You are on page 1of 56

Tugas Ujian

GANGGUAN PREFERENSI SEKSUAL PEDOFILIA Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa

Oleh : Nanda Sulistyaningrum NIM I1A008057

Pembimbing dr. H. Asyikin Noor, Sp.KJ M.AP

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN Oktober 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ujian yang berjudul GANGGUAN PREFERENSI SEKSUAL PEDOFILIA, tepat pada waktunya. Tugas ini disusun sebagai tugas ujian Ilmu Kedokteran Jiwa Sambang Lihum Gambut. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: Direktur RSJ Sambang Lihum Gambut sekaligus Penguji dan Pembimbing dr. H. Asyikin Noor, Sp.KJ, MAP yang telah memberi kesempatan dalam pembuatan tugas ini. Serta semua pihak atas sumbangan pikiran dan bantuan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi dunia pengetahuan.

Banjarmasin, September 2012

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ............................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kepribadian ....................................................... B. Gangguan Kepribadian.................................................... C. Jenis Gangguan Kepribadian........................................... D. Gangguan Kepribadian Anankastik ................................ E. Gejala Gangguan Kepribadian Anankastik ..................... F. Diagnosis Gangguan Kepribadian Anankastik ............... G. Epidemiologi Gangguan Kepribadian Anankastik.......... H. Assesment Gangguan Kepribadian Anankastik ............... I. J. Patogenesis Gangguan Kepribadian Anankastik ............ Farmakoterapi Gangguan Kepribadian Anakastik .......... 3 5 9 10 14 15 19 21 23 32 36 i ii iii 1

K. Psikoterapi Gangguan Kepribadian Anankastik .............

iii

BAB VI PENUTUP A. Rangkuman ..................................................................... B. Kesimpulan ..................................................................... 39 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

iv

BAB I PENDAHULUAN

Saat ini, kasus-kasus kekerasan seksual yang menimpa anak-anak di bawah umur menempati urutan kedua setelah kekerasan psikologis. Mulyadi (dalam Pos Kota,14 April 2007) menyatakan 1024 kasus kekerasan yang dilaporkan ke Komnas Perlindungan Anak sepanjang tahun 2006, terdiri dari 600 lebih kekerasan seksual, 28% adalah sodomi. Lalu pada Januari sampai Maret 2007, Komnas Perlindungan Anak sudah menangani 363 kasus kekerasan terhadap anak, 78 kasus diantaranya adalah sodomi.1 Menurut Mulyadi (2006), kekerasan seksual meliputi mencolek, meraba, menyentuh hingga melontarkan kata-kata berorientasi seksual pada anak-anak. Ini diperparah dengan tindakan pencabulan, pemerkosaan, sodomi, dan sejenisnya. Salah satu bentuk kekerasan seksual pada anak adalah pedofilia, yaitu ketertarikan seksual dengan stimulus yang tidak biasa yaitu pada anak-anak.1 Kata "Pedofilia" adalah istilah diagnostik yang digunakan oleh komunitas psikiatri untuk mengarah ke jenis gangguan jiwa tertentu. Namun, saat ini istilah tersebut telah memiliki arti yang berbeda di dalam masyarakat.2 Sebagian

pedofilia menderita karena adanya dorongan pemenuhan kebutuhan berhubungan seksual dengan anak dibawah umur. Jika dorongan tidak dipenuhi maka akan menyebabkan distress atau masalah interpersonal, dan jika dipenuhi akan membahayakan orang lain dan dirinya sendiri karena melanggar hukum.1 Kondisi menjadi pedofil disebut "pedofilia," dan itu mencakup berbagai kegiatan seksual yang mungkin atau tidak melibatkan kekuatan.

Tindakan Seksual

mungkin termasuk: mengekspos diri mereka sendiri,

masturbasi di depan anak; menggosok, cumbuan atau membuka baju anak dengan atau tanpa kontak kelamin; menyentuh alat kelamin anak atau meminta anak untuk menyentuh alat kelamin orang lain; mengekspos mereka untuk pornografi, berbicara atau menggoda anak dengan cara seksual, oral seks dan penetrasi.3 Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan mengenai seorang Pedofilia dari sisi kejiwaan perspektif, konteks budaya, dan pengobatannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Menyimpang Seksual Penyimpangan Perilaku Seksual adalah perilaku seksual manusia yang tidak normal. Termasuk dalam kelainan seksual, adalah abnormalitas dalam hal hubungan seksual,abnormalitas dalam hal dorongan seksual dan kelainan identitas seksual.4 1. Kelainan dorongan seksual Kelainan dorongan seksualitas artinya terdapat penyimpangan dorongan seksual yang dirasakan oleh seseorang, alias berbeda dengan norma moral masyarakat. Dulu, homoseksual merupakan penyimpangan seksual. Namun saat ini hal itu bukan lagi penyimpangan karena telah diterima sebagai gejala normal. Nimpomania dan hipomania. Nimpomania adalah isilah untuk seseorang yang memiliki hasrat seksual sangat tinggi. Dorongan seksualnya selalu meletup-letup dan selalu ingin melakukan hubungan seksual, di mana saja dan kapan saja. Sebaliknya, hipomania adalah istilah untuk seseorang yang gairah seksualnya sangat rendah. Nekrofilia adalah istilah untuk hasrat seksual yang terdapat pada laki-laki untuk melakukan hubungan seksual dengan mayat perempuan. Pada beberapa kasus, laki-laki penderita nekrofilia cukup memandangi mayat perempuan (biasanya sambil onani) untuk memperoleh kepuasan seksual. Namun demikian banyak kasus terjadi di mana penderita

nekrofilia benar-benar melakukan kontak seksual dengan mayat perempuan, baik memasukkan penis ke dalam vagina mayat, maupun metode lainnya. Diyakini penderita nekrofilia cukup banyak, namun karena ketiadaan kesempatan, maka sangat jarang kasus nekrofilia terungkap. Penderita nekrofilia sangat menyukai pekerjaan yang terkait dengan mayat, seperti misalnya pembalsem jenazah, penjaga mayat, penggali kubur dan semacamnya. Eksihibionisme. Kelainan ini hanya diderita laki-laki. Penderitanya memiliki dorongan untuk mempertontonkan alat kelaminnya pada perempuan. Kepuasan seksual diperoleh dengan mendengar teriakan atau melihat ekspresi kaget dari lawan jenis. Oleh karena itu biasanya mereka menunjukkan alat kelaminnya pada saat yang tak terduga dan mengejutkan. Fetisisme. Penderitanya tertarik secara seksual pada pakaian, terutama pakaian dalam, baik celana dalam, rok dalam ataupun BH. Mereka kurang tertarik pada barang baru dan lebih tertarik pada barang yang masih dipakai. Oleh karena itu mereka biasanya menjadi pencuri pakaian dalam. Transvetisme. Penderita kelainan ini baru bergairah jika menggunakan pakaian lawan jenis. Laki-laki penderita fetisisme akan memakai pakaian perempuan agar terangsang. Pada tahap lanjut, penderitanya akan merasa sangat cemas jika tidak memakai pakaian lawan jenis. Oleh sebab itu laki-laki penderitanya biasa memakai BH yang disembunyikan dalam baju berlapis. Voyeurisme. Anda suka mengintip orang mandi? Maka mungkin Anda penderita

kelainan voyeurisme. Penderita voyeurisme tertarik secara seksual alias hanya terangsang dengan melihat orang menanggalkan pakaian, baik saat mau mandi, mau tidur atau lainnya. Mereka juga terangsang melihat orang melakukan hubungan seksual, namun hanya jika dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Jika dilakukan terbuka justru tidak bisa terangsang.

A.2. Hubungan seksual menyimpang Hubungan seksual menyimpang adalah hubungan seksual yang dilakukan terhadap objek-objek yang tidak normal dan diluar norma moral masyarakat. Termasuk hubungan seksual menyimpang adalah jika hubungan seksual dilakukan dengan cara-cara menyimpang. Masokisme. Penderita masokisme terangsang secara seksual dan mampu mengalami orgasme jika disakiti. Dirinya akan minta dipukul, dicambuk atau lainnya yang menyakitkan agar bisa mencapai orgasme. Sadisme. Berbalik dengan masokisme, penderita sadisme memperoleh kepuasan seksual diperoleh dengan cara menyakiti pasangan seksualnya pada saat akan berhubungan seksual. Adakalanya penderita sadistik memerlukan erangan kesakitan yang sangat, adakalanya hanya perlu penyiksaan ringan, dan adakalanya cukup dengan fantasi sadistik. Incest adalah dorongan seksual yang dirasakan terhadap keluarga sedarah. Mereka tertarik secara seksual terhadap orang-orang dalam lingkaran keluarga. Ayah atau ibu tertarik anak, anak tertarik ayah atau ibu, dan anak tertarik saudara

sedarah lainnya. Incest lebih bersifat moral. Artinya, bisa saja pelaku incest tertarik secara seksual pada orang lain. Pedofilia. Penderita pedofilia memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas seksual dengan anak-anak kecil. Biasanya digunakan standar umur di bawah 13 tahun dan penderitanya minimal 5 tahun lebih tua.

A.3 Kelainan identitas seksual Kelainan identitas seksual adalah adanya keinginan untuk memiliki jenis kelamin yang berlawanan dengan kenyataan kelamin yang dimiliki. Perempuan ingin menjadi laki-laki. sebaliknya, laki-laki ingin menjadi perempuan. Penderitanya merasa terjebak dalam tubuh lawan jenis. Oleh sebab itu tidak jarang mereka merasa jijik dengan alat kelamin miliknya sendiri. Adapun Secara Garis besarnya, akan kami uraikan sebagai berikut; Jenis-Jenis Perilaku Penyimpangan Seksual : 1. Homoseksual / Homo / Homoseks Homosexual adalah kelaianan di mana seseorang menyukai ornag lain sesama jenis. Pada laki-laki disebut gay dan pada wanita disebut lesbian / lesbi. 2. Sadomasokisme dan Masokisme Sadomasokisme adalah penyimpangan seksual yang mendapat kenikmatan seks setelah menyakiti pasangan seksnya. Sedangkan Masokisme adalah kelaianan seks yang menikmati seks jika terlebih dahulu disiksa oleh pasangannya. 3. Ekshibisionisme / Ekshibisionis

Adalah penyimpangan seks yang senang memperlihatkan alat vital / alat kelamin kepada orang lain. Penderita penyimpangan seksual ini akan suka dan terangsang jika orang lain takjub, terkejut, takut, jijik, dan lain sebagainya. 4. Fetishisme / Fetishi Fetishisme adalah suatu perilaku seks meyimpang yang suka menyalurkan kepuasan seksnya dengan cara onani / masturbasi dengan benda-benda mati seperti gaun, bando, selendang sutra, bh, sempak, kancut, kaus kaki, dsb. 5. Voyeurisme / Voyeur Pelaku penyimpangan seks ini mendapatkan kepuasan seksual dengan melihat atau mengintip orang lain yang sedang melakukan hubungan suami isteri (Scoptophilia), sedang telanjang, sedang mandi, dan sebagainya. 6. Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil Adalah orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan seks / kontak fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur. 7. Bestially Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya. 8. Incest Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri seperti antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengan anak cowok.

9. Necrophilia / Necrofil Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah menjadi mayat / orang mati. 10. Zoophilia Zoofilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan hubungan seks dengan hewan. 11. Sodomi Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan. 12. Frotteurisme / Frotteuris Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki mendapatkan kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik / umum seperti di kereta, pesawat, bis, dll. 13. Homoseksual (gay) dan lesbian, yaitu hubungan sesama jenis. Seorang pria homoseksual dapat mencari objek mangsanya di antara pria-pria yang tidak bertendensi homoseksual. Bahkan di antaranya anak-anak di bawah umur yang berhasil dirayunya. Sedangkan pada kasus lesbianisme, salah seorang pasangan dapat bertindak sebagai wanita sekaligus prianya. Dalam beberapa riset, si pelaku yang aktif sulit untuk disembuhkan.

14. Biseksual, yaitu kelainan seksual untuk berhubungan baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Sedangkan sodomi, memuaskan hasrat seksual dengan menyetubuhi via anus.Tindakan ini termasuk perilaku menyimpang seksual yang juga dilarang beberapa agama.4

B.Definisi Pedophilia Pedofilia adalah diagnosis klinis biasanya dibuat oleh psikiater atau psikolog. Ini bukan istilah kriminal atau hukum, tetapi seperti pelanggaran seksual paksa, yang merupakan istilah hukum yang sering digunakan dalam kejahatan statistics.5 The Federal Bureau of Investigasi Nasional Insiden Berbasis Sistem Pelaporan ini (NIBRS) definisi kejahatan seksual paksa termasuk setiap tindakan seksual diarahkan terhadap orang lain secara paksa dan atau bertentangan dengan keinginan orang itu atau tidak secara paksa atau bertentangan dengan keinginan orang tersebut di mana terdapat pihak yang dirugikan.6 Dengan kriteria Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Mental, Edisi Keempat, pedofilia adalah seorang individu yang berfantasi yang terangsang oleh, atau mengalami dorongan seksual terhadap anak praremaja (umumnya <13 tahun) untuk jangka waktu minimal 6 bulan. Pedofil yang parah sangat tertekan oleh dorongan seksual, pengalaman antarpribadi kesulitan karena mereka, atau bertindak pada mereka.5 Pedofil biasanya datang ke petugas medis atau hukum dengan melakukan perbuatan melawan anak karena sebagian besar tidak menemukan seksual mereka menyedihkan atau ego-dystonic cukup untuk secara

10

sukarela fantasi mencari pengobatan.5 Umumnya, individu berumur minimal 16 tahun dan setidaknya 5 tahun lebih tua dari remaja yang menarik untuk memenuhi kriteria untuk pedofilia. Dalam kasus yang melibatkan pelaku remaja, faktorfaktor seperti kematangan emosi dan seksual mungkin dipertimbangkan sebelum diagnosis pedofilia dibuat.4 Pedofil biasanya mengakui bahwa mereka tertarik kepada anak mulai sekitar masa pubertas atau remaja, tapi ini ketertarikan seksual kepada anak-anak juga dapat berkembang di kemudian hari.5 Kasus-kasus yang dibedakan dari pedofilia oleh tindakan yang bertentangan dengan individu biasa seperti aktivitas seksual dan perilaku fantasies yang berbeda.3 ,10-12 Beberapa studi telah menemukan bahwa sebanyak 50% sampai 60% dari pedofil juga berkaitan dengan penyalahgunaan zat, tapi yang penting adalah bahwa mereka akan tertarik kepada anak-anak.7 Dalam sebuah studi yang meneliti hubungan antara usia dan jenis kejahatan seksual, Dickey et Al menemukan bahwa sampai 44% pedofilia dalam sampel mereka dari 168 pelanggar seks berada di orang dewasa yang lebih tua rentang usia (usia, 40-70 tahun). Bila dibandingkan dengan pemerkosa dan sadis seksual, pedofilia terdiri 60% dari semua pelanggar yang berumur tua, hal ini menunjukkan bahwa pedofil pada tahun tersebut menjadi pelanggar seksual terbesar dibandingkan dengan pelanggar seksual yang lainnya. 8 Secara teknis, individu yang terlibat dalam kegiatan seksual dengan remaja puber di bawah usia hukum (Usia 13-16 tahun) dikenal sebagai hebophiles

(tertarik pada perempuan) atau ephebophiles (tertarik pada laki-laki) ,15-17 Istilah

11

hebophilia (juga dieja sebagai hebephilia) menjadi generik istilah untuk menggambarkan minat seksual baik dalam laki-laki atau perempuan puber 16-19 . Perbedaan mencatat dalam literatur antara hebophiles dan pedofilia adalah bahwa hebophiles cenderung lebih tertarik untuk memiliki timbal balik urusan seksual atau hubungan dengan anak-anak, lebih oportunistik ketika terlibat dalam tindakan seksual, memiliki sosial yang lebih baik ,dan memiliki prognosis yang lebih baik daripadapasca pengobatan pedophiles. 5 The teleiophile Istilah berlaku untuk orang dewasa yang memilih partnernya secara fisik yang telah matang.5 Ada juga sebuah subklasifikasi pedofilia dikenal sebagai infantophilia, yang menggambarkan individu yang tertarik pada anak-anak muda dari 5 tahun. Perbedaan ini penting dalam memahami saat ini penelitian tentang paraphilias, kriteria seleksi untuk Penelitian perilaku seksual, dan tes yang mengukur seksual (misalnya, plethysmography).5 Secara umum, pedofil tidak menggunakan kekerasan untuk mendekati atau memiliki anak-anak yang akan terlibat dalam kegiatan seksualnya tetapi bukannya mengandalkan berbagai bentuk manipulasi dan psikis desensitisasi (misalnya, perkembangan dari menyentuh berbahaya tidak tepat menyentuh, menampilkan pornografi anak-anak). dalam kegiatan-kegiatan tersebut,
10

Ketika ditanyakan tentang keterlibatan umumnya membenarkan dan

pedofil

meminimalkan tindakan mereka dengan menyatakan bahwa tindakan yang saya lakukan "memiliki nilai pendidikan," bahwa kesenangan anak berasal dari

tindakan atau perhatian, atau bahwa anak itu provokatif dan mendorong tindakan

12

dalam beberapa cara. A US Department of Justice manual untuk aparat penegak hukum agar dapat mengidentifikasi 5 psikologis umum pertahanan pola dalam pedofil, sebagai berikut: a. penyangkalan (misalnya, "Apakah salah untuk memberikan anak pelukan? "), b. minimalisasi (" Ini hanya terjadi sekali "), c. pembenaran (misalnya," Saya seorang lover boy, bukan Anak Selingkuh "), d. fabrikasi (kegiatan yang penelitian untuk proyek ilmiah), dan e. serangan serangan karakter (pada anak, jaksa, atau polisi, serta potensi fisik kekerasan) .

Pedofil adalah sekitar

2,5 kali lebih mungkin untuk terlibat kegiatan

dalam kontak fisik dengan anak dibandingkan voyeuristik atau ekshibisionis.8 Biasanya, pedofil melakukan cumbuan dan manipulasi, dengan pengecualian lebih dari hubungan kelamin

terjadi dalam kasus-kasus incest, pedofilia

dengan preferensi untuk anak-anak atau remaja, dan ketika anak secara fisik coerced. Penganiayaan anak bukanlah diagnosis medis dan tidak tentu istilah identik dengan pedophilia. Peleceh anak-anak secara luas didefinisikan setiap individu yang menyentuh seorang anak untuk memperoleh kepuasan seksual dengan specifier bahwa pelaku adalah setidaknya 4 sampai 5 tahun lebih tua dari anak. Dengan definisi ini, pada anak yang berusia 13 tahun menyentuh anak berumur 8 tahun hal ini akan dianggap sebagai penganiaya anak tetapi tidak akan

13

memenuhi kriteria untuk menjadi seorang pedofil. Data dari studi oleh Abel dan Harlow15 menunjukkan bahwa 40% dari penganiaya anak, yang kemudian didiagnosis sebagai memiliki pedofilia, telah mencabuli seorang anak ketika waktu mereka berumur 15 tahun. Sekitar 88 % diperkirakan penganiaya anak dan 95% dari molestations (satu orang, beberapa tindakan) yang dilakukan oleh individu yang sekarang atau di masa depan juga akan memenuhi kriteria untuk pedophilia.9 anak, 15 pedofilia penganiaya rata-rata melakukan 10 kali tindakan lebih seksual terhadap anak-anak dari anak nonpedophilic.

Secara umum, sebagian besar individu yang terlibat dalam pedofilia atau paraphilias adalah laki-laki. Laki-laki lebih banyak sebagai pelaku pedophile dibandingkan perempuan karena perempuan tidak bisa pedofil. Hal ini karena kurangnya jangka panjang dorongan seksual kecuali mereka memiliki penyakit psikotik primer. Ketika perempuan dipelajari untuk perilaku seksual yang tidak pantas ditujukan terhadap anak-anak, perilaku diklasifikasikan sebagai "pelecehan seksual" atau "Penganiayaan" tetapi tidak pedophilia. Penelitian oleh Abel dan Harlow dari 4007 "penganiaya anak" ditemukan 1% adalah perempuan, ini berarti secara sistematik angka ini termsuk rendah 15, 27 Satu alasan mengapa tindakan pedofilia yang dilakukan oleh perempuan yang dilaporkan adalah banyak tindakan yang tidak diakui sebagai pedophilia dikarenakan perempuan banyak terlibat dalam kegiatan seperti mengasuh anak seperti memandikan anak, dan memakaikan pakaian anak.

14

Wanita pedofilia umumnya memiliki cirri 5 :

a. cenderung berusia muda (22-33 tahun); b. memenuhi kriteria untuk adanya gangguan kejiwaan, khususnya depresi; dan c. sering juga memenuhi kriteria untuk menjadi gangguan kepribadian (antisosial, borderline, narsis, ketergantungan) (Tabel 1).

Tabel 1. Usulan Kelas dan Pengelompokan dari pelanggar seks perempuan

15

C.Diagnostik Pedofilia Kriteria diagnostic Pedofilia menurut PPDGJ-III 11 : 1. Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya prapubertas atau awal masa pubertas, baik laki-laki maupun perempuan. 2. Pedofilia jarang ditemukan pada perempuan. 3. Preferensi tersebut harus berulang dan menetap. 4. Termassuk: laki-laki dewasa yang mempunyai preferensi partner seksual dewasa, tetapi karena mengalami frustasi yang khronis untuk mencapai hubungan seksual yang diharapkan, maka kebiasaan beralih kepada anak sebagai peggganti. Kriteria Diagnostik untuk Pedofilia di DSM-III (1980) 12 A. Tindakan atau fantasi yang disukai ketika terlibat dalam aktivitas seksual dengan anak sebelum pubertas yang dilakukan berulang kali atau metode eksklusif untuk mencapai gairah seksual. B. Jika orang tersebut adalah orang dewasa, anak-anak sebelum pubertas adalah setidaknya 10 tahun lebih muda daripada individu. Jika ada

perbedaan individu, usia akhir remaja tidak tepat dipakai, dan penilaian klinis harus memperhitungkan perbedaan usia serta kematangan seksual dari anak.

Kriteria Diagnostik untuk Pedofilia di DSM-III-R (1987)

16

A. Selama periode setidaknya 6 bulan, intens berulang dorongan seksual dan fantasi yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak praremaja atau anak-anak (Umumnya berusia 13 atau lebih muda). B. Seseorang telah bertindak atas dorongan, atau tertekan secara nyata oleh diri mereka sendiri C. Orang setidaknya berumur 16 tahun dan minimal 5 tahun lebih tua dari anak atau anak-anak di A. Catatan: Donot termasuk remaja akhir yang terlibat dalam

berkelanjutan hubungan seksual dengan 12 - atau 13-tahun. Tentukan: jenis kelamin yang sama, lawan jenis, atau sama dan berlawanan seks. Tentukan jika terbatas pada incest. Tentukan: eksklusif jenis (menarik hanya untuk anak-anak), atau tipe eksklusif.

Kriteria Diagnostik untuk Pedofilia di DSM-IV (1994) A. Selama periode setidaknya 6 bulan, berulang, intens syur fantasi, dorongan seksual, atau perilaku melibatkan aktivitas seksual dengan anak praremaja atau anak (umumnya berusia 13 tahun atau lebih muda). B. Fantasi, dorongan seksual, atau perilaku menyebabkan tekanan klinis yang disignifikan atau penurunan sosial, penurunan fungsi pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya. C. Orang ini setidaknya berusia 16 tahun dan setidaknya 5 tahun tua dari anak atau anak-anak dalam Kriteria A.

17

Catatan: Tidak termasuk individu pada masa remaja akhir yang terlibat dalam hubungan seksual berkelanjutan dengan 12 - atau 13 - tahun. Tentukan jika: Tertarik secara Seksual dengan Pria Seksual Tertarik dengan Betina Seksual Tertarik untuk Keduanya. Tentukan jika: Terbatas untuk Incest. Tentukan tipe: Tipe Eksklusif (hanya tertarik kepada anak-anak). Kriteria Diagnostik Tipe Eksklusif untuk Pedofilia di DSM-IV-TR (2000) A. Selama periode setidaknya 6 bulan, berulang, intens syur fantasi, dorongan seksual, atau perilaku yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak praremaja atau anak (umumnya berusia 13 tahun atau lebih muda). B. Seseorang telah bertindak atas dorongan seksual, atau desakan seksual atau fantasi yang menyebabkan penderitaan ditandai dengan kesulitan interpersonal. B. Orang ini setidaknya berusia 16 tahun dan setidaknya 5 tahun tua dari anak atau anak-anak dalam Kriteria A. Catatan: Tidak termasuk individu pada masa remaja akhir yang terlibat dalam hubungan seksual berkelanjutan dengan anak berusia 12 - atau 13 tahun. Tentukan jika: Tertarik secara seksual dengan Pria Seksual Tertarik dengan Betina Seksual Tertarik untuk Keduanya. Tentukan jika: Terbatas untuk Incest serta tentukan tipe: tipe Eksklusif (hanya tertarik terhadap anak-anak)

18

Sebuah studi menunjukkan bahwa pornografi anak merupakan diagnostik pasti dan dapat dijadikan indikator untuk pedofilia.13 Pelanggaran ponografi anak merupakan pelanggar secara bermakna lebih mungkin untuk menunjukkan pola pedofilia dari seksual gairah selama pengujian phallometric daripada yang dibandingkan kelompok pelaku terhadap orang dewasa atau pasien seksologi umum. Bahkan, pelaku pornografi anak, terlepas dari apakah mereka memiliki sejarah pelanggaran seksual terhadap korban anak-anak, lebih mungkin untuk menunjukkan pola gairah seksual pedofilia daripada gabungan kelompok pelaku terhadap anak-anak. Hasil kami menunjukkan bahwa pornografi anak mungkin merupakan indikator kuat untuk menjadi seorang pedofilia. Sebaliknya, orang cenderung memilih jenis pornografi yang sesuai dengan kepentingan seksual mereka, sehingga relatif pria nonpedophilic beberapa akan memilih pornografi anak ilegal. Dengan demikian, sebuah kelompok dibedakan menjadi pelaku terhadap anak-anak yang akan memiliki indeks lebih rendah daripada rata-rata kelompok pelaku pornografi anak pedofilia. Penjelasan lain yang mungkin untuk perbedaan antara pelaku pornografi anak dan pelaku erhadap anak adalah bahwa pelaku pornografi anak yang kurang mungkin mencoba untuk menekan respon mereka terhadap rangsangan yang menggambarkan anak-anak (atau kurang berhasil dalam tanggapan tersebut menekan). Namun, tidak ada alasan bahwa dua kelompok laki-laki akan berbeda dalam motivasi atau

19

kemampuan untuk menekan gairah seksual anak. Hasil kami memiliki implikasi untuk kedua klinis dan teoritis pada pedofilia karena mereka menunjukkan bahwa pornografi anak memiliki signifikansi diagnostik dan mungkin sangat membantu dalam situasi di mana orang tersebut menyangkal minat seksual terhadap anak-anak praremaja, atau tidak memiliki sejarah yang didokumentasikan perilaku seksual yang

melibatkan anak-anak, atau di mana tes phallometric Hasil tidak tersedia. Aksi pornografi memiliki catatan pidana kejahatan seksual yang melibatkan anak-anak (Federal Bureau of Investigation, 2002; Perrien, Hernandez, Gallop, & Steinour, 2000; R. Smith, komunikasi pribadi, 20 Juli 2000, sebagaimana dikutip dalam Klain, Davies, & Hicks, 2001). Sebaliknya, Seto dan Eke (2005) menemukan bahwa 24% dari sampel mereka Pelaku pornografi anak 201 memiliki pelanggaran kontak seksual sebelum sejarah. Akan sangat menarik untuk menentukan apakah anak yang memiliki sifat pornografi masih merupakan indikator yang valid dari pedofilia dalam nonclinical dan nonforensik sampel. Rata-rata indeks pedofilia untuk pelanggar pornografi anak tanpa riwayat kejahatan seksual terhadap anak-anak korban, pelaku pornografi anak dengan riwayat pelanggaran terhadap anak-anak korban, pelaku terhadap anak-anak, pelanggar terhadap orang dewasa, dan pasien seksologi umum. 614 Seto, penyanyi, DAN BLANCHARD dict berikutnya menyinggung yang bisa memprediksi gairah-dan pedofilia besar kemungkinan lebih besar dari

20

pelanggaran seksual terhadap anak-berikutnya antara

individu yang

memiliki konten pornografi anak lebih, pornografi menggambarkan anak laki-laki, dan pornografi menggambarkan anak yang sangat muda.13,14.

D.Penyebab pedofilia

Individu yang Pedofilia memiliki factor predisposisi dimana terdapat minat seksual pada anak-anak praremaja.
14.

Pedofilia merupakan

faktor risiko untuk melakukan pelanggaran seksual terhadap anak-anak. Meskipun relevansi gangguan untuk pencegahan kejahatan seksual terhadap anak-anak, sedikit yang diketahui tentang mekanisme etiologi yang mendasari pedofilia. 14 Terutama tiga penyebab yang masuk akal yang akan dibahas dalam literatur yaitu : kecenderungan genetik, gangguan otak, dan factor resiko. Sebuah studi keluarga menunjukkan sifat yang diturunkan sama orang pedofilia di antara saudara laki-laki dari pria pedofilia sebuah temuan yang mungkin menunjukkan jalur genetik. Neuropsikologis serta studi pencitraan otak tampaknya menyiratkan bahwa individu pedofilia menunjukkan tanda-tanda gangguan perkembangan saraf. Dengan demikian, disfungsi otak yang mungkin menjadi inti dari gangguan. Akhirnya, tingkat korban pelecehan seksual tampaknya meningkat di kalangan pelaku kekerasan seksual terutama yang ditekankan pada relevansi potensi pengalaman traumatis di masa kecil dan remaja.14

21

Pada penelitian Dr Alexander Schmidt akan menyajikan temuantemuan dari studi yang meneliti apakah perampasan kontak rekan masa kanak-kanak atau sensitivitas tertentu untuk jijik mungkin memiliki pengaruh pada minat seksual pada anak-anak di masa dewasa. Dr Joachim Nitschke akan membahas temuan dari studi cross-sectional retrospektif pasien forensik pedofilia. Menggunakan data arsip dari rumah sakit mereka merekam sebuah model jalur diuji yang termasuk kerusakan otak, trauma seksual, dan pengalaman masa kecil permusuhan sebagai prekursor potensi untuk ekspresi kemudian untuk menjadi pedofilia. Dalam pembicaraan ketiga, Dr Pekka Santtila akan menyajikan temuan pertama dari sebuah penelitian genetik perilaku pada preferensi usia pasangan seksual. Berdasarkan sampel berdasarkan populasi kembar dan saudara mereka dari Finlandia, Dr Santtila akan menyoroti relevansi faktor genetik terhadap lingkungan untuk usia yang disukai pasangan seksual. Dan Dr Michael Seto mengatakan bahwa ekspresi pedofilia mencakup gen.otak, dan pola belajar dari masa anak-anak sampai dewasa. 14,15

E.Karakter Pedofilia Empat karakteristik utama yang dimiliki oleh seorang pedofilia14 : 1.Pola perilaku jangka panjang dan persisten.

22

1. Memiliki latar belakang pelecehan seksual. Penelitian menunjukkan bahwa banyak pelaku kekerasan seksual merupakan korban dari kekerasan seksual berikutnya. 2. Memiliki kontak sosial terbatas pada masa remaja. Pada waktu remaja, pelaku biasanya menunjukkan ketertarikan seksual yang kurang terhadap seseorang yang seumur dengan mereka. 3. Riwayat pernah dikeluarkan dari militer. Militer dan organisasi lainnya akan mengeluarkan pedofilia dan akan membuat dakwaan dan tuntutan terhadap mereka. 4. Sering berpindah tempat tinggal. Pedofilia menunjukkan suatu pola hidup dengan tinggal di satu tempat selama beberapa tahun, mempunyai pekerjaan yang baik dan tiba-tiba pindah dan berganti pekerjaan tanpa alasan yang jelas. 5. Riwayat pernah ditahan polisi sebelumnya. Catatan penahanan terdahulu merupakan indikator bahwa pelaku ditahan polisi karena perbuatan yang berulang-ulang, yaitu pelecehan seksual terhadap anak-anak. 6. Korban banyak. Jika penyidikan mengungkap bahwa seseorang melakukan pelecehan seksual pada korban yang berlainan, ini merupakan indikator kuat bahwa ia adalah pedofilia. 7. Percobaan berulang dan beresiko tinggi. Usaha atau percobaan yang berulang untuk mendapatkan anak sebagai korban dengan cara yang

23

sangat terampil merupakan indikator kuat bahwa pelaku adalah seorang pedofilia.

2.Menjadikan anak-anak sebagai obyek preferensi seksual 1. Usia > 25 tahun, single, tidak pernah menikah. Pedofil mempunyai preferensi seksual terhadap anak-anak, mereka mempunyai kesulitan dalam berhubungan seksual dengan orang dewasa dan oleh karena itu mereka tidak menikah. 2. Tinggal sendiri atau bersama orang tua. Indikator ini berhubungan erat dengan indikator di atas.14 3. Bila tidak menikah, jarang berkencan. Seorang laki-laki yang tinggal sendiri, belum pernah menikah dan jarang berkencan , maka harus dicurigai sekiranya dia memiliki karakteristik yang disebutkan di sini. 4. Bila menikah, mempunyai hubungan khusus dengan pasangan. Pedofilia kadang-kadang menikah untuk kenyamanan dirinya atau untuk menutupi dan juga memperoleh akses terhadap anak-anak. 5. Minat yang berlebih pada anak-anak. Indikator ini tidak membuktikan bahwa seseorang adalah seorang pedofilia, tapi menjadi alasan untuk diwaspadai. Akan menjadi lebih signifikan apabila minat yang berlebih ini dikombinasikan dengan indikator-indikator lain. 6. Memiliki teman-teman yang berusia muda. Pedofil sering bersosialisasi dengan anak-anak dan terlibat dengan aktifitas-aktifitas golongan remaja.

24

7. Memiliki hubungan yang terbatas dengan teman sebaya. Seorang pedofil mempunyai sedikit teman dekat dikalangan dewasa. Jika seseorang yang dicurigai sebagai pedofil mempunyai teman dekat, maka ada kemungkinan temannya itu adalah juga seorang pedofil. 8. Preferensi umur dan gender. Pedofil menyukai anak pada usia dan gender tertentu. Ada pedofil yang menyukai anak lelaki berusia 8-10 tahun , ada juga yang menyukai anak lelaki 6-12 tahun. Semakin tua preferensi umur, semakin eksklusif preferensi umur. 9. Menganggap anak bersih, murni, tidak berdosa dan sebagai obyek.Pedofil kadang memiliki pandangan idealis mengenai anak-anak yang

diekspresikan melalui tulisan dan bahasa, mereka menganggap anak-anak sebagai obyek, subyek dan hak milik mereka.

3.Memiliki teknik yang mendapatkan korban

berkembang

dengan

baik

dalam

1. Terampil dalam mengidentifikasikan korban yang rapuh. Pedofilia memilih korban mereka, kebanyakan anak-anak korban broken home atau korban dari penelantaran emosi atau fisik. Ketrampilan ini berkembang dengan latihan dan pengalaman. 2. Berhubungan baik dengan anak, tahu cara mendengarkan anak. Pedofil biasanya mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan anak-anak lebih baik daripada orang dewasa lainnya. Mereka juga tahu cara mendengarkan anak dengan baik.

25

3. Mempunyai akses ke anak-anak. Ini merupakan indikator terpenting bagi pedofil. Pedofil mempunyai metode tersendiri untuk memperoleh akses ke anak-anak. Pedofil akan berada di tempat anak-anak bermain, menikah atau berteman dengan wanita yang memiliki akses ke anak-anak, memilih pekerjaan yang memiliki akses ke anak-anak atau tempat dimana dia akhirnya dapat berhubungan khusus dengan anak-anak. 4. Lebih sering beraktifitas dengan anak-anak, seringkali tidak melibatkan orang dewasa lain. Pedofilia selalu mencoba untuk mendapatkan anakanak dalam situasi dimana tanpa kehadiran orang lain. 5. Terampil dalam memanipulasi anak. Pedofil menguunakan cara merayu, kompetisi, tekanan teman sebaya, psikologi anak dan kelompok, teknik motivasi dan ancaman. 6. Merayu dengan perhatian, kasih sayang dan hadiah. Pedofil merayu anakanak dengan berteman, berbicara, mendengarkan, memberi perhatian, menghabiskan waktu dengan anak-anak dan membeli hadiah. 7. Memiliki hobi dan ketertarikan yang disukai anak. Pedofil mengkoleksi mainan, boneka atau menjadi badut atau ahli sulap untuk menarik perhatian anak-anak. 8. Memperlihatkan materi-materi seksual secara eksplisit kepada anak-anak. Pedofil cenderung untuk mendukung atau membenarkan anak untuk menelepon ke pelayanan pornografi atau menghantar materi seksual yang eksplisit melalui komputer pada anak-anak.

26

4. Fantasi seksual yang difokuskan pada anak-anak

1. Dekorasi rumah yang berorientasi remaja. Pedofilia yang tertarik pada remaja akan mendekorasi rumah mereka seperti seorang remaja lelaki. Ini termasuk pernak-pernik seperti mainan, stereo, poster penyanyi rock, dll. 2. Memfoto anak-anak. Pedofilia memfoto anak-anak yang berpakaian lengkap, setelah selesai dicetak, mereka menghayalkan melakukan hubungan seks dengan mereka. 3. Mengkoleksi pornografi anak atau erotika anak. Pedofil menggunakan koleksi ini untuk mengancam korban agar tetap menjaga rahasia aktivitas seksual mereka. Koleksi ini juga digunakan untuk ditukar dengan koleksi pedofil yang lain.14

Pedofil terlibat dalam berbagai tindakan seksual dengan anak-anak. Kegiatan tersebut antara lain 5:

a. Kegiatan ini bervariasi dari mulai mengekspos diri mereka sendiri kepada anak-anak (eksibisionisme), b. membuka baju anak, c. mencari anak-anak yang telanjang (voyeurisme), atau masturbasi dalam. d. Kehadiran anak-anak untuk kontak fisik yang lebih mengganggu, seperti menggosok alat kelamin mereka terhadap seorang anak (frotteurism), e. cumbuan anak, terlibat dalam seks oral, atau penetrasi dari mulut, anus, dan / atau vagina.5

27

F. Klasifikasi pedofilia Pedofil terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Satu dari perbedaan pertama yang dibuat ketika mengklasifikasikan pedofil adalah untuk menentukan apakah mereka adalah "eksklusif" tertarik anak (pedofilia eksklusif) atau tertarik pada orang dewasa yang dianggapnya juga sebagai anak-anak. Dalam sebuah studi oleh Abel dan Harlow 15 dari 2429 pedofil laki-laki dewasa, hanya 7% yang mengidentifikasi diri mereka sebagai pedofil eksklusif yang tertarik secara seksual terhadap anak, yang menegaskan pandangan umum bahwa sebagian besar pedofil adalah bagian dari kelompok eksklusif. Pedofil biasanya tertarik pada rentang usia tertentu dan / atau jenis kelamin anak. Penelitian mengkategorikan pedofil laki-laki oleh apakah mereka tertarik hanya anak laki-laki (homoseksual

pedofilia), anak perempuan (pedofilia heteroseksual), atau anak-anak dari kedua jenis kelamin (pedofilia biseksual). 5 Persentase pedofil homoseksual berkisar antara 9% sampai 40%, yang kira-kira 4 sampai 20 kali lebih tinggi daripada tingkat pria dewasa tertarik lainnya dewasa dewasa laki-laki (menggunakan tingkat prevalensi homoseksualitas dari 2% -4%).Temuan ini tidak berarti bahwa homoseksual lebih

mungkin untuk menganiaya anak, hanya menunujukkan bahwa

persentase

pedofilia yang lebih besar adalah homoseksual atau biseksual dalam orientasi ke anak-anak.Individu tertarik pada perempuan biasanya lebih suka anak-anak

antara usia 8 dan 10 tahun. Individu tertarik pada laki-laki biasanya lebih suka sedikit lebih tua anak laki-laki antara usia 10 dan 13 tahun.5 Memang, sedikit

28

jumlah perhatian yang diberikan kepada pedofil perempuan ini mengejutkan, mengingat, menurut banyak penelitian David Finkelhor itu, pelecehan seksual perempuan dari anak-anak adalah jauh lebih serius daripada laki-laki karena perempuan lebih mungkin untuk disalahgunakan lebih anak untuk jangka waktu yang lama.16

G. Letak Kelainan Pedophilia di Otak Berikut contoh kasus pasein yang mengalami pedofilia17 :

Seseorang berumur 67-tahun dievaluasi

neuropsikiatri yang dirawat

selama 18 bulan di penjara karena kasus penganiayaan anak. Dia telah melakukan pijatan kepada anak nerumur 14 tahun. Dan dia membantah telah melakukan niat seksual tersebut, dan membantah melakukan teknik pijatan di titik tertentu. Pasien telah menunjukkan minat seksual yang tinggi selama 2 tahun atau lebih secara terus-menerus dan mencari perempuan untuk dijadikan sehabatnya. Dia tak henti-hentinya berbicara tentang banyak pacar yang dimilikinya, yang cenderung jauh lebih muda dari dia.17

Pasien juga mengeluhkan memori yang menurutnya telah mengalami penurunan yang parah selama periode waktu yang sama. Seperti misalnya ia lupa apa yang telah orang lain katakan padanya, dimana ia meninggalkan benda atau hal apapun, dan bagaimana ia menemukan tempat. Dia juga mengalami kesulitan untuk mengingat janji dan lupa untuk menepati janjinya tersebut. Selain itu,

29

pasien mengalami depresi. Dia pernah mempunyai ide untuk bunuh diri dan merenungkan utnuk menggunakan kompor gas atau inhalasi dari knalpot mobilnya untuk bunuh diri.16. Pasien memiliki riwayat angina pektoris, responsif untuk nitrogliserin sublingual, dan kemungkinan aritmia jantung. Pasien juga memiliki riwayat penggunaan alkohol, narkoba, dan kokain. Dulu ketika masih muda, ia adalah seorang petinju amatir tetapi tidak pernah menderita gangguan kesadaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien ,pasien merupakan anak yang tidak terlalu diperhatikan atau diurus selama

perkembangan. Ketika ditanya, Sebelumnya pasien mengaku telah dianiaya oleh ayahnya yang berumur 30 tahun dan sekarang pasien tidak menolak ada hubungannya dengan ayahnya.Riwayat keluarga lainnya adalah tiga paman dan satu bibi yang bunuh diri. 17

Pada pemeriksaan, pasien itu bicara dan menarik, dengan kontak mata yang baik dan selalu senyum. Pasein akan lebih tertekan ketika ia ditanya tenatng suasana hatinya. Dia berusaha untuk memeriksakan dirinya ke dokter perempuan. Pada pasien pemikiran proses yang logis dan jelas, dan ia membantah adanya halusinasi atau delusi. Bahasa baik, dengan pemahaman yang baik, pengulangan, dan penamaan. Dia dapat menyebutkan daftar kata dari 20 hewan dalam satu menit. Tugas konstruksi dan interpretasi pepatah normal. Pemeriksaan neurologis menyatakan syaraf cranial normal, koordinasi dan gaya berjalan, dan motor dan sistem sensorik. Respon Babinski tapi moncong negatif, pegang, atau glabellar Pasien memiliki tes neuropsikologi untuk lebih 3 tahun ke depan. Dia tetap

30

dengan nyata mengalami gangguan memori verbal dan nonverbal dan penurunan konfrontatif penamaan . Uji laboratorium menunjukkan kelainan beberapa. Elektrokardiogram menunjukkan kompleks sesekali ektopik dini. MRI kepala diungkapkan intensitas adanya sinyal meningkat dan pengurangan volume pada lobus temporal medial sepanjang hippocampal formasi, konsisten dengan hippocampal bilateral sclerosis (Gambar 2). 17

FIGURE 2. Magnetic resonance image of Patient 2. Fluid attenuated inversion recovery (FLAIR) MRI scan with coronal cuts shows increased signal intensity along the hippocampal formation bilaterally extending into the nuclei. This nding is bilateral and relatively symmetrical. The ndings are consistent with hippocampal sclerosis.

31

Pasien memiliki scan PET seri selama periode 3 tahun, yang menunjukkan daerah yang stabil mengalami penurunan metabolisme di lobus temporal kanan (Gambar 3).

FIGURE 3. Positron emission tomography scan of Patient 2. The patient was scanned in the fasting state 40 minutes after intravenous administration of 12.15 mCi of [18F]2-uoro-2-deoxy-D-glucose. The head was positioned so that the planes of the images were parallel to the canthomeatal line. There is prominent hypometabolism in the right temporal lobe. There is subtle left temporal lobe hypometabolism. The remaining cortical and subcortical gray matter structures are unremarkable. This sca was the second of three yearly PET scans obtained on this patient.

Para pasien secara klinis, neuropsikologi, dan pemeriksaan neuroimaging tidak menunjukkan adanya proses progresif dementing. Pasien pernah dituduh telah menganiaya seorang anak berusia 5 tahun. Dan perilaku pasien mulai membaik setelah diterapi dengan setraline dan pengawasan lingkungan sekitar pasien yang hati-hati. 15

H.Terapi Penyimpangan seksual Pedofilia

Sebagai hasil dari keputusan v Kansas Hendricks di Mahkamah Agung AS, berkomitmen pengobatan penyimpangan seksual telah menjadi fokus dari kepentingan nasional yang cukup penting. Pengobatan yang efektif dari penyimpangan seksual merupakan masalah rumit yang melibatkan pendekatan

32

pengobatan psikologis dan farmakologis. Seorang psikiater karena telah melewati pendidikan dalam kedokteran dan keterampilan dalam psikoterapi harus tepat dalam mengobati orang-orang khusunya yang mengalami penyimpangan seksual karena sudah bersifat umum terdapat kesepakatan di antara para ahli bahwa pengobatan psikologis dan farmakologis sebaiknya dikombinasikan.18,19 Pendekatan yang paling efektif termasuk pendekatan farmakologi dari pelanggar seksual didasarkan pada asumsi bahwa perilaku secara seksual dan termotivasi untuk penekanan terhadap dorongan seksual akan mengurangi penyimpangan perilaku seksual. Tujuannya adalah untuk menjaga kepentingan seksual dan perilaku normal sekaligus mengurangi perilaku menyimpang atau paraphilic. Perawatan farmakologis telah terbukti dalam mengembalikan fungsi fisiologi normal yang terganggu pada seorang pedofilia dan perbuatan seksual menyimpang lainnya. 18,20 Perawatan biologis, perawatan khusus bedah dan bedah saraf stereotaxic yang telah digunakan selama ini dalam pengobatan pelaku seksual adalah untuk mengurangi dorongan seksual mereka dan untuk mencegah residivisme. Studi ini hasil pengebirian bedah memberikan dasar teoritis bagi pemahaman pengobatan farmakologis paraphilias. Efek biologis perawatan bedah dan penekanan androgen oleh antiandrogen dan agen hormonal memiliki efek yang sama pada perilaku seksual.18 Perlakuan farmakologi dari paraphilias (termasuk pelaku seks) dengan antiandrogen dan agen hormonal berhasil dalam mengurangi tingkat residivisme

33

melalui pengurangan fantasi seksual, dorongan seksual, gairah seksual, dan perilaku seksual. Ada bukti empiris bahwa BPA dan sertraline memiliki efek berbeda pada gairah seksual pola pedofil yang menekan gairah pedofilia dan meningkatkan gairah terhadap aktivitas seksual konsensual dewasa. BPA, MPA, analog LHRH suatu SSRI semuanya telah dibuktikan sebagai pengobatan yang efektif dalam paraphilias. Pendekatan gabungan pengobatan menggunakan perilaku perawatan farmakologis dan kognitif harus dilakukan di sebagian kasus. Baru-baru ini kami telah menggunakan kombinasi anti androgen dan SSRI untuk pengobatan pedofilia.18 Tidak ada pengobatan yang efektif untuk pedofilia kecuali pedofil sendiri bersedia terlibat dalam pengobatan. Individu pedofilia dapat tersinggung selama dalam psikoterapi aktif, saat menerima pengobatan farmakologis, bahkan setelah castration atau pengembirian. Pada saat ini pengobatan pedofil lebih terfokus pada pencegahan pedofil untuk melakukan pelecehan seksual dari pada mengubah orentasi seksual pedofil terhadap anak-anak.5 Schober et al menemukan bahwa individu pedofil masih menunjukkan ketertarikan seksual terhadap anak-anak. Yang diukur menggunakan metode Abel Assessment for Sexual Interest / AASI, bahkan setelah setahun mendapatkan terapi kombinasi psikoterapi dan farmakoterapi, sementara laporan dari seorang pedofil telah mengalami penurunan dalam melakukan pelecehan seksual dan masturbasi. Temuan ini menunjukkan bahwa dorongan seksual dapat diatasi, namun ketertarikan saat melihat anak-anak tidak berubah.4 Pilihan

34

pengobatan yang sering dipakai adalah supresi testosterone secara farmakologis (misalnya: terapi antiandrogenik atau chemical castration).5 pedofil berada di risiko lebih besar untuk residivisme seksual dibandingkan dengan pelaku kejahatan seksual lainnya , dan kategori lain dari penganiaya anak.21

BAB III PENUTUP

A. Rangkuman

Menurut Mulyadi (2006), kekerasan seksual meliputi mencolek, meraba, menyentuh hingga melontarkan kata-kata berorientasi seksual pada anak-anak. Ini diperparah dengan tindakan pencabulan, pemerkosaan, sodomi, dan sejenisnya. Salah satu bentuk kekerasan seksual pada anak adalah pedofilia, yaitu ketertarikan seksual dengan stimulus yang tidak biasa yaitu pada anak-anak1

Penyimpangan Perilaku Seksual adalah perilaku seksual manusia yang tidak normal. Termasuk dalam kelainan seksual, adalah abnormalitas dalam hal hubungan seksual,abnormalitas dalam hal dorongan seksual dan kelainan identitas seksual. Pedofilia adalah diagnosis klinis biasanya dibuat oleh psikiater atau psikolog. Ini bukan istilah kriminal atau hukum, tetapi seperti pelanggaran seksual paksa, yang merupakan istilah hukum yang sering digunakan dalam kejahatan statistics.5 The Federal Bureau of Investigasi Nasional Insiden Berbasis Sistem Pelaporan ini (NIBRS) definisi kejahatan seksual paksa termasuk setiap tindakan seksual diarahkan terhadap orang lain secara paksa dan atau bertentangan dengan keinginan orang itu atau tidak secara paksa atau bertentangan dengan keinginan orang tersebut di mana terdapat pihak yang dirugikan.6

39

36

Secara umum, sebagian besar individu yang terlibat dalam pedofilia atau paraphilias adalah laki-laki. Laki-laki lebih banyak sebagai pelaku pedophile dibandingkan perempuan karena perempuan tidak bisa pedofil. Hal ini karena kurangnya jangka panjang dorongan seksual kecuali mereka memiliki penyakit psikotik primer. Ketika perempuan dipelajari untuk perilaku seksual yang tidak pantas ditujukan terhadap anak-anak, perilaku diklasifikasikan sebagai "pelecehan seksual" atau "Penganiayaan" tetapi tidak pedophilia. Penelitian oleh Abel dan Harlow dari 4007 "penganiaya anak" ditemukan 1% adalah perempuan, ini berarti secara sistematik angka ini termsuk rendah 15, 27 Satu alasan mengapa tindakan pedofilia yang dilakukan oleh perempuan yang dilaporkan adalah banyak tindakan yang tidak diakui sebagai pedophilia dikarenakan perempuan banyak terlibat dalam kegiatan seperti mengasuh anak seperti memandikan anak, dan memakaikan pakaian anak. Wanita pedofilia umumnya memiliki cirri 5 :

d. cenderung berusia muda (22-33 tahun); e. memenuhi kriteria untuk adanya gangguan kejiwaan, khususnya depresi; dan

sering juga memenuhi kriteria untuk menjadi gangguan kepribadian (antisosial, borderline, narsis, ketergantungan) Kriteria diagnostic Pedofilia menurut PPDGJ-III 11 :

37

5. Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya prapubertas atau awal masa pubertas, baik laki-laki maupun perempuan. 6. Pedofilia jarang ditemukan pada perempuan. 7. Preferensi tersebut harus berulang dan menetap. 8. Termassuk: laki-laki dewasa yang mempunyai preferensi partner seksual dewasa, tetapi karena mengalami frustasi yang khronis untuk mencapai hubungan seksual yang diharapkan, maka kebiasaan beralih kepada anak sebagai peggganti. Kriteria Diagnostik Tipe Eksklusif untuk Pedofilia di DSM-IV-TR (2000) A. Selama periode setidaknya 6 bulan, berulang, intens syur fantasi, dorongan seksual, atau perilaku yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak praremaja atau anak (umumnya berusia 13 tahun atau lebih muda). B. Seseorang telah bertindak atas dorongan seksual, atau desakan seksual atau fantasi yang menyebabkan penderitaan ditandai dengan kesulitan interpersonal. C. Orang ini setidaknya berusia 16 tahun dan setidaknya 5 tahun tua dari anak atau anak-anak dalam Kriteria A. Catatan: Tidak termasuk individu pada masa remaja akhir yang terlibat dalam hubungan seksual berkelanjutan dengan anak berusia 12 - atau 13 tahun. Tentukan jika: Tertarik secara seksual dengan Pria Seksual Tertarik dengan Betina Seksual Tertarik untuk Keduanya.

38

Tentukan jika: Terbatas untuk Incest serta tentukan tipe: tipe Eksklusif (hanya tertarik terhadap anak-anak) Individu yang Pedofilia memiliki factor predisposisi dimana terdapat minat seksual pada anak-anak praremaja.
14.

Pedofilia merupakan

faktor risiko untuk melakukan pelanggaran seksual terhadap anak-anak. Meskipun relevansi gangguan untuk pencegahan kejahatan seksual terhadap anak-anak, sedikit yang diketahui tentang mekanisme etiologi yang mendasari pedofilia. 14 Terutama tiga penyebab yang masuk akal yang akan dibahas dalam literatur yaitu : kecenderungan genetik, gangguan otak, dan factor resiko. Sebuah studi keluarga menunjukkan sifat yang diturunkan sama orang pedofilia di antara saudara laki-laki dari pria pedofilia sebuah temuan yang mungkin menunjukkan jalur genetik. Neuropsikologis serta studi pencitraan otak tampaknya menyiratkan bahwa individu pedofilia menunjukkan tanda-tanda gangguan perkembangan saraf. Dengan demikian, disfungsi otak yang mungkin menjadi inti dari gangguan. Akhirnya, tingkat korban pelecehan seksual tampaknya meningkat di kalangan pelaku kekerasan seksual terutama yang ditekankan pada relevansi potensi pengalaman traumatis di masa kecil dan remaja.14 Empat karakteristik utama yang dimiliki oleh seorang pedofilia14 : 1.Pola perilaku jangka panjang dan persisten.

39

8. Memiliki latar belakang pelecehan seksual. Penelitian menunjukkan bahwa banyak pelaku kekerasan seksual merupakan korban dari kekerasan seksual berikutnya. 9. Memiliki kontak sosial terbatas pada masa remaja. Pada waktu remaja, pelaku biasanya menunjukkan ketertarikan seksual yang kurang terhadap seseorang yang seumur dengan mereka. 10. Riwayat pernah dikeluarkan dari militer. Militer dan organisasi lainnya akan mengeluarkan pedofilia dan akan membuat dakwaan dan tuntutan terhadap mereka. 11. Sering berpindah tempat tinggal. Pedofilia menunjukkan suatu pola hidup dengan tinggal di satu tempat selama beberapa tahun, mempunyai pekerjaan yang baik dan tiba-tiba pindah dan berganti pekerjaan tanpa alasan yang jelas. 12. Riwayat pernah ditahan polisi sebelumnya. Catatan penahanan terdahulu merupakan indikator bahwa pelaku ditahan polisi karena perbuatan yang berulang-ulang, yaitu pelecehan seksual terhadap anak-anak. 13. Korban banyak. Jika penyidikan mengungkap bahwa seseorang melakukan pelecehan seksual pada korban yang berlainan, ini merupakan indikator kuat bahwa ia adalah pedofilia. 14. Percobaan berulang dan beresiko tinggi. Usaha atau percobaan yang berulang untuk mendapatkan anak sebagai korban dengan cara yang sangat terampil merupakan indikator kuat bahwa pelaku adalah seorang pedofilia.

40

2.Menjadikan anak-anak sebagai obyek preferensi seksual 10. Usia > 25 tahun, single, tidak pernah menikah. Pedofil mempunyai preferensi seksual terhadap anak-anak, mereka mempunyai kesulitan dalam berhubungan seksual dengan orang dewasa dan oleh karena itu mereka tidak menikah. 11. Tinggal sendiri atau bersama orang tua. Indikator ini berhubungan erat dengan indikator di atas.14 12. Bila tidak menikah, jarang berkencan. Seorang laki-laki yang tinggal sendiri, belum pernah menikah dan jarang berkencan , maka harus dicurigai sekiranya dia memiliki karakteristik yang disebutkan di sini. 13. Bila menikah, mempunyai hubungan khusus dengan pasangan. Pedofilia kadang-kadang menikah untuk kenyamanan dirinya atau untuk menutupi dan juga memperoleh akses terhadap anak-anak. 14. Minat yang berlebih pada anak-anak. Indikator ini tidak membuktikan bahwa seseorang adalah seorang pedofilia, tapi menjadi alasan untuk diwaspadai. Akan menjadi lebih signifikan apabila minat yang berlebih ini dikombinasikan dengan indikator-indikator lain. 15. Memiliki teman-teman yang berusia muda. Pedofil sering bersosialisasi dengan anak-anak dan terlibat dengan aktifitas-aktifitas golongan remaja. 16. Memiliki hubungan yang terbatas dengan teman sebaya. Seorang pedofil mempunyai sedikit teman dekat dikalangan dewasa. Jika seseorang yang

41

dicurigai sebagai pedofil mempunyai teman dekat, maka ada kemungkinan temannya itu adalah juga seorang pedofil. 17. Preferensi umur dan gender. Pedofil menyukai anak pada usia dan gender tertentu. Ada pedofil yang menyukai anak lelaki berusia 8-10 tahun , ada juga yang menyukai anak lelaki 6-12 tahun. Semakin tua preferensi umur, semakin eksklusif preferensi umur. 18. Menganggap anak bersih, murni, tidak berdosa dan sebagai obyek.Pedofil kadang memiliki pandangan idealis mengenai anak-anak yang

diekspresikan melalui tulisan dan bahasa, mereka menganggap anak-anak sebagai obyek, subyek dan hak milik mereka.

3.Memiliki teknik yang mendapatkan korban

berkembang

dengan

baik

dalam

9. Terampil dalam mengidentifikasikan korban yang rapuh. Pedofilia memilih korban mereka, kebanyakan anak-anak korban broken home atau korban dari penelantaran emosi atau fisik. Ketrampilan ini berkembang dengan latihan dan pengalaman. 10. Berhubungan baik dengan anak, tahu cara mendengarkan anak. Pedofil biasanya mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan anak-anak lebih baik daripada orang dewasa lainnya. Mereka juga tahu cara mendengarkan anak dengan baik. 11. Mempunyai akses ke anak-anak. Ini merupakan indikator terpenting bagi pedofil. Pedofil mempunyai metode tersendiri untuk memperoleh akses ke

42

anak-anak. Pedofil akan berada di tempat anak-anak bermain, menikah atau berteman dengan wanita yang memiliki akses ke anak-anak, memilih pekerjaan yang memiliki akses ke anak-anak atau tempat dimana dia akhirnya dapat berhubungan khusus dengan anak-anak. 12. Lebih sering beraktifitas dengan anak-anak, seringkali tidak melibatkan orang dewasa lain. Pedofilia selalu mencoba untuk mendapatkan anakanak dalam situasi dimana tanpa kehadiran orang lain. 13. Terampil dalam memanipulasi anak. Pedofil menguunakan cara merayu, kompetisi, tekanan teman sebaya, psikologi anak dan kelompok, teknik motivasi dan ancaman. 14. Merayu dengan perhatian, kasih sayang dan hadiah. Pedofil merayu anakanak dengan berteman, berbicara, mendengarkan, memberi perhatian, menghabiskan waktu dengan anak-anak dan membeli hadiah. 15. Memiliki hobi dan ketertarikan yang disukai anak. Pedofil mengkoleksi mainan, boneka atau menjadi badut atau ahli sulap untuk menarik perhatian anak-anak. 16. Memperlihatkan materi-materi seksual secara eksplisit kepada anak-anak. Pedofil cenderung untuk mendukung atau membenarkan anak untuk menelepon ke pelayanan pornografi atau menghantar materi seksual yang eksplisit melalui komputer pada anak-anak.

43

4. Fantasi seksual yang difokuskan pada anak-anak

4. Dekorasi rumah yang berorientasi remaja. Pedofilia yang tertarik pada remaja akan mendekorasi rumah mereka seperti seorang remaja lelaki. Ini termasuk pernak-pernik seperti mainan, stereo, poster penyanyi rock, dll. 5. Memfoto anak-anak. Pedofilia memfoto anak-anak yang berpakaian lengkap, setelah selesai dicetak, mereka menghayalkan melakukan hubungan seks dengan mereka. 6. Mengkoleksi pornografi anak atau erotika anak. Pedofil menggunakan koleksi ini untuk mengancam korban agar tetap menjaga rahasia aktivitas seksual mereka. Koleksi ini juga digunakan untuk ditukar dengan koleksi pedofil yang lain.14

Pedofil terlibat dalam berbagai tindakan seksual dengan anak-anak. Kegiatan tersebut antara lain 5:

f. Kegiatan ini bervariasi dari mulai mengekspos diri mereka sendiri kepada anak-anak (eksibisionisme), g. membuka baju anak, h. mencari anak-anak yang telanjang (voyeurisme), atau masturbasi dalam. i. Kehadiran anak-anak untuk kontak fisik yang lebih mengganggu, seperti menggosok alat kelamin mereka terhadap seorang anak (frotteurism), j. cumbuan anak, terlibat dalam seks oral, atau penetrasi dari mulut, anus, dan / atau vagina.5

44

Pedofil terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Satu dari perbedaan pertama yang dibuat ketika mengklasifikasikan pedofil adalah untuk menentukan apakah mereka adalah "eksklusif" tertarik anak (pedofilia eksklusif) atau tertarik pada orang dewasa yang dianggapnya juga sebagai anak-anak. Dalam sebuah studi oleh Abel dan Harlow 15 dari 2429 pedofil laki-laki dewasa, hanya 7% yang mengidentifikasi diri mereka sebagai pedofil eksklusif yang tertarik secara seksual terhadap anak, yang menegaskan pandangan umum bahwa sebagian besar pedofil adalah bagian dari kelompok eksklusif. Pedofil biasanya tertarik pada rentang usia tertentu dan / atau jenis kelamin anak. Penelitian mengkategorikan pedofil laki-laki oleh apakah mereka tertarik hanya anak laki-laki (homoseksual pedofilia), anak perempuan (pedofilia heteroseksual), jenis kelamin (pedofilia biseksual). 5 atau anak-anak dari kedua

Uji laboratorium menunjukkan kelainan beberapa. Elektrokardiogram menunjukkan kompleks sesekali ektopik dini. MRI kepala diungkapkan intensitas adanya sinyal meningkat dan pengurangan volume pada lobus temporal medial sepanjang hippocampal formasi, konsisten dengan hippocampal bilateral sclerosis (Gambar 2).
17

Pasien memiliki scan PET seri selama periode 3 tahun, yang

menunjukkan daerah yang stabil mengalami penurunan metabolisme di lobus temporal kanan. 17

45

Sebagai hasil dari keputusan v Kansas Hendricks di Mahkamah Agung AS, berkomitmen pengobatan penyimpangan seksual telah menjadi fokus dari kepentingan nasional yang cukup penting. Pengobatan yang efektif dari penyimpangan seksual merupakan masalah rumit yang melibatkan pendekatan pengobatan psikologis dan farmakologis. Seorang psikiater karena telah melewati pendidikan dalam kedokteran dan keterampilan dalam psikoterapi harus tepat dalam mengobati orang-orang khusunya yang mengalami penyimpangan seksual karena sudah bersifat umum terdapat kesepakatan di antara para ahli bahwa pengobatan psikologis dan farmakologis sebaiknya dikombinasikan.18,19 Pendekatan yang paling efektif termasuk pendekatan farmakologi dari pelanggar seksual didasarkan pada asumsi bahwa perilaku secara seksual dan termotivasi untuk penekanan terhadap dorongan seksual akan mengurangi penyimpangan perilaku seksual. Tujuannya adalah untuk menjaga kepentingan seksual dan perilaku normal sekaligus mengurangi perilaku menyimpang atau paraphilic. Perawatan farmakologis telah terbukti dalam mengembalikan fungsi fisiologi normal yang terganggu pada seorang pedofilia dan perbuatan seksual menyimpang lainnya. 18,20 Perawatan biologis, perawatan khusus bedah dan bedah saraf stereotaxic yang telah digunakan selama ini dalam pengobatan pelaku seksual adalah untuk mengurangi dorongan seksual mereka dan untuk mencegah residivisme. Studi ini hasil pengebirian bedah memberikan dasar teoritis bagi pemahaman pengobatan farmakologis paraphilias. Efek biologis perawatan bedah dan penekanan androgen

46

oleh antiandrogen dan agen hormonal memiliki efek yang sama pada perilaku seksual.18

B. Kesimpulan 1. Pedofilia memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas seksual dengan anak-anak kecil. Biasanya digunakan standar umur di bawah 13 tahun dan penderitanya minimal 5 tahun lebih tua. 2. Terdapat terutama tiga penyebab yang menjadikan seseorang mnejadi pedofilia yaitu : kecenderungan genetik, gangguan otak, dan factor resiko
3.

Tidak ada pengobatan yang efektif untuk pedofilia kecuali pedofil sendiri bersedia terlibat dalam pengobatan. Individu pedofilia dapat tersinggung selama dalam psikoterapi aktif, saat menerima pengobatan farmakologis, bahkan setelah castration atau pengembirian. Pada saat ini pengobatan pedofil lebih terfokus pada pencegahan pedofil untuk melakukan pelecehan seksual dari pada mengubah orentasi seksual pedofil terhadap anak-anak.5 .

DAFTAR PUSTAKA

Maramis WF dan Maramis AA. Catatan ilmu kedokteran jiwa edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press, 2009. Stein DJ. Obsessive-compulsive disorder. The LANCET 2002;360:397-405. Mas CS, Pujol J, Alonso P, et al. Identifying patients with obsessive-compulsive disorder using whole-brain anatomy. NeuroImage 2007;35:1028-1037. Sadock BJ and Sadock VA. Kaplan & sadocks synopsys of psychiatry. Lippincott Williams & Wilkins, 2007. Doron G, Derby DS, Szepsenwol O, et al. Flaws and all:exploring partner-focused obsessive-compulsive symptoms. JOCRD 2012;1:234-243. Coughtrey AE, Shafran R, Knibbs D, et al. Mental contamination in obsessivecompulsive disorder. JOCRD 2012;1:244-250. Abramowitz JS, Franklin ME, Zoellner LA, et al. Treatment compliance and outcome in obsessive-compulsive disorder. Behaviour Modification 2002;26:447-463. Carmin CN, Wiegartz PS, Yunus U, et al. Treatment of late-onset OCD following basal ganglia infarct. Depression and Anxiety 2002;15:87-90. Tibrewal P, Kumar HB, Shubha GN, et al. Association of serotonin transporter gene polymorphisms with obsessive-compulsive disorder (OCD) in a south Indian population. Indian J Med Res 2010;132:690-695. Billett EA, Richter MA, King N, et al. Obsessive compulsive disorder, response to serotonin reuptake inhibitors and the serotonin transporter gene. Molecular Psychiatry 1997;2:403-406. Hollander E and Pallanti S. Current and experimental therapeutics of OCD. Neuropsychopharmacology: the fifth generation of progress 2002;114:16471664. Baldwin DS, Anderson IM, Nutt DJ, et al. Evidence-based guidelines for the pharmacological treatment of anxiety disorders: recommendations from the british association for psychopharmacolofy. Journal of Psychopharmacology 2005;19:567-596.

Tobias JAY. Obsessive-compulsive disorders: Orthomolecular psychiatry 1977;6:317-326.

serotonic

hypothesis.

Bystritsky A. Current pharmacological treatments for obsessive-compulsive disorders. Essent psychopharmacol 2004;5:251-272. Fineberg N and Brown A. Pharmachotherapy for obsessive-compulsive disorder. APT 2011;17:419-434. Price LH and Whiteley L. Effective pharmacotherapy for obsessive-compulsive disorders in adults.European psychiatric R\review 2010;3:58-62. Cordioli AV, Heldt E, Bochi DB, et al. Cognitive-behavioural group therapy in obsessive-compulsive disorder: a clinical trial. Rev Bras Psiquiatr 2002;24:113-120. Schruers K, Koning K, Luermans J, et al. Obsessive-compulsive disorder: a critical review of therapeutic perspectives. Acta psychiatr scand 2005;111:261-271. Fontenelle LF, Nascimento AL, Mendlowics MV, et al. An update on the pharmacological treatment of obsessive-compulsive disorder. Expert Opin Pharmacother 2007;8:1-21. Cordioli AV. Cognitive-behavioral therapy in obsessive-compulsive disorder.Rev Bras Psiquiatr 2008;30:565-272. Braga DT, Cordioloi AV, Niederauer K, et al. Cognitive-behavioral group therapy for obsessive-compulsive disorder: a 1-year follow up. Acta Psyciatr Scand 2005;112:180-186. Jaurrieta N, Murcia SJ, Alonso P, et al. Individual versus group cognitive behavioral treatment for obsessive-compulsive: follow up. Psychiatry and Clinical Neurosciences 2008;62:697-704.

cadangan (13) Etiologi dari gangguan otak mereka berbeda. Meskipun satu memiliki demensia frontotemporal dan lainnya memiliki sclerosis hippocampal bilateral (HS), mereka mirip PET ndings menyarankan peran temporal kanan lobus disfungsi dalam mereka pedofilia. Ekstensif keluarga wawancara mengungkapkan bahwa orientasi terhadap pedofilia hadir pada usia lebih muda. Peningkatan seksualitas dari penyakit laten lobus temporal mungkin membuka tabir pedofilia di kedua pasien. Keprihatinan atas pedofilia telah meningkat barubaru ini tahun.2 Meskipun pedofil mungkin sebaliknya normal, 6 mereka sering laki-laki dewasa dengan banyak sekali seksual con TIK dan tanpa ketegasan yang diperlukan untuk hubungan seksual dengan women.7 matang 9 Pedofil sering melaporkan dilecehkan secara seksual sebagai children.10 Dengan TIK con dan stigma yang terkait dengan pedofilia, seorang

kecenderungan untuk perilaku ini dapat tertidur sampai episode pedofilia dilepaskan oleh beberapa faktor, seperti penyakit otak, di kemudian life.11 Penyidik telah dilaporkan pada pasien dengan pedofilia gangguan saraf. Dalam laporan awal, hampir sepertiga (31) dari 111 orang ditangkap karena pedofilia memiliki buruk Speci ed organik sindrom mental atau keterbelakangan mental. 12 Di antara 34 pasien lain yang dilaporkan dalam literatur, sebagian besar pasien parkinson postencephalitic dari satu studi, 24 di antaranya memiliki heteroseksual pedophilia.13 Para pasien melaporkan tersisa hada kisaran gangguan (Tabel 2). Ini termasuk seorang pria 64-tahun, ditangkap karena seks

dengan seorang remaja, yang memiliki frontal kanan malformasi arteri memperluas ke wilayah septum; 14 seorang pria 49-tahun yang dianiaya anak setelah menjalani kraniotomi frontal kanan untuk menghilangkan suatu suprasellar meningioma, 15 dan semakin hiperseksual pria yang propositioned anak-anak dan memiliki glioma yang melibatkan hipotalamus dan atas brainstem.16 incest pedofilia telah mengikuti hipoksia serebral global pasien yang memiliki infark miokard dan menjalani cardioversion.15 Sebuah laporan selanjutnya menjelaskan pasien dengan beberapa paraphilias dan lesi demielinasi luas dari beberapa sclerosis.17 Perilaku seksual meningkat atau diubah mungkin hasil dari speci c otak lesi. Sindrom Klu ver-Bucy termasuk hypersexuality.18 Awalnya digambarkan pada monyet mengikuti lobectomies bilateral temporal anterior, ini Sindrom melibatkan aktivitas autoerotic dan seksual meningkat, kadang-kadang dengan pilihan objek pantas; hyperorality dan hyperphagia, ketenangan dan hilangnya rasa takut; hypermetamorphosis (Kecenderungan untuk menghadiri setiap visual yang stimulus), dan visual agnosia. Pasien dengan FTD sangat rentan terhadap sindrom ini, 3,19,20 dan Pasien 1 memiliki elemen dari sindrom ver-Bucy Klu. Selain itu, pada manusia Sindrom ini dapat menghasilkan perubahan dalam preferensi seksual serta hypersexuality.18 benar klinis lain laporan melibatkan lobus temporal kanan lebih dari meninggalkan satu dalam memproduksi perilaku seksual berubah. Kalliomaki et al.21 menemukan bahwa 8,3% dari kanan belahan stroke pasien tetapi hanya 4,4 persen dari mereka kiribelahan pasien stroke mengalami peningkatan libido, dan beberapa penulis mencatat hasrat seksual meningkat tajam setelah stroke melibatkan hak lobe.16

temporal anterior, 22 Selain itu, diantara 12 wanita dengan manifestasi iktal seksual, 23 epileptiform Kegiatan memancar lobus temporal kanan fromthe di 8, termasuk 1 pasien dengan astrocytoma temporal kanan. Hypersexuality juga bisa terjadi akibat kerusakan pada septum region16, 24 dan hipotalamus region.16, 25 The Kleine-Levin sindrom dengan hypersomnolence periodik...

(14) Selain dosis yang lebih rendah dari antiandrogen berarti lebih sedikit risiko atau efek samping yang tidak diinginkan. Selanjutnya pada tingkat teoritis komponen seksual dari paraphilia serta komponen OCD sedang dirawat oleh pendekatan ini. Kebutuhan untuk pengobatan berkelanjutan tidak terbatas pada beberapa individu berisiko tinggi sangat penting untuk pengurangan residivisme. Pada saat ini terdapat spektrum farmakologis perawatan yang tersedia dengan indikasi yang berbeda untuk penggunaan. The SSRI yang cepat menjadi intervensi farmakologis baris pertama dalam banyak kasus selain lebih serius paraphilias. Mereka juga perawatan eksklusif untuk wanita dan remaja kebanyakan. Ini diikuti dengan penggunaan oral MPA atau BPA di paraphilias lebih parah. Tujuan Pengobatan di sini bukan untuk menciptakan individu aseksual melainkan orang yang memiliki berkurang dorongan seksual dan tidak ada dorongan seksual menyimpang atau fantasi. Yang paling parah akan paraphilias dirawat oleh intramuskular MPA dan BPA. Akhirnya sangat parah kasus seksual

sadisme akan diperlakukan oleh intramuskular CPA atau agonis LHRH. Agonis LHRH adalah cenderung menjadi pengobatan pilihan di masa depan untuk kasus-

kasus yang sulit. Itukeberhasilan pendekatan pengobatan farmakologis tergantung pada pretreatment intensif evaluasi orang yang menyajikan dengan paraphilia, termasuk penilaian fisiologis gairah seksual, sebuah hormon seks profile, kuesioner yang mengukur berbagai kognitif distorsi, mengukur fantasi seksual, dan menetapkan tingkat co-morbiditas dari paraphilias dan gangguan kejiwaan lainnya. Tingkat penyalahgunaan alkohol dan substansi yang

penting bagi keberhasilan utama pengobatan. Urin acak untuk skrining zat adalah juga merupakan komponen penting dari pencegahan kambuh.

You might also like