan menginstal program tersebut. Pada saat dimana akses internet dan intranet dapat dilakukan dimana saja dan teknologi web berkembang dengan pesat, harus ada prioritas memilih sistem penyampaian. 1. Urutan Konten dan Pengelompokan Langkah pertama mengembangkan strategi pembelajaran adalah mengidentifikasi urutan pengajaran dan mengelola kelompok konten/materi dengan menggunakan analisis pembelajaran, mulai dari kemampuan tingkat rendah dan berlanjut secara hirarkhis. Urutan pembelajaran untuk mencapai tujuan harus tersusun logis dari kiri atau poin awal, dan proses

disebelah kanan. Tujuan mengindikasikan setiap langkah yang harus dibentuk, dan setiap kemampuan (subordinat) menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan, sedangkan prioritas belajar cenderung dikombinasikan dari bawah keatas dan dari kiri ke kanan. Karena analisis tujuan mengindikasikan setiap langkah harus ditunjukkan, dan analisis kemampuan subordinat mengindikasikan kemampuan yang harus dimiliki dalam belajar, urutan pembelajaran cenderung merupakan kombinasi antara bagian bawah ke atas atau kri ke kanan. Jadi ketrampilan langkah pertama harus diajarkan terlebih dahulu kemudian baru ketrampilan kedua dan seterusnya. Ada tiga pengecualian dalam pendekatan urutan. Pertama, terjadi ketika dua atau lebih langkah dalam tujuan pembelajaran sama atau memiliki kesamaan ketrampilan. Pada situasi ini tidak perlu mengajarkan ulang, tetapi cukup menginformasikan bahwa ketrampilan yang telah dipelajari akan digunakan kembali dalam prosedur tersebut. Kedua, ketika pembelajaran meliputi penggunaan beberapa peralatan atau peralatan tunggal. Analisis pembelajaran mungkin mengindikasikan bahwa pembelajar akan memerlukan misalnya, mengidentifikasi dan menunjukkan berbagai macam peralatan pada beragam poin pembelajaran. Ketiga, ketika kebosanan menjadi hasil akhir dari perkiraan, kelelahan, langkah demi langkah urutan. Jika ini terjadi, lebih baik mengorbankan beberapa kecakapan dari urutan ideal dan menghentikannya kemudian menggantikannya dengan minat dan motivasi.

B. Pembelajaran Berkelompok Langkah berikutnya berhubungan dengan ukuran pengelompokan materi yang akan disajikan dalam pembelajaran. Anda dapat memutuskan apakah akan menyajikan informasi setiap tujuan satu persatu dengan diselingi aktivitas, atau akan menyajikan beberapa tujuan sebelumnya pada berbagai aktivitas. Anda harus mempertimbangkan lima faktor berikut ketika menetapkan jumlah informasi yang akan disajikan: Tingkat usia para pembelajar Kompleksitas materi pembelajaran
7

Tipe belajar yang akan diadakan Aktivitas belajar yang dapat memfokuskan pada penugasan Besarnya waktu yang dibutuhkan

Desainer sering mengarahkan pengelompokan belajar pada dua atau tiga hari kerja atau dalam semester. Bagaimana dengan separuh hari atau sehari? sistem penyampaian alami akan membuat perbedaan. Dengan format pembelajaran mandiri, seperti belajar berbasis komputer atau e-learning, desainer tidak perlu khawatir terhadap batasan waktu. Sistem penyampaian alami menerima beragam pembelajar, apakah di bawah bimbingan instruktur, kelompok proses, televisi atau pendekatan webcast, memerlukan perkiraan waktu dan tidak ada formula ajaib untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan.

