You are on page 1of 10

ADZIKRA

Vol. 01. No. 02 (Juli - Desember) 2010

Dakwah Dan Pembentukan Keperibadian Muslim


Umdatul Hasanah
(Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN SMH Banten)

Abstrak Intisari risalah dan dakwah Rasulullah adalah petunjuk, pedoman, bagamaina manusia menjaga nilai dan martabat kemanusiannya supaya jangan tergelincir. Maka upaya dakwah terus dilakukan untuk mengingatkan dan mengembalikan manusia kepada fitrahnya. Manusia mempunyai unsur jasmaniyah dan ruhaniyahnya itu memiliki potensi (bakat) untuk meningkat derajat ke taraf yang lebih tinggi, bila unsur-unsur itu berkembang baik sesuai dengan tuntunan Allah. Namun demikian manusia juga memiliki peluang untuk turun derajat bahkan lebih rendah dari binatang, bila ia tidak mengembangkan potensi jasmaniyah dan ruhaniyahah sesuai dengan tuntutan Allah atau sunnatullah yang berlaku. Untuk itu dalam proses pembentukan keperibadian yang didasari dengan nilai-nilai agama, di samping ditentukan oleh faktor potensi dasar manusia itu sendiri juga dipengaruhi oleh faktor sosialisasi nilai-nilai agama oleh lingkungan, terutama lingkungan keluarga (orang tua). Di samping itu juga dipengaruhi oleh faktor asimilasi, yaitu pengenalan lingkungan bendawi yang sesuai dengan nilai-nilai agama. Untuk membentuk keperibadian yang sesuai dengan nilai-nilai agama. Kata Kunci : Dakwah, Jasmaniah, Rohaniah, Jati diri. Pendahuluan Al-Quran memberikan gelar kepada kaum muslim sebagai khairu ummah yang mengemban amanah untuk

Umdatul Hasanah

Pembentukan Kepribadian Muslim

ADZIKRA

Vol. 01. No. 02 (Juli - Desember) 2010

menegakan yang makruf dan mencegah kemunkaran. Adanya amar maruf nahi munkar merupakan penyebab keutamaan umat Muhammad. Kebaikan ummat tidak akan tetap (terbukti) tanpa memelihara tiga hal pokok. Pertama, bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mengakui Muhamad sebagai utusan Allah. Kedua, melaksanakan amar makruf, perkara maruf yang paling agung adalah agama yang haq, iman, tauhid dan kenabian. Ketiga, mencegah kemunkaran, kemunkarana yang paling diingkari adalah kafir kepada Allah. Untuk dapat menciptakan masyarakat khairu ummah tetap eksis setidaknya memerlukan beberapa tahapan. Pertama, tahap pembentukan pribadi muslim Khoir al syahsiyah / khoir al bariyah) yaitu tahap pembentukan pribadi-pribadi yang sholeh yang dapat melandasi terwujudnya masyarakat Islam. Kedua, tahap pembentukan keluarga muslim (khoir al usroh), terbangunnya keluargakeluarga yang sholeh. Ketiga, yaitu pembentukan jamaah (khoir al-jamiyah) setelah terbangunnya keluarga-keluarga muslim yang shaleh akan mewujudkan ummat yang shaleh karena keluarga adalah miniatur ummah. Dakwah membangkitkan Fitrah Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi, baik potensi jasmaniyah maupun rohaniyah. Potensi jasmaniyah manusia merupakan yang paling sempurna dibanding dengan makhluk lainnya. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. At-Tien : 4 , Sesungguhnya Kami telah jadikan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya (sempurna). Manusia mempunyai hati untuk merasa, mempunyai akal untuk berfikir, juga mempunyai nafsu sebagai pendorong untuk melengkapi keperluan hidup dan memlihara jenisnya. Maka dengan segala unsur jasmaniyah dan ruhaniyahnya itu manusia memiliki potensi (bakat) untuk

Umdatul Hasanah

Pembentukan Kepribadian Muslim

ADZIKRA

Vol. 01. No. 02 (Juli - Desember) 2010

meningkat derajat ke taraf yang lebih tinggi, bila unsur-unsur itu berkembang baik sesuai dengan tuntunan Allah. Namun demikian manusia juga memiliki peluang untuk turun derajat bahkan lebih rendah dari binatang, bila ia tidak mengembangkan potensi jasmaniyah dan ruhaniyahah sesuai dengan tuntutan Allah atau sunnatullah yang berlaku. Apalagi bila nafsu lepas dari kendali akal. Intisari risalah dan dakwah Rasulullah adalah petunjuk, pedoman, bagamaina manusia menjaga nilai dan martabat kemanusiannya supaya jangan tergelincir. Maka upaya dakwah terus dilakukan untuk mengingatkan dan mengembalikan manusia kepada fitrahnya. Supaya potensinya dapat meningkat dan berkembang kepada derajat yang lebih tinggi. 1 Cita-cita dakwah Islam sesungguhnya adalah mewujudkan pribadi-pribadi Muslim, keluarga dan masyarakat muslim yang mendasarkan segala aspek kehidupannya kepada jalan Allah. Artinya masyarakat muslim akan terwujud apabila telah terbangun pribadi-pribadi muslim. Keperibadian muslim, struktur dan pengembangannya Keperibadian ialah keseluruhan kuwalitas dan tingkah laku individu, yang merupakan sifat atau watak.2 Menurut William Stern Keperibadian adalah suatu kesatuan banyak

