You are on page 1of 9

Makalah Penunjang 255

KESEIMBANGAN HARA P DAN K PADA KACANG TANAH


DI TANAH ALFISOL DAN OXISOL

Henny Kuntyastuti, Abdullah Taufiq, Sudaryono dan T. Adisarwanto


Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
Kotak Pos 66 Malang 65101

ABSTRAK
Tanah Alfisol dan Oxisol di Jawa Timur dan Jawa Tengah mempunyai kadar C-
organik, P, dan K yang berkisar dari sangat rendah hingga tinggi, serta pH tanah dari
masam hingga agak alkalis. Unsur P dan K bersifat antagonis dalam tanaman, oleh karena
itu perlu pemberian yang berimbang agar pemupukan lebih efisien. Penelitian
dilaksanakan untuk mendapatkan keseimbangan hara P dan K untuk kacang tanah.di lahan
kering Alfisol Malang Selatan dan Oxisol Pasuruan pada MH 1999/2000 menggunakan
rancangan acak kelompok diulang 3 kali. Perlakuan yang dievaluasi adalah kombinasi
takaran pupuk P dan K yang dikombinasi dengan ZKK, gipsum dan pupuk kandang.
Pupuk Urea 50 kg/ha digunakan sebagai pupuk dasar, dan untuk tanah Alfisol ditambah
200 kg S/ha. Varietas kacang tanah yang digunakan adalah Kelinci. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada tanah Alfisol yang miskin unsur K, tetapi kaya unsur P dan Ca,
pemupukan 50 kg P2O5 dan 50 kg K2O/ha ditambah gipsum 0,5 t/ha atau pupuk kandang
10 t/ha (nisbah P/K 1,70 dan 1,36) tidak meningkatkan hasil polong kering kacang tanah
dibandingkan tanpa pupuk P dan K (nisbah P/K 0,95 dan 0,89), karena semakin
memperkecil nisbah antara unsur K dengan unsur P dan Ca. Pada tanah Oxisol yang
miskin unsur P, K dan Ca, pemupukan 50 kg P2O5 dan 50 kg K2O/ha, ditambah ZKK 2,5
t/ha atau gipsum 0,5 t/ha (nisbah P/K 0,12 dan nisbah 0,25, nisbah K/Ca 0,39 dan 0,13)
menghasilkan polong kering sebesar 3,1 t/ha atau 40–50% lebih tinggi dibandingkan
tanpa pupuk P dan K (nisbah P/K 0 dan nisbah K/Ca 0,28 dan 0,05). ZKK dan gipsum
tidak sesuai digunakan pada tanah Alfisol yang miskin unsur P dan kaya unsur Ca, tetapi
sesuai pada tanah Oxisol dengan kandungan Ca rendah.
Kata kunci: P, K, kacang tanah, Alfisol, Oxisol
]
PENDAHULUAN

Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan sentra produksi kacang tanah. Sebagian
besar kacang tanah di kedua propinsi tersebut ditanam pada tanah Alfisol dan Ultisol atau
Oxisol. Ketiga jenis tanah tersebut termasuk kelompok tanah merah (Soepraptohardjo,
1961; dalam Buurman, 1980), bahan induk bersifat masam hingga ultra basa. Tanah merah
terdiri dari yang bermuatan bersih negatif hingga positif, KTK, basa-basa, pH dan C-
organik rendah sampai sangat rendah. Pada tanah bermuatan positif, KB rendah,
sedangkan Al-dd dan kejenuhan Al cenderung tinggi. Sebaliknya pada tanah bermuatan
negatif, KB tinggi, Al-dd dan kejenuhan Al tidak terukur (Rachim dkk., 1997).
Tanah Alfisol dan Oxisol di Jawa Timur dan Jawa Tengah mempunyai keragaman
sifat kimia sangat besar. Kadar C-organik berkisar dari sangat rendah sampai tinggi (0,47–
3,09%) dengan pH dari masam sampai agak alkalis (4,65–7,60). Kadar unsur P dan K
berkisar dari sangat rendah sampai sangat tinggi (2,7–86,9 ppm P-Bray dan 0,08–1,20 me
K/100 g). Sedangkan kadar unsur S berkisar dari sangat rendah sampai tinggi (10,7–352,6
ppm SO4), dan kandungan unsur Ca dan Mg berkisar dari sedang hingga sangat tinggi

Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
Makalah Penunjang 256

(Taufiq, 1997; Balitkabi, 1998; dan Harsono, 1999). Adanya keragaman status kesuburan
tanah tersebut menuntut pengelolaan unsur hara yang berbeda antar lokasi untuk
penentuan rekomendasi pemupukan yang lebih efisien dan rasional.
Mayoritas tanah di Jawa Timur mempunyai pH 7–8,4, lebih tinggi dibandingkan
pH tanah di Jawa Tengah (pH 5–6,9). Rendahnya kadar unsur Fe dan tingginya pH
menjadi pembatas (penyebab rendahnya) produktivitas kacang tanah pada tanah Alfisol di
Jawa Timur. Tanah Alfisol Jawa Tengah kaya unsur Fe, Zn, Cu dan Mn. Namun
keseimbangan unsur Fe dengan unsur mikro lainnya dan rendahnya unsur Ca, mungkin
menjadi penyebab rendahnya produktivitas kacang tanah. Kahat unsur P pada tanah
Alfisol di Jawa Timur terjadi pada tanah ber-pH tinggi dan kaya unsur Ca. Pada tanah
Alfisol di Jawa Tengah, kahat unsur P disebabkan oleh rendahnya pH dan tingginya Fe.
Produktivitas kacang tanah pada sebagian besar tanah Alfisol di Jawa Timur dan Jawa
Tengah dapat ditingkatkan melalui pemupukan N dan P (Taufiq, 1999). Kekahatan unsur
K juga ditemukan pada tanah Alfisol Jawa Tengah (Poerboyo dkk., 1992).
Hasil uji tanah tanpa uji korelasi dan kalibrasi sebagai dasar rekomendasi
pemupukan pada kacang tanah tidak akan memberikan hasil yang konsisten. Hal tersebut
disebabkan oleh kacang tanah dapat respon terhadap penambahan sesuatu unsur pada
tanah yang kaya unsur tersebut. Rahmianna dan Adisarwanto (1991) melaporkan, bahwa
pemupukan 50 kg P2O5/ha dapat meningkatkan hasil kacang tanah pada tanah Alfisol
Tuban yang kaya unsur P (36–86 ppm P). Sebaliknya, hasil penelitian Harsono dkk.
(1998) menunjukkan bahwa dari 15 lokasi asal contoh tanah Alfisol, hanya satu lokasi
yang menunjukkan respon positif kacang tanah terhadap penambahan P2O5 50 kg/ha.
Selanjutnya Taufiq (1999) mendapatkan respon positif kacang tanah terhadap pemupukan
K dan S pada 60% lokasi dan 40% lokasi respon terhadap pemupukan P dari 28 lokasi asal
contoh tanah merah. Unsur P dan K bersifat antagonistik, sehingga ketersediaaan
berlebihan dari salah satu unsur dapat menghambat ketersediaan unsur lainnya.
Ketersediaan unsur P dan K di tanah Oxisol sangat rendah, sebagai akibat dari
pelapukan lanjut, dan terikat menjadi bentuk yang tidak tersedia untuk tanaman, yaitu Fe-
P, Al-P, FeAl-P dan bentuk lainnya. Pemupukan P + kapur pada tanah Ultisol dapat
meningkatkan kadar P tersedia, cadangan P, KB dan menurunkan kejenuhan Al (Purnomo
dkk., 1996). Seperti halnya unsur P, pemupukan K juga tidak selalu menampakkan respon
positif teramati pada tanaman. Pemupukan selalu meningkatkan cadangan K tersedia,
tetapi tidak selalu meningkatkan ketersediaan K, karena tergantung daya sangga K saat itu.
Pada tanah dengan PBCK rendah (kapasitas sangga potensial K, nilainya sebanding
dengan kadar liat, KTK liat, jumlah Ca-dd + Mg-dd), pupuk K yang diberikan tidak dapat
dipegang oleh tanah. Sebagian besar K hilang tercuci. Sedangkan pada tanah dengan
PBCK tinggi, perlu pupuk K takaran tinggi untuk meningkatkan intensitas K yang
memberikan respon tanaman teramati (Sulaeman dkk., 1992). Pada tanah Ultisol,
pemupukan K yang diberikan dua kali lebih baik dibandingkan satu kali pemberian
(Purnomo dkk., 1998).
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan keseimbangan hara P dan K untuk kacang
tanah di tanah Alfisol dan Oxisol. Sedangkan sasaran dari kegiatan ini adalah penentuan
rekomendasi pemupukan pada kacang tanah di lahan kering berdasarkan uji tanah agar
efisien dan spesifik lokasi.

Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
Makalah Penunjang 257

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di lahan kering tanah Alfisol Malang Selatan dan Oxisol
Pasuruan pada MH 1999/2000 menggunakan rancangan acak kelompok diulang 3 kali.
Perlakuan yang dievaluasi adalah kombinasi takaran pupuk SP36, KCl, ZKK, gipsum dan
pupuk kandang. Pupuk Urea 50 kg/ha digunakan sebagai pupuk dasar, dan untuk tanah
Alfisol ditambah 200 kg S/ha. Uraian perlakuan disajikan pada Tabel 1, sedangkan
kandungan unsur dalam bahan pupuk disajikan dalam Tabel 2.
Benih kacang tanah varietas Kelinci yang sudah diperlakukan dengan Marshall
ditanam pada petak berukuran 3,2 m x 5 m, jarak tanam 40 cm x 15 cm, 1
tanaman/rumpun. Tanah diolah dan pupuk dibenamkan sepanjang baris tanaman pada saat
tanam. Contoh tanah dan tanaman untuk analisis sifat kimia tanah dilakukan sebelum
pemupukan dan pada saat tanaman mencapai fase pembentukan polong. Peubah yang
diamati adalah tinggi tanaman, berat brangkasan, komponen hasil dan hasil polong kering.

Tabel 1. Perlakuan kombinasi takaran pupuk dan nisbah unsur P, K dan Ca dari
pupuk pada masing-masing kombinasi perlakuan pemupukan.
No. P2O5 K2O ZKK Gipsum Puka Nisbah Nisbah
perlakua (kg/ha) (kg/ha) (t/ha) (kg/ha) n P/K K/Ca
n (t/ha)
1. 0 0 2,5 – – 0 1,36
2. 0 0 – 500 – – 0
3. 0 0 – – 10 0,53 33,01
4. 50 50 2,5 – – 0,15 2,18
5. 50 50 – 500 – 0,41 0,17
6. 50 50 – – 10 0,44 146,43
7. 75 75 2,5 – – 0,19 2,58
8. 75 75 – 500 – 0,41 0,26
9. 75 75 – – 10 0,43 203,15
10. 0 0 2,5 500 10 0,08 0,28
Keterangan: P2O5 dan K2O masing-masing berasal dari SP36 dan KCl; pukan = pupuk
kandang

Tabel 2. Kadar unsur hara dalam pupuk


Unsur ZKK Gipsum Pukan SP36 KCl
P (%) 0,029 15,71
K (%) 1,28 0,055 38,19
Na (%) 0,75 0,009
Ca (%) 0,94 22 0,002
Mg (%) 0,41 0,000
S (%) 12 0,036
Al (%) 10,93
Fe (%) 1,29
Mn (%) 0,03
Si (%) 64,37

Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
Makalah Penunjang 258

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan pada Alfisol


Lokasi percobaan di tanah Alfisol Malang Selatan adalah bekas tanaman perdu
(semak belukar). Kandungan bahan organik tanah tergolong sedang (C-organik 2,83%),
namun belum termineralisasi, yang terlihat dari kadar N tanah yang rendah (0,18%). pH
tanah agak alkalis, miskin unsur K dan S, tetapi kaya unsur P, Ca dan Mg. Kadar unsur Fe
sedikit di atas batas kritis kahat (Tabel 3). Rendahnya unsur K dan tidak berimbangnya
antara unsur P dengan K, yang dicerminkan oleh nisbah antara unsur P dengan K, serta
rendahnya unsur Fe (Tabel 3) mungkin menjadi pembatas produktivitas kacang tanah di
Alfisol Malang Selatan.