C. Komponen Belajar Gagne percaya instruksi yang "sengaja diatur mengatur peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung proses pembelajaran internal". Oleh karena itu, untuk mengikat teori instruksi bersama-sama, ia merumuskan sembilan peristiwa instruksi yang dibutuhkan untuk semua proses belajar dan hasil belajar. Berikut daftar sembilan peristiwa instruksi yang dibutuhkan untuk semua proses belajar dan hasil belajar: 1. Mendapatkan Perhatian Banyak teknik dikerjakan untuk mendapatkan perhatian pembelajar. Namun, cara terbaik untuk mendapatkan perhatian adalah untuk menarik minat pelajar. Guru mengetahui dengan baik kesulitan yang terlibat dalam memotivasi siswa untuk tertarik pada instruksi mereka. John Keller telah mencoba untuk menangani hal ini dengan mengembangkan Model ARCS motivasi. ARCS adalah singkatan dari Attention = Perhatian, Relevantion = Relevansi, Confident = Keyakinan, Satisfaction = Kepuasan. Model ARCS adalah metode untuk meningkatkan daya tarik motivasional bahan instruksional. Model ini didasarkan pada penelitian yang berkaitan dengan motivasi yang menunjukkan bahwa orang termotivasi untuk terlibat dalam suatu kegiatan jika hal itu dirasakan dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan pribadi, dan jika ada harapan positif untuk sukses.

Menurut Keller (1988), keempat kondisi yang harus dipenuhi agar orang tetap termotivasi: Perhatian, Memiliki perhatian siswa merupakan prasyarat untuk belajar. Mendapatkan perhatian biasanya cukup mudah, namun menjaganya bisa sulit. Relevansi, instruksi yang relevan dengan kebutuhan peserta didik sekarang dan masa depan. Keyakinan, Keyakinan dapat mempengaruhi ketekunan seorang siswa dan prestasi. Orang tidak percaya diri memiliki ketakutan besar kegagalan. Kepuasan, membuat orang merasa baik tentang prestasi mereka. Orang akan merasa lebih percaya diri jika mereka dibuat sadar akan tugas dan hadiah untuk sukses. 2. Menginformasikan Tujuan Pembelajaran Harus diberitahu tentang jenis kinerja yang akan digunakan untuk menentukan apakah mereka telah belajar apa yang seharusnya mereka belajar. 3. Merangsang Recall Pembelajaran Prasyarat Menurut teori pemrosesan informasi kognitif, pembelajaran yang paling baru tergantung pada koneksi dibuat untuk pembelajaran sebelumnya. Ketika pembelajaran baru akan segera terjadi, informasi sebelumnya yang relevan harus dilakukan secara internal dapat diakses sehingga dapat dijadikan bagian dari acara belajar.

4. Menyajikan Bahan Stimulus Presentasi stimulus sering menekankan fitur yang mendorong peserta didik untuk memilih apa yang diinginkan.Dapat dilakukan dengan menggunakan huruf miring, cetak tebal, garis bawah, atau gambar dengan panah atau lingkaran atau penyorotan. Stimulus presentasi untuk pembelajaran konsep dan aturan memerlukan penggunaan berbagai contoh. Misalnya, jika Anda mengajar tentang kotak Anda harus menyajikan kotak besar, kotak kecil, bujur sangkar warna yang berbeda, bujur sangkar terbuat dari bahan yang berbeda, dan alun-alun dalam keseharian. 5. Memberikan Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar biasanya mengambil bentuk komunikasi antara guru dan siswa yang membantu membimbing pelajar untuk pencapaian tujuan. Tujuannya adalah untuk membantu dalam proses belajar, dan untuk memindahkan siswa dari satu keadaan pikiran yang lain. Ini tidak melibatkan mengatakan pelajar jawabannya, melainkan melibatkan menunjukkan garis pemikiran yang mungkin akan mengarah pada hasil yang diinginkan. 6. Eliciting Kinerja (Praktek) Memungkinkan pelajar untuk berkomunikasi dengan instruktur apakah mereka dapat melakukan keterampilan mereka mencoba untuk belajar. Hal ini dilakukan dengan menyediakan pelajar dengan latihan praktek. Biasanya, praktek awal dilakukan dengan menggunakan contoh yang sama dengan peserta didik yang ditunjukkan keterampilan.

