You are on page 1of 17

Selasa, 28 September 2010

hubungan menyimak dan berbicara


KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA A. Pendahuluan Keterampilan berbahasa Indonesia diberikan kepada guru, bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa guru Sekolah Dasar. Keterampilan berbahasa Indonesia mencakup: Keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan menulis, dan keterampilan membaca. Penyajian materi ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa keterampilan berbahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Mari perhatikan kehidupan masyarakat. Anggota-anggota masyarakat saling berhubungan dengan cara berkomunikasi. Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah, dua arah, dan multi arah. Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang mengirim pesan kepada orang lain, sedangkan penerima pesan tidak menanggapi isi pesan tersebut. Misalnya, khotbah jumat dan berita di TV atau radio. Komunikasi dua arah terjadi ketika pemberi pesan dan penerima pesan saling menanggapi isi pesan. Komunikasi multi arah terjadi ketika pemberi pesan dan penerima pesan yang jumlahnya lebih dari dua orang saling menanggapi isi pesan (Abd. Gofur, 1: 2009) Dalam kegiatan komunikasi, pengirim pesan aktif mengirim pesan yang diformulasikan dalam lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan. Proses ini disebut dengan encoding. Selanjutnya si penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang tersebut menjadi bermakna sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses ini disdebut dengan decoding. B. Aspek-aspek Keterampilan berbahasa Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar berbahasa yaitu, menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keempat keterampilan tersebut saling terkait antara yang satu dengan yang lain. B.1. Hubungan Menyimak dengan Berbicara Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung. Menyimak bersifat reseptif, sedangkan berbicara bersifat produktif. Misalnya, komunikasi yang terjadi antar teman, antara pembeli dan penjual atau dalam suatu diskusi di kelas. Dalam hal ini A berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B yang berbicara dan A mendengarkan. Namun ada pula dalam suatu konteks bahwa komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan. Misalnya Khotbah di masjid, dimana pemceramah menyampaikan ceramahnya, sedangkan yang lainnya hanya mendengarkan. Terkait dengan kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memodifikasi aktivitas pembelajaran agar siswa mampu untuk melaksanakan kegiatan komunikasi baik satu arah, dua arah, maupun multi arah. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah dengan metode diskusi kelompok, Tanya jawab, dan sebagainya. B.2. Hubungan Menyimak dan Membaca Menyimak dan membaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Menyimak berkaitan dengan penggunaan bahasa ragm lisan, sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Penyimak maupun pembaca malakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsure-unsur bahasa yang berupa suara (menyimak), maupun berupa tulisan (membaca) yang selanjutnya diikuti diikuti dengan proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide, atau informasi. Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Secara berturut-turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan menyimak diawali dengan mendengarkan, dan pada akhirnya memahami apa yang disimak. Untuk memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses berikut; mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi atau menafsirkan, memahami, menilai, dan yang terakhir menanggapi apa yang disimak. Dalam hal ini menyimak memiliki tujuan yang berbeda-beda yaitu untuk; mendapatkan fakta, manganalisa fakta, mengevaluasi fakta, mendapat inspirasi, menghibur diri, dan meningkatkan kemampuan berbicara. Menyimak memiliki jenis-jenis sebagai berikut: 1. Menyimak kreatif: menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar. 2. Menyimak kritis: menyimak yang dilakukan dengan sungguhsungguh untuk memberikan penilaian secara objektif. 3. Menyimak ekstrinsik: menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang tidak umum dan lebih bebas.

4. Menyimak selektif: menyimak yang dilakukan secara sungguhsungguh, dan memilih untuk mencari yang terbaik. 5. Menyimak sosial: menyimak yang dilakukan dalam situasi-situasi sosial. 6. Menyimak estetik: menyimak yang apresiatif, menikmati keindahan cerita, puisi, dll. 7. Menyimak konsentratif: menyimak yang merupakan sejenis telaah atau menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk. B.3. Hubungan Membaca dan Menulis Membaca dan menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca adalah kegiatan yang bersifat reseptif. Seorang penulis menyampaikan gagasan, perasaan, atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seorang pembaca mencoba memahami gagsan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut. Membaca adalah suatu proses kegiatan yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada tujuan melalui tahaptahap tertentu (Burns, 1985). Proses tersebut berupa penyandian kembali dan penafsiran sandi. Kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan wacana, serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya (Anderson, 1986). Lebih dari itu, pembaca menghubungkannya dengan kemungkinan maksud penulis berdasarkan pengalamannya (Ulit, 1995). Sejalan dengan hal tersebut, Kridalaksana (1993) menyatakan bahwa membaca adalah keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambing-lambang grafis dan perubahannya menjadi bicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras. Kegiatan membaca dapat bersuara nyaring dan dapat pula tidak bersuara (dalam hati). Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambing-lambang grafis tersebut (Bryne, 1983). Lebih lanjut Bryne menyatakan bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis symbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata tersusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan karang-mengarang, pengarang menggunakan bahasa tulis untuk menyatakan isi hati dan buah pikirannya secara menarik kepada pembaca. Oleh karena itu, di samping harus menguasai topik dan permasalahannya yang akan ditulis, penulis dituntut menguasai komponen (1) grafologi, (2) struktur, (3) kosakata, dan (4) kelancaran. Aktivitas menulis mengikuti alur proses yang terdiri atas beberapa tahap. Mckey mengemukakan tujuh tahap yaitu (1) pemilihan dan pembatasan masalah, (2) pengumpulan bahan, (3) penyusunan bahan, (4) pembuatan kerangka karangan, (5) penulisan naskah awal, (6) revisi, dan (7) penulisan naskah akhir. Secara padat, proses penulisan terdiri atas lima tahap yaitu; (1) pramenulis, (2) menulis, (3) merevisi, (4) mengedit, dan (5) mempublikasikan. 1. Pramenulis Pramenulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang penulis melakukan berbagai kegiatan, misalnya menemukan ide/gagasan, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih bentuk atau jenis tulisan, membuat kerangka dan mengumpulkan bahan-bahan. Ide tulisan dapat bersumber dari pengalaman, observasi, bahan bacaan, dan imajinasi. Oleh karena itu, pada tahap pramenulis diperlukan stimulus untuk merangsang munculnya respon yang berupa idea tau gagasan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas, misalnya membaca buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Penentuan tujuan menulis erat kaitannya dengan pemilihan bentuk karangan. Karangan yang bertujuan menjelaskan sesuatu dapat ditulis dalam bentuk karangan eksposisi; karangan yang bertujuan membuktikan, meyakinkan, dan membujuk dapat disusun dalam bentuk argumentasi dan persuasi. Karangan yang bertujuan melukiskan sesuatu dapat ditulis dalam bentuk karangan deskripsi. Di samping seorang penulis dapat memilih bentuk prosa, puisi, atau drama untuk mengkomunikasikan gagasannya. 2. Menulis Tahap menulis dimulai dari menjabarkan ide-ide ke dalam bentuk tulisan. Ide-ide dituangkan dalam bentuk satu karangan yang utuh. Pada tahap ini diperlukan berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan. Pengetahuan kebahasaan digunakan untuk pemilihan kata, penentuan gaya bahasa, dan pembentukan kalimat. Sedangkan teknik penulisan diterapkan dalam penyusunan paragraf sampai dengan penyusunan karangan secara utuh. 3. Merevisi Pada tahap merivisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan paragraf dalam tulisan. Koreksi harus dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur karangan dan kebahasaan. Struktur karangan meliputi penataan ide pokok dan ide penjelas serta sistematika penalarannya. Sementara itu aspek kebahasaan meliputi pemilihan kata, struktur bahasa, ejaan dan tanda baca.