Lihat Muhammad Natsir, Fiqhud Dakwah (Jakarta : Capita Selecta), 1996,

hal. 4-5
2

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai

Pustaka), 1976, hal 765

Umdatul Hasanah

Pembentukan Kepribadian Muslim

ADZIKRA

Vol. 01. No. 02 (Juli - Desember) 2010

(unita multi complec) yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus individu.3 Keperibadian itu sendiri terdiri dari struktur atau aspekaspek ; 1. Aspek-aspek jasmaniyah, yaitu meliputi tingkah laku yang tampak dari luar, misalnya cara-cara berbuat, tingkah laku, berbicara dsb. 2. Aspek-aspek kejiwaan, yaitu meliputi aspek-spek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya cara-cara berfikir, merasa, motifasi, dsb. 3. Aspek-aspek kerohanian yang luhur, yaitu meliputi aspek kejiwaan yang lebih abstrak, seperti filsafat hidup, keyakinan , dsb. Keperibadian artinya meliputi keseluruhan sifat-sifat atau tingkah laku yang mencerminkan watak seseorang, baik tingkah laku luarnya, kecenderungan jiwanya yang tampak dari sikapnya dalam berbuat, berbicara, berfikir, filsafat hidup dan keyakinannya. Selain terdiri dari tipe dan struktur, keperibadian juga memiliki semacam dinamika yang unsurnya secara aktif ikut mempengaruhi aktifitas seseorang. Unsur-unsur tersebut adalah: 1. Energi ruhaniyah, ia berfungsi sebagai pengatur aktifitas ruhaniyah seperti berfikir, mengingat, mengamati dsb. 2. Naluri, ia berfungsi sebagai pengatur kebutuhan primer, seperti, makan, minum, dan seks. Sumber naluri adalah kebutuhan jasmaniyah dan gerak hati. Berbeda dengan

Sebagaimana dikutip Jalaludin, Psikologi

Agama (Jakarta : Grafindo

Persada), 2004, hal. 168-169

Umdatul Hasanah

Pembentukan Kepribadian Muslim

ADZIKRA

Vol. 01. No. 02 (Juli - Desember) 2010

energi ruhaniyah, naluri memiliki sumber pendorong yang mewujudkan keinginan. berfungsi meredakan ketegangan dalam diri 3. Ego, dengan cara melakukan aktifitas penyesuaian dorongandorongan yang ada dengan kenyataan obyektif (realitas). Ego memiliki kesadaran untuk menyelaraskan dorongan yang baik dari yang buruk hingga tidak terjadi kegelisahan atau ketegangan batin. 4. Super ego, ia berfungsi sebagai pemberi ganjaran batin berupa penghargaan (rasa puas, senang, berhasil) maupun berupa hukuman (rasa bersalah, berdosa, menyesal). 4 Dalam hubungannya dengan tingkah laku keagamaan, kemudian membentuk keperibadian dalam hal ini terbentuknya keperibadian muslim. Secara fitrah manusia terdorong untuk melakukan hal-hal yang baik, benar, indah. Bahkan kecenderungan manusia kepada yang baik lebih besar dari pada kecenderungan kepada yang jahat. Namun terkadang naluri mendorong manusia untuk segera memenuhi kebutuhannya yang bertentangan dengan realita yang ada. Misalnya orang ingin makan namun makanan tidak ada maka timbul dorongan untuk mencuri, dsb. Jika perbuatan itu dilaksanakan maka ego akan merasa bersalah, namun bila perbuatan mencuri itu dihindari maka ego akan mendapat penghargaan dari hati nurani. Dorongan naluri yang bebas tidak dibimbing dengan ego ideal (energi ruhaniyah) disamping akan menyiksa diri juga dapat membuat kekacauan dan merugikan orang lain. Di sinilah pentingnya bimbingan agama yang berfungsi bagi pembentukan keperibadian seseorang. Pesan-pesan dan kesadaran keagamaan yang terpatri dalam rohaninya yang

Ibid.

Umdatul Hasanah

Pembentukan Kepribadian Muslim

ADZIKRA

Vol. 01. No. 02 (Juli - Desember) 2010

kemudian mengalir kepada nalurinya, hal itulah yang menjadi dasar tumbuhnya keperibadian yang beragama. Keperibadian itu terbentuk dari berbagai struktur dan potensi yang ada pada manusia itu sendiri. Namun demikian untuk mengarahkan dan membentuk potensi-potensi itu menjadi sebuah keperibadian juga dipengaruhi oleh faktor, di antaranya adalah faktor lingkungan, yaitu asimilasi dan sosialisasi. Asimilasi menyangkut hubungan manusia dengan lingkungan bendawi, dan sosialisasi menyangkut hubungan dengan lingkungan manusiawi. Lingkungan yang pertama kali bersentuhan adalah lingkungan terdekat yaitu lingkungan keluarga terutama ayah dan ibu. Sedangkan yang dimaksud dengan keperibadian muslim adalah keperibadian yang merupakan kualitas secara keseluruhan dari seseorang yang tampak dari cara-cara berbuat, sikap, cara berfikir, mengeluarkan pendapat, minat, filsafat hidup serta kepercayannya didasarkan atas ajaran Islam.5 Jadi keperibadian muslim dimaksud yaitu keperibadian yang tingkah lakunya, kegiatan jiwanya, filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan diri secara total pada-Nya. Dakwah adalah upaya yang mengajak, mengingatkan dan membentuk pribadi kembali ke pada fitrah yang terarah, sesuai dengan desain Tuhan untuk tunduk dan patuh kepada-Nya. Implementasinya adalah pengamalan ajaran Tuhan dalam segala aspek kehidupan. Dalam upaya dakwah untuk membentuk keperibadian muslim merupakan suatu proses yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu : tahap pembiasaan, tahap pembentukan pengertian, minat dan sikap, tahap pembentukan kerohanian yang luhur. 1. Tahap pembiasaan,

Hafi Ansari, Pemahaman dan pengamala Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas),

1993, hal 87

Umdatul Hasanah

Pembentukan Kepribadian Muslim

ADZIKRA

Vol. 01. No. 02 (Juli - Desember) 2010

Tahap ini merupakan latihan-latihan entang sesuatu agar menadi terbiasa. Dalam proses pembiasaan harus dimulai sejak masa kanak-kanak, karena ini adalah masa yang paling peka yang akan mempengaruhi proses kehidupan selanjutnya. Pembiasaan dalam menanamkan nilai-nilai Islam disesuaikan dengan taraf kemampuan rasio atau tingkatan berfikir. Materi dan cara berdakwah kepada anak-anak tentu saja berbeda dengan remaja maupun orang dewasa. Dalam mengenalkan ajaran shalat misalnya, walaupun belum menjadi kewajiban , dalam Islam harus diajarkan sejak anak memasuki usia tujuh tahun dan bila sudah sampai sepuluh tahun belum mau shalat, maka orang tua diperbolehkan memukul dengan tidak menyakitkan. Pembiasaan melaksanakan ajaran agama sejak kecil supaya anak terbiasa yang kemudian dapat membentuk proses kesadaran dan kebutuhan akan pentingnya ajaran agama. Demikian juga dalam penanaman budi pekerti dan ibadahibadah lainnya. Apabila masa kanak-kanak tidak terbiasa melaksanakan ajaran agama terutama ibadah secara konkrit seperti shalat, puasa, membaca al-Quran, berdoa dll. Maka pada waktu dewasa ia akan cenderung kepada sikap acuh tak acuh, anti agama, atau ia tidak akan merasakan pentingnya agama bagi dirinya.6 2. Tahap Pembentukan pengertian, minat dan sikap Pada tahap ini merupakan pembentukan pengertian, minat dan sikap. Jika pada tahap pertama baru pembentukan kebiasaan dengan tujuan menanamkan kecakapan-kecakapan berbuat, maka pada tahap ini adalah
6

Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama ( Jakarta : Bulan Bintang), 1979, hal,

79

Umdatul Hasanah

Pembentukan Kepribadian Muslim

ADZIKRA

Vol. 01. No. 02 (Juli - Desember) 2010

memberi pengetahuan dan pengertian tentang amalanamalan yang dilakukan. Tahap ini lebih menekankan pada perkembangan akal, minat dan sikap atau pendirian. Pada tahap ini perlu ditanamkan dasar-dasar kesusilaan yang erat kaitannya dengan kepercayaan, seperti mencintai Allah dan Rasulnya, takut dan penuh harap kepadanya, syukur, jujur, benar, ikhlas, sabar, tawakkal, menjauhkan diri dari sikap-sikap takabbur, riya, iri, dengki dsb. 3. Tahap Pembentukan kerohanian yang luhur Pada tahap ini pembentukan dititik beratkan pada aspek-aspek kerohanian untuk mencapai kedewasaan rohaniyah, yaitu yang dapat memilih, memutuskan dan berbuat atas dasar kesadaran sendiri dengan penuh tanggung jawab. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan menanamkan asas-asas kepercayaan (rukun iman) yang dihayati sedalamdalamnya oleh budhi (jiwa), yang kemudian dapat mencapai pengenalan (makrifat) kepada Allah. Orang yang telah mencapai makrifat kepada Allah akan timbul dalam dirinya kesadaran dan pengertian yang mendalam untuk selalu melakukan apa yang diperintahkan Allah dan berusaha untuk selalu menjauhi apa-apa yang dilarangnya. Untuk itu dalam proses pembentukan keperibadian yang didasari dengan nilai-nilai agama, di samping ditentukan oleh faktor potensi dasar manusia itu sendiri juga dipengaruhi oleh faktor sosialisasi nilai-nilai agama oleh lingkungan, terutama lingkungan keluarga (orang tua). Di samping itu juga dipengaruhi oleh faktor asimilasi, yaitu pengenalan lingkungan bendawi yang sesuai dengan nilai-nilai agama. Untuk membentuk keperibadian yang sesuai dengan nilai-nilai agama kedua faktor ini harus berjalan sinkron.

Umdatul Hasanah

Pembentukan Kepribadian Muslim

ADZIKRA

Vol. 01. No. 02 (Juli - Desember) 2010

Pembentukan keperibadian Islam harus dimulai dengan penanaman sistem nilai-nilai Islam itu sendiri. Sistem nilai merupakan realitas yang abstrak yang dirasakan seseorang sebagai suatu pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman hidup. Dalam realitasnya nilai akan terlihat dalam pola tingkah laku, pola pikir dan sikap-sikap lainnya bagi pribadi maupun masyarakat. Pembentukan sistem nilai akan kurang berpengaruh bila tidak disertai keteladanan dan contoh serta lingkungan bendawi di sekitarnya. Maka di sinilah keharusan orang tua memberikan keteladanan baik dalam sikap, ucapan dan perbuatan dalam mengamalkan nilai-nilai agama. Demikian juga dengan pembentukan lingkungan bendawi yang mendukung terhadap pengamalan nilai-nilai tersebut. Sistem nilai memberi pengaruh dalam pembentukan keperibadian yang memuat empat unsur utamanya. Keperibadian secara utuh terlihat dari ciri khas (individuality), sikap dan perilaku lahir batin (personality) pola pikir (mentality) dan jati diri (identity). Dengan demikian keperibadian yang berdasarkan nilai-nilai agama (Islam) terlihat dari kemampuan seseorang untuk menunjukkan ciri khas dirinya sebagai penganut agama, sikap dan perilakunya secara lahir dan batin yang sejalan dengan nilai-nilai agama Islam. Pola pikirnya memiliki kecenderungan terhadap keyakinan agamanya, serta kemampuannya untuk mempertahankan jati diri sebagai seorang yang beragama. Dalam bahasa dakwah terdapat ungkapan populer, isyhaduu bi-anna muslim ( tunjukkan jati diri yang menunjukkan keperibadian kita sebagai muslim),. Penutup Dakwah sebagai salah satu bentuk amar makruf nahi munkar, memiliki tujuan ideal untuk mewujudkan masyarakt

Umdatul Hasanah

Pembentukan Kepribadian Muslim

ADZIKRA

Vol. 01. No. 02 (Juli - Desember) 2010

muslim sebagai khairu ummat. Ummat yang terbaik akan dapat terwujud bila pribadi-pribadinya memiliki kualitas keperibadian Islam. Yaitu pribadi yang filsafat hidup, pola pikir, keyakinan, sikap dan perilakunya sesuai dengan nilainilai Islam. Ummat Islam dari sisi kuantitas khususnya di Indonesia merupakan mayoritas, namun apakah yang mengaku sebagai komunitas muslim itu sudah menjadi peribadi yang berkeperibadian muslim. Terbentuknya pribadi yang berkepribadian muslim merupakan titik pangkal pembentukan masyarakat muslim sebagai khairu ummah. Maka di sinilah pentingnya dakwah yang mengingatkan manusia sebagaimana fitrahnya yang telah didesain Tuhan dengan kualitas jasmaniyah dan ruhaniyahnya. Agar potensi-potensi tersebut berjalan, berkembang sesuai dengan hukum-hukum Tuhan (sunnatullah).

Daftar Pustaka Muhammad Natsir, Fiqhud Dakwah (Jakarta : Capita Selecta), 1996 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka), 1976 Sebagaimana dikutip Jalaludin, Psikologi Grafindo Persada), 2004. Agama (Jakarta :

Hafi Ansari, Pemahaman dan pengamala Dakwah (Surabaya: AlIkhlas), 1993. Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama ( Jakarta : Bulan Bintang), 1979, hal, 79

Umdatul Hasanah

10

Pembentukan Kepribadian Muslim

You might also like