You are on page 1of 5

Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak, yang dapat berupa cidera kepala terbuka

dan tertup (Elyna S Laura Siahaan, S.Kp) a. Trauma kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserisasi durameter, kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak menusuk otak b. Trauma kepala tertutup terbagi atas : - Kommusio Cerebri, merupakan bentuk cidera kepala ringan yang menimbulkan kelainan fungsi otak , tanpa diserta kelainan jaringan otak - Kontusio Cerebri, merupakan pendarahan kecil pada jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah kapiler Otak dibungkus oleh selaput otak (meningen) yang terdiri dari 3 lapisan yaitu (dapat dilihat pada gambar 2.1) a. Duramater : Lapisan luar, berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat yang bersifat liat, tebal, tidak elastis, berupa serabut dan berwarna abu-abu. b. Arachnoid : Membran bagian tengah, bersifat tipis dan lembut. Berwarna putih karena tidak dialiri darah, terdapat pleksus khoroid yang memproduksi cairan serebrospinal (CSS) terdapat villi yang mengabsorbsi CSS pada saat darah masuk ke dalam sistem (akibat trauma, aneurisma, stroke). c. Piamater : Membran paling dalam, berupa dinding yang tipis, transparan yang menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan otak. Serebrum, terdiri dari 4 lobus, yaitu (dapat dilihat pada gambar 2.2) a. Lobus frontal : Area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian, dan menahan diri. Lobus terbesar. b. Lobus parietal : Lobus sensori, area ini menginterpretasikan sensasi, mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya. c. Lobus temporal : Sensasi kecap, bau, dan pendengaran, ingatan jangka pendek. d. Lobus oksipital : menginterpretasikan penglihatan. Diensefalon, terdiri dari talamus, hipotalamus, dan kelenjar hipofisis. a. Talamus : Pusat penyambung sensasi bau dan nyeri. b. Hipotalamus : Bekerja sama dengan kelenjar hipofisis untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan mempertahankan pengaturan suhu tubuh. Sebagai pusat lapar dan mengontrol BB, pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif, seksual, respon emosional. c. Kelenjar hipofisis : Dianggap sebagai master kelenjar, karena sejumlah hormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini. hipofisis lobus anterior memproduksi hormon pertumbuhan, hormon prolaktin, TSH, ACTH, LH. Lobus posterior berisi hormon ADH. Batang otak, terdiri dari otak tengah, pons, medula oblongata. a. Otak tengah / mesencephalon, bagian yang menghubungkan diencephalon dan pons. Fungsi utama menghantarkan impuls ke pusat otak yang berhubungan dengan pergerakan otot, penglihatan dan pendengaran. b. Pons : Menghantarkan impuls ke pusat otak. c. Medula oblongata, merupakan pusat refleks guna mengontrol fungsi involunter seperti pernafasan, bersin, menelan, batuk, pengeluaran saliva, muntah. Serebrum : merangsang dan menghambat dan tanggung jawab terhadap koordinasi gerak, keseimbangan, posisi. Sirkulasi Serebral Menerima kira-kira 20% dari curah jantung / 750 ml permenit. Sirkulasi ini sangat dibutuhkan, karena otak tidak menyimpan makanan, sementara mempunyai kebutuhan metabolisme yang tinggi. 3. Etiologi a. Trauma tumpul : Kecelakaan mengendarai motor atau mobil, perkelahian, terjatuh serta cidera karena berolahraga. b. Trauma terbuka : Benda tajam yang dapat berupa, luka bacok, luka tusuk atau luka iris, serta tembakan sehingga dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi durameter 4. Patofisiologi Perjalanan penyakit dimulai dari trauma (cedera) yang mengenai daerah kepala yang mengakibatkan kerusakan pembuluh darah yaitu pecahnya pembuluh darah. Darah yang keluar dari pembuluh darah yang pecah ini akan mengalir / terbendung di daerah sekitar otak, sehingga menimbulkan gumpalan darah (hematoma). Hematoma ini yang kemudian akan mengakibatkan jaringan otak terdesak akibat adanya benda asing (hematoma) tersebut akan menimbulkan peningkatan TIK, TIK yang makin lama makin bertambah akan mengakibatkan jaringan otak makin terdesak dan dapat terjadi herniasi otak

