You are on page 1of 6

Jurnal Natur Indonesia 1I (1): 69 - 74 (1999)

ANALISIS CLOSTRIDIUM PERFRINGENS PADA AIR LAUT DI PERAIRAN PANTAI PASIR PANJANG PULAU RUPAT, RIAU
Oleh : Dessy Yoswaty Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas RIau
Diterima : 9 Agustus 1999 Disetujui : 20 September 1999

ABSTRACT
A study on the analysis of Clostridium perfringens in The Pasir Panjang coastal waters has been carried out from November 1998 to January 1999. Samples of water (prawn, crab and fish) were collected from Tanjung Medang, Teluk Rhu and Tanjung Punak. Samples were analized bacteriologically in The Marine Microbiology Laboratory of Dumai Marine Station. This research aims to analyze of Clostridium perfringens on water in The Pasir Panjang coastal waters of Rupat Island, Riau. The method used in this reasearch is descriptive method. The Clostridium perfringens counts varied according to types of samples, location and periode of sampling. The inoculation technique is surface plate method on SPS Agar. The species identification included morphological observation, fisical and biochemical tests.The distribution of Clostridium perfringens is connected with coastal oceanography condition. The counts ranged from 2,73 x 102 - 2,47 x 104 cell/gram in water. The highest Clostridium perfringens counts was found on water from Tanjung Punak, Teluk Rhu and Tanjung Medang. Key words: Clostridium perfringens, Bakteri, Lingkungan laut

PENDAHULUAN Pantai Pasir Panjang adalah salah satu objek wisata yang sedang dikembangkan di Propinsi Riau. Panjang pantai ini lebih kurang 9 Km dan berpasir putih, sehingga sangat menarik untuk berbagai aktifitas pantai. Di sepanjang pantai Pasir Panjang terdapat desa-desa nelayan, seperti Tanjung Punak, Teluk Rhu dan Tanjung Medang yang merupakan tempat pendaratan ikan laut terbesar di Kabupaten Bengkalis. Sebagai areal perikanan dan pariwisata, maka pengawasan kualitas perairan pantai secara bakteriologis perlu dilakukan, terutama untuk melindungi produk perikanan

dan wisatawan di daerah tersebut dari penyakit. Clostridium perfringens, bersama-sama dengan Coliform, fecal coliform, fecal Streptococcus dan Enterococci, sering digunakan sebagai indikator organisme (Hazen, 1988). Clostridium perfringens telah direkomendasikan untuk pemantauan air, sedimen dan jaringan karena keberadaannya di dalam air limbah dengan konsentrasi 103 - 104 per 100 ml (Fujioka dan Shizumura dalam CEA, 1992). Meningkatnya pencemaran limbah domestik (sewage) diduga dapat meningkatkan jumlah bakteri pathogen di perairan. Untuk memantau sejauh mana pencemaran

70

limbah domestik di sepanjang pantai Pasir Panjang Pulau Rupat telah meningkatkan jumlah bakteri pathogen di perairan sekitarnya dewasa ini yaitu dengan mengevaluasi (menganalisis) sebaran Clostridium perfringens pada air laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi (menganalisis) sebaran Clostridium perfringens dalam air laut di beberapa kawasan perairan pantai Pasir Panjang Pulau Rupat, Riau. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi keberadaan bakteri indikator pencemaran, khususnya Clostridium perfringens di perairan pantai Pasir Panjang Pulau Rupat, terutama untuk pemantauan kualitas bakteriologis hasil perikanan dan pantai sebagai daerah rekreasi. Dengan demikian dapat menjamin kesehatan, keamanan dan kenyamanan konsumen dan wisatawan. METODE PENELITIAN Penelitian ini sampai selesai laporan memakan waktu selama 6 bulan yaitu mulai dari bulan Oktober 1998 sampai dengan Maret 1999. Penelitian dilakukan dengan metode survai, di mana perairan pantai Pasir Panjang Pulau Rupat dijadikan sebagai daerah pengamatan. Sampel air laut diambil pada tiga lokasi pengamatan, yaitu perairan pantai Desa Tanjung Punak, Teluk Rhu dan Tanjung Medang. Pada tiap lokasi ditentukan pula tiga titik sampling. Jarak titik sam-pling dari pantai lebih kurang 10 meter (diukur dari garis surut terendah). Analisis mikrobiologis dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Laut Stasiun Kelautan Fakultas Perikanan Universitas Riau di Dumai. Medium selektif yang dipakai untuk mengisolasi dan mengidentifikasi Clostridium perfringens