7. Memberikan Saran atau Masukan Tidak hanya harus pembelajar diberi latihan praktek, mereka harus diberi umpan balik tentang kinerja mereka. Umpan balik dapat berbentuk lisan, tertulis, komputerisasi, atau diberikan dalam bentuk lain. Terlepas dari bentuk yang Anda pilih, umpan balik harus memberitahukan peserta didik tentang tingkat kebenaran dalam kinerja mereka sehingga mereka dapat memperbaiki upaya selanjutnya. 8. Menilai Kinerja Mendapatkan penampilan dari peserta didik untuk menentukan apakah pembelajaran yang diinginkan telah terjadi. Siswa dinilai untuk menentukan apakah instruksi telah memenuhi tujuan desain, dan juga untuk belajar apakah setiap siswa telah mencapai tujuan yang diinginkan. Perlu diingat bahwa penilaian harus sesuai dengan tujuan yang dinyatakan untuk memberikan penilaian yang akurat. 9. Meningkatkan Retensi dan Transfer Ketika tes atau kursus selesai sebagai langkah terakhir adalah mencari cara untuk meningkatkan kemungkinan bahwa keterampilan yang di ajarkan akan digunakan dengan benar oleh peserta didik ketika mereka menggunakannya di luar konteks belajar. Peserta didik mungkin dapat mengingat pengetahuan baru dan keterampilan di dalam kelas.

10

D. Menciptakan Strategi Dick dan Carey menciptakan urutan strategi pembelajaran dalam lima langkah: 1. Urutan dan Tujuan Cluster Untuk mulai harus menunjukkan urutan tujuan dan bagaimana akan

mengelompokkan mereka untuk instruksi. Pertimbangkan baik urutan dan ukuran cluster yang sesuai untuk rentang perhatian siswa dan waktu yang tersedia untuk setiap sesi. Jika sedang merancang sebuah pelajaran singkat mungkin hanya memiliki satu cluster. 2. Rencana Preinstructional, Penilaian dan Tindak Lanjut Kegiatan Setelah memiliki urutan tujuan, harus menunjukkan apa yang akan kita lakukan berkaitan dengan kegiatan preinstructional, penilaian, dan tindak lanjut kegiatan. a. Preinstruction Motivasi, Jelaskan bagaimana Anda akan mendapatkan perhatian peserta didik dan mempertahankannya seluruh instruksi. Tujuan, Jelaskan bagaimana Anda akan menginformasikan kepada peserta didik tentang apa yang mereka akan dapat dilakukan ketika mereka menyelesaikan pelajaran Anda. Jelaskan mengapa hal ini penting bagi peserta didik. Pengelompokan dan Seleksi Media, Jelaskan bagaimana Anda akan mengelompokkan siswa untuk kegiatan preinstructional (misalnya, individual, sub kelompok kecil, total kelompok). Juga, menggambarkan pemilihan media untuk kegiatan ini (misalnya, ceramah live, rekaman video, cetak, web-based). b. Penilaian Menguji Coba, Jelaskan apakah Anda akan menguji perilaku masuk dan apa yang akan Anda lakukan jika seorang pelajar tidak memiliki mereka. Jelaskan juga apakah Anda akan menguji keterampilan Anda akan mengajar. Praktik Tes, Jelaskan bagaimana Anda akan menggunakan tes praktek dan kegiatan latihan dan di mana mereka akan berlokasi di instruksi. Pos Test, Jelaskan kapan dan di mana posttest akan diberikan.

11

Pengelompokan dan Seleksi Media, Jelaskan bagaimana Anda akan kelompok siswa untuk kegiatan penilaian (misalnya, individual, sub kelompok kecil, total kelompok). Juga, menggambarkan pemilihan media untuk kegiatan ini (misalnya, kertas dan pensil, pengembangan produk, live performance, komputer yang dikelola).

c. Tindak Melalui Kegiatan Bantuan Memori, Jelaskan memori bantuan apapun yang akan dikembangkan untuk memfasilitasi penyimpanan informasi dan keterampilan. Mentransfer, Menggambarkan dan faktor khusus yang akan digunakan untuk memfasilitasi transfer kinerja. Pengelompokan dan Seleksi Media, Jelaskan bagaimana Anda akan kelompok siswa untuk tindak lanjut kegiatan (misalnya, individual, sub kelompok kecil, total kelompok). Juga, menggambarkan pemilihan media untuk kegiatan ini (misalnya, ceramah live, rekaman video, cetak, web-based).