yang dapat menimbulkan kematian. 5. Tanda dan Gejala - Lobus frontal : perubahan perilaku, perubahan kepribadian, tidak mampu menahan diri - Lobus parietal : tidak mampu mengenal posisi tubuhnya dan letak bagian tubuhnya. - Lobus temporal : perubahan ingatan jangka pendek, gangguan pendengaran, penghiduan, pengecapan. - Lobus oksipitalis : gangguan penglihatan 6. Test Diagnostik a. Foto kepala, cervical Mengetahui fraktur tulang tengkorak atau cervical. b. CT Scan, tanpa / dengan kontras Mengidentifikasi adanya haemoragic, menentukan ukuran ventrikuler pergeseran jaringan otak. c. MRI (Magnetic Resonance Imaging) Pemeriksaan non invasif yang menggunakan medan magnetik dengan bantuan gelombang frekuensi radio untuk mendapatkan gambaran tubuh serta menggambarkan sesuatu yang bergerak dengan jelas. d. Lumbal punksi Mengetahui apakah terjadi perdarahan sub arachnoid. e. EEG (electroenchephalography) Memperlihatkan keberadaan / berkembangnya gelombang patologis. f. Echo (encephalography) Menunjukkan ada / tidaknya hematoma / tumor di daerah suprateritorial. 7. Penatalaksanaan Medis a. Konservatif : istirahat, terapi antibiotik dan analgetik. b. Operasi trepanasi atau kraniotomi : mengeluarkan bekuan darah. 8. Komplikasi a. Hernia otak : sebagai akibat dari peningkatan TIK dan edema, tekanan disebarkan pada jaringan otak dan struktur internal otak yang kaku. b. Edema otak. B. Konsep Asuhan Keperawatan PRE OPERASI 1. Pengkajian a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan - Pemakaian alat pengaman / pelindung diri pada saat bekerja. - Riwayat trauma. - Sakit kepala, kaku leher b. Pola nutrisi metabolik - Mual, muntah, anoreksia - Gangguan menelan - Kehilangan penyerapan - Hipertermi c. Pola eliminasi - Konsistensi BAB - Kebiasaan berkemih d. Pola aktivitas dan latihan - Kelemahan fisik - Mudah lelah - Sesak nafas. e. Pola tidur dan istirahat - Gelisah - Sulit tidur, sering terbangun - Cenderung tidur. f. Pola persepsi sensori dan kognitif - Perubahan status mental (orientasi, perhatian, emosi, tingkah laku, memori). - Gangguan penglihatan - Kehilangan refleks tendon. g. Pola persepsi dan konsep diri

- Kecemasan, bingung, lekas marah - Perubahan tingkah laku. 2. Diagnosa Keperawatan a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan intra serebral. b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia. c. Perubahan pola eliminasi : urine b.d kerusakan saraf organ perkemihan. d. Intoleransi beraktivitas b.d peningkatan TIK. 3. Rencana Keperawatan DP1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan intraserebral. Intervensi : 1) Observasi tanda-tanda vital (P, N, TD, HR) tiap 4 jam. Rasional : Indikator masalah yang terjadi sehingga dapat segera diatasi. 2) Kaji tingkat kesadaran tiap 4 jam, respon membuka mata, respon verbal dan kemampuan mengikuti perintah sederhana. Rasional : Tingkat kesadaran adalah indikator penting dalam perubahan neurologi. 3) Berikan posisi anti tredelenburg atau meninggikan kepala + 30 oC. Rasional : Meningkatkan aliran darah vena. 4) Kaji keluhan pasien tentang sakit kepala. Rasional : Sebagai tanda-tanda peningkatan TIK. 5) Beri therapi O2 sesuai instruksi dokter. Rasional : Memenuhi kebutuhan O2 pasien. DP2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia. Intervensi : 1) Kaji kemampuan menelan klien. Rasional : Membantu menentukan jenis makanan dan mencegah terjadinya aspirasi. 2) Sajikan makanan dalam keadaan hangat. Rasional : Meningkatkan nafsu makan. 3) Beri support pada pasien untuk makan. Rasional : Menambah semangat pasien. 4) Sajikan makanan dalam bentuk yang menarik. Rasional : Menambah nafsu makan pasien. 5) Kolaborasi medik untuk pemberian Antasida. DP3. Perubahan pola eliminasi urine b.d kerusakan saraf organ perkemihan. Intervensi : 1) Kaji dan catat pole berkemih pasien. Rasional : Untuk mengetahui bila ada perubahan. 2) Observasi warna, jumlah dan konsistensi urine. Rasional : Sebagai indikator tindakan selanjutnya. 3) beri intake cairan 2-2,5 liter / hari bila tidak ada kontraindikasi. Rasional : Merangsang produksi urine. 4) Kolaborasi medik untuk pemasangan kateter. Rasional : Memantau pengeluaran urine. DP4. Intoleransi beraktivitas b.d peningkatan TIK. HYD : Pasien mampu memenuhi kebutuhannya secara bertahap. Intervensi : 1) Kaji dan catat kemampuan pasien dalam beraktivitas. Rasional : Mengetahui kemampuan pasien. 2) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya seperti : mandi, eliminasi, makan, minum. Rasional : Agar kebutuhan dasar pasien terpenuhi. 3) Dekatkan alat-alat yang sering digunakan, seperti : gelas, sendok. Rasional : Memudahkan pasien. 4) Dekatkan bel di sisi pasien. Rasional : Agar pasien dapat segera meminta bantuan pada perawat.