Tabel 3. Sifat kimia tanah Alfisol Malang Selatan dan Oxisol Pasuruan pada awal
percobaan. MH 1999/2000
Sifat kimia Alfisol Harkat Oxisol Harkat
pH H2O 8,3 agak alkalis 6,3 agak masam
pH KCl 7,1 4,6
C-organik (%) 2,83 sedang 1,96 rendah
N (%) 0,18 rendah 0,43 sedang
P2O5 Bray I (ppm) 35,1 sangat tinggi TU sangat rendah
SO4 (ppm) 29,9 rendah 15,5 sangat rendah
K (me/100 g) 0,23 rendah 0,22 rendah
Ca (me/100 g) 16,8 tinggi 4,58 rendah
Mg (me/100 g) 2,87 tinggi 1,46 sedang
Fe (ppm) 7,69 tinggi 48,1 sangat tinggi
Zn (ppm) 4,13 0,78 marginal
Cu (ppm) 1,98 cukup 1,26 cukup
Mn (ppm) 18,6 99,2 sangat tinggi

Tabel 4. Nisbah unsur P, K dan Ca dalam tanah Alfisol Malang Selatan setelah
pemupukan.
No. P2O5 K2O ZKK Gipsum Puka Nisbah Nisbah
Perlakua (kg/ha) (kg/ha) (t/ha) (kg/ha) n P/K K/Ca
n (t/ha)
1. 0 0 2,5 – – 0,51 0,09
2. 0 0 – 500 – 1,70 0,02
3. 0 0 – – 10 1,36 0,04
4. 50 50 2,5 – – 0,48 0,12
5. 50 50 – 500 – 0,95 0,05
6. 50 50 – – 10 0,89 0,07
7. 75 75 2,5 – – 0,47 0,14
8. 75 75 – 500 – 0,83 0,07
9. 75 75 – – 10 0,79 0,09
10. 0 0 2,5 500 10 0,51 0,08

Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
Makalah Penunjang 259

Pemberian kombinasi pupuk P, K, ZKK, gipsum dan pupuk kandang pada Alfisol
Malang Selatan tidak berpengaruh terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah polong isi dan
bobot 100 biji. Tinggi tanaman berkisar antara 30 sampai 38 cm (rata-rata 34 cm), polong
yang terbentuk dan terisi termasuk sedikit, (rata-rata 8 polong/tanaman) dan hampir sama
dengan jumlah polong yang belum terisi (7 polong/tanaman) dan ukuran biji berkisar
antara 22,1 sampai 27,9 g/100 biji. Berat polong/tanaman 12,27 g/tanaman dan hasil
polong kering kacang tanah 1,64 t/ha diperoleh pada kombinasi pemupukan 50 kg P2O5,
50 kg K2O dan 2,5 t ZKK/ha. (Tabel 5).
Pemberian ZKK, gipsum, pupuk kandang dan pupuk PK anorganik tidak
berpengaruh terhadap hasil polong kering kacang tanah di tanah Alfisol Malang Selatan.
Namun jika pupuk P dan K pada dosis 50 kg P2O5 + 50 kg K2O dikombinasikan dengan
2,5 t ZKK/ha dapat mengoptimalkan hasil polong kacang tanah (1,64 t/ha) (Tabel 5).
Tanah Alfisol Malang Selatan mempunyai pH agak alkalis, kaya unsur P, Ca dan Mg,
namun miskin unsur K. Unsur K bersifat antagonistik dengan unsur P dan Ca, sehingga
kelebihan unsur P atau Ca dapat menghambat ketersediaan unsur K. Oleh karena itu,
tingginya kadar unsur P dan Ca menyebabkan makin rendahnya ketersediaan unsur K di
tanah Alfisol Malang Selatan (Tabel 4). Pada sisi lain, kombinasi antara pupuk P dan K
anorganik dengan gipsum atau pupuk kandang semakin menyebabkan ketidak-seimbangan
antara unsur K dengan unsur P dan Ca, karena gipsum kaya Ca, dan pupuk kandang kaya
P. Dengan demikian, kemungkinan takaran pupuk K yang diberikan kurang tinggi untuk
dapat mengimbangi kelebihan unsur P, Ca dan Mg. Sebaliknya, ZKK selain sebagai
sumber unsur K, juga dapat meningkatkan KTK tanah sehingga mengurangi laju
pencucian unsur K. Kombinsi antara ZKK dengan pupuk P dan K takaran rendah
menghasilkan polong kering tertinggi.

Tabel 5. Tinggi tanaman, berat brangkasan, komponen hasil dan hasil polong kering
kacang tanah saat panen di tanah Alfisol Malang Selatan pada MH
1999/2000
Jumlah Berat
Tinggi Jumlah Berat Hasil
Perlakua polong Berat 100 brangkas
tanaman polong polong/ta polong
n1) muda/tan biji (g) an (t/ha)
(cm) isi/tan. n. (g)2) (t/ha) 2) 2)
.
1. 32,7 a 8,4 abc 5,6 a 24,3 ab 9,47 ab 1,48 a 9,90 a
2. 32,5 a 7,8 abc 7,1 a 24,5 ab 9,40 ab 1,42 a 8,02 a
3. 35,0 a 9,3 a 7,1 a 24,8 ab 11,20 ab 1,51 a 10,10 a
4. 33,3 a 8,7 ab 8,1 a 27,9 a 12,27 d 1,64 a 9,06 a
5. 36,0 a 7,1 abc 7,3 a 25,0 ab 8,50 ab 1,63 a 10,78 a
6. 37,6 a 8,5 abc 6,1 a 24,2 ab 9,97 ab 1,63 a 9,74 a
7. 30,1 a 5,9 c 7,7 a 22,9 ab 7,70 ab 1,11 a 7,71 a
8. 27,3 a 6,2 bc 7,5 a 22,1 b 7,23 b 1,06 a 6,98 a
9. 38,4 a 7,5 abc 7,9 a 21,8 b 7,83 ab 1,59 a 11,09 a
10. 34,6 a 7,4 abc 6,8 a 23,8 ab 8,70 ab 1,27 a 9,27 a
Rata-rata 33,8 a 7,7 7,1 24,1 9,23 1,43 9,27
KK (%) 23,4 a 20,4 22,6 5,6 15,51 18,30 15,37
BNT 5% 13,5 a 2,7 2,7 13,4 4,65 0,83 4,88
1)
Keterangan : Uraian perlakuan secara rinci disajikan pada Tabel 1
2)
Untuk analisis ragam, data ditransformasi dengan √(x)

Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
Makalah Penunjang 260

Percobaan pada Oxisol


Lokasi percobaan di Pasuruan adalah bekas tanaman sengon. Tanah mempunyai
pH agak masam, kandungan bahan organik, unsur P, K dan Ca tergolong rendah, kaya
unsur Fe dan Mn, unsur N termasuk kategori sedang (Tabel 3). Meskipun demikian,
pertumbuhan tanaman kacang tanah di tanah Oxisol Pasuruan lebih baik dibandingkan di
tanah Alfisol Malang Selatan. Sifat fisik tanahnya relatif lebih baik dibandingkan Alfisol
Malang Selatan, K dengan Ca lebih berimbang (Tabel 6).

Tabel 6. Nisbah unsur P, K dan Ca dalam tanah Oxisol setelah pemupukan


No. P2O5 K2O ZKK Gipsum Pukan Nisbah Bisbah
Perlakua (kg/ha) (kg/ha) (t/ha) (kg/ha) (t/ha) P/K K/Ca
n
1. 0 0 2,5 – – 0 0,28
2. 0 0 – 500 – 0 0,05
3. 0 0 – – 10 0,16 0,13
4. 50 50 2,5 – – 0,12 0,39
5. 50 50 – 500 – 0,25 0,13
6. 50 50 – – 10 0,29 0,27
7. 75 75 2,5 – – 0,16 0,46
8. 75 75 – 500 – 0,28 0,17
9. 75 75 – – 10 0,31 0,34
10. 0 0 2,5 500 10 0,06 0,18