4. Mengedit Apabila karangan sudah dianggap sempurna, penulis tinggal melaksanakan tahap pengeditan. Dalam pengeditan ini diperlukan format baku yang akan menjadi acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan spasi. Proses pengeditan dapat diperluas dan disempurnakan dengan penyediaan gambar atau ilustrasi. Hal itu dimaksudkan agar tulisan itu menarik dan lebih mudah dipahami. 5. Mempublikasikan Mempublikasikan mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama, berarti menyampaikan karangan kepada public dalam bentuk cetakan, sedangkan pengertian yang kedua disampaikan dalam bentuk noncetakan. Penyampaian noncetakan dapat dilakukan dengan pementasan, penceritaan, peragaan, dan sebagainya. B.4. Hubungan Menulis dengan Berbicara Berbicara dan menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan ragam lisan, sedangkan menulis merupakan kegiatan berbahasa ragam tulis. Menulis pada umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat langsung. Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi yang dalam proses itu terjadi pemindahan pesan dari satu pihak (komunikator) ke pihak lain (komunikan). Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam symbol-simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak (Abd. Gofur, 6 : 2009) Aspek-aspek yang dinilai pada kegiatan berbicara terdiri atas aspek kebahasaan dan nonkebehasaan. Aspek kebahasaan terdiri atas; ucapan atau lafal, tekanan kata, nada dan irama, persendian, kosakata atau ungkapan, dan variasi kalimat atau struktur kalimat. Aspek nonkebahsaan terdiri atas; kelancaran, penguasaan materi, keberanian, keramahan, ketertiban, semangat, dan sikap. Langkah-langkah yang harus dikuasai oleh seorang pembicara yang baik adalah: 1. Memilih topik, minat pembicara, kemampuan berbicara, minat pendengar, kemampuan mendengar, waktu yang disediakan. 2. Memahami dan menguji topik, memahami pendengar, situasi, latar belakang pendengar, tingkat kemampuan, sarana. 3. Menyusun kerangka pembicaraan, pendahuluan, isi dan penutup. Tentang penulis : Fusliyanto, S.Pd adalah Dosen Luar Biasa Bahasa Indonesia FKIP-UNEJ dan Dosen Universitas Terbuka dan Guru SMAN 2 JEMBER. Diposkan oleh stasiun sastra ruru di Selasa, September 28, 2010 Sumber : http://ruru333lippo.blogspot.com/2010/09/hubungan-menyimak-dan-berbicara.html

Diakses Minggu, 13 Mei 2012, pukul 19.47

Kamis, 26 Januari 2012

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN MENULIS KREATIF DENGAN PENDEKATAN BERBASIS GENRE DAN PEMANFAATAN MEDIA WEB BLOG
Oleh Meilan Arsanti, S. Pd. Program Pascasarjana Unnes Abstrak Makalah ini mengkaji tentang pengembangan keterampilan menulis kreatif dengan menggunakan pendekatan berbasis genre dan dengan memanfaatkan media web blog. Fokus pembahasan dalam makalah ini antara lain: keterampilan menulis kreatif, langkah-langlah menulis, langkah-langkah pembelajaran menulis, pendekatan berbasis genre, pemanfaatan media web blog, dan pembelajaran menulis kreatif dengan pendekatan berbasis genre dengan memanfaatkan media web blog. Perpaduan penggunaan pendekatan berbasisi genre dan pemanfaatan media web blog adalah untuk mengefektifkan pembelajaran menulis kreatif. Makalah ini merupakan inovasi dalam pembelajaran keterampilan menulis di sekolah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi internet. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap masalah-masalah pembelajaran menulis. Kata kunci: keterampilan menulis kreatif, pendekatan berbasis genre, media web blog. Abstack This paper examines the development of creative writing skills by using genre-based approach and by making use of web media blog. The focus of discussion in this paper include: creative writing skills, writing steps, the steps of learning to write, genre-based approach, the utilization of web media blog, and teaching creative writing with genre-based approach by utilizing the media web blog. The combination of the use of genre-based approach and the use of the media web blog is to make effective teaching creative writing. This paper is an innovation in teaching writing skills at school by utilizing internet technology advances. In addition, this paper is expected to contribute to the problems of learning to write. Keywords: creative writing skills, genre-based approach, the media web blog. Key word: creative writing skills, genre-based approach, the media web blog.

A. Pendahuluan Kemampuan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa. Kemampuan itu terlihat di dalam empat aspek keterampilan berbahasa. Keempat aspek tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sulit dikuasai oleh siswa. Peserta didik baik di pendidikan dasar dan menengah, mahasiswa di pendidikan tinggi, dan bahkan orang-orang yang sudah menamatkan perguruan tinggi pun mengeluhkan sulitnya menulis.Letak kesulitan tersebut tidak hanya dalam mencari ide atau gagasan, tetapi juga dalam menerjemahkannya ke dalam tulisan. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pada umumnya siswa mengalami kesulitan ketika ingin menuliskan apa yang ada dipikiran mereka. Menulis merupakan kegiatan memindahakan gagasan atau ide atau buah pikiran ke dalam wujud tulisan dengan menggunakan lambang-lambang grafem untuk dibaca dan dimengerti orang lain. Buah pikiran yang diungkapkan dalam bentuk tulisan itu ditemukan melalui olah pikir dan dimaksudkan untuk membuka wawasan dan pengetahuan bagi para pembacanya. Untuk itu siswa memerlukan kemampuan memilih dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan konteks dalam sebuah model pembelajaran keterampilan menulis.

Kemampuan menulis dan berbicara disebut kemampuan produktif sedangkan mendengarkan dan membaca disebut kemamampuan reseptif. Kemampuan reseptif dan kemampuan produktif dalam berbahasa merupakan dua sisi yang saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi. Seseorang yang ingin mengembangkan kemampuan berbicara dan menulis, haruslah banyak mendengar dan membaca. Dengan mendengar dan membaca maka akan diperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan berbicara dan menulis. Mengembangkan kemampuan mendengar dan membaca, seyogyanya pula diawali dengan kegiatan berbicara dan menulis. Seperti itulah keempat aspek berbahasa itu saling mendukung. Keterampilan menulis tidak dapat diperoleh secara instan karena harus melalui proses. Keterampilan yang terlibat dalam menulis sangat kompleks. Hal ini dikarenakan dalam menulis siswa antara lain harus memperhatikan ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan penggunaan kalimat efektif. Selain harus memperhatikan hal tersebut menulis juga membutuhkan daya imajinasi dan kreativitas terutama dalam menulis kreatif sehingga mempunyai arti yang jelas dan memberikan kesan tersendiri bagi pembacanya. Dalam menulis kreatif siswa dituntut agar bisa mengolah daya pikirnya. Daya pikir tersebut meliputi ide atau gagasan yang kemudian diolah dengan daya imajinasi dan kreativitas. Kemampuan dalam mengolah daya pikir dipengaruhi tingkat kemampuan dan latar belakang siswa, sehingga membutuhkan pengarahan dan latihan terutama dalam pembelajaran menulis. Mengingat latar belakang dan kemampuan siswa yang berbeda, maka guru harus bisa mengarahkannya dengan benar. Pembelajaran menulis bahasa Indonesia bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulis serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia (Depdiknas 2002:7). Hal ini berarti bahwa siswa harus mempunyai kemampuan berkomunikasi baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan yang harus dicapai melalui pembelajaran menulis di sekolah menengah pertama antara lain (1) melatih berpikir dan menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan secara sistematis, (2) melatih kebiasaan untuk memecahkan masalah secara sistematis, dan (3) melatih dalam mendokumentasikan gagasan, hasil temuan, pengalaman, dan pengetahuan. Oleh karena itu, harus memperhatikan ketetapan organisasi isi, penalaran, penggunaan kaidah bahasa Indonesia, pilihan kata, kohesi dan koherensi, penguasaan kosakata, dan penggunaan kalimat efektif. Dalam upaya mengembangkan keterampilan menulis kreatif berbasis genre, siswa diharapkan mampu menguasai berbagai jenis tulisan. Pendekatan ini menggabungkan proses dan minat keterampilan berbahasadengan bahan isi yang spesifik dan pelajaran langsung pada bentuk-bentukatau jenis tulisan yang berbeda. Variasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini yaitu dengan memanfaatkan media blog. Pertimbangan ini berlandaskan kemajuan zaman dan teknologi. Menjamurnya dunia internet belakangan ini seyogyanya dapat diaplikasikan dalam pembelajaran. Kebanyakan siswa justru terjebak dalam situs jejaring sosial yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik dapat berakibat negatif, misalnya malas belajar, ketagihan, bahkan ada yang mengalami penculikan. Kegemaran siswa berinternet bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran sehingga menimbulkan pengaruh positif.. Salah satu situs yang dapat dimanfaatkan adalah blog. Blog dapat digunakan sebagai media atau sarana dalam mempublikasikan karya siswa baik karya fiksi, non fiksi atau fotografi. Hal ini tentu saja membantu siswa

dalam mengabadikan dan mempublikasikan karya-karya siswa sehingga dapat dibaca dan diapresiasi banyak orang. B. Keterampilan Menulis Kreatif Menulis kreatif adalah menuangkan idea tau gagasan dalam tulisan yang menarik dengan ide yang unk dan inovatif. Menulis kreatif membutuhkan daya imajinasi dan kreativitas sehingga tulisannya mempunyai arti yang jelas dan memberikan kesan tersendiri bagi pembaca. Aneka menulis kreati yang terdapat di dalam KTSP bahasa Indonesia SMP kelas VII, yakni menulis catatan harian, surat pribadi, dan menarasikan teks wawancara. Gie (2002) mengungkapkan bahwa menulis adalah rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca atau dimengerti oleh orang lain. Buah pikiran itu dapat berupa pengalaman, pendapat, pengetahuan, perasaan dampak gejolak kalbu seseorang. Menulis bertujuan mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada pembaca. Dengan menulis kita dapat meningkatkan kecerdasan, mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, menumbuhkan keberanian dan mendorong kemauan, serta kemampuan untuk mengumpulkan informasi (Suparno 2007). C. Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis dan Langkah-Langkah Menulis 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Raimes menguraikan seperangkat pedoman pembelajaran menulis.Pedoman ini didasarkan pada prinsip-prinsip yang mencakup pertimbangan tujuan, teori, konten (isi), fokus, silabus, bahan, metodologi, kegiatan, dan evaluasi. Prinsip-prinsip tersebut dipraktikkan oleh guru dalam pembelajaran menulis di kelas. Agar dalam praktik menghasilkan manfaat belajar yang optimal, maka guru harus terusmenerus dan sistematis merekam, merenungkan, dan menganalisis apa yang telah dilakukan di dalam kelas. Guru juga dapat menggunakan pengalaman reflektif sebagai dasar untuk memperbaiki praktik pembelajaran mereka. Menurut Raimes ada sepuluh langkah dalam perencanaan pembelajaran menulis dan dalam membantu guru untuk merencanakan pembelajaranmenulis. Kesepuluh langkah tersebut sebagai berikut. a. Tujuan dan Sasaran Di dalam merencanakan pelatihan menulis hendaknya guru dapat memastikan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Hal ini agar pembahasan tidak terlalu luas sehingga siswa dapat memahami dan menerima pembelajaran menulis dengan baik. Dalam pembelajaran menulis kreatif, maka guru harus menentukan tujuan bahwa dalam pembelajaran tersebut siswa dapat mengetahui dan dapat menulis jenis-jenis tulisan. Dengan tujuan tersebut maka guru dalam membelajarkan menulis kreatif dapat menjelaskan dan mengarahkan siswa agar paham dan dapat menulis kreatif misalnya menulis surat pribadi, menulis buku harian, atau dalam menarasikan teks wawancara. Dengan kata lain, langkah pertama dalam pembelajaran menulis adalah menentukan tujuan pembelajaran dan indikator-indikatornya. b. Prinsip-Prinsip Teori Setelah merumuskan tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah memilih teori yang akan digunakan. Pemilihan teori ini tentu saja yang berkaitan dengan materi pelajaran. Dalam pembelajaran menulis kreatif teori yang digunakan

dan harus dikuasai siswa antara lain tentang menulis kreatif, jenis-jenis tulisan, dan langkah-langkah menulis. Guru harus memberi pemahaman siswa tentang teori-teori tersebut dengan jelas sehingga siswa dapat memahami dengan baik. Di dalam mengajar guru harus mempunyai pikiran seperti: Mengapa saya melakukan kegiatan ini di kelas?Apakah yang saya ajarkan sesuai dengan tata bahasa dan belajar bahasa? Apa yang siswa dapatkan dari yang saya ajarkan? Apa gunanya belajar bagi siswa? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi dasar guru dalam mengajar di kelas, sehingga pembelajaran dapat lebih terarah. c. Perencanaan Konten Langkah ketiga dalam perencanaan dan pembelajaran menulis adalah perencanaan konten. Maksud perencanaan konten tersebut yaitu dalam pembelajaran menulis di kelas guru menggunakan pengalaman pribadi, isu-isu sosial dan budaya, sastra, atau isi dari bidang studi lain sebagai tema atau topik tulisan. Di dalam pembelajaran bahasa terutama pembelajaran menulis yang merupakan salah satu keterampilan berbahasa, guru harus aktif memberikan informasi-informasi lain baik dari bidang bahasa maupun dari bidang kajian ilmu lain. Hal ini agar siswa lebih banyak mendapat informasi, gagasan, dan ide. Jadi, agar siswa dapat menulis maka siswa perlu topik yang memungkinkan mereka untuk menghasilkan ide-ide, menemukan bentuk-bentuk agar sesuai dengan ide-ide, dan berani mengambil resiko. Artinya bahwa sebelum menulis siswa harus mempunyai ide yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. d. Elemen Langkah keempat adalah menimbang elemen. Menulis terdiri daribanyak bagian sehingga perlu mempertimbangkan mana yang akan menjadi yang paling penting seperti konten, organisasi, orisinalitas, gaya, kelancaran, akurasi, atau bentuk tulisan yang digunakan. Elemen yang dimaksud adalah bagian-bagian dari yang akan ditulis baik itu topik, tema, diksi, gaya bahasa, dan lain sebagainya. Tema yang dapat diambil bisa tentang sosial, budaya, pendidikan, atau tema-tema umum lainnya. Dalam pembelajaran menulis kreatif guru boleh saja menentukan tema, tetapi siswa juga bisa mencari tema bebas sesuai yang diinginkan. Tema-tema bebas tersebut misalnya tentang keluarga, pendidikan, sosial, alam, budaya, kesehatan, politik, dan tema-tema lainnya sesuai dengan perkembangan dan usia siswa. e. Silabus Setelah memutuskan konten dan bobot elemen adalah bagaimana akan mengatur isi dan pengalaman belajar di dalam kelas. Isi dan pengalaman belajar tersebut menjadi dasar organisasi silabus dalam pembelajaran menulis dari tradisional ke modern dan inovatif, yaitu struktural (pada tingkat awal), fungsional, topikal, situasional, keterampilan dan proses, serta tugas. Oleh karena itu, langkah selanjutnya adalah mengembangkan silabus. Dengan adanya silabus dalam praktikpembelajaran, Richards menunjukkan sebuah "kombinasi pendekatan yang sering digunakan" (1990, hlm 9-10); apa yang mereka gunakan dan dalam proporsi apa tergantung pada siswa, tujuan, prinsip-prinsip teoritis, dan kendala kelembagaan. Dalam mengembangkan silabus guru hendaknya mengacu pada kurikulum yang berlaku. Silabus digunakan sebagai acuan guru dalam membelajarkan pembelajaran menulis di kelas. Silabus disusun sesuai dengan kelas dan tingkat perkembangan siswa yang berisi standar kompetensi dan kompetensi dasar. f. Bahan

Langkah yang keenam adalah pemilihan bahan. Guru dalam memilih bahan atau topik belajar dapat melalui video, perangkat lunak, dan buku.Bahan-bahan tersebut harus sesuai dengan tujuan, prinsip, isi, dan bobot yang telah diputuskan agar tidak terjadi penyimpangan atau kesalahan. Jika akan menggunakan buku, teks, atau artikel sebagai bahan belajar maka harus memperhatikan topik, jenis penulisan, peluang, dan instruksi dalam metode menghasilkan ide, instruksi pada prinsip-prinsip organisasi tulisan,kesempatan untuk kolaborasi, hal-hal yang harus direvisi, dan dalammengoreksi dan mengedit. Selain melalui hal-hal tersebut, guru atau siswa juga dapat mencari bahan dari internet, berita, koran, majalah, atau media lainnya. Dalam memilih bahan guru harus berhatihati dan menyesuaikan dengan perkembangan siswa. Guru jangan sampai memilih bahan yang kurang sesuai dengan perkembangan siswa karena dapat memberi efek yang kurang baik. g. Bermain Peran Dalam merencanakan suatu pelajaran atau pelatihan, guru cenderungberpikir tentang apa yang akan mereka lakukan, apa yang harus disajikandalam pelajaran, bagaimana cara memimpin diskusi di kelas dan sebagainya.Ada banyak pembicaraan teoretis tentang kelas yang berpusat pada siswa dan guru. Artinya bahwa guru tidak hanya berperan sebagai guru, tetapi juga berperan sebagai siswa. Itulah mengapa pentingnya siswa bagi guru dalammenulis jurnal reflektif mengajar. Secara tidak langsung guru juga pernah menjadi siswa, sehingga guru dapat mengerti kondisi dan kemampuan siswa. Oleh karena itu, agar guru lebih dekat dan mampu memahami siswa lebih jauh guru tidak hanya berperan sebagai guru, tapi juga berperan sebagai siswa. h. Jenis dan Metode Umpan Balik Pertama, dalam kasus kelas besar tidak setiap tulisan harus diperbaiki atau bahkan dilihat oleh guru. Siswa dapat melakukan penulisan jurnal, umpan balik untuk membaca atau menulis bebas di mana tujuannya adalah untuk menghasilkan ide-ide sehingga meningkatkan kelancaran akurasi. Kedua, siapa pun yang memiliki berbagai metode fisik menanggapi komentar atau percakapan dengan penulis, umpan balik dengan perangkat lunak komputer, menggunakan fitur-fitur seperti kemampuan "comment" danredlining (menulis kembali); umpan balik seperti rekaman suara; atau tanggapan tertulis. Ketiga, memilih jenis dalam memberi umpan balik denganmemperhatikan waktu dan ukuran kelas. Keempat, guru dan siswa perlu menyepakati tujuan umpan balik. i. Evaluasi Guru menggunakan tes dan tes esai kalimat untuk mengevaluasi siswa. Mereka menggunakan hasil tes ini di samping kuesioner untuk mengetahui atau mengevaluasi kesuksesan mereka sendiri sebagai guru. Salah satu bentuk evaluasi dalam pembelajaran menulis sebenarnya membantu menggabungkan evaluasi siswa dan evaluasi program penggunaan portofolio. Portofolio tersebut kemudian dievaluasi. Portofolio ini mengarahkan siswa untuk merevisi dan untuk menyajikan karya terbaik mereka. Portofolio berisi kumpulan tulisan mulai dari awal semester sampai akhir. Dengan portofolio baik guru maupun siswa dapat mengetahui perkembangan keterampilan menulisnya. Portofolio juga dapat menambah nilai siswa selain nilai tes semester. j. Refleksi

Sasaran, isi, teori, silabus, bahan, kegiatan, umpan balik dan evaluasi adalah substansi yang dapat direncanakan dalam pembelajaran menulis. Guru hendaknya selalu belajar dari pengalaman dalam pembelajaran menulis di kelas agar kesalahan atau kekurangan dalam pembelajaran tidak terulang lagi. Pengalaman merupakan hal yang sangat penting bagi guru. Guru yang sudah berpengalaman akan lebih mudah dalam mengajar di kelas, baik dalam pembelajaran menulis atau pembelajaran yang lainnya. Artinya pengalaman merupakan hal yang penting dalam mendukung proses pembelajaran. Kualitas seorang guru juga dapat ditentukan dari pengalamannya. Berdasarkan kesepuluh langkah dalam pembelajaran menulis menurut Raines dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis harus melalui tahap-tahap tertentu. Hal ini diperkuat dengan pendapat Seow yang menyakan bahwaproses penulisan di kelas dapat ditafsirkan sebagai sebuah program pengajaran yang memfasilitasi siswa dengan serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan untuk membantu mereka memahami sifat penulisan disetiap poin. 2. Langkah-Langkah Menulis Seow menyatakan bahwa proses menulis sebagai kegiatan kelas menggabungkan empat tahap dasar menulis, yaitu: perencanaan, penyusunan (menulis), merevisi (redrafting) dan mengedit (editing). Ada tiga tahap lainyang diberikan oleh guru kepada siswa, yaitu menanggapi (berbagi), mengevaluasi, dan pascamenulis. Proses penulisan di dalam kelas sangat terstruktur karena memerlukan pembelajaran yang tertib dan harus melaluiproses. Guru merencanakan kegiatan kelas yang tepat yang mendukung pembelajaran keterampilan menulis yang spesifik pada setiap tahap. Pengalaman belajar yang direncanakan untuk siswa dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Perencanaan (Pramenulis) Pramenulis adalah setiap kegiatan di kelas yang mendorong siswa untuk menulis. Pada tahap ini siswa mengumpulkan ide-ide tentatif (belum pasti dan dapat berubah) dan mengumpulkan informasi untuk menulis. Untukmemberikan pengalaman belajar maka siswa melakukan tahap-tahap berikutini. (a) Brainstorming Dalam kegiatan ini siswa berkelompok dan saling menuangkan ide-ide tentang topik yang dibahas. Ide yang dituangkan siswa secara spontan sehingga ide-ide tersebut asli atau murni dari siswa. (b) Clustering Pada tahap ini siswa membentuk kata-kata yang terkait dengan stimulus yang diberikan oleh guru. Kata-kata dilingkari dan kemudian dihubungkan dengan garis-garis untuk menunjukkan kelompok jelas.Clustering adalah strategi yang sederhana namun kuat: "karakter visualtampaknya merangsang aliran asosiasi ... dan sangat baik bagi siswa yang tahu apa yang ingin mereka katakan tetapi tidak bisa mengatakan itu." (Proett 1986, p.6). Setelah siswa menuangkan ide-idenya, selanjutnya siswa merangkai kata-kata yang sesuai dengan tema atau ide yang akan ditulis. Misalnya ide siswa tentang pertanian maka siswa menentukan kata-kata yang akan digunakan yang berkaitan seperti panen raya, pascapanen, agrobisnis, hama, dan lain-lain. (c) Menulis Bebas Secara Cepat Dalam waktu terbatas satu atau dua menit masing-masing siswa secara bebas dan cepat menuliskan kata-kata tunggal dan frasa tentang topik. Batas waktu

membuat pikiran para penulis berdetak dan berpikir cepat. Menulis bebas yang cepat dilakukan ketika kelompok brainstormingtidak mungkin karena sifat pribadi topik tertentu memerlukan strategi yang berbeda. Kata-kata yang akan digunakan dalam bidang pertanian tersebut kemudian dijadikan frasa untuk membantu siswa dalam mengembangkan topik tersebut menjadi sebuah karangan atau tulisan. Setelah itu siswa menulis sebisanya dari frasa-frasa yang telah disusun menjadi kalimat-kalimat. Dalam tahap ini dalam menulis siswa belum dituntut tentang organisasi isi, diksi, sistematika tulisan, keruntutan kalimat, dan lain-lain. Pada intinya siswa menulis sebisanya dari kata atau frasa yang telah disusun sebelumnya. (d) Pertanyaan-Pertanyaan Pada tahap ini siswa membuat pertanyaan mengapa, apa, dimana, kapan, dan bagaimana tentang topik. Selain itu, ide untuk menulis dapat diperoleh dari sumber multimedia (misalnya, bahan cetak, video, film), serta dari wawancara langsung, diskusi, survei, dan kuesioner. Siswa akan lebih termotivasi untuk menulis ketika diberi berbagai cara untuk mengumpulkan informasi selama pramenulis. Pada tahap ini siswa harus sudah paham terhadap apa yang akan mereka tulis. Pertanyaanpertanyaan tersebut dibuat secara urut agar tulisan yang akan dibuat sistematis dan runtut. 2) Drafting Setelah cukup mengumpulkan ide-ide pada tahap perencanaan usaha pertama dalam menulis, yaitu menyusun draft atau kerangka tulisan.Penyusunan draft ini untuk memudahkan penulis (siswa) menuangkan ide-idenya yang lebih sistematis sehingga tulisan yang dihasilkan akan lebih mudah dipahami. 3) Responding Menanggapi tulisan siswa baik oleh guru maupun oleh teman memiliki peran sentral dalam keberhasilan pelaksanaan proses penulisan. Tanggapan dapat lisan atau tertulis setelah siswa menyusun draft pertama dan sebelum mereka melanjutkan untuk merevisi. Kegagalan dalam pembelajaran menulisdi sekolah disebabkan karena tahap menanggapi dilakukan di tahap akhir ketika guru secara bersamaan merespon dan mengevaluasi dan bahkan mengedit tulisan siswa, sehingga memberikan kesan tidak ada lagi yang harus dilakukan. 4) Revising Ketika siswa merevisi, mereka meninjau teks-teks mereka berdasarkan umpan balik yang diberikan dalam tahap menanggapi. Mereka menguji kembali apa yang ditulis untuk melihat seberapa efektif mereka telah berkomunikasi (menyampaikan pesan kepada pembaca). Merevisi tidak hanya memeriksa kesalahan bahasa (pengeditan). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan isi secara umum dan organisasi gagasan sehingga maksud penulis dapat disampaikan ke pembaca. 5) Editing Pada tahap ini siswa memperbaiki teks atau tulisan mereka saat mereka mempersiapkan draft akhir untuk dievaluasi oleh guru. Mereka mengedit karya mereka sendiri atau rekan mereka seperti tata bahasa,ejaan, tanda baca, diksi, struktur kalimat, dan akurasi dari materi tekstual pendukung seperti kutipan, contoh, dan sejenisnya. Tahap ini harus dilakukan dengan teliti agar kesalahan yang dilakukan dapat diperbaiki sehingga tulisan yang dihasilkan dapat lebih optimal. 6) Evaluating

Hubungan penting antara penyusunan dan revisi yaitu menanggapi yang sering menjadi perbedaan besar untuk jenis tulisan yang akan diproduksi. Dalam mengevaluasi harus berdasarkan aspek analitis(berdasarkan aspek tertentu dari kemampuan menulis) atau holistik (berdasarkan pada penafsiran efektivitas umum). Agar efektif, kriteria evaluasi harus dibuat dan diketahui siswa sebelumnya. Mereka harusmemperhatikan interpretasi keseluruhan tugas, pengembangan relevansi, organisasi ide, format atau tata letak, tata bahasa dan struktur, ejaan dan tanda baca, kesesuaian kosa kata, dan kejelasan komunikasi. 7) Pascamenulis Pascamenulis merupakan kegiatan kelas antara guru dan siswasetelah selesai menulis. Pascamenulis meliputi penerbitan, berbagi, membacadi depan kelas, mengubah tulisan untuk pertunjukan panggung atau menampilkan tulisan pada majalah dinding sekolah atau bahkan pada majalah atau surat kabar. Bagi guru atau siswa yang suka menulis dan tulisannya berhasil diterbitkan adalah suatu kebanggaan. Dengan diterbitkannya tulisan tersebut maka dapat orang lain sehingga orang tersebut menjadi tahu. Berkaitan dengan tahap-tahap proses menulis, Tompkins (dalam Wagiran dan Doyin 2005:7) menyajikan lima tahap, yaitu: 1) pramenulis; 2) pembuatan draft; 3) merevisi; 4) menyunting; dan 5) berbagi (sharing). Tompkins juga menekankan pada tahap-tahap menulis tidak merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinear, artinya merupakan putaran berulang. Langkah pertama adalah tahap pramenulis. Pada tahap ini, pembelajar menulis melakukan kegiatan sebagai berikut: a) menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri; b) melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis; c) mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis; d) mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis; dan e) memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah mereka tentukan. Langkah kedua adalah tahap pembuatan draft. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar menulis adalah a) membuat draft kasar, dengan berbekal apa-apa yang telah dipersiapkan pada tahap pramenulis, pembelajar mulai menuliskan gagasan. Pada saat menuliskan gagasan pembelajaran menulis perlu menentukan target waktu yang akan dipergunakan untuk menulis. b) Lebih menekankan isi daripada tata tulisan, pada tahap penyusunan draft, penulisan lebih ditekankan pada pencurahan gagasan dan kelengkapan isi tulisan. Pengaturan tata tulis dan penggunaan bahasa hendaknya diabaikan kecuali yang muncul secara spontan. Langkah ketiga adalah tahap merevisi, yang perlu dilakukan oleh pembelajar menulis pada tahap merevisi, yaitu: a) berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok); b) berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi tentang tulisan teman-teman sekelompok atau sekelas; c) mengubah tulisan dengan memperhatikan reaksi komentar baik dari pengajar maupun teman; dan d) membuat perubahan yang substantif pada draft pertama dan draft berikutnya, sehingga menghasilkan draft akhir. Langkah keempat adalah tahap menyunting. Pada tahap menyunting ini, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu: a) membetulkan kesalahan bahasa tulisan sendiri, mulai menggunakan ejaan, pilihan kata penggunaan kalimat, sampai pengembangan paragraf; b) membetulkan kaidah tata tulis yang meliputi kaidah penulisan paragraf, penulisan judul, penomoran, kaidah, kaidah pengutipan, dan kaidah-kaidah lain yang diatur secara teknis; c) mengoreksi dan menata kembali isi tulisan, baik dari segi sistematika, kelogisan, ketajaman pembahasan, kelengkapan isi; dan d) berbagi dengan teman untuk saling memberikan koreksi. Terakhir dalam proses menulis adalah langkah kelima, yaitu tahap berbagi (sharing) atau publikasi. Pada tahap ini, pembelajar menulis dapat melakukan hal-hal yaitu a) memublikasikan (memajang) tulisan dalam suatu bentuk tulisan yang sesuai, atau b) berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka tentukan dalam forum diskusi atau seminar.

Berdasarkan uraian pendapat di atas jelas bahwa menulis merupakan suatu proses karena harus melewati tahap-tahap. Dalam pembelajaran menulis siswa dituntut untuk dapat menguasai dari masing-masing tahap menulis agar dapat menulis dengan hasil yang baik. Oleh karena itu, dalam pembelajaran menulis guru juga harus dapat mengarahkan siswa dalam mengerjakan tahap-tahap menulis tersebut dengan baik. D. Proses Editing Ada tujuh langkah menulis menurut Seow. Dari ketujuh langkah tersebut salah satunya adalah editing. Langkah editing merupakan langkah dalam menulis untuk memperbaiki kesalahan, baik tanda baca, penggunaan huruf atau penggunaan istilah, atau kesalahan pengetikan. Hal ini karena ketidaktepatan gramatikal mempengaruhi kualitas tulisan siswa. Oleh karena itu, guru perlu membantu siswa dalammengedit atau memperbaiki tulisan mereka serta mengembangkan keterampilan menulisnya. Ferris kemudian menjelaskan tiga tahap pendekatan untuk mengajarkan keterampilan mengedit yang dapat membantu siswa menjadi editor tulisan mereka sendiri. Mengedit bertujuan untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan gramatikal, leksikal, dan mekanik sebelum mengirimkan atau menerbitkanproduk terakhir yang ditulis. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengajarkan cara mengedit tulisan pada siswa sebagai berikut. 1. Asumsi Filosofis Menurut Ferris prinsip-prinsip dalam proses editing, yaitu: a. siswa dan guru harus fokus pada pola utama kesalahan untuk memperbaiki setiap kesalahan tunggal (Bates, Lane, Lange, 1993), b. karena tidak semua siswa membuat kesalahan yang sama, maka perludiperintahkan untuk mengedit kesalahan sebanyak mungkin, dan c. fokus kesalahan yang paling sering dan umum (mencampuri komperhensif teks) dan stigmatisasi (menyebabkan evaluasi negatif dari penutur asli) (Bates, Lane, Lange, 1993; Hendrickson, 1980). 2. Proses Editing Tahap 1: Fokus pada Bentuk Siswa menganggap bahwa mengedit itu membosankan atau tidak penting atau mereka menjadi tergantung pada guru untuk mengoreksi pekerjaan mereka. Sebuah langkah penting dalam mengajari siswa untuk menjadi editor yang baik adalah untuk meyakinkan mereka tentang perlunyadilakukan editing. Untuk meningkatkan kesadaran pentingnya editingtersebut, Ferris menggunakan kalimat atau esai pendek yang mengandung berbagai masalah pengeditan. Mereka tidak hanya menemukan dan memperbaiki kesalahan, tetapi mendiskusikan bagaimana kesalahan ini menghambat pemahaman mereka terhadap teks atau tulisan yang dibaca,seperti pada tiga contoh berikut. - Orang tua saya selalu memberi saya banyak cinta. - Sekolah adalah tempat di mana saya belajar hal-hal seperti membaca dan menulis. - Saya suka kopi, di sisi lain, saya juga suka teh. Bagian yang dicetak miring dari tiga kalimat mengandung kesalahan penulisan umum, masing-masing kata jamak dihilangkan, kesalahan verba, dan disalahgunakan frasa transisi. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat menyebabkan masalah dalam pemrosesan teks dan pemahaman. Strategi lain yang digunakan Ferris dalam meyakinkan siswa tentang pentingnya mengembangkan keterampilan editing adalah dengan memberi tugas esai

diagnostik dan kemudian menyediakan umpan balik tertulis tentang ide-ide mereka, informasi rinci tentang masalah dalam mengedit, dan indikasi dari nilai yang diperoleh atas kemampuan menulis mereka.Memberikan nilai akhir langsung oleh mereka bisa memotivasi mereka sendiri. Tahap 2: Mengenali Jenis Kesalahan Besar Penelitian menunjukkan bahwa fokus pola kesalahan bukan pada individu, tetapi yang paling efektif adalah bagi guru dan siswa, sehingga pada tahap ini siswa dilatih untuk mengenali berbagai jenis kesalahan. Kategori kesalahan tersebut dapat bervariasi, tergantung pada kebutuhan siswa, tetapi dipilihkan jenis kesalahan yang sering terjadi yang bersifat umum. Ferris membiarkan siswa berlatih mengidentifikasi kesalahan contoh esai yang ditulis siswa dan kemudian mencari kesalahan sebelum proses editing. Tampaknya benar bahwa lebih mudah untuk menemukan kesalahan pekerjaan orang lain daripada sendiri. Latihan dalam mengenali pola-pola kesalahan siswa membantu penulis lain menjadi lebih sadar akan masalah yang sama dalam tulisan mereka sendiri. Tahap 3: Praktik Mengedit Sendiri Pada tahap akhir Ferrish meminta siswa untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan dalam draft esai siswa mereka sendiri dan orang lain. Siswa juga disuruh menyimpan data hasil kesalahan selama satu semester untuk mengetahui kesalahan mereka dalam kategori yang berbeda sehingga mereka dapat mengamati kemajuan mereka sendiri. E. Pendekatan Bebasis Genre Menurut Seow dalam pembelajaran menulis menggunakan pendekatan proses yang terdiri dari empat tahap dasar, yaitu: perencanaan,penyusunan, revisi, dan editing. Tiga tahap lain bisa dimasukkan setelah tahap penyusunan, yaitu merespons, mengevaluasi, dan pascamenulis. Pada tahap perencanaan guru dapat membantu siswa menghasilkan ide-ide melalui kegiatan seperti brainstorming, clustering, dan menulis bebas cepat.Berbeda dengan Rappen yang menggunakan pendekatan genre (jenis) dalam pembelajaran menulis. Reppen membahas pendekatan berbasis genre yang dalam beberapa tahun terakhir menerima banyak perhatian dari para peneliti serta praktisi. Pendekatan berbasis genre memberikan kesempatanpada siswa untuk mengetahui tujuan yang berbeda antara komunikasi tertulis dan informasi-informasi yang terdapat dari masing-masing jenis tulisan. Pendekatan proses untuk pelajaran menulis sering kali mengabaikan pentingnya bentuk tulisan dan efeknya pada peserta didik dengan bahasa atau latar belakang budaya yang berbeda. Pendekatan ini menekankan proses, tetapi mengesampingkan produk (misalnya organisasi teks, struktur kalimat). Dengan memberikan penjelasan tentang teks pada siswa makamereka akan dapat lebih memahami bagaimana membuat tulisan yang efektifdan komunikatif. Hal ini membantu siswa meningkatkan keterampilan menulisbaik selama pengeditan maupun revisi. Menurut Reppen pendekatan menulis menggabungkan proses dan minat keterampilan berbahasa dengan bahan isiyang spesifik dan pelajaran langsung pada bentuk-bentuk atau jenis tulisanyang

berbeda. Pendekatan ini menggabungkan pendekatan fungsional bahasa dengan penekanan pada isi tulisan. Dalam pendekatan ini siswa diberikesempatan untuk menuangkan tujuan dari komunikasi dan informasi dengancara berbeda yang dituangkan dalam teks-teks tertulis. Pelajaran menulis didasarkan pada dua konsep yang pertama melibatkan perancah atau magang. Guru menempati peran sentral dalam proses perancah dan harus terbiasa dengan situasi pembelajaran, materi yang sedang disajikan, dan fitur tertentu yang terkait dengan hasil tulisan siswa, serta harus dapat membimbing dan membantu siswa untuk mencapai tujuan. Konsep yang kedua adalah berfokus pada peningkatan kesadaran siswa tentang bagaimana cara yang berbeda untuk mengatur informasi secara tertulis. Ini merupakan langkah penting dalam membantu siswa menjadi penulis lebih sukses. Dengan membahas fitur dari jenis teks yang berbeda siswa belajar bahasa yang diperlukan dalam teks. Sebuah studi menulis yang dilakukan oleh Reppen yang menggunakan beberapa jenis tindakan pra- dan pascapenilaian untuk menentukan perubahan dalam menulis, baik pengetahuan dan sikap siswa. Semua mencerminkan perubahan positif. Melalui fokus pada penggunaan bahasa dan tuntutan jenis tulisan, maka siswa menemukan cara yang berbeda untuk mengatur informasi. Siswa juga dapat lebih menguasai materi danmemperoleh keterampilan yang lebih besar dengan cara belajar menulis.Melalui pengamatan pribadi, komentar dari guru dan jurnal, diketahuibahwa siswa sangat antusias terhadap pendekatan ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan ini mengarahkan agar siswa praktik menulis ketika mereka belajar materi dan menulis melalui langkah-langkah dalam proses menulis. Peran jenis tulisan yang berpusat pada isi harus muncul secara alami dari materi. Perhatian harus dilakukan tidak untuk mengubahjenis tulisan yang menjadi rumusan di mana siswa hanya diinstruksikan untuk memanipulasi fitur tertentu. Sebaliknya, siswa harus belajar untuk merespon tuntutan informasi dan organisasi dengan berbagai pengaturan.Guru harus membimbing siswa sehingga siswa dapat mengalami kemajuandalam menulis dengan cara yang lebih akademis, mempelajari materi isi, dan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk berhasil di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rappen maka pendekatan berbasis genre merupakan pendekatan yang mengutamakan siswa dalam menguasai berbagai jenis tulisan sehingga siswa mengalami kemajuan dalam menulis. Pendekatan ini tentu saja dapat diaplikasikan dalam pembelajaran menulis kreatif karena siswa dituntut agar dapat menguasai berbagai kemampuan menulis seperti menulis buku harian, surat pribadi, atau menarasikan hasil wawancara. F. Pemanfaatan Media Web Blog Berbeda dengan e-learning, pemanfaatan Web Blog lebih kepada memberi kemampuan guru dan siswa dalam hal menulis baik dalam tulisan ilmiah maupun tulisan non-ilmiah. Seperti diketahui bahwa salah satu titik lemah bagi siswa adalah dalam hal menulis terutama dalam bentuk karya ilmiah. Sehubungan dengan peningkatan keterampilan menulis, pemanfaatan media blog sangatlah sesuai dengan karakteristik pembelajaran menulis terutama dalam menulis kreatif (Luthfi 2010). Dengan blog, siswa bisa menulis apapun pada bagian blog yang telah ada, termasuk memberi tambahan penekanan atau informasi dengan media lain yang juga telah tersedia, seperti audio, video, atau link ke alamat laman (situs) relevan lainnya.

Secara teknis, membuat blog tidaklah sulit karena tidak memerlukan pengetahuan pemrograman dan sintaks yang rumit. Siswa hanya tinggal mengisi slot-slot yang sudah ada, seperti halnya mengetik, kemudian tinggal dipublikasikan dan blog mereka sudah bisa dilihat oleh seluruh orang di dunia. Jika ada kesalahan, hal tersebut bisa langsung diperbaiki. Jadi, membuat blog sangatlah mudah, sepanjang ada koneksi. Blog sebagai wadah curahan ide dan tulisan siswa akan sangat bermanfaat bagi mereka karena blog sebagai media online mampu memberikan audiens riil bagi tulisan siswa. Jika selama ini, guru adalah satu-satunya orang yang membaca tulisan siswa, maka dengan media blog tulisan mereka dapat dibaca oleh teman-teman, baik yang sekelas maupun di luar kelas, bahkan di tempat-tempat lain, orang tua, dan mereka yang memiliki akses ke internet. Tanpa disadari, potensi audiens riil ini memberikan tuntutan sekaligus kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan hasil karya mereka yang terbaik. Diharapkan hal ini juga akan memberikan motivasi yang lebih baik bagi peningkatan kompetensi menulis siswa. Sesuai dengan beberapa faktor yang telah disebutkan sebelumnya, blog dipercaya akan sangat membantu peningkatan prestasi siswa dalam pembelajaran menulis. Menurut Lutfhi (dalam Santosa 2005:1) rasional tindakan tersebut adalah 1) siswa akan dibiasakan untuk berkerja melewati proses kegiatan menulis, mulai dari outline, membuat draft, sampai tulisan final. Hasil tulisan siswa dari outiline, draft sampai tulisan final yang telah disetujui atau dikoreksi di-upload di blog mereka sehingga memberi kebanggaan dan dorongan untuk berbuat yang terbaik untuk ditunjukkan ke semua orang yang memiliki akses ke blog mereka. 2) Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan peer correction, dimana mereka bisa saling melihat dan memberi komentar pekerjaan temannya untuk hasil yang lebih baik sebelum dikoreksi oleh guru. Hal ini sudah barang tentu akan membantu dosen juga mengingat mengoreksi tulisan mahasiswa tidaklah mudah mengingat jumlah kelas dan mahasiswa yang diajar. 3) Dari awal, standar penilaian yang akan digunakan untuk mengoreksi pekerjaan siswa diberikan dan dijelaskan sehingga masing-masing pihak paham akan apa yang semestinya ditekankan atau diperbaiki, dan 4) untuk memberi kreativitas dan inovasi, media blog akan digunakan. Siswa akan dijelaskan terlebih dahulu bagaimana membuat blog, kemudian mengisi tulisan di dalamnya, dan bagaimana memberi komentar atas tulisan teman-temannya melalui media tersebut. Kemudian, seluruh blog siswa didaftarkan oleh guru dalam suatu wadah blog baru. Hal ini bertujuan mirip seperti mailing list (hal yang sama bisa dilakukan dengan media RSS/Rich Summary Site Feed/Really Simple Syndicate) dimana ketika seseorang yang meng-upload tulisan, sistem blog itu akan secara otomatis memberitahu pemilik blog lainnya yang sudah tergabung dalam suatu wadah tadi. Ini akan jauh memudahkan siswa dan guru. Jika tidak, agak sulit tampaknya untuk mengetahui apakah seseorang sudah menulis sesuatu atau belum kecuali yang bersangkutan memang sengaja masuk ke blog temannya. Dalam pembelajaran menulis, siswa juga harus memahami pengetahuan akan elemenelemen dasar tulisan, pengetahuan akan komponen-komponen yang membentuk suatu tulisan yang padu dan koheren, serta kompetensi menulis berdasarkan jenis-jenis tulisan. Dalam hal ini, siswa dapat menuangkan ide-idenya dan mengekspresikan perasaannya dalam bentuk tulisan yang baik dan efektif. Baik artinya paragraf tersebut merupakan suatu kesatuan yang padu dan koheren. Efektif dimaksudkan bahwa tulisan mereka nantinya mampu menarik perhatian pembaca sekaligus mampu menyampaikan pesan yang ingin dituangkan secara tepat dan baik. Dengan memanfaatkan blog sebagai media jurnal online dalam pembejaran menulis, kompetensi menulis siswa dapat dikembangkan. G. Pembelajaran Keterampilan Menulis Kreatif dengan Pendekatan Berbasis Genre dan dengan Memanfaatkan Media Blog Pembelajaran menulis kreatif akan lebih efektif jika dilaksanakan dengan pendekatan berbasis genre. Hal ini dikarenakan pendekatan ini menuntut siswa menguasai berbagai jenis tulisan. Dalam KTSP bahasa Indonesia keterampilan menulis kreatif meliputi catatan harian, surat pribadi, dan menarasikan teks dalam wawancara. Pembelajaran menulis harus dilaksanakan secara efektif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Pembelajaran menulis akan efektif jika dalam penerapannya di kelas menggunakan pendekatan, model, metode, teknik,

atau media pembelajaran. Dalam makalah ini pembelajaran menulis menggunakan pendekatan berbasis genre dan memanfaatkan mediaweb blog. Media pembelajaran merupakan alat bantu guru dalam pembelajaran untuk memudahkan penyampaian materi pada siswa. Media pembelajaran menduduki faktor penting yang menunjang keefektifan belajar siswa. Akan tetapi, penggunaaan media dalam pembelajaran kurang efektif apabila tidak dipadukan dengan pendekatan atau model pembelajaran. Perpaduan antara pendekatan berbasis genre dan pemanfaatan media web blog diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran menulis kreatif yang efektif. Media blog dimanfaatkan untuk menilai dan mempublikasikan tulisan atau karya siswa. Siswa tidak hanya menyimpan tulisan mereka dalam buku tugas, tetapi disimpan dan dipublikasikan di blog mereka. Hal ini tentu saja sarana yang baik dan efektif sehingga tidak hanya guru yang menilai dan mebacanya, tetapi juga teman, orang tua, dan orang lain yang membuka blognya. Oleh karena tulisan mereka akan dibaca oleh orang lain maka mereka termotivasi untuk menulis dengan baik sehingga lama-kelamaan mereka menjadi terbiasa menulis dan keterampilan menulisnyapun dapat berkembang. H. Penutup Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sulit dikuasai siswa karena memerlukan suatu proses dan membutuhkan kemampuan yang kompleks. Pembelajaran menulis harus dilaksanakan berdasarkan prosedur atau tahap-tahap seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada pembelajaran menulis guru hendaknya mampu mengarahkan setiap tahapan menulis dengan baik dan tepat, sehingga siswa benar-benar paham dan tulisan yang dihasilakan baik. Guru juga harus pandai dalam memilih dan menggunakan pendekatan dalam proses pembelajaran menulis. Selain memilih pendekatan yang tepat, guru juga harus pandai memilih dan menggunakan media pembelajaran sehingga pembelajaran menulis dapat berjalan efektif. Baik siswa maupun guru hendaknya aktif dalam mencari informasi atau ide-ide untuk menulis agar tulisan yang dibuat semakin berkembang. Dengan semakin berkembangnya tulisan yang dibuat maka keterampilan menulis siswa dapat meningkat secara signifikan. Keberhasilan menulis ditentukan oleh banyak faktor begitu juga dengan keberhasilan pembelajaran menulis. Hal ini dikarenakan menulis bukanlah hal yang mudah dan merupakan suatu proses. Oleh karena itu, jika ingin berhasil dalam menulis maka harus sering berlatih, berlatih, dan berlatih. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.

Ferris, Dana. ____. Teaching Student to Self-Edit. Artikel. ____ Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta. ANDI. Luthfi, Ahmad. 2010. Pemanfaatan Teknologi Web sebagai Media Interaktif dan Pengaruhnya terhadap Minat Belajar bagi Mahasiswa. Palembang: Universitas Bina Darma. http://blog.binadarma.ac.id/luthfie/?p=3 (Diunduh 22 Desember 2011). Raimes. Ann.____. Ten Step in Planning a Writing Course and Training Teacher of Writing. Artikel. _____ Reppen, Randi. ____. A Genre-Based Approach to Content Writing Instruction. Artikel. _____

Seow, Anthony. ____. The Writing Process and Process Writing. Artikel. ____ Suparno, Paul. 2007. Pendidikan Multikultural. Kompas Cyber Media (KCM). Wagiran, dan Doyin, Mukh. 2005. Curah Gagasan. Semarang: Rumah Indonesia.

Sumber: http://meylanarzhanty.blogspot.com/2012/01/pengembangan-keterampilan-menulis.html

Diakses Minggu, 13 Mei 2012, pukul 20.23


Diposkan oleh Mey_Lan_ClicK (Meilan Arsanti) di 19:09

You might also like