POST OPERASI 1. Pengkajian a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan - Keluhan nyeri pada luka operasi. - Perdarahan pada luka operasi. b. Pola nutrisi metabolik - Mual - Muntah, anoreksia - Penurunan BB - Kemampuan menelan. c. Pola aktivitas dan latihan - Keterbatasan aktivitas - Masalah keseimbangan - Perubahan kesadaran - Sesak - Kelemahan koordinasi otot d. Pola persepsi kognitif - Rasa tidak nyaman - Gangguan penglihatan - Kehilangan refleks tendon - Perubahan status mental (orientasi, perhatian, emosi, tingkah laku, memori) - Perubahan respon terhadap cahaya (pupil). e. Pola persepsi dan konsep diri - Kecemasan - Gelisah - Bingung. 2. Diagnosa Keperawatan a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK. b. Perubahan persepsi sensori b.d gangguan pada lobus frontal dan temporal. c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia. d. Resiko tinggi terhadap injury b.d gangguan keseimbangan. e. Intoleransi beraktivitas b.d peningkatan TIK. 3. Rencana Keperawatan DP1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK. HYD : Tidak terjadi peningkatan TIK, ditandai dengan TTV dalam batas normal selama masa perawatan. Intervensi : 1) Observasi tanda-tanda vital (P, N, TD, HR) tiap 4 jam. Rasional : Indikator masalah yang terjadi sehingga dapat segera diatasi. 2) Kaji tingkat kesadaran tiap 4 jam, respon membuka mata, respon verbal dan kemampuan mengikuti perintah sederhana. Rasional : Tingkat kesadaran adalah indikator penting dalam perubahan neurologi. 3) Berikan posisi anti tredelenburg atau meninggikan kepala + 30o Rasional : Meningkatkan aliran darah vena. 4) Kaji keluhan pasien tentang sakit kepala. Rasional : Sebagai tanda-tanda peningkatan TIK. 5) Beri therapi O2 sesuai instruksi dokter. Rasional : Memenuhi kebutuhan O2 pasien. DP2. Perubahan persepsi sensori b.d gangguan pada lobus frontal dan temporal. HYD : Memulai / mempertahankan tingkat kesadaran. Intervensi : 1) Kaji dan catat perubahan orientasi, kemampuan berbicara, alam perasaan dan proses pikir. Rasional : Perubahan motorik, persepsi, kognitif dan kepribadian mungkin berkembang dan menetap. 2) Ciptakan lingkungan yang tenang. Rasional : Menurunkan kecemasan pasien. 3) Bicara dengan suara yang lembut dan pelan. Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana.

Rasional : Memudahkan pasien untuk mengerti dan menciptakan komunikasi yang baik. 4) Orientasikan kembali pasien pada lingkungan, waktu, staf rumah sakit. Rasional : Membantu mengembalikan pasien pada realitas. 5) Buat jadwal tidur pasien yang adekuat. Rasional : Mengurangi kelelahan pada pasien. DP3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia. HYD : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi ditandai dengan BB dalam batas normal, IMT : 20-22. Intervensi : 1) Kaji kemampuan menelan klien. Rasional : Membantu menentukan jenis makanan dan mencegah terjadinya aspirasi. 2) Sajikan makanan dalam keadaan hangat. Rasional : Meningkatkan nafsu makan. 3) Beri support pada pasien untuk makan. Rasional : Menambah semangat pasien. 4) Sajikan makanan dalam bentuk yang menarik. Rasional : Menambah nafsu makan pasien. 5) Kolaborasi medik untuk pemberian antasida. DP4. Intoleransi beraktivitas b.d peningkatan TIK. HYD : Pasien dapat kembali bermobilisasi secara bertahap. Intervensi : 1) Kaji tanda-tanda vital pasien (TD, N, HR, P). Rasional : Memonitor tanda-tanda peningkatan TIK. 2) Beri penjelasan pada pasien pentingnya melakukan mobilisasi secara bertahap. Rasional : Meningkatkan partisipasi pasien dalam bermobilisasi. 3) Berikan latihan secara bertahap, sesuai kemampuan pasien. Rasional : Melatih pasien dalam bermobilisasi. 4) Libatkan keluarga dalam memberikan penyuluhan tentang mobilisasi bertahap. DP5. Resiko terhadap injury b.d gangguan keseimbangan. HYD : Injury tidak terjadi selama masa perawatan. Intervensi : 1) Pantau keadaan pasien. Rasional : Mengetahui keadaan pasien. 2) Pasang hek tempat tidur. Rasional : Menjaga keamanan pasien. 3) Dampingi pasien tiap ada perubahan aktivitas. Rasional : Menghindari terjadinya injury. 4) Berikan pencahayaan ruang yang cukup.

You might also like