Perlakuan pemupukan berpengaruh terhadap tinggi tanaman, ukuran biji, dan hasil
polong kering. Jumlah polong isi/tanaman tidak dipengaruhi oleh pemupukan (rata-rata
12,5/tanaman) dan polong muda sebanyak 9,3 polong/tanaman. Tinggi tanaman kacang
tanah yang diberi ZKK 2,5 t/ha, gipsum 0,5 t/ha atau pupuk kandang 10 t/ha berkisar
antara 46-55 cm. Penambahan P2O5 dan K2O masing-masing sebesar 50 dan 75 kg/ha
tidak meningkatkan tinggi tanaman kacang tanah dibandingkan tanpa pupuk P dan K,
kecuali yang dikombinasi dengan gipsum atau kotoran ayam. Sedangkan penambahan
P2O5 sebesar 75 kg dan K2O 75 kg/ha pada tanaman yang sudah diberi ZKK,
meningkatkan tinggi tanaman kacang tanah dibandingkan tanpa pupuk P dan K (Tabel 7).
Penambahan pupuk P dan K pada tanaman yang diberi gipsum 0,5 t/ha tidak
meningkatkan bobot 100 biji, tetapi penambahan pupuk P2O5 sebesar 50 kg dan K2O 50
kg/ha pada tanaman yang sudah diberi ZKK 2,5 t/ha, meningkatkan bobot 100 biji dari
25,41 menjadi 30,78 g/100 biji. Namun, peningkatan takaran P2O5 dan K2O menjadi 75
kg/ha menurunkan bobot biji, seperti tanpa pupuk P dan K. Penggunaan pupuk kandang 10
t/ha dapat menghasilkan ukuran biji 30,42 g/100 biji. Penambahan P2O5 sebesar 50 kg dan
50 kg K2O/ha pada tanaman yang diberi pupuk kandang tidak memberikan dampak positif,
dan peningkatan takaran P2O5 dan K2O masing-masing menjadi 75 kg/ha mengakibatkan
penurunan bobot biji (Tabel 7).

Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
Makalah Penunjang 261

Tabel 7. Tinggi tanaman, berat brangkasan, komponen hasil dan hasil polong kering
kacang tanah di tanah Oxisol Pasuruan pada MH 1999/2000
Jumla Jumlah Berat
Tinggi Berat Hasil Berat
Perlaku h polong polong/t
tanama 100 biji Polong brangkasa
an1 polong muda/ta an
n (cm) (g) (t/ha) n (t/ha)
isi/tan. n. (g)
1. 45,7d 10,9b 10,6ab 25,41c 13,96c 2,07c 11,69a
2. 50,6cd 11,6ab 7,7b 26,84ab 15,17bc 2,25bc 11,77a
c
3. 55,2abc 11,7ab 8,2ab 30,42ab 17,83abc 2,45ab 12,83a
d c
4. 54,7bcd 12,1ab 10,1ab 30,78a 17,24abc 3,11ab 13,52a
5. 59,4abc 13,9ab 10,1ab 28,98ab 19,41abc 3,14a a1,92a
c
6. 64,5a 12,5ab 9,0ab 30,21ab 19,79ab 2,80ab 12,94a
c
7. 64,3ab 14,4ab 11,5a 26,23bc 21,85a 2,89ab 13,10a
c
8. 56,6abc 11,2ab 8,0ab 25,84c 15,53bc 2,49ab 12,96a
c
9. 60,6ab 14,9a 8,7ab 25,77c 18,87abc 2,73ab 13,21a
c
10. 57,8abc 13,3ab 9,1ab 28,50ab 18,47abc 2,95ab 13,81a
c c
Rata-rata 56,9 12,5 9,3 27,90 17,81 2,69 12,78
KK (%) 10,0 18,6 22,6 8,91 18,36 19,37 14,69
BNT 5% 9,78 9,8 4,0 3,60 4,26 0,61 0,89
Keterangan : 1)Uraian perlakuan secara rinci disajikan pada Tabel 1

