You are on page 1of 38

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Psikiatri anak adalah bidang dalam ilmu kedokteran yang relatif masih sangat muda umurnya. Berbeda dari psikiatri dewasa, kepribadian seorang anak masih sedang tumbuh dan berkembang, sehingga tingkah lakunya pun akan berubah-ubah sesuai dengan tahap perkembangannya. Seorang anak tidak dapat dianggap sebagai seorang individu tersendiri karena ia masih sangat tergantung dari orang-orang di sekitarnya, terutama orang tuanya. Agar seseorang anak secara psikososial dapat berkembang spontan dan wajar, perlu anak itu memperoleh kasih sayang, pengertian, perasaan aman, disiplin, penghargaan dan penerimaan dari masyarakat sekitarnya. Seseorang anak perlu merasakan kepuasan dalam hubungan dengan orang tua, merasa disayang, dihargai, dan mempunyai kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan dirinya. Seorang anak hidup paling aktif di dalam masa perkembangannya. Kepribadian sedang dalam pembentukan dan di dalam stadium perkembangan banyak sekali terjadi perubahan/modifikasi tingkah laku. Sebab itu kita perlu mengetahui ciri tingkah laku normal pada setiap stadium perkembangan anak dan membedakannya dengan gejala patologis. Lingkungan tempat anak tumbuh dan bergantung ialah keluarga dan terutama sekali orang tua, sehingga dalam program pengobatan orang tua selalu harus diikut-sertakan. Kelainan tingkah laku yang dialami oleh anak biasanya lebih cepat dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya, sedangkan si anak sendiri mungkin tidak merasa terganggu oleh tingkah lakunya. Psikiatri anak mempelajari kelainan-kelainan tingkah laku yang timbul pada anak dan remaja, mencari penyebab dari timbulnya kelainan tersebut, dan kemudian melakukan terapi, yaitu mencoba mengubah tingkah laku anak yang menyimpang tadi menjadi normal kembali. Gangguan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi, yang umumnya tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Masalah kesehatan jiwa terjadi pada 15% sampai 22% anak-anak dan remaja, namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya kurang dari 20% (Keys, 1998). Gangguan

hiperaktivitas-defisit perhatian (ADHD/ Attention Deficit-Hyperactivity Disorder) adalah gangguan kesehatan jiwa yang paling banyak terjadi pada anak-anak, dimana insidensinya diperkirakan antara 6% sampai 9%. Diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah perilaku yang tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi (Townsend, 1999). 1.2. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk dapat lebih mengetahui dan memahami tentang ganguan kepribadian. Selain itu juga untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam kepaniteraan klinik Psikiatri Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Soekanto.

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Psikatri Anak Anak bukan orang dewasa ukuran mini. Perbedaan mendasar yakni anak bersifat egosentris, segala sesuatu ditinjau anak berdasarkan kepentingan diri. Apparatus seksual anak belum lagi terbentuk dengan sempurna, sehingga peristiwa yang bersifat seksual akan diinterpretasikan anak sebagai sesuatu yang bersifat pregenital. Sebelum berusia 7 tahun, anak belum lagi berfikir berdasarkan sebab akibat. Bahkan pada bayi belum lagi dapat membedakan antara dirinya dengan hal-hal yang berasal dari luar dirinya. Anak belum lagi mempunyai konsep mengenai waktu, tingkah laku anak terutama dipengaruhi dorongan instinktual. Dalam hal ini manakah yang lebih dominan, bila id yang lebih dominan, berarti waktu bagi anak ditentukan oleh terpenuhinya dengan segera kepuasannya (dipenuhi tuntutan dari dorongan instinktual). Persaman psikiatri anak dan dewasa diantaranya : 1. Tujuan umum sama Psikiatri anak berusaha untuk mengerti tingkah laku dan etiologinya, menyusun rencana terapi untuk menghilangkan, menurunkan atau mengendalikan berbagai kekuatan negatif dan menggunakan secara optimal kekuatan-kekuatan positif yang terdapat pada diri pasien serta lingkungan. 2. Bidang-bidang pemeriksaan sama Meneliti riwayat problem tingkah laku: medik, sosial dan data psikologik yang 3. Garis bermakna, besar proses yang dapat menerangkan sama perkembangan mengumpulkan, kelainan/problema tingkah laku tersebut. diagnostiknya

mengintegrasikan dan mengevaluasi data penderita formulasi diagnosa menyusun rencana terapi. Perbedaan antara psikiatri anak dan dewasa : 1. Anak belum sanggup menyatakan persoalan atau gangguan yang dideritanya dan belum sanggup memberikan informasi yang terarah dan berguna sehubungan dengan masa lalunya.

2.

Anak menyatakan kesulitan emosionalnya melalui tingkah laku. Pada anak yang masih kecil dapat berupa kesukaran dalam memberikan makanan, tidur atau pembuangan kotoran. Pada anak yang lebih besar dapat berupa dalam bentuk gangguan tingkah laku, emosional atau berupa sistem somatik.

3.

Kepribadian anak masih sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, adanya perubahan dalam keluarga atau lingkungan akan mengakibatkan anak mengalami perubahan yang lebih besar lagi dalam dirinya.

4.

Anak menyatakan perasaan dan fantasinya melalui permainan atau dengan bermain-main. Terutama pada anak yg masih kecil, yang belum dapat menyatakan kesulitannya secara verbal.

5.

Pengobatan yg diberikan pada anak, bila simtom yang diperoleh berasal dari lingkungan, atau keluarga, maka anggota keluarga yang terlibat sebaiknya diikutsertakan dalam pengobatan, jadi berupa terapi keluarga atau manipulasi lingkungan.

2.2. Perkembangan Anak Pengetahuan mengenai perkembangan anak merupakan hal yang sentral dalam psikiatri anak. Tanpa pengetahuan mengenai hal ini sesorang tidak mungkin bekerja dan menangani masalah-masalah anak. Seorang bayi tumbuh dan berkembang hingga akhir menjadi manusia dewasa. Perkembangan anak merupakan hasil interaksi antara nature dan muture atau antara biologi(aspek fisik, genetik dan lingkungan) dan lingkungan(psikoedukatif, sosiokultural). Walaupun secara teoritik nature dan muture itu dapat dipisahkan, tetapi dalam kenyataannya keduanya saling berada bersama, saling berinteraksi dan tumpang tindih. Faktor lingkungan dapat mencetuskan atau merangsang berkembangnya fungsi-fungsi tertentu, mengatur dan memberikan arah, percepatan dan sebaliknya, menghambat perkembangan fungsi-fungsi itu. Di pihak lain, sifat-sifat tertentu dari organisme itu sendiri dapat merangsang respon lingkungan yang mendukung atau mengahambat, atau menimbulkan reaksi-reaksi idiosinkratik dalam perkembangan fungsi-fungsinya. Proses perkembangan merupakan proses yang kompleks.

