You are on page 1of 3

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Menurut data yang diperoleh hingga sekarang penyakit jantung merupakan pembunuh nomor satu (Sampurno, 1993). WHO menyebutkan rasio penderita gagal jantung di dunia adalah satu sampai lima orang setiap 1000 penduduk. Penderita penyakit jantung di Indonesia kini diperkirakan mencapai 20 juta atau sekitar 10% dari jumlah penduduk di Nusantara. Sementara itu, menurut Aulia Sani, penyakit gagal jantung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data di RS Jantung Harapan Kita, peningkatan kasus penyakit gagal jantung ini pada tahun 1997 adalah 248 kasus, kemudian melaju dengan pesat hingga mencapai puncak pada tahun 2000 dengan 532 kasus. Faktor yang dapat menimbulkan penyakit jantung adalah kolesterol darah tinggi, tekanan darah tinggi, merokok, gula darah tinggi (diabetes mellitus), kegemukan, dan stres. Akibat lebih lanjut, jika penyakit jantung tidak ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan kerusakan otot jantung hingga 40% dan kematian. Berdasarkan data dari rekamedik RSUP HAM tahun 2010 dari Januari sampai Maret didapat 81 pasien yang menderita penyakit jantung. Diantara 81 pasien didapat 18 pasien yang memiliki kriteria dari penelitian yang dilakuakan oleh peneliti.

Universitas Sumatera Utara

Congestive Heart Failur (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memopa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Pada penyakit jantung kongestif terjadi edema kaki yang disebabkan terjadinya dekompensasi jantung (pada kasus payah jantung), bendungan bersifat menyeluruh. Hal ini diakibatkan oleh kegagalan venterikel kanan jantung memopakan darah dengan baik sehingga darah terkumpul pada vena atau kapiler, sehingga menyebabakan timbulnya edema pada bagian eksterimitas bawah yang disebabkan adanya bendungan balik dari vena ke jantung (H. Syarifuddin, 2001). Untuk mengurangi edema pada pasien Penyakit Jantung harus dilakukan pemakaian stoking elastis atau dengan meninggikan kaki klien dengan sudut 30 derajat selama 3 menit dan mengobservasi betis terhadap, nyeri tekan,

kemerahan, hangat, terjadi pengurangan edema. Tanda Homan (Homan`s sign) atau nyeri betis pada kaki dorsofleksi, mengidentifikasi kemungkinan adanya thrombus, tetapi tanda ini tidak selalu ada (Beare and Myers, 1994).

2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimana keefektifan pengaruh posisi kaki ditinggikan 30 derajat di atas tempat tidur terhadap pengurangan edema kaki pada pasien jantung di ruangan CVCU RSUP HAM.

Universitas Sumatera Utara

3. Tujuan Penelitan Tujuan Umum Mengidentifikasi apakah pengaruh posisi kaki ditinggikan 30 derajat di atas tempat tidur berpengaruh terhadap pengurangan edema kaki pada pasien CHF di ruangan CVCU RSUP HAM.

4. Manfaat Penelitian 4.1 Praktek Keperawatan Hasil penelitian diharapkan memberikan pengetahuan yang berharga bagi praktek keperawatan khususnya perawat yang bekerja di ruangan Cardiovaskuler dalam rangka melakukan pemberian terapi untuk mengurangi derajat edema pada kaki yang diderita oleh pasien jantung kongestif. 4.2 Institusi Pendidikan Diharapkan bagi institusi pendidikan khususnya mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah mampu memberikan informasai kepada mahasiswa/mahasiswi keperawatan, bahwa pengaruh posisi kaki ditinggikan 30 derajat di atas tempat tidur berpengaruh kepada pengurangan edema kaki pada pasien jantung kongestif, dan ini merupakan salah satu tindakan intervensi yang akan diberikan kepada pasien yang mengalami edema kaki dengan diagnosa CHF. 4.3 Bagi Pasien Tujuannya adalah memberikan kenyamanan dan mengurangi keterbatasan gerak pada pasien penyakit jantung kongestif akibat adanya edema kaki serta mengurangi integeritas kulit yang mengakibatkan luka dekubitus pada kaki akibat adanya edema kaki.

Universitas Sumatera Utara

You might also like