adalah Sulfite Polymyxin Sulfadiazine (SPS) Agar, air laut steril, bahan pewarnaan Gram (crystal violete, safranin, iodine, etil alkohol), Thioglycolate broth, dimethylp-phenylendiamene oxalate dan garam NaCl. Untuk analisis mikrobiologi antara lain digunakan inkubator, autoklaf, lampu bunsen, mikroskop, colony counter, tabung reaksi dan jarum ose. Parameter fisika-kimia perairan yaitu kedalaman, kecerahan, suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut dan CO2 bebas diukur dengan kayu berskala (meter), secchi disk, termometer, refraktometer dan test kit HACH. Air laut diambil dari permukaan, pertengahan dan dasar perairan dengan Niskin bottle sampler pada tiap-tiap titik sampling. Kemudian 500 ml dari campuran air laut tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam botol steril. Semua sampel dimasukkan ke dalam kontainer dingin selama transportasi ke laboratorium. Clostridium perfringens dianalisis dengan cara penanaman langsung pada media SPS Agar dengan metode tuang (West, 1989). Sampel air laut setelah pengenceran hingga 10-3, diinokulasi pada permukaan media SPS Agar secara duplo dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 - 48 jam. Koloni yang tumbuh dan berwarna hitam dihitung dan diidentifikasi. Untuk konfirmasi isolat yang tumbuh adalah Clostridium perfringens, maka koloni bakteri yang tumbuh pada media agar SPS diamati warna, bentuk dan ukuran koloni. Selanjutnya dilakukan pengecatan Gram, uji oksidase, katalase, motilitas, anaerob dan pertumbuhan bakteri (Alcamo, 1983 dan Ruyitno, 1991). Data pertumbuhan Clostridium perfringens yang dijumpai

71

pada semua sampel ditabulasi menurut jenis sampel dan lokasi pengamatan. Data dianalisis dan dihubungankan dengan kondisi oseanografis perairan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, dilakukan pengukuran beberapa parameter lingkungan di perairan pantai Pasir Panjang Pulau Rupat, Riau. Hasil pengukuran parameter lingkungan perairan secara keseluruhan bervariasi menurut lokasi dan periode pengamatan. Kedalaman rata-rata perairan Pantai Pasir Panjang Pulau Rupat berkisar antara 3,11-3,26 m, suhu 28,78-29,89oC, salinitas 28,4429,89o/oo, pH 7,75-7,78, kecerahan 0,80-0,86 m, oksigen terlarut 4,359,25 ppm dan karbondioksida bebas 5,95 - 8,80 ppm. Kondisi perairan selama penelitian bervariasi menurut lokasi dan

periode pengamatan. Kedalaman perairan berkisar antara 2,75-8 meter, Kecepatan arus 0,20-0,40 m/dt, kecerahan 0,58-0,92 meter, suhu 29-30oC, salinitas 29-31o/oo, pH 7,0-7,4, oksigen terlarut 6,7-7,3 ppm dan karbondioksida bebas 7,78,5 ppm (Nursyirwani et al, 1998). Hasil pengukuran parameter fisika - kimia secara keseluruhan di perairan pantai Pasir Panjang Pulau Rupat, Riau menunjukkan bahwa kualitas lingkungan perairan pantai tersebut masih cukup baik dan dapat mendukung untuk usaha budidaya laut dan kepariwisataan. Hasil perhitungan jumlah bakteri Clostridium perfringens pada air laut di perairan pantai Pasir Panjang Pulau Rupat bervariasi menurut lokasi dan periode pe-ngamatan (Tabel 1). Jumlah Clos-tridium perfringens berkisar antara 2,73 x 102 sampai dengan 2,47 x 104 sel / ml. air laut di perairan pantai Jan. 1999 2,47 x 104 1,59 x 104 2,46 x 104 2,17 x 104 Ratarata 0,89 x 104 0,95 x 104 1,32 x 104

Tabel 1. Jumlah Clostridium perfringens (sel/ml) pada Pasir Panjang Pulau Rupat selama penelitian. Stasiun Bulan pengamatan Nop. 1998 Des. 1998 1,73 x 103 Tj. Medang 2,73 x 102 0,68 x 104 0,57 x 104 Teluk Rhu 4 1,40 x 10 1,11 x 103 Tj. Punak 4 Rata - rata 0,70 x 10 0,28 x 104 Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah bakteri Clostridium perfringens yang tertinggi adalah di perairan pantai Tanjung Punak, diikuti perairan pantai Teluk Rhu dan yang terendah di perairan pantai Tanjung Medang. Di perairan pantai Tanjung Punak lebih banyak jumlah bakteri Clostridium perfringens. Hal ini diduga berkaitan dengan adanya limbah domestik di perairan pantai tersebut. Keberadaan limbah ini disebabkan oleh aktifitas manusia

yang membuang sampah rumah tangga yang akhirnya masuk ke perairan pantai. Limbah domestik mengandung bahan organik yang merupakan sumber nutrien bagi bakteri. Diperkirakan pengaruh limbah dari daratan ini lebih besar dibandingkan perairan Tanjung Medang dan Teluk Rhu sehingga dapat memicu pertumbuhan bakteri Clostridium perfringens. Magos (1990) menyatakan bahwa laut mengandung sejumlah virus, bakteri dan fungi

72

yang sebagian bersifat pathogen terhadap manusia. Sumber sebagian besar pathogen ini adalah fekal dan pembawanya ke sungai, estuari dan perairan pantai adalah buangan domestik. Di perairan pantai Tanjung Medang lebih sedikit jumlah bakteri Clostridium perfringens. Namun, bakteri ini masih dapat tumbuh karena adanya pasang surut, arus dan hembusan angin yang mampu mengaduk bahan organik di bawah permukaan perairan atau membebaskan bahan organik yang tertimbun dalam sedimen sehingga bahan organik di permukaan perairan akan tetap tersedia untuk pertumbuhan bakteri tersebut.