3. Merencanakan Presentasi Isi dan Bagian Partisipasi Mahasiswa untuk Setiap Tujuan atau Sekelompok Tujuan. Dua bagian utama presentasi dan partisipasi: a. Konten Presentasi Konten, Jelaskan konten yang akan anda berikan untuk masing-masing tujuan Contoh, Menjelaskan beberapa contoh (dan non-contoh) yang akan anda berikan untuk masing-masing tujuan. Pastikan mereka adalah kongruen dengan tujuan. Pengelompokan dan Seleksi Media, Jelaskan bagaimana Anda akan mengelompokkan siswa untuk kegiatan ini, dan pemilihan media untuk kegiatan ini. b. Partisipasi Mahasiswa Item Praktik, Jelaskan latihan sampel beberapa latihan. Umpan Balik, Jelaskan umpan balik Anda akan memberikan latihan praktek

12

Pengelompokan dan Seleksi Media, Jelaskan bagaimana siswa akan dikelompokkan untuk kegiatan ini, dan pemilihan media untuk kegiatan ini.

Jangan lupa untuk menyertakan strategi untuk mengajar tujuan terminal Anda saat menyelesaikan langkah ini.

4. Tetapkan Tujuan untuk Pelajaran dan Memperkirakan Waktu yang Dibutuhkan Meninjau urutan dan kelompok sasaran, bersama dengan kegiatanpreinstructional, penilaian, penyajian konten, partisipasi siswa, dan pengelompokan siswa dan pilihan media. Dalam sebuah unit besar instruksi pelajaran pertama umumnya berisi kegiatan preinstructional, sedangkan yang terakhir umumnya berisi penilaian dan/atau tindak lanjut kegiatan. Pastikan untuk memasukkan waktu untuk presentasi, review, dan kegiatan partisipasi.

5. Meninjau Strategi untuk Mengkonsolidasikan Pilihan Media dan Mengkonfirmasi atau Memilih Sistem Pengiriman. Ketika menciptakan strategi pembelajaran, telah mempertimbangkan media apa yang digunakan dalam meliput masing-masing tujuan. Komponen Belajar untuk Pebelajar dengan Level Kemampuan dan Kedewasaan yang Berbeda Aspek pertama yang perlu diperhatikan adalah mengingat bahwa komponen belajar itu ditujukan untuk memandu proses intelektual pebelajar melalui aktivitas dan mental yang membantu pembelajaran. Idealnya adalah semua pembelajar harus mampu mengatur proses intelektual mereka seperti menjadi pebelajar yang mandiri. Komponen Belajar untuk Berbagai Macam Outcome (Hasil) Komponen dasar belajar untuk berbagai hasil pembelajaran dalam strategi pembelajaran adalah intelektual skill, informasi verbal, skill motorik dan perilaku. 1. Kemampuan Intelektual (Intellectual Skills) Selain memotivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan mengingatkan materi yang lama, guru harus mempertimbangkan materi yang telah diterima peserta
13

didik dan kemampuan peserta didik dalam mengingat materi baru. Strategi ini harus menyediakan cara bagi pelajar untuk menghubungkan materi baru dengan materi yang sudah ada di dalam memorinya. Dalam penyajian materi sangat penting untuk memperhatikan hierarki kemampuan intelektual peserta didik, dimulai dari level yang rendah hingga level yang tinggi sehingga memudahkan peserta didik dalam menangkap materi yang disajikan. Sedangkan dalam hal memilih contoh, guru harus memilih contoh yang relevan dengan materi dan yang mudah untuk dipahami siswa. 2. Informasi Verbal (Verbal Information) a. Elaborasi Pengertian dari elaborasi ialah proses penambahan pengetahuan yang berhubungan pada informasi yang sedang dipelajari. Trianto (2007) memaparkan bahwa elaborasi adalah proses penambahan perincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan kepastian. Strategi elaborasi ini membantu pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang, melalui penciptaan gabungan dan hubungan antar informasi baru dan apa yang telah diketahui.