Variasi kombinasi takaran dan jenis pupuk mengakibatkan keragaman hasil polong
kering. Penggunaan pupuk kandang 10 t/ha menghasilkan polong kering 2,45 t/ha, namun
kombinasi dengan pupuk P dan K anorganik tidak meningkatkan hasil polong kering.
Pemberian ZKK 2,5 t/ha menghasilkan polong kering sebesar 2,07 t/ha, dan jika
dikombinasikan dengan 50 P2O5 kg dan 50 K2O kg/ha meningkatkan hasil polong kering
sebesar 1,04 t/ha (50%), menjadi 3,11 t/ha. Peningkatan takaran P2O5 dan K2O masing-
masing menjadi 75 kg/ha tidak diikuti oleh peningkatan hasil polong kering. Hasil polong
kering sebesar 2,25 t/ha juga dapat diperoleh melalui pemupukan gipsum 0,5 t/ha, dan jika
dikombinasikan dengan 50 kg P2O5 dan 50 kg K2O/ha meningkatkan hasil polong kering
sebesar 0,89 t/ha (40%), menjadi 3,14 t/ha (merupakan tingkat hasil tertinggi). Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahawa kombinsi antara ZKK 2,5 t/ha atau gipsum 0,5
t/ha atau pupuk kandang 10 t/ha dengan P2O5 dan K2O pada takaran tinggi (75 kg/ha)
ternyata tidak bermanfaat untuk tujuan peningkatan hasil polong kering kacang tanah di
tanah Oxisol Pasuruan.
Rata-rata hasil polong kering kacang tanah di tanah Oxisol Pasuruan (2,69 t/ha)
lebih tinggi dibandingkan di tanah Alfisol Malang Selatan (1,43 t/ha). Hal tersebut
mungkin disebabkan oleh perbedaan pH tanah dan kadar unsur Fe. Kadar unsur Fe tanah

Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
Makalah Penunjang 262

Oxisol Pasuruan jauh lebih tinggi dibandingkan tanah Alfisol Malang Selatan, tetapi pH-
nya lebih rendah. Hasil kalibrasi rumah kaca menggunakan contoh tanah merah dari 28
lokasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah menunjukkan bahwa hasil kacang tanah
berkorelasi negatif dengan pH, tetapi berkorelasi positif dengan kadar unsur Fe, dan tidak
berkorelasi dengan kadar bahan organik (Taufiq, 1999).
Pemberian ZKK 2,5 t/ha atau gipsum 0,5 t/ha, selain 50 kg Urea/ha sebagai pupuk
dasar, di tanah Oxisol Pasuruan dapat menghasilkan polong kering kacang tanah masing-
masing sebesar 2,07 dan 2,25 t/ha. Penambahan 50 P2O5 kg dan 50 kg K2O/ha
meningkatkan hasil polong kering menjadi 3,1 t/ha. Peningkatan hasil polong kering
tersebut disebabkan oleh tanah miskin unsur P, K dan Ca, sedangkan gipsum adalah
sumber unsur Ca. Aplikasi ZKK dapat meningkatkan KTK tanah, dan unsur basa dalam
ZKK didominasi oleh Ca dan Mg atau K dan Na, tergantung mineral penyusun (Suwardi,
1997), sehingga ZKK dapat menyumbang kation yang dibutuhkan kacang tanah.
Pada sisi lain, penambahan pupuk kandang 10 t/ha dapat menghasilkan polong
kering sebesar 2,5 t/ha. Apabila tanaman kacang tanah sudah diberi pupuk kandang 10
t/ha, maka penambahan pupuk lain, seperti pupuk P dan K anorganik, gipsum maupun
ZKK, ternyata tidak bermanfaat (tidak diperlukan), karena tidak meningkatkan hasil
polong kering kacang tanah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pupuk kandang dapat
berfungsi sebagai bahan pembenah tanah yang cukup baik di tanah Oxisol Pasuruan.

KESIMPULAN

a. Pemupukan 50 kg P2O5 dan 50 kg K2O/ha, ditambah gipsum 0,5 t/ha atau pupuk
kandang 10 t/ha pada tanah Alfisol Malang Selatan (nisbah P/K 1,70 dan 1,36)yang
miskin unsur K, tetapi kaya unsur P dan Ca tidak meningkatkan hasil polong kering
kacang tanah dibandingkan tanpa pupuk P dan K (nisbah P/K 0,95 dan 0,89), karena
semakin memperkecil nisbah antara unsur K dengan unsur P dan Ca.
b. Pemupukan 50 kg P2O5 dan 50 kg K2O/ha, ditambah ZKK 2,5 t/ha atau gipsum 0,5
t/ha pada tanah Oxisol Pasuruan (nisbah P/K 0,12 dan nisbah 0,25, nisbah K/Ca 0,39
dan 0,13) yang miskin unsur P, K dan Ca dapat menghasilkan polong kering sebesar
3,1 t/ha atau 40–50% lebih tinggi dibandingkan tanpa pupuk P dan K (nisbah P/K 0
dan nisbah K/Ca 0,28 dan 0,05).
c. ZKK dan gipsum tidak sesuai digunakan pada tanah Alfisol yang miskin unsur P dan
kaya unsur Ca, tetapi sesuai pada tanah Oxisol dengan kandungan Ca rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Balitkabi. 1998. Laporan Tahunan Balitkabi Tahun 1997/1998. Penyunting Harsono dkk.
Malang 124 hal.
Buurman, P. 1980. Red soils in Indonesia, a state of knowledge. p. 1–12. In P. Buurman
(ed). Red Soils in Indonesia. Centre for Agric. Publish. and Doc. Wageningen.
Netherland.
Harsono, A. 1999. Teknologi budidaya kacang tanah spesifik lokasi di lahan tegal dan
sawah. Makalah Pelatihan Produksi Benih Kacang Tanah. Balitkabi Malang. hal 30–
44.

Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008
Makalah Penunjang 263

Poerboyo, I., K. Pirngadi dan T. Adisarwanto. 1992. Peranan pupuk makro terhadap
produksi kacang tanah di Jawa. Hal. 48–61. Dalam N. Saleh dkk. (Penyt). Perbaikan
Komponen Teknologi Budidaya Kacang Tanah. Balittan Malang.
Pornomo, J., Mulyadi, S. Widodo dan J. Sri Adiningsih. 1996. Rehabilitasi tanah Ultisols
(Podsolik Merah Kuning) dengan pemupukan P dan pengelolaan bahan organik. Hal.
13–24. Dalam D. Santoso dkk. (Penyunting). Prosiding No. 12: Pertemuan
Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat, Cisarua, 26–
28 September 1997. Puslittanak. Bogor.
-----------, A. Kencanasari dan S. Suping. 1998. Penelitian efisiensi pemupukan kalium
pada tanah Ultisol di Lampung. Hal. 351–360. Dalam Undang Kurnia dkk.
(Penyunting). Prosiding No. 14: Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil
Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor, 10–12 Februari 1998. Puslittanak. Bogor.
Rachim, D.A., Astiana, R. Sutanto, N. Suharta, A. Hidayat, D. Subardja dan M. Arifin.
1997. Tanah merah terlapuk lanjut serta pengelolaannya di Indonesia. Hal. 97–115.
Dalam Subagyo, H. dkk (Penyunting). Penatagunaan Tanah sebagai Perangkat
Penataan Ruang dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Prosiding Konggres
Nasional VI HITI. Buku I. Jakarta.
Rahmianna, A.A. dan T. Adisarwanto. 1991. Telaah kendala hasil kacang tanah. Hal. 21–
26. Dalam T. Adisarwanto dkk. (Penyt). Risalah Seminar Kacang Tanah di Tuban.
Balittan Malang.
Soepraptohardjo, M. and Ismangun. 1980. Classification of red soils in Indonesia by the
Soils Research Institute. p. 15–22. In P. Buurman (ed) Red Soils in Indonesia.
Centre for Agric. Publish and Doc. Wageningen. Netherlands.
Sulaeman, IP.G. Wijaya-Adhi, IM. Widjik S., dan N. Sri Mulyani. 1992. Pengaruh
pemupukan kalium dan pencucian serta interaksinya terhadap ketersediaan kalium
dalam tanah. Pemb. Penel. Tanah dan Pupuk. 10:34–46.
Suwardi. 1997. Studies on agricultural utilization of natural zeolites in Indonesia.
Graduate School of Agricultural. Tokyo University of Agricultural.
Taufiq, A. 1997. Kajian status pH, K, Ca dan Mg beberapa jenis tanah di Jawa Timur. Hal.
76–84. Dalam Sudayono dkk. (Penyt). Perlindungan Sumberdaya Tanah untuk
Mendukung Kelestarian Pertanian Tangguh. Prosiding HITI. Balitkabi Malang.
---------. 1999. Kajian status unsur hara makro dan mikro tanah Alfisol serta optimasi
pemupukannya untuk kacang tanah. Laporan intern Balitkabi. 21 hal.

Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008

You might also like