Hasil perhitungan logaritma di perairan pantai Pasir Panjang Pulau Rupat berdasarkan periode pengamatan menunjukkan jumlah Clostridium perfringens yang tidak terlalu berbeda (Tabel 2). Arus mempunyai kaitan yang kuat dengan kehidupan bakteri di perairan karena arus mampu mendistribusikan dan membawa bahan organik serta dapat membantu distribusi bakteri ke suatu wilayah atau perairan lainnya. Adanya pasang surut, arus dan hembusan angin di perairan pantai Pasir Panjang Pulau Rupat dapat mempengaruhi distribusi Clostridium perfringens (Gambar 1).

Gambar 1. Grafik logaritma jumlah Clostridium perfringens di perairan pantai Pasir Panjang Pulau Rupat selama penelitian. Tabel 2. Hasil perhitungan logaritma Clostridium perfringens pada air laut di perairan pantai Pasir Panjang Pulau Rupat selama penelitian. Stasiun Bulan pengamatan RataNop. 1998 Des. 1998 Jan. 1999 rata Tj. Medang 2,44 3,24 4,39 3,36

73

Teluk Rhu Tj. Punak Rata - rata

3,83 4,15 3,47

3,76 3,05 3,35

4,20 4,39 4,33

3,93 3,86

Koloni bakteri Clostridium perfringens yang telah tumbuh diamati warna, bentuk dan ukuran koloni serta dilakukan identifikasi isolat. Hasil uji Clostridium perfringens menunjukan bahwa pengecatan Gram (Gram +), oksidase (+ berwarna hitam), katalase (+, ada gelembung gas), motilitas (-, tidak bergerak), anaerobik (+, pertumbuhan baik) dan pertumbuhan broth (+, ada gelembung gas). Keberadaan Clostridium perfringens di perairan Pasir Panjang Pulau Rupat cukup tinggi. Fujiaoka dan Shizumura dalam CEA (1992), bahwa Clostridium perfringens telah direkomendasikan untuk pemantauan air, sedimen dan jaringan karena keberadaannya di dalam air limbah dengan konsentrasi 103 - 104 per 100 ml. Fardiaz (1992), bahwa batas minimal Clostridium perfrigens yang dapat menyebabkan penyakit atau keracunan makanan adalah 106 sel bakteri. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil pengukuran parameter fisika - kimia secara keseluruhan di perairan pantai Pasir Panjang Pulau rupat, Riau menunjukkan bahwa kualitas lingkungan perairan pantai tersebut masih cukup baik dan dapat mendukung untuk usaha budidaya laut dan kepariwisataan. Keberadaan Clostridium perfringens di perairan pantai Pasir Panjang Pulau Rupat perlu diwaspadai untuk menjamin kesehatan, keamanan dan kenyamanan konsumen dan wisatawan. Hal ini dapat dila-kukan dengan cara pemantauan kondisi perairan baik secara ekologi maupun biologi.

Perubahan parameter fisika kimia dan bakteri Clostridium perfringens saling berkaitan. Namun, secara statistik belum dianalisis karena keterbatasan data yang representatif. Oleh sebab itu diperlukan penelitian lebih lanjut yang berkesinambungan. Hasil perikanan yang ditangkap di perairan Pantai Pasir Panjang Pulau Rupat sebaiknya dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh konsumen. Dalam menunjang kepariwisataan, maka diperlukan peran serta masyarakat untuk mendukung sumberdaya hayati perairan. DAFTAR PUSTAKA Alcamo, I.E. 1983. Laboratory Fundamentals of Microbiologi. Addison - Wesley Publishing Company, Inc, New York. 224 p. CEA (Canadian Executing Agency), 1992. Microbial Criteria for Seawater and Shellfish Tissue in Tropical Countries. ASEAN - Canada Cooperative Programme on Marine Science-Phase II (CPMS II). 31 p. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pengolahan Pangan Lanjut. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 283 hal. Hazen, T.C., 1988. Fecal Coliform as Indicator in Tropical Waters: A Review. Toxicity Assessment 3: 461-477. Nursyirwani, Suparmi, D. Yoswaty. 1998. Sebaran Vibrio di Perairan Pantai Pasir Panjang

74

Pulau Rupat, Riau. Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru. 28 hal. Ruyitno, 1991. Pengantar Praktikum Bakteri. Petunjuk Pencemaran Laut di Suatu Perairan. PPPO-LIPI, Jakarta. Hal 7181. West, P.A., 1989. Human Pathogens and Public Health Indicator Organisms in Shellfish. dalam Methods for The Microbiological Examination of Fish and Shellfish (Edited by B, Austin and D.A, Austin). Ellis Horwood Limited, Chichester, England. pp. 273-317. Zobell, C.E. 1979. Estuarine Microbial Ecology. Published for The Belle.W.Baruch Coastal. Research Institute by The University of Shouth Carolina Press, South Carolina, Columbia. 529 p.

You might also like