You are on page 1of 37

LAPORAN KASUS RUPTUR PORTIO

TOMI ATMDAIRJA G1A107029

Dosen Pembimbing : Dr. Firmansyah, SpOG

LAPORAN KASUS
IDENTITAS Nama Umur Suku Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat MRS wib : Ny. Juliani : 34 tahun : Jambi : Islam : SD : IRT : RT 03 merlung : 27 oktober 2012 jam 4.40

Keluhan Utama` Pasien datang dengan keluhan nyeri perut yang menjalar sampai kepinggang sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang kiriman dari PKM merlung dengan keluhan Nyeri perut sampai kepinggang sejak kemaren yang semakin lama semakin kuat dan sering, Keluar air-air (+), Blood slym (+). Ketuban pecah sejak jam 01.00 hari ini Gerakan janin masih dirasakan

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Pengobatan Pasien menyangkal pernah menggunakan obatobatan dalam waktu yang lama.

Riwayat Obstetri HPHT : Lupa TP : UK : G6P4A1

Riwayat Persalinan : Tahun 1995, pasien mengalami keguguran Tahun 1996, lahir bayi spontan cukup bulan berjenis ditolong oleh bidan dengan kelamin perempuan hidup dengan berat lahir 2700 g Tahun 1999, lahir bayi spontan cukup bulan berjenis ditolong oleh bidan dengan kelamin laki-laki hidup dengan berat lahir 3500 g Tahun 2002, lahir bayi spontan cukup bulan berjenis ditolong oleh bidan dengan kelamin laki-laki hidup dengan berat lahir 3500 g Tahun 1999, lahir bayi spontan cukup bulan berjenis ditolong oleh bidan dengan kelamin perempuan meninggal ini

Pemeriksaan Fisik KU : tampak sakit sedang Kesadaran : Composmentis TD : 100/70 mmHg N : 88x/menit RR : 20x/menit BB : Suhu : 36,60C Mata : Ca -/- , Si -/-

Leher

: dbn Payudara : pembesaran simetris, benjolan (-), puting susu menonjol, colostrum (belum keluar) Paru : vesikuler, wheezing (-), rhonki (-) Jantung : BJ I & II normal. murmur (-), gallop (-) Abdomen : bekas luka operasi (-), pembesaran sesuai dengan umur kehamilan, benjolan (), Striae (+) Ekstremitas : oedema (-), kekukuan sendi (-), varises (-), refleks patella(+)

Status Obstetri
Pemeriksaan Luar Leopold I : Teraba masa lunak tidak melenting (kesan: Bokong) dengan tinggi fundus uteri 35 cm Leopold II : terapa massa lurus memanjang di kanan dan teraba Bagian-bagian kecil di kiri ( kesan: PunggungKanan) Leopold III : teraba masa keras dan melenting ( kesan: kepala) Leopold IV : kepala sudah masuk PAP, penurunan kepala 3/5 DJJ : 148 x/menit

Pemeriksaan dalam Perineum dan vulva : Rugae (+), tanda keganasan (-), flour albus (-), kondiloma (-) Bartholinitis (-), abses (-), kista (-) Pengeluaran pervaginam : fluksus (+) ketuban Hemoroid : tidak ada Portio : tipis dan lunak Pembukaan : 8 cm Ketuban : (-), hijau Presentasi : belakang kepala Penurunan : Hogde II Penunjuk : UUK

Laboratorium HB WBC RBC HT PLT Gravindek test

: 12, 2 gr/dl : 18,5 X 103/mm3 : 5,17juta/mm3 : 35,8% : 205.000/mm3 : (+)

Diagnosis
G6P4A1 gravida aterm inpartu kala I fase aktif,

JTH intrauterin preskep.

Pada jam 6.00 tanggal 27 oktober 2012 Tekanan darah : 110/70 Nadi : 80 x/ menit RR : 18 x/menit Pembukaan : Lengkap Ketuban : (-) DJJ : 120 kali/menit HIS : 4 kali dalam 10 menit selama 40 detik Penurunan kepala : H II

Pada jam 9.00 tanggal 27 oktober 2012,


Lahir bayi spontan dengan distosia

bahu tidak langsung menangis dengan APGAR skor : 3/4 jenis kelamin :laki-laki, berat badan: 4400 g, panjang badan : 52 cm.

Ketuban Warna Hijau dan asfiksia

berat sehingga dirawat di PRT dan dilakukan manual plasenta. Terjadi robekan portio dengan perdarahan kira-kira 800 cc Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 110 x/menit, RR 24 x/menit dan dilakukan penjahitan. Dilakukan check Hb : 5,2 gr% Kontraksi uterus dua jari dibawah umbilikus.

Telpon dokter panggayuh, Advise: RL + 2 ampul Sintosinon selama 24 jam Injeksi metergin 2 x 2 ampul Injeksi ceftriaxon 3x1 g

Telpon dokter panggayuh Advise Tranfusi sampai Hb lebih dari 10 gr%, dilakukan tranfusi darah sebanyak 2 kolf di VK. USG : Tampak sisa plasenta, rencana kuretase.

TINJAUAN PUSTAKA

Ruptur uteri robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium.

KLASIFIKASI
Menurut waktu terjadinya: Rupture uteri gravidarum Terjadi waktu sedang hamil, sering berlokasi pada korpus
Rupture Uteri durante partum

Terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya sering pada SBR. Jenis inilah yang paling terbanyak.

Menurut lokasinya: Korpus Uteri Biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi, seperti; SC klasik (korporal) atau miomektomi.
Segmen bawah rahim

Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju). SBR tambah lama tambah tegang dan tipis dan akhirnya terjadi rupture uteri.
Servik uteri

Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep atau versa dan ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap.
Kolpoporeksis-kolporeksi

Robekan-robekan diantara servik dan vagina.

Menurut etiologinya;
Rupture uteri spontanea

menurut etiologi dibagi menjadi 2: Karena dinding rahim yang lemah dan cacat, misalnya pada bekas SC, miomektomi, perforasi waktu kuretase, histerorafia, pelepasan plasenta secara manual
Karena peregangan yang luar biasa pada rahim,

misalnya pada panggul sempit atau kelainan bentuk panggul, janin besar seperti janin penderita DM, hidrops fetalis, post maturitas dan grande multipara.

Menurut etiologinya;
Rupture uteri vioventa (traumatika), karena tindakan

dan trauma lain seperti;


ekstraksi forsef Versi dan ekstraksi Embriotomi Versi brakston hicks Sindroma tolakan (pushing sindrom) Manual plasenta Curetase Ekspresi kisteler/cred Pemberian pitosin tanpa indikasi dan pengawasan Trauma tumpul dan tajam dari luar

Menurut gejala klinis, ruptur uteri dapat dibedakan: Ruptur uteri iminens (membakat/mengancam) Ruptur uteri sebenarnya

DIAGNOSA BANDING
Atonia Uteri

Sisa Plasenta
Retensio Plasenta

TATALAKSANA
Tindakan pertama adalah mengatasi syok,

memperbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah, kardiotonika, antibiotika.
Bila keadaan umum mulai baik, tindakan

selanjutnya adalah melakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi:


Histerektomi, baik total maupun subtotal. Histerorafia, yaitu tepi luka dieksidir lalu dijahit

sebaik-baiknya. Konservatif, hanya dengan tamponade dan pemberian antibiotik yang cukup.

Tindakan aman yang akan dipilih, tergantung dari beberapa faktor, antara lain:
Keadaan umum Jenis ruptur, inkompleta atau kompleta Jenis luka robekan Tempat luka

Perdarahan dari luka


Umur dan jumlah anak hidup Kemampuan dan keterampilan penolong

PROGNOSIS
Angka kematian dari berbagai studi yang

telah dilakukan berkisar dari 50 sampai 75 persen Prognosa ibu tergantung dari beberapa faktor:

Diagnosa serta pertolongan yang cepat dan tepat Keadaan umum penderita Jenis rupture dan apakah arteri uterina ikut putus Cara terjadinya ruptur; ruptur uteri pada bekas parut lebih baik dari yang traumatika Fasilitas tempat pertolongan, penyediaan cairan dan darah yang cukup Keterampilan operator dan jenis anestesi Antibiotika yang tepat dan cukup Perawatan post operatif

PENCEGAHAN
Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki

keadaan umum Mengenal fraktor predisposisi perdarahan postpartum Persalinan harus selesai dalam 24 jam dan pencegahan partus lama Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama pada perdarahan post partum.

ANALISA KASUS
Anamnesis Tanda-tanda inpartu : nyeri perut yang menjalar sampai ke pinggang sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. Keluar lendir percampur darah dari vagina Keluar air-air kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit.

Pemeriksaaan fisik Pasien tampak pucat, gelisah. Tanda vital :


Tekanan darah : 90/60 mmHg Nadi

tidak Pernafasan

: 110 kali permenit, teratur kecil dan kuat angkat : 24 kali permenit

Terjadi robekan portio dengan fluksus (+)

perdarahan aktif 800cc

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Hb : 5,2 gr% Dilakukan tranfusi darah PRC yang sesuai dengan golongan darah Ny. J sampai Hb diatas 10 gr%.
USG : masih ada sisa plasenta

Perdarahan yang terjadi juga disebabkan oleh sisa plasenta yang masih tertinggal didalam uterus. Sisa plasenta juga merupakan salah satu penyebab perdarahan post partum

Faktor resiko ruptur portio pada Ny. J Riwayat kuretase Pasien dilakukan kuretase pada kehamilan pertama karena abortus. Grande multipara. Pasien sudah partus sebanyak 6 kali: Berat badan bayi 4.400 g Bayi ke 6 lahir spontan tidak langsung menangis dengan AFGAR skor 3-4 dengan distosia bahu dengan berat badan 4.400 g Manual plasenta Partus ke 6 pada kala 3 dilakukan manual plasenta karena plasenta tidak lahir secara spontan dalam waktu 30 menit. Persalinan tidak maju Pada pemeriksaan dalam : Pembukaan lengkap,

Tatalaksana pada kasus Tindakan pertama adalah mengatasi syok, memperbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah. Pemberian kardiotonika (tidak dilakukan), antibiotika Bila keadaan umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah melakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi:
Histerektomi, baik total maupun subtotal. (tidak

dilakukan) Histerorafia, yaitu tepi luka dieksidir lalu dijahit sebaikbaiknya. Konservatif, hanya dengan tamponade dan pemberian antibiotik yang cukup. (tidak dilakukan)
Melakukan kuretase karena masih ada sisa

Kesimpulan :
dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang yang dilakukan pada Ny. J, perdarahan yang terjadi disebabkan oleh ruptur portio dan sisa plasenta yang masih tertinggal di dalam kavum uteri.

TERIMA KASIH

You might also like