1. Teori Perkembangan Psikoseksual (Freud) Teori ini menerangkan bagaimana libido yang tadinya berbentuk diffuse dan tidak terdiferensiasi, berkembang mencapai bentuknya yang dewasa yaitu seks genital; dari fase pragenital mencapai fase genital primacy. Menurut teori ini insting seksual dibawa individu sejak ia dilahirkan. Namun manifestasinya tidak dalam bentuk seksualitas yang umunya diartikan oleh orang dewasa (seks genital), melainkan dalam bentuk pragenital. Insting seksual ini dianggap sebagai insting apling penting diantara insting-insting manusia (insting vital, insting agresi, insting kematian) karena ia berada di dalam tabu umat manusia kedalam nirsadar sehingga ia cendering direpresi, disangkal, dan karenanya sering menjadi sumber konflik neurotik. Secara garis besar, perkembangan ini akan melalui fase-fase sebgai berikut : a. Fase oral c. Fase phallus d. Fase laten e. Fase genital : 0 2 tahun : 4 6 tahun : 6 11 tahun : 12 tahun remaja b. Fase anal-uretral : 2 4 tahun

2. Teori perkembangan psiko-sosial dari Erik Erikson Teori ini menggunakan prinsip epigenetik dalam usaha menerangkan perkembangan pribadi manusia, yaitu bahwa semua yang berkembang mempunyai rencana ataupun pola dasar yang sudah ada sebelumnya, dan dari rancangan dasar itu akan berkembang berbagai fungsi menurut waktunya sendiri-sendiri sebagai hasil interaksi antara manusia dengan lingkungannya, hingga mencapai suatu kesatuan fungsional yang menyeluruh. Selagi individu melalui proses perkembangannya, ia akan mengahadapi dan mengalami titik-titik kritis, karena perkembangan itu menurut adanya perubahan-perubahan dalam kualitas fungsi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan perekembangan yang semakin kompleks. Seorang anak dalam perkembangan menghadapi konflik dengan lingkungan. Anak berusaha mengatasi konflik, anak dapat berhasil dan dapat gagal dalam setiap fase perkembangan. Bila anak berhasil mengatasi

konflik tersebut, anak akan lebih mudah dalam mengatasi konflik di fase berikutnya. a. Oral sensory stage : lahir-1- 1 1/2 tahun, basic trust vs basic mistrust b. Muscular anal stage : 2-3 tahun, autonomy vs shame and doubt c. Locomotor genital stage : 3-6 tahun initiative vs guilt d. Stage of latency : 6-11 tahun, industry vs inferiority e. Stage of puberty and adolescence: 11-18 tahun ego identity vs role confusion. f. Stage of young adulthood :18-30 tahun, intimacy vs isolation g. Stage of adulthood : 30-45 tahun, generativity vs stagnation h. Stage of maturity : 45 thn keatas, Integrity vs despair. 3. Teori perkembangan psikokognitif Jean Piaget Perkembangan intelegensia anak berdasarkan atas rangkaian yang progresif dari suatu pola dimana dasarnya adalah proses asimilasi dan proses akomodasi Ada 4 faktor utama menurut Piaget, terjadinya perkembangan mental a. Adanya pertumbuhan dan maturasi organik dari persyarafan dan sistem endokrin. b. Pengaruh dan peranan dari latihan dan pengalaman yang diperoleh dari tindakan-tindakan yg dilakukan terhadap objek fisik c. Adanya interaksi sosial dan transmisi sosial d. Adanya Dalam daya setiap upaya yang saling taut bertautan persoalan untuk dalam mempertahankan ekuilibrium. tingkatan perkembangan, pembentukan ekuilibrium, dimana konsep terdahulu akan merupakan dasar dalam pembentukan kesanggupan selanjutnya, dan akan berakumulasi dalam pikiran logis pada saat dewasa. Anak berada dalam suatu ekuilibrium konseptual, dan bila ia memperoleh pengalaman yang tidak sesuai dengan ekuilibrium yang dimilikinya, anak akan berada dalam unpleasant state, yaitu suatu keadaan disekuilibrium dan anak akan mengadakan perubahan dalam kerangka konseptual yang dimilikinya,

sehingga ia berada dalam tingkatan yang lebih maju dalam menghadapi masalah tersebut. Dan ini berarti anak kembali dalam state equilibrium, dan berarti anak telah dapat menyesuaikan diri terhadap persoalan tersebut. Perkembangan mental anak bergerak dari suatu tingkatan/dataran/plateau ke tingkat yang lebih tinggi, dan anak mengadakan perubahan terhadap kerangka. Konseptual yg dimilikinya, dengan melakukan proses akodasi dalam menghadapi masalah/pengalaman dan kesulitan baru. Bila anak menerima persoalan atau pengalaman, akan tetapi masih dalam tingkatan atau plateau yg sama, maka anak melakukan proses asimilasi. Proses perkembangan Psikokognitif dari Jean Piaget melalaui empat peride sebgai berikut : 1. Periode sensori-motor : lahir 2 tahun 2. Periode pikiran pra - operasional, terdiri dari : a. fase pra - operasional : 2-4 tahun b. fase intuitif : 4-7 tahun 3. Periode operasional konkrit : 7 - 12 tahun 4. Periode operasional abstrak atau operasional formal : 12 - 15 tahun 4. Perkembangan moral dari Kohlberg Secara sederhana, moralitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membedakan yang benar atau baik dan yang salah atau buruk. Namun dalam kenyataan, tidaklah sesederhana itu karena konsep tersebut mencakup tiga aspek kemampuan seseorang, yaitu : aspek kognitif, aspek efektif, dan aspek perilaku. Kematangan moral akan tercapai pada akhir masa remaja, dan seringkali proses maturasi masih berlanjut sampai usia dewasa. Panutan pada model sangat mempengaruhi, karena itu figur-figur percontohan dalam lingkup keluarga dan masyarakat sangat penting dalam proses perkembangan moral anak. Menurut kohlberg, perkembangan moral itu terjadi secara gradual melalui 6 fase, menurut orientasi maralitas yang digunakan : Pre Konvensional : 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman 2. Orientasi perhatian diri

Konvensional : 1. Kesesuaian interpersonal 2. Otoritas dan mempertahankan perintah sosial Post Konvensional : 1. Orientasi kontrak sosial 2. Prinsip etik universal 2.3. Perkembangan Bayi-Remaja a. Masa Bayi 0-1,5 tahun Tuntutan perkembangan : Mendapatkan rasa percaya diri dan rasa aman. Sarana Ciri-ciri Kebutuhan Tercapai Gagal : Proses penyusunan : Tidak berdaya, ketergantungan. : rasa kasih sayang secara konsisten dan berkesinambungan. : rasa aman dan kepercayaan terhadap sesama manusia. : Tidak percaya terhadap lingkungan Pesimis terhadap masa yang akan datang Ketergantungan yang kuat Menuntut kekuatan secara pasif Goyah terhadap perkembangan selanjutnya. b. Masa Asuhan 1,5-3 tahun Tuntutan perkembangan : Mendapatkan rasa kemampuan diri Sarana : Rasa percaya diri dan aman yang kuat Belajar mengguanakan anggota badan atas kemauannya sendiri. Menentang Bandel Egois Sadis Belum dapat berbagi
8

Senang main kotor Mau mencoba semua Kebutuhan : Pujian Penghargaan Dukungan Dorongan Pengertian Tercapai : Kemandirian Kepercayaan diri Gagal : Rasa malu Sikap ragu-ragu Pengekangan diri secara berlebihan Kekaburan antara cinta dan benci c. Masa Prasekolah 3-6 tahun Tuntutan perkembangan : Memperoleh rasa inisiatif Sarana : Rasa percaya diri dan aman Rasa kemampuan diri Ruang gerak yang meluas Dinamika kehidupan keluarga Proses belajar berperan Ciri-ciri : Ingin tahu Banyak bertanya Berkhayal

Aktif Senang main bersama Senang meniru Iri atau cemburu terhadap jenis kelamin yang sama Kebutuhan : Pengertian persahabatan Penerangan Tercapai : Kemampuan bermasyarakat Identifikasi seksual Inisiatif Gagal : Rasa bersalah Takut berbuat sesuatu Takut mengemukakan sesuatu d. Masa Sekolah 6-12 tahun Tuntutan perkembangan : Memperoleh rasa mampu menyelesaikan sesuatu dengan sempurna dan mampu menghasilkan sesuatu Sarana : Rasa percaya diri dan aman Rasa kemampuan diri Modal inisiatif Lingkungan lebih luas (sekolah, dll) Ciri-ciri : Belajar Bertanggung jawab Berkarya Bersahabat
10

Keadilan Kejujuran Kebutuhan : Contoh yang baik Keadilan Kejujuran Tercapai Gagal : Produktivitas : Rasa tidak mampu berprestasi/bersaing dalam masyarakat. Rendah diri Kurang bertanggung jawab Kurang bergairah e. Masa Remaja 12-18 tahun Tuntutan perkembangan : mencapai identitas diri Sarana : Modal : rasa percaya diri dan aman, rasa kemampuan diri, inisiatif, mampu menghasilkan sesuatu. Lingkungan : lebih luas Ciri-ciri : Pencarian identitas diri : o Butuh bereksperimentasi o Butuh bertean kelompok o Krisis terhadap orang dewasa o Tak suka dikritik o Merasa dewasa dan ingin bebas Pencarian identitas seksual: o Merasa tertarik pada lawan jenis o Mulai jatuh cionta/pacaran Pencarian identitas sosial: o Mulai memikirkan masa depan

11

o Mulai mencari sekolah yang cocok o Mulai membangun cita-cita Kebutuhan : pengertian Tercapai Gagal : Identitas diri : Kekacauan dalam peran.

2.4. Psikopatogi Perkembangan Kekhusususan psikopatologi pada anak sangat terkait dengan faktor perkembangan, kerana anak adalah individu yang dalam proses tumbuh kembang. Ada dua hal pokok yang harus diperhatikan berkaitan dengan hal tersebut : 1. Ketergantungan. Ketergantungan pada anak pada orang lain yang begitu besar, menyebabkan banyak hal mengenai dirinya akan ditentukan oleh orang dewasa. Pertentangan atau konflik pun akan lebih banyak terjadi, terutam bila orang dewasa atau lingkungan sekitar anak tidak sensitif dan tidak mengerti akan berbagai kebutuhan perkembangan, kemampuan dan keterbatasan anak pada setiap fase perkembangan. 2. Tekanan dan ketegangan dari proses perkembangan. Banyaknya tuntutan dan tantangan internal maupun eksternal yang harus dihadapi anak dengan berbagai kekurangan dan keterbatasan dalam kemampuannya. Dalam menghadapi anak dengan gangguan psikiatrik harus diperhatikan : 1. Hubungan antara orang tua dan anak. Peranan orang tua dan suasana emosional yang diciptakannya, mempunyai pengaruh nyata pada pembentukan kepribadian anak, terutama pada anak dibawah usia 5-6 tahun. 2. Anak secara bertahap mengadakan pembentukan kepribadian menuju kepribadian dewasa. Unsur yang didapat sejak lahir dan keadaan lingkungan memegang peranan dalam perkembangan dan pematangan kepribadian selanjutnya. 3. Anak bukan tabula rasayang secara pasif menerima ramuan karakter yang diolah oleh orang tuanya. Anak ikut memberikan konstribusi secara aktif dalam pembentukan karakter tersebut

12

4. Hubungan antara kedua orang tua yang tidak harmonis dapat tercermin pada gangguan mental emosional yang dialami anak. Maka psikiatri anak dapat dinyatakan pula sebagai psikiatri keluarga. Setiap anak dilahirkan dengan pembawaan intrinsik, sehubungan dengan batas kemampuan dan potensi yang dimiliki dalam kesanggupan fisik dan psikologik. Sifat tersebut mengalami perubahan dengan interaksi terhadap faktor lingkungan (merupakan faktor ekstrinsik) yang dialami sejak lahir. Pada dasarnya faktor intrinsik adalah hetero konstitusional dan merupakan matriks untuk perkembangan anak di masa mendatang. Faktor ekstrinsik mempengaruhi penyesuaian diri dan perkembangan anak. Faktor ekstrinsik yang memegang peranan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sikap dan perhatian orang tua Suasana emosional dalam keluarga Norma dan etika yang berlaku Kehidupan beragama dalam keluarga Tingkat sosial ekonomi Tingkat pendidikan orang tua

2.5. Deteksi Dini Gangguan Jiwa pada Anak Deteksi ini dapat dilakukan dengan mengenali sedini mungkin : 1. Kegagalan proses perkembangan atau penyimpangan proses perkembangan serta derajat kemampuan perkembangan yang berada dibawah rata-rata (sesuai dengan usianya) secara bermakna. 2. Faktor-faktor yang menghambat proses perkembangan (biologik dan atau lingkungan, serta interaksi antara keduanya). 2.6. Klasifikasi dan Penjelasannya Pada pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa ke III (PPDGJ-III) dibagi menjadi : F. 70 Retardasi mental ringan F. 71 Retardasi mental sedang F. 72 Retardasi mental berat

13

F. 73 Retardasi mental sangat berat F.84.0 Autisme masa kanak F.90 Gangguan Hiperkinetik

a.

Retardasi mental Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya. Hendaya perilaku adaptif selalu ada, tetapi dalam lingkunagn sosial terlindung dimana sarana pendukung cukup tersedia, hendaya ini mungkin tidak tampak sama sekali pada penyandang retardasi mental ringan. Etiologi Retardasi Mental terjadi oleh karena otak tidak berkembang secara optimal dengan latar belakang; Infeksi dan atau intoksinasi Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental. Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis, toksoplasma, dll. ke dalam tubuah ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan intoksinasi, karena masuknya racun atau obat yang semestinya dibutuhkan. Terjadinya rudapaksa atau sebab fisik lain Rudapaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi, alat kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat

14

mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental. Pada waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan sehingga timbul pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena terjadi kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak mengakibatkan retardasi mental.

Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti itu dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang rendah tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan. Penyakit otak yang nyata Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif, radang, dst. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan penderita mengalamai keterbelakangan mental. Penyakit atau pengaruh prenatal Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer dan defek congenital yang tak diketahui sebabnya. Kelainan kromosom Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma down yang dulu sering disebut mongoloid. Prematuritas

15

Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu. Akibat gangguan jiwa yang berat Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa yang berat pada masa kanak-kanak. Deprivasi psikososial Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak. Retardasi Mental akan mempengaruhi perkembangan anak dalam berbagai bentuk, yaitu; Aspek fisik, misalnya dalam kemampuan anak untuk duduk, berjalan, dan menulis . Aspek perawatan diri sendiri, misalnya kemampuan untuk makan sendiri, mandi sendiri dan menggunakan alat-alat yang umum digunakan dalam rumah. Aspek komunikasi, seperti berbicara, berbahasa dan memahami instruksi. Aspek sosial, seperti bersosialisasi dan bermain dengan anak lain. Aspek mental emosional, seperti hiperaktivitas, depresi dan kecemasan. Epidemiologi Dengan pendekatan modern yang menggunakan IQ dan perilaku adaptif sebagai parameter dan populasi yang tidak diseleksi maka prevalensi retardasi mental adalah 1% pada populasi umum. Prevalensi untuk retardasi mental ringan 0,37-0,59%, sedangkan untuk retardasi mental sedang, berat dan sangat berat adalah 0,3-0,4%. Prevalensi yang tertinggi dengan sendirinya terdapat pada anak sekolah karena mereka dihadapkan pada tugas belajar akademik yang memerlukan kemampuan kognitif. Pada usia dewasa prevalensi menurun karena khususnya untuk dibutuhkan keterampilan

16

adaptif yang baik. Retardasi mental lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan perempuan. Pedoman diagnosis : Tingkat kecerdasan (intelegensia) bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda. Meskipun ada kecenderungan umum bahwa semua keterampilan ini akan berkembang ke tingkat yang sama pada setiap individu, namun dapat terjadi suatu kerimpangan yang besar, khususnya penyangdang retardasi mental. Orang tersebut mungkin memperlihatkan hendaya berat dalam satu bidang tertentu (misalnya bahasa) atau mungkin mempunyai suatu area keterampilan tertentu yang lebih tinggi (misalnya visio-spasial sederhana)yang berlawanan dengan latar belakang adanya retardasi mental berat. Keadaan ini menimbulkan kesulitan pada saat menentukan kriteria dianosis. Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis, perilaku adaptif (yang dinilai dalam kaitan dengan latar belakang budayanya) dan hasil test psikometrik. Untuk diagnosis yang pasti, harus ada penurunan tingkat keceerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampaun adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan sosial biasa sehari-hari. Gangguan jiwa dan fisik yang menyerta retardasi mental, mempunyai pengaruh yang besar dan ambaran klinis dan pengguanaan dari semua keterampilannya Penilaian diagnostik adalah terhadap kemampuan umum bukan terhadap suatu area teretntu yang spesifik dari hendaya atau keterampilan. Klasifikasi : 1. Retardasi mental ringan (F.70) IQ berkisar antara 50-69 Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai tingkat dan masalah kemampuan berbicara yang
17

mempengaruhi perkembanagn kemandirian dapat menetap sampai dewasa. Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa tatapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk kepentingan sehari-hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri sendiri dan mencapai keterampilan rumah tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak terlambat dari normal. Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat akademik dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis. Etiologi organik hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil penderita. Keadaan lain yang menyertai seperti autisme, gangguan

perkembangan lain, epilepsi, gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik dapat ditemukan dalam berbagai proporsi. 2. Retardasi mental sedang (F.71) IQ antara 35-49 Umunya ada profil kesenjangan dari kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam keterampilan visuospasial dari pada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa, sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan interaksi sosial dan percakapan sederhana. Tingkat perkembangan bahasa bervariasi: ada yang dapat mengikuti perakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar mereka. Suatu etiologi organik dapat di identifikasi pada kebanyakan penyandang retardasi mental sedang. Autisme masa kanak atau gangguan perkembangan pervasif lainnya terdapat pada sebagian kecil kasus, dan mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis dan tipe pelaksanaan yang dibutuhkan. Epilepsi disabilitas neurologik dan fisik juga lazim ditemukan meskipun kebanyakan penyandang retardasi mental
18

sedang mampu berjalan tanpa bantuan. Kadang-kadang didapatkan gangguan jiwa, tatapi karena tingkat perkembangan bahasanya yang terbatas sehingga sulit menegakkan diagnosis dan harus tergantung dari informasi yang diperoleh dari orang lain yang mengenalnya.

3.

Retardasi menal berat (F.72) IQ berada antara 20-34 Pada umumnya mirip dengan retardasi mental sedang dalam hal: gambaran klinis, terdapat etiologi organik, kondisi yang menyertainya, tingkat prestasi yang rendah. Kebanyakan penyandang retarasi mental berat menderita gangguan motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukkan adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat.

4.

Retardasi mental sangat berat IQ dibawah 20 Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, hanya mengerti perintah dasar dan permohonan sederhana Keterampilan viuo-spasial paling dasar dan sederhana tentang memilih dan mencocokkan mungkin dapat dicapainya, dan dengan pengawasan dan petunjuk yang tepat penderita mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas praktis dan rumah tangga. Suatu etiologi organik dan dapat di identifikasi pada sebagian besar kasus. Biasanya ada diabilitas neurogik dan fisik lain yang berat yang mempengaruhi mobilitas, seperti epilepsi dan hendaya daya lihat dan daya dengar. Sering ada gangguan perkembangan pervasif

19

dalam bentuk sangat berat khusunya autisme yang tidak khas (atypical autism) terutama pada pendeita yang dapat bergerak. Pencegahan Retardasi Mental Terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi mental dapat dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan sekunder. a. Pencegahan Primer; Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan: 1) pendidikan kesehatan pada masyarakat, 2) perbaikan keadaan sosial-ekonomi, 3) konseling genetik, 4) Tindakan kedokteran, antara lain: a) perawatan prenatal dengan baik, b) pertolongan persalinan yang baik, dan c) pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua. b. Pencegahan Sekunder; Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya. Penanganan Retardasi Mental Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Karena siapapun orangnya pasti memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika anaknya menderita retardasi mental, apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua dapat berperan secara baik dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling. Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua penderita mampu mengatasi sebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu. Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan

20

pertumbuhan serta perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. a. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental. Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang salah. Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi berkurang atau bahkan hilang. Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada melatih anak normal antara lain karena perhatian penderita retardasi mental mudah terinterupsi. Untuk mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang indera. b. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita retardasi mental, yaitu: 1. Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan dan berpakaian sendiri, dst., 2. latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social, 3. Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin penderita, dan 4. latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang baik dan buruk secara moral. c. Peran Psikiatri dalam Retardasi mental 1. Memberikan pelayanan klinis kepada pasien yang menderita rehab medik setelah dilakukan pemeriksaan yang komprehensif. 2. Mencegah tejadinya komorbiditas dangan gangguan jiwa lainnya dengan cara menegakkan diagnosis dini dan memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarganya. 3. Menjadi anggota multi disiplin yang mencoba mengadakan penatalaksanaan komprehensif untuk pasien dan keluarganya. 4. Melakukan penelitian.

21

c.

Autisme masa kanak (F.84.0) Autisma/Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang Autisma/Autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah Autisma/Autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad lampau. Autisma/Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan perkembangan yang kompleks, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan. Menurut PPDGJ-III, autisme digolongkan dalam pervasive Developmental Disorders (PDD) atau gangguan perkembangan pervasif. Kelompok gangguan ini ditandai oleh adanya abnormalitas kualitatif dalam interaksi sosial dan pola komunikasi disertai minat dan gerakan yang terbatas, stereotipik dan berulang. Pervasif berarti bahwa gangguan tersebut sangat berat dan luas yang mempengaruhi fungsi individu secara mendalam dalam segala situasi. Pada kebanyakan kasus terdapat perkembangan abnoramal sejak masa bayi dan biasanya telah muncul dalam 5 tahun pertama. Terdapat trias autisme, diantaranya : Gangguan interaksi dengan lingkungan. Gangguan komunikasi : verbal/non verbal. Gangguan keanehan perilaku, minat terbatas dan respon sensorik kurang. Etiologi Penyebab pasti autisme belum diketahui sampai saat ini. Kemungkinan besar, ada banyak penyebab autisme, bukan hanya satu. Dahulu sempat diduga bahwa autisme disebabkan karena cacat genetik. Namun cacat genetika tidak mungkin terjadi dalam skala demikian besar dan dalam waktu demikian singkat. Karena itu kemudian para peneliti

22

sepakat bahwa ada banyak kemungkinan penyebab autisme lainnya. Berbagai hal yang dicurigai berpotensi untuk menyebabkan autisme : 1. Vaksin yang mengandung Thimerosal : Thimerosal adalah zat pengawet yang digunakan di berbagai vaksin. Karena banyaknya kritikan, kini sudah banyak vaksin yang tidak lagi menggunakan Thimerosal di negara maju. 2. Televisi : Semakin maju suatu negara, biasanya interaksi antara anak orang tua semakin berkurang karena berbagai hal. Sebagai kompensasinya, seringkali TV digunakan sebagai penghibur anak. Ternyata ada kemungkinan bahwa TV bisa menjadi penyebab autisme pada anak, terutama yang menjadi jarang bersosialisasi karenanya. Dampak TV tidak dapat dipungkiri memang sangat dahsyat, tidak hanya kepada perorangan, namun bahkan kepada masyarakat dan/atau negara. 3. Genetik : Ini adalah dugaan awal dari penyebab autisme, autisme telah lama diketahui bisa diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya. Namun tidak itu saja, juga ada kemungkinan variasi-variasi lainnya. Ditemukan hubungan autisme dengam sindrome fragile-X, yaitu suatu kelainan abnormal dari kromosom X. Diduga terdapat 0-20% sindrom fragile-X pada autisme, walaupun demikian hubungan kedua kondisi ini masih diperdebatkan. 4. Makanan : Dr. Feingold dalam terapinya The Feingold Program. Berbagai zat kimia yang ada di makanan (pengawet, pewarna, dll) dicurigai menjadi penyebab dari autisme pada beberapa kasus. Ketika zat-zat tersebut dihilangkan dari makanan para penderita autisme, banyak yang kemudian mengalami peningkatan situasi secara drastis. 5. Faktor perinatal; komplikasi pranatal, perinatal dan neonatal yang meningkat juga ditemukan pada anak autistik. Komplikasi yang paling sering dilaporkan adalah perdarahan pada trimester pertama dan adanya fases janin pada cairan amnion yang merupakan bahaya janin (fetal distress). Pengunaan oba tertentu pada ibu hamil diduga ada hubungannya dengan autisme. Ada komplikasi waktu bersalin seperti

23

terlambat menangis, gangguan pernafasan, anemia pada janin juga ada hubungannya dengan autisme. 6. Folic Acid : Zat ini biasa diberikan kepada wanita hamil untuk mencegah cacat fisik pada janin. Dan hasilnya memang cukup nyata, tingkat cacat pada janin turun sampai sebesar 30%. Namun di lain pihak, tingkat autisme jadi meningkat. Pada saat ini penelitian masih terus berlanjut mengenai ini. Sementara ini, yang mungkin bisa dilakukan oleh para ibu hamil adalah tetap mengkonsumsi folic acid namun tidak dalam dosis yang sangat besar (normalnya wanita hamil diberikan dosis folic acid 4x lipat dari dosis normal). 7. Neuroanatomi; ada beberapa daerah diotak anak autistik diduga mengalami disfungsi. Adanya kesamaan perilaku autistik dengan perilaku abnormal orang dewasa, yang diketahui mempunyai lesi diotak, dijadikan dasar teori autisme. 8. Hipotesis neurokimiawi; beberapa jenis neurotransmiter yang diduga memiliki hubungan dengan autisme antara lain : serotonin, dopamin dan opioid endogen. 9. Teori imunologi; ditemukan antibodi beberapa ibu terhadap antigen leukosit anak autistik, memperkuat dugaan ini karena ternyata antigen leukosi juga ditemukan pada sel-sel otak, sehingga antibodi ibu dapat secra langsung merusak jareingan saraf bayi, yang menjadi penyebab timbulnya autistik. 10. Infeksi virus; peningkatan frekeunsi autisme pada anak-anak dengan congenital rubella, herpes simpleks, encephalitis dan cytomegalovirus infection. Epidemiologi Angka kejadian autis di Amerika serikat pada tahun 2000 adalah 1:250 anak, di Inggris 1: 175 anak, sedangkan di indonesia angka pastinya belum dilakukan tetapi data menyebutkan angka anak yang mederita autis di indonsia setiap tahun semakin meningkat jumalahnya. Perbandingan anak laki-laki dan perempuan adalah 4:1. Dikatakan bahwa anak laki-laki lebih

24

mudah mendapatkan gangguan fungsi otak. Namun anak perempuan penyandang autisme biasanya mempunyai gejala yang lebih berat dan pada test intelegensi mempunyai hasil yang lebih rendah dibandingkan anak lakilaki. Semula diduga penyangdang autisme berasal dari keluarga dengan tingkat intelegensi dan sosio-ekonomi tinggi. Namun dari penelitian terakhir autisme ditemukan pada keluarga berbagai tingkat sosio-ekonomi dan intelegensi, juga dari berbagai letak geografis dimanapun didunia. Faktorfaktor yang dapat menyebabkan timbulnya autisme, sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti apa penyebab dari autisme itu. Pedoman diagnostik Gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya kelainan dan atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun, dan dengan ciri kelainan fungsi dalam tiga bidang : interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan berulang. Biasanya tidak jelas ada periode perkembangan yang normal sebelumnya, tetapi bila ada kelainan perkembangan sudah menjadi jelas sebelum usia 3 tahun, sehingga diagnosis sudah dapat ditegakkan. Tetapi gejala-gejalanya (sindrom) dapat didiagnosis pada semua kelompok umur. Selalu ada hendaya kualitatif dan interaksi sosial yang timbal balik. Ini berbentuk apresiasi yang tidak adekuat terhadap isyarat sosio-emosional, yang tampak sebagai kurangnya respon terhadap emosi orang lain dan atau kurangnya modulasi terhadap perilaku dalam konteks sosial dan integrasi yang lemah dalam perilakun sosial, emosional, dan komunikatif dan khususnya kurannya respon timbal balik sosial-emosional. Demikian juga terdapat hendaya kualitatif dalam komunikasi. Ini berbentuk kurangnya penggunaan keterampilan bahasa yang dimiliki di dalam hubungan sosial, hendaya dalam permainan imaginatif dan imitasi sosial, keserasian yang buruk dan kurangnya interaksi timbal balik dalam kecakapan, buruknya keluwesan dalam bahasa ekspresif dan kreativitas dan fantasi dalam proses pikir yang relatif kurang, kurangnya respons

25

emosional terhadap ungkapan verbal dan nonverbal orang lain, hendaya dalam menggunakan variasi irama atau penekanan sebagai modulasi komunikatif dan kurangnya isyarat tubuh untuk menekankan atau memberi arti tambahan dalam komunikasi lisan. Kondisi ini juga ditandai oleh pola perilaku, minat dan kegiatan yang terbatas, berulang atau streotipik. Ini berbentuk kecenderungan untuk bersikap kaku dan rutin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Ini biasanya berlaku untuk kegiatan baru dan juga kegiatan sehari-hari serta pola bermain. Terutama sekali dalam masa kanak yang dini,dapat terjadi kelekatan yang khas terhadap benda-benda yang aneh, khusunya benda yang tidak lunak. Anak dapat memaksakan suatu kegiatan rutin dalam ritual yang sebetulnya tidak perlu, dapat terjadi preokupasi yang stereotipik terhadap suatu minat seperti tangal, rute, jadwal; sering terjadi sterotipi motorik; sering menunjukkan munat khusus terhadap segi-segi nonfungsional dari benda-beda (misalnya bau tau rasanya) dan terdapat penolakan terhadap perubahan dari rutinitas ataudalam detail lingkungan hidup pribadi (seperti pemindahan mebel atau hisan rumah). Semua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam hubungannya dengan autisme, tetapi pada tiga perempat kasus terdapat retardasi mental. Penegakan Diagnosa Autisme Penegakan diagnosa yang tepat akan menghasilkan intervensi dan treatmen yang tepat, oleh karena itu penting sekali penegakan diagnosa dilakukan secara teliti dan akurat. Pemeriksaan terhadap anak penyandang autisme secara terpadu perlu dilakukan. 1. Pemeriksaan fisik 2. Pemeriksaan neurologis 3. Test neuropsikologis 4. Test pendengaran dengan BERA atau test lain 5. Test ketajaman penglihatan 6. Berbagai rating scales, misalnya CARS (chilhood autism rating scale), GARS (Gillian autism rating scale, dll).

26

7. MRI, Ct scan 8. EEG 9. Pemeriksaan sitogenetik untuk abnormalitas kromosom 10. Tes PEP-R Berdasarkan pengalaman Sleeuwen ( 1996) , tes khusus untuk anak autistik disebut dengan Psycho Educational Profile Revised ( PEPR). Tes tersebut dikembangkan oleh di Teacch, sebuah program pendidikan khusus untuk anak autis. Tes ini digunakan untuk anak autis satau yang terganggu perkembangannya dan dipakai pada anak-anak dengan usia kronologis 6 bulan sampai dengan 7 tahun. Tes PEP-R ini memberikan informasi tentang fungsi perkembangan seperti imitasi, persepsi, ketrampilan motorik halus, ketrampilan motorik kasar, korrdinasi mata dan tangan, performansi kognitif dan kognisi verbal, Tes PEP-R juga dapat mendeteksi masalah-masalah dalam hal relasi dan afeksi, permainan dan minat terhadap benda dan respon penginderaan dan bahasa. Skor PEP-R digunakan untuk membuat rencana pendidikan individual anak sehingga guru dapat tertolong dalam menangani anak autis. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial Interaksi sosial pada anak autistik dibagi dalam 3 kelompok : (wing L., Gould J.1979) 1. Kelompok menyendiri; anak terlihat menarik diri, acuh ak acuh akan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunjukan perilaku yang terbatasa atau tidak hangat. 2. Kelompok pasif; dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lainjika pola permaianan disesuaikan dengan dirinya. 3. Kolompok yang aktif tapi aneh; secara spontan akan mendekati anak lain, namun interaksi ini sering kali tidak sesuai dan sering hanya sepihak.

27

Hambatan kualitatif dalam komunikasi verbal dan nonverbal dan dalam bermain : 1. Keterlambatan dan abnormalitas dalam berbahasa dan berbicara. 2. Sering tidak memahami ucapan yang ditujukan. 3. Biasanya tidak menggunakan gerakan tubuh untuk mengungkapakan atau menyampaikan keinginannya, tetapi dengan mengambil tangan orang tuanya untuk dipakai mengambil obyek yang dimaksud 4. Sering berbicara dengan diri mereka sendiri dan mengulang pemotongan kata atau lagu dari iklan televisi dan mengungkapkannya dimuka orang lain dengan suasana yang tidak sesuai. 5. Bicaranya sering monoton, kaku dan menjemukan. 6. Sukar mengatur volume suaranya. 7. Kesukaran dalam mengekspresikan perasaan emosinya melalui nada suara. Aktivitas dan minat terbatas : 1. Abnormalitas dalam bermain seperti diulang-ulang, sterotipi, dan tidak kreatif. 2. Menolak adanya perubahan lingkungan dan rutinitas baru 3. Menyukai obyek yang berputar seperti memandang kipas angin, roda mobil, dll. Gangguan kognitif Hampir 75-80% anak autistik menderita retardasi mental, dengan derajat retardasinya rata-rata sedang. Beberapa anak juga menunjukkan kemampuan memecahkan masalah yang luar biasa, seperti daya ingat yang sangat baik, kemampuan membaca diatas intelektualnya (hipeleksia). Gangguan perilaku Motorik Kebanyakan anak autistik menunjukkan adanya sterotipi, seperti bertepuk tangan, menggoyangkan tubuh, dll.

28

Reaksi abnormal terhadap perangsangan indera Beberapa anak menunjukan hiperaktivitas terhadap suara dan menutup telinganya bila mendengar suara keras. Anak sangat tertarik pada hal yang mencolok mata, mereka juga mungkin sangat sensitif terhadapa sentuhan. Gangguan tidur dan makan Gangguan tidur berupa terbaliknya pola tidur, terbangun tengah malam. Gangguan makan berupa keenggangan terhadap makanan tertentu karena tekstur atau baunya, menuntut jenis makanan yang terbatas, menolak mencoba makanan baru atau pika. Gangguan afek dan mood atau perasaan emosi Beberapa anak menunjukkan perubhan mood yang tiba-tiba, mungkin menangis atau tertawa tanpa alasan yang jelas dan mudah menjadi emosional. Rasa takut juga terkadang muncul terhadap obyek yang sebetulnya tidak menakutkan. Rasa cemas berat dan depresi dapat ditemukan pada anak autistik. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan agresivitas melawan orang lain. Ada kemungkinan mereka menggigit lengan, tangan atau jari sendiri sampai berdarah, membentur-benturkan kepala, dll. Ledakan agresifitas dapat terjadi tanpa pemicu, kurangnya perasaan bahaya dapat terjadi pada anak autistik. Gangguan kejang Dapat terjadi kejang epilepsi 10-25% anak autistik. Penatalaksanaan Pertanyaan yang sering dilontarkan orang tua adalah apakah anaknya dapat secara total bebas dari autisme. Agak sulit untuk menerangkan pada orang tua bahwa autisme adalah gangguan yang tidak bisa disembuhkan (not curable), namun bisa diterapi (treatable). Maksudnya kelainan yang terjadi pada otak tidak bisa diperbaiki namun gejala-gejala yang ada dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga anak tersebut nantinya bisa

29

berbaur dengan anak-anak lain secara normal. Hasil penelitian mengenai perjalanan dan prognosis dari autistik menemukan bahwa : 1. Duapertiga dari anak autistik mempunyai prognosis yang buruk; tidak dapat mandiri. 2. Seperempat dari anak autistik mempunyai prognosis sedang, terdapat kemajuan di bidang sosial dan pendidikan walaupun ada problem perilaku. 3. Sepersepuluh dari anak autistik mempunyai berfungsi dengan baik disekolah atau tempat kerja. Tujuan dari terapi gangguan autisme adalah : 1. Mengurangi masalah perilaku 2. Meningkatkan kemapuan belajar dan perkembangannya, terutama dalam penguasaan bahasa. 3. Mampu bersosialisasi dan beradaptasi di lingkunagn sosialnya. Penanganan/intervensi terapi pada penyandang autisme memerlukan kerjasama tim yang terpadu yang berasal dari berbagai disiplin ilmu antara lain psikiater, psikolog, neurolog, dokter anak, terapis bicara dan pendidik. Selain itu seluruh keluarga harus terlibat untuk memacu komunikasi dengan anak. Beberapa terapi yang harus dijalankan antara lain : Terapi medikamentosa Saat ini pemakaian obat diarahkan untuk memperbaiki respon anak sehingga dapat diberika obat antidepressan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) yang bisa memberikan keseimbangan antara neurotransmitter serotonin dan dopamine. Termasuk fluoxetin, sertalin, fluoxamine sangat efektif untuk depresi, cemas dan obsesif, perilaku stereotipik, labilitas mood, hiperaktif dan sosialisasi. Antipsikotik; Risperidone efektif untuk terapi anak autistik yang disertai tantrum, agresivitas, membahayakan diri sendiri, hiperaktif dan gangguan komunikasi. Menurut penelitian Olanzapine dapat digunakan untuk anak autistik dan menunjukkan perbaikan dalam iroitabilitas, prognosis baik; mempunyai kehidupan sosial yang normal atau hampir normal dan

30

hiperaktif,

bicara

yang

berlebihan

dan

gangguan

komunikasi.

Aripriprazole mempunyai efek terapai yang hampir sama. Methylphenidate, dari penelitian didapatkan hasil sekitar 50% anak autistik yang disertai hiperaktivitas memberikan respon terhadap methylphenidat. Yang diinginkan dalam pemberian obat ini adalah dosis yang paling minimal namun paling efektif dan tanpa efek samping. Pemakaian obat akan sangat membantu untuk memperbaiki respon anak terhadap lingkungan sehingga ia lebih mudah menerima tata laksana terapi lainnya.Bila kemajuan yang dicapai cukup baik, maka pemberian obat dapat dikurangi bahkan dihentikan. Terapi psikologis Rutter ( dalam Wenar, 1994 ) membuat pendekatan yang komprehensif dalam intervensi autisme yang memiliki tujuan : 1. Membantu perkembangan kognitif, bahasa dan sosial yang normal. 2. Meningkatkan kemampuan belajar anak autis. 3. Mengurangi kekakuan dan perilaku stereotype dengan meningkatkan interaksi penyandang autis dengan orang lain dan tidak membiarkannya hidup sendiri . Interaksi yang kurang justru akan menyebabkan munculnya perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki. Dalam hal ini pemberian mainan yang bervariasi juga dapat mengurangi kekakuan ini. 4. Mengurangi perilaku maladaptive seperti temper tantrum dan melukai diri sendiri. 5. Mengurangi stress pada keluarga penderita autisme Terapi Wicara Umumnya hampir semua penyandang autisme menderita gangguan bicara dan berbahasa. Oleh karena itu terapi wicara pada penyandang autisme merupkan keharusan. Fisioterapi

31

Pada anak autisme juga diberikan fisioterapi yang berfungsi untuk merangsang perkembangan motorik dan kontrol tubuh. Alternatif terapi lainnya Selain itu ada beberapa terapi lainnya yang menjadi alternatif penanganan penyandang autis menurut pengalaman Sleeuwen ( 1996 ) , yaitu : 1. Terapi musik, meliputi aktivitas menyanyi, menari mengikuti irama dan memainkan alat musik. Musik dapat sangat bermanfaat sebagai media mengekspresikan diri, termasuk pada penyandang autis. 2. Son- rise program. Program ini berdasarkan pada sikap menerima dan mencintai tanpa syara pada anak-anak autistik. Diciptakan oleh orangtua yang anaknya didiagnosa menderita autisme tetapi karena program latihan dan stimulasi yang intensif dari orangtua anak dapat berkembang tanpa tampak adanya tanda-tanda autistik 3. Program Fasilitas Komunikasi. Meskipun sebenarnya bukan bentuk terapi, tetapi program ini merupakan metode penyediaan dukungan fisik kepada individu dalam mengekspresikan pikiran atau ideidenya melalui papan alfabet, papan gambar, mesin ketik atau komputer. 4. Terapi vitamin. Penyandang autis mengalami kemajuan yang berarti setelah mengkomsumsi vitamin tertentu seperti B6 dalam dosis tinggi yang dikombinasikan dengan magnesium, mineral dan vitamin lainnya. 5. Diet Khusus ( Dietary Intervention) yang disesuaikan dengan cerebral alergies yang diderita penyandang autis.

d.

Gangguan Hiperkinetik Kelompok Gangguan Ini Mempunyai ciri sebagai berikut : Onset dini, suatu kombinasi perilaku terlalu aktif, perilaku yang kurang bermodulasi, dengan ditandai perhatian yang sangat kurang Serta kurangnya ketekunan dalam melaksanakan suatu tugas. Perilaku ini terjadi dalam segala situasi

32

dan berlangsung secara lama dapat berlanjut hingga dewasa. Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terdapat tiga gejala utama : 1. Sukar Memusatkan Perhatian Perhatian mudah teralih Sulit konsentrasi Sulit mempertahankan perhatian Sering tidak mendengarkan

2. Impulsivitas Sering bertindak sebelum berpikir Sulit menunggu giliran dalam permainan Sulit mengatur pekerjaannya 3. Hiperaktifitas Selalu bergerak Tidak bisa duduk diam Berlari dan memanjat Epidemiologi Prevalensi GPPH di seluruh dunia diperkirakan berkisar antara 29,5% diataranya anak usia sekolah. Di Amerika prevalensi gangguan ini anatara 2-20% dari seluruh jumlah anak-anak usia sekolah dasar. Berdasarkan penelitian di pada sejumlah SD di Jakarta Pusat tahun 20002001 didapatkan 4,2 dari sekitar 600 anak sekolah dasar kelas 1-3 mengalami GPPH. Gangguan ini terjadi biasanya pada usia 3 7 Tahun, dimana perbandingan Laki : Wanita = 3-4 : 1. Etiologi

33

Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari GPPH. Dari beberapa penelitian ditemukan adanya keterlibatan dari faktor genetik, struk anatomi dan neurokimia otak terhadap terjadinya GPPH. Dari penelitian genetik ditemukan bahwa saudara kandung dari anak dengan GPPH mempnyai resiko 5-7 kali lebih besar mengalami gangguan serupa dibandingkan dengan anak lain yang tidak mempunyai saudara kandung dengan GPPH. Penelitian yang dilakukan Rappaport dari institute of Mental Health melakukan penelitian pada anak dengan GPPH menggunakan MRI, ditemukan adanya pengecilan lobus prefontalis kanan, nukleus kaudatus, globus palidus kanan serta vermis. Dimana lobus prefontalis terlibat dalam proses editing perilaku, mengurangi distraktibilitas, membantu kesadaran diri dan waktu seseorang. Sedangkan nukleus kaudatus dan globus palidus berperan dalam menghambat respon otomatik yang datang pada bagian otak, sehingga koordinasi dan rangsangan tersebut tetap optimal. Fungsi serebelum adalah keseimbangan. Namun, apa yang menyebabkan pengecilan otak tersebut masih dipertanyakan. Komplikasi perinatal juga dikatkan dengan timbulnya GPPH antara lain perdarahan antepartum, persalinan lama, nilai APGAR yang rendah, dll. Penelitian yang dilakukan COOK EH dan rekan, Barkley menyatakan adanya peningkatan ambilan kembali dopamin ke dalam sel neuron di daerah limbik dan lobus prefrontal akibat dari perubahan aktivitas hipersensitivitas reseptor dopamin, hal ini menyebabkan : 1. Gangguan Non-verbal working memory berupa : kehilangan rasa kesadaran informasi di akan waktu, ketidakmampuan persepsi yang untuk menyimpan sesuai terhadap otaknya, tidak

obyek/kejadian. 2. Gangguan internalisation of self directed speech, berupa : kesulitan mengikuti peraturan yang berlaku, tidak disiplin. 3. Gangguan regulasi, motivasi dan tingkat ambang kesadaran diri yang buruk.

34

4. Gangguan kemampuan merekonstruksi berbagai perilaku yang sudah diobservasi dalam usaha untuk membangun suatu bentuk perilaku baru dari kegiatan yang sudah ditargetkan. Pedoman diagnostik : Ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan. Kedua ciri ini haruslah menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata ada pada lebih dari satu situasi. Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas dan ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum tuntas selesai. Anakanak seringkali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupannya kehilangan minatnya terhadap tugas yang satu, karena perhatiannya tertarik pada kegiatan lain (sekalipun kajian laboratorium pada umumnya tidak menunjukkan adanya gangguan derajat sensorik atau perseptual yang tidak biasa). Berkurangnya dalam ketekunan dan perhatian ini seharusnya hanya didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak dengan usia atau IQ yang sama. Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan, khususnya dalam situasi yang menuntut keadaan relatif tenang. Hal ini tergantung dari situasinya, mencakup anak itu berlari-lari atau berlompatlompat sekeliling ruangan, ataupun bangun dari duduk/kursi dalam situasi yang menghendaki anak itu duduk, terlalu banyak bicara dan ribut, atau kegugupan/kegelisahan yang berputar-putar(berbelit-belit). Tolok ukur untuk penilaiannya ialah bahwa suatu aktivitas disebut berlebihan dalam konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi dan dibandingkan dengan ank-anak lain yan sama umur dan IQ-nya. Ciri khas perilaku ini nyata di dalam suatu yang berstruktur dan diatur yang menuntut suatu tingkat sikap pengendalian yang tinggi. Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak diperlukan bagi suatu diagnosis, namun demikian ia dapat mendukung. Kecerobohan dalam hubungan-hubungan sosial, kesemberonoan dalam situasi yang berbahaya dan sikap yang secar impulsif melanggar tata tertib sosial

35

(yang diperlihatkan dengan mencampuri urusan dan menggangu kegiatan orang lain, terlampau cepat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum lengkap diucapakan oleh orang atau tidak sabar menunggu gilirannya), kesemuanya merupakan ciri khas dari anak-anak dengan gangguan ini. Gangguan belajar serta kekakuan motorik sangat sering terjadi dan haruslah dicatat secara terpisah bila ada, namun demikian tidak boleh dijadikan bagian dari diagnosis aktual mengenai gangguan hiperkinetik yang sesungguhnya. Gejala-gejala dari gangguan tingkah laku bukan merupakan kriteria ekslusi maupun kriteria inklusi untuk diagnosis utamanya, tetapi ada tidaknya gejala-gejala itu dijadikan dasar untuk subdivisi utama dari gangguan tersebut. Tatalaksana Tujuan utama dari tatalaksana adalah memperbaiki perilaku dan sikao anak dalam menjalankan fungsinya sehari-hari dengan memperbaiki fungsi kontrol diri, sehingga anak mampu memenuhi tugas secara optimal sebagai mana anak usianya. Tujuan lain adalah memperbaiki pola adaptasi dan penyesuaian sosial anak sehingga terbentuk suatu kemampuan adaptasi yang lebih baik dan matur sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 1. Psikofarmaka; Barkley, dkk mengatakan bahwa obat golongan metilfenidat 0,3-0,7mg/kgBB/hari. 60-70% mampu mengurangi gejala hiperaktivitas, impulsif dan inatensi. Antidepresant seperti imipramine dapat memberikan hasil yang cukup memuaskan untuk mengurangi gejala GPPH, tetapi mempunyai efikasi yang lebih rendah dari pada obat golongan psikosimultan. Obat anti depresant lain golongan SSRI dikatakan memberikan respon sebesar 58% pada anak dengan GPPH yang berusia 7-15 tahun. Obat antidepresant golongan MAOI seperti maclobamide juga dapat digunakan. Obat antipsikotik atipikal juga dapat digunakan untuk menurunkan perilaku hiperaktivitas dan agresivitas.

36

2. Pendekatan Psikososial; dapat dilakukan dengan : a. Adanya pelatihan keterampilan sosial bagi anak GPPH b. Edukasi bagi orang tua dan guru. c. Modifikasi perilaku d. Kebutuhan akan kelompok dukungan keluarga atau kelompok antar orangtua.

BAB III PENUTUP Psikiatri anak adalah bidang dalam ilmu kedokteran yang relatif masih sangat muda umurnya. Agar seseorang anak secara psikososial dapat berkembang spontan dan wajar, perlu anak itu memperoleh kasih sayang, pengertian, perasaan aman, disiplin, penghargaan dan penerimaan dari masyarakat sekitarnya. Psikiatri anak mempelajari kelainan-kelainan tingkah laku yang timbul pada anak dan remaja, mencari penyebab dari timbulnya kelainan tersebut, dan kemudian melakukan terapi, yaitu mencoba mengubah tingkah laku anak yang menyimpang tadi menjadi normal kembali. Gangguan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi ). Gangguan hiperaktivitas-defisit perhatian (ADHD/ Attention Deficit-Hyperactivity Disorder) adalah gangguan kesehatan jiwa yang paling banyak terjadi pada anak-anak, dimana insidensinya diperkirakan antara 6% sampai 9%. Persamaan antara psikatri anak dan dewa terletak pada tujuan umu yang sama, bidang-biang pemeriksaan sama dan proses diagnosa sama. Perbedaan antara psikiatri anak dan dewasa. Anak belum sanggup menyatakan persoalan atau

37

gangguan yang dideritanya anak menyatakan kesulitan emosionalnya melalui tingkah laku, kepribadian anak masih sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, Anak menyatakan perasaan dan fantasinya melalui permainan atau dengan bermain-main.

38

You might also like