b. Strategi Organisasi Strategi organisasi terdiri dari pengelompokkan ide atau istilah-istilah menjadi subjek yang lebih kecil. Strategi ini bertujuan membantu siswa meningkatkan kebermaknaan materi baru yang meliputi: 1) Outlining Pembuatan kerangka menyajikan poin-poin utama dari suatu materi dalam format yang tersusun secara hirarkis. Dalam hal ini siswa belajar menghubungkan beragam topik atau ide-ide kepada suatu ide utama. 2) Mapping
14

Pembuatan peta konsep dengan membuat suatu sajian visul atau suatu diagram tentang bagaimana ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain. c. Mnemonic Strategi mnemonic merupakan strategi yang membantu untuk

mengorganisasikan informasi yang mencapai memori kerja, sehingga informasi tersebut lebih mudah di cocokkan dengan skema jangka panjang. Strategi mnemonic ini merupakan cara untuk pengkodean sehingga dapat membantu sehingga dapat membantu proses penyimpanan dan mengingat kembali baik dalam ingatan jangka panjang maupun jangka pendek, karena sistem tersebut memungkinkan kita menyimpan informasi didalam memori, sehingga akan mampu memperolehnya kembali bila dibutuhkan. 3. Kemampuan Motorik (Motor Skills) Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan guru dalam menyusun strategi pembelajaran untuk kemampuan motorik adalah a. Kategori-kategori dari isi dan contoh dalam strategi biasanya berupa uraian lisan dan diikuti oleh ilustrasi. Dalam menerapkan strategi pembelajaran yang digunakan untuk kemampuan motorik guru bisa memberikan uraian lisan terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan contoh ilustrasi (bisa berupa gambar, video atau media yang lain). b. Praktek dan umpan balik merupakan keunggulan dari ketrampilan motorik. Umpan balik merupakan suatu hal yang sangat penting karena dengan adanya umpan balik akan terjadi komunikasi atau interaksi yang aktif dan efektif antara guru dengan siswa selama proses pembelajaran. Dalam menerapkan strategi pembelajaran untuk kemampuan motorik ini guru juga harus mempertimbangkan bagaimana strategi tersebut bisa digunakan untuk menciptakan umpan balik dari siswa agar terjadi interaksi aktif dan efektif.

4. Perilaku (Attitude)

15

Perilaku terdiri dari tiga komponen: perasaan, sikap, dan pemahaman kognitif. Perasaan bisa dideskripsikan sebagai hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang diekspresikan melalui kecenderungan untuk mendekati atau menghindari sebuah situasi.

16

BAB III PENUTUP

Salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian dalam perencanaan pembelajaran, terutama tentang elemen proses pembelajaran adalah pandangan kita tentang bagaimana caranya (strategi) agar proses ini sepatutnya berlangsung. Hal ini tentulah harus mengacu kepada tujuan apa hendak dicapai dan sifat dari materi yang menjadi isi perencanaan pembelajaran itu sendiri. Dengan demikian kita tidak jatuh pada tempat yang salah dalam pengembangan perencanaan pembelajaran di sekolah. Strategi perencanaan pembelajaran ini berkaitan dengan bagaimana strategi, cara, strategi, atau kegiatan yang dilakukan siswa memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan. Hal ini berkenaan dengan proses mencapai tujuan. Sedangkan proses itu sendiri bertalian dengan bagaimana pengalaman belajar atau materi yang menjadi isi perencanaan pembelajaran diorganisasi. Setiap strategi yang digunakan membawa dampak terhadap proses memperoleh pengalaman yang dilaksanakan. Oleh karena itu, pengembangan model-model atau strategi-strategi pengajaran sangat berguna untuk membantu para guru di lapangan dalam menciptakan sebuah suasana belajar yang menyenangkan.

17

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Kurikululm Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional, 2004. Kurikululm Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Hakiim, Lukmanul, 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima Purwanto, M. Ngalim, 1997. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakrya. Asrori, Mohammad, 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV. Wacana Prima Ambarjaya, Beni S, 2008. Model-model Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta Emas Publishing.

18

You might also like