You are on page 1of 14

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : .........................

. Mata Pelajaran : Matematika Kelas/semester : IV (Empat) /2 (dua) Alokasi waktu : 2 x 35 menit A. Standar Kompetensi : 2. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat. B. Kompetensi Dasar 2.1 Mengurutkan bilangan bulat C. Tujuan Pembelajaran** Peserta didik dapat : ? Menerapkan bilangan bulat negatif dalam kehidupan sehari-hari ? Membaca dan menuliskan lambang bilangan bulat ? Menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan ? Mengenal lawan suatu bilangan ? Mengurutkan sekelompok bilangan bulat dari terkecil atau terbesar ? Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) dan Tanggung jawab ( responsibility ) D. Materi Ajar BILANGAN ? Mengurutkan Bilangan bulat E. Metoda Pembelajaran ? deduktif-deskriptif (meringkas uraian materi) ? ekspositori (menerangkan) ? tanya jawab ? latihan F. Langkah-langkah Pembelajaran ? Kegiatan awal Apresepsi dan Motivasi - Mengingat kembali konsep Mengurutkan bilangan bulat - Melakukan game yang berhubungan dengan Mengurutkan bilangan bulat dari bilangan ? Kegiatan Inti ? Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: ? Siswa dapat Menjelaskan cara membaca dan menuliskan lambang bilangan bulat pad a garis bilangan ? Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: ? Mencontohkan langkah mengerjakan latihan ? Memeriksa pekerjaan siswa dan menugaskan untuk mengerjakan di depan ? Tanya jawab ? Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: ? Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa ? Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan p enguatan dan penyimpulan ? Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru:

? Memberikan latihan soal ? Memberikan soal Pekerjaan Rumah ? Menutup pelajaran G. Alat/Bahan dan Sumber Belajar ? Buku Pelajaran Matematika Penekanan pada Berhitung untuk Sekolah Dasar Kelas 4, ? Matematika SD untuk Kelas IV 4B, H. Penilaian Indikator Pencapaian Teknik Kompetensi Bentuk Instrumen/ o Menerapkan Penilaian Instrumen Soal bilangan bulat negatif dalam kehidupan sehari-hari o Membaca dan menuliskan lambang bilangan bulat o Menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan o Mengenal lawan suatu bilangan o Mengurutkan sekelompok bilangan bulat dari terkecil atau terbesar Tugas Individu dan Kelompok Laporan buku pekerjaan rumah

o o o o o

Terapkan bilangan bulat negatif dalam kehidupan sehari-hari ? Bacakanlah dan Tuliskanlah lambang bilangan bulat ? Tentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan ? Kenalkanlah lawan suatu bilangan ? Kurutkanlah sekelompok bilangan bulat dari terkecil atau terbesar ?

Format Kriteria Penilaian ? PRODUK ( HASIL DISKUSI ) 1. Skor Kriteria Aspek No. * Konsep semua benar * sebagian besar benar * sebagian kecil benar * semua salah 4 3 2 1 ? PERFORMANSI 1. Skor Kriteria Aspek No.

2. Pengetahuan

Sikap * Pengetahuan * kadang-kadang Pengetahuan * tidak Pengetahuan * Sikap * kadang-kadang Sikap * tidak Sikap 4 2 1 4 2

1 Lembar Penilaian No Jumlah Produk Performan 1. Sikap Pengetahuan Nilai Nama Siswa Skor 2. 3. 4. 5. CATATAN : Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10. ? Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.

..... Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mapel Matemat

.................................. ..... NIP : NIP :

PENGERTIAN DARI KEGIATAN YANG ADA DI DALAM RPP 1. Rencana pelaksanaan pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rancangan yang berisi prosedur dan pengorganisasian pembelajaran. Rpp berisi penjabaran membelajarakan kompeten si dasar tertentu yang termuat dalam silabus. Adapun hal-hal/komponen yang termu at dalam rencana pelaksanaan pembelajaran antara lain: a. Identitas RPP Identitas RPP meliputi satuan pendidikan, kelas/program, semester, mata pelaj aran, dan waktu/ pertemuan. b. Standar kompetensi Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan menimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan d icapai siswa pada suatu mata pelajaran. Standar kompetensi tiap-tiap mata pelaja ran telah ditentukan dalam standar isi, akan tetapi tiap satuan pendidikan diper bolehkan mengembangkan standar kompetensi sesuai dengan kebutuhan sekolah dan si swa (kebutuhan dunia kerja, pembangunan daerah dan nasional (acuan operasional p enyusunan KTSP). c. Kompetensi dasar Kompetensi dasar merupakan kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa yang merupakan penjabaran dari standar kompetensi. Kompetensi dasar yang merupakan pe njabaran standar kompetensi pun telah terdapat dalam standar isi dan tak menutup kemungkinan untuk dilengkapi atau dikembangkan seperti halnya standar kompetens i. Namun perlu diperhatikan dalam menambah dan mengembangkan SK atau KD dalam se buah mata pelajaran tidak boleh mengurangi Standat Kompetensi dan Kompetensi Das ar yang telah ditentukan dalam Standar Isi. d. Inidikator pencapaian kompetensi Indikator merupakan tanda-tanda yang menunjukan ketercapaian suatu KD ketika

dibelajarkan kepada siswa. Indicator merupakan jabaran perilaku dari Kompetensi Dasar. Indicator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur dengan berbagai instrument penilaian. Perumusan indicator tiap kompetensi dasar merupakan tugas guru pada tiap-tiap satuan pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan siswa. Se orang guru dapat merumuskan indicator kompetensi dasar sangat tergantung pada ti ngkat pemahaman guru memahami sebuah kompetensi dasar. Seorang guru dapat merumuskan indikator dengan baik jika guru tersebut memili ki pemahaman yang baik terhadap kompetensi dasar. Tanpa pemahaman yang baik dala m merumuskan indicator dapat terjadi kesalahan yaitu indicator yang dirumuskan t idak sesuai atau tidak mencirikan ketercapaian kompetensi dasar yang diajarkan.I ndicator sendiri memiliki fungsi sebagai alat ukur penentu keberhasilan pembelaj aran sebuah kompetensi dasar. Dengan fungsi tersebut, indikator menjadi bahan ac uan dalam menyusun bahan ajar, menentukan penilaian terhadap ketercapaian KD, pe nentuan kegiatan siswa dalam rangka menguasai KD, dan menentukan alat, bahan, me dia dan sumber belajar. e. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan tujuan yang akan dicapai oleh siswa setelah men gikuti proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan bentuk rinci dari komp etensi dasar, mirip seperti indikator tetapi berbeda karena indikator berupa tan da-tanda ketercapaian sebuah KD sedangkan tujuan merupakan tujuan atau hasil pen guasaan kompetensi dasar. Dengan kemiripan indikator dengan tujuan pembelajaran biasanya indikator langsung diturunkan menjadi tujuan pembeajaran. Namun demikia n, tujuan pembelajaran harus jelas dan rinci tiap aspek penguasaanya pada kompet ensi dasar, jadi ketika indikator yang dirumuskan masih dapat diperinci lagi dal am tujuan pembelajaran harus ditulis yang paling rinci. f. Materi ajar Materi ajar atau materi pembelajaran merupakan materi yang akan disampaikan y ang merupakan bentuk nyata/materi dari sebuah kompetensi dasar. Materi ajar memu at fakta, konsep, prinsip, model, dan prosedur. Dalam penyusunanya sampai sekara ng ini masih terjadi kesimpangsiuran antara ditulis sebagai materi ajar lengkap atau hanya butir-butir/pokok materinya saja. Terlepas dari hal itu, yang terpent ing dalam membuat perencanaan pembelajaran materi ajar yang disusun haruslah len gkap yang muat keempat hal tersebut di atas. g. Alokasi waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai kebutