You are on page 1of 7

Kemunafikan dan Buah Terung oleh Ust.

Prof. Dr. Abdurrahman Albarr

)perlihatkan detail 03:30 (14 jam yang lalu

Ahmad Tarmizi
ke Milis, pip, kaderisasi-dpp., zulfi,
Akmal, Ammu, Mas








. :






:

:
"" ""

:
:
"" ""
:
:




)
(
.


.
____________________
. .

Kemunafikan dan Buah Terung


Oleh: Prof. Dr. Abdurrahman Al-Barr*

Sesaat setelah Husni Mubarak lengser dari tahtanya di bumi Mesir,


seorang penyiar televisi Al-Jazeera membawakan program beritanya
dengan wajah berbinar. Rangkaian kata-katanya terdengar bak
mendendangkan nyanyian kemerdekaan yang sudah sekian lama
dinantikan rakyat Mesir, nyanyian yang juga sudah berpuluh tahun
ditunggu dengan penuh sabar oleh segenap bangsa Arab.
Satu hal yang menarik perhatian saya saat itu adalah ketika si penyiar
menyebutkan nama beberapa tokoh media dan penulis Mesir yang juga
ikut merayakan kejatuhan Mubarak. Saya masih ingat, betapa tokohtokoh itu, beberapa hari lalu, masih begitu manis merajut kalimat pujian
untuk sang presiden. Mereka dengan lantang mentasbihkan Mubarak

sebagai pemimpin agung yang jenius, pembangun peradaban Mesir


modern, pembawa panji kemajuan. Di saat yang sama, mereka dengan
lantang mengutuk gerakan para pemuda reformis yang selama dua
minggu membanjiri alun-alun tahrir yang fenomenal itu. Tanpa ragu,
mereka menyebut para pemuda itu sebagai manusia-manusia yang
tertipu, tidak tahu balas budi, dan menjadi budak tangan-tangan asing
yang ingin merusak masa depan Mesir.

Kini, sang presiden pujaan mereka lengser keprabon. Secepat kilat


pula lidah-lidah mereka bersilat, bak menelan air ludah yang sudah
tercecer di mana-mana. Husni Mubarak yang beberapa hari lalu mereka
sebut sebagai pemimpin agung yang penuh jasa, kini tanpa ragu mereka
anugerahi gelar sang diktator jahat. Para demonstran yang kemarin
mereka sebut sebagai budak-budak asing yang tidak tahu budi, kini
mereka elu-elukan dengan sejuta pujian. Lidah mereka bernyanyi,
memuji betapa pemuda-pemuda itu adalah para pahlawan yang telah
menyelamatkan Mesir dari cengkeraman seorang penguasa Zalim dan
kroni-kroninya.

Sebuah contoh transparan yang mempertontonkan perilaku munafik


dengan begitu telanjang. Hal yang benar-benar mengingatkan saya
kepada kata-kata hikmah yang pernah diukir oleh Abul Fath Al-Bisti:
Manusia biasanya menjadi pendukung bagi raja yang didaulat oleh
bangsanya. Namun mereka pula yang menginjak sang raja ketika ia
digulingkan oleh bangsanya.

Manusia yang disebut oleh Abul Fath rahimahullah inilah yang


membuat heran sang penyiar Al-Jazeera itu. Mereka yang mengikuti
jejak seorang sosok yang disebut sebagai Teman Terung oleh Ahmad
Syauqi dalam sebuah syairnya.

Syahdan, Teman Terung adalah seorang teman raja yang sangat


penjilat. Pada sebuah jamuan makan, ia menyebut terung sebagai buah
yang menyembuhkan segala penyakit, karena ketika itu raja memuji

rasa terung yang dihidangkan. Namun, masih dalam jamuan yang sama,
ketika sang raja menyebut terung itu terasa pahit, Sahabat Terung
langsung berubah memaki terung sebagai penyebab kematian banyak
tokoh bahkan dokter-dokter.

Ahmad Syauqi menceritakan itu dalam bait-bait syairnya:

Kisah raja yang memiliki teman setia


Suka mengulangi kalimat raja tanpa alfa
Sering memuji raja amat berlebihan
Bila ada pamrih yang ia inginkan

Sang raja pun tahu penjilatnya si teman


Tapi semuanya ia sembunyikan
Suatu hari, duduk lah mereka di depan meja makan
Hadirlah masakan terung sebagai hidangan
Sang raja pun segera menikmati makanan
Lalu berucap: terung ini laksana madu aku rasakan

Secepat kilat si kawan berucap, benar sekali kata raja


madu dan terung memang tak berbeda
Inilah yang disenandungkan oleh Ibnu Sina sang dokter
Ini pula yang diucapkan sang tabib Jalinus yang masyhur
terung menghilangkan beribu-ribu penyakit

terung menyejukkan hati dan mengusir sakit

Lalu sang raja berkata: Tapi rasanya pahit


Tidak ada yang memujinya walau sedikit
Si teman pun berkata: Benar itu wahai raja
itulah kekurangan terung yang membuat aku tidak suka
Pahit terung inilah yang membunuh Crates
dengannya pula diracun Socrates

Raja pun berpaling kepada hadirin di sana


Lalu berkata: Apa pendapat kalian tentang ucapannya?
Si teman pun berkilah: maafkan daku wahai raja
kiranya perbuatanku tidak ada salahnya
sungguh aku diciptakan untuk menemani raja
tak pernah aku menjadi teman terung, wahai paduka

Lalu, apakah rakyat Mesir yang cerdas menyadari kehadiran para


penjilat itu? Manusia-manusia yang merelakan diri menjadi budak
kekuasaan. Mereka yang tanpa malu menggunakan ujung pena dan
media-media mereka untuk menyanjung siapapun yang duduk di kursi
kekuasaan. Mereka yang telah menumbuhsuburkan firaun-fiaun dan
para bangsawan banci di negeri ini. Mereka yang mempertuhankan para
penguasa tiran yang menimpakan derita untuk anak bangsa.

Semoga Allah senantiasa menjaga negeri Mesir tercinta, menjaga


reformasinya, menjaga para pemudanya, menjaga semua rakyatnya,

menjaga seluruh bangsa Arab dan bangsa-bangsa muslim dari para


Teman Terung dan sosok-sosok penjilat terkutuk.
____________________________

* Dosen Hadits dan Ilmu-Ilmu Hadits di Universitas Al-Azhar, Kairo.


Anggota Maktab Irsyad IM. Dan anggota Ikatan Ulama Muslim Dunia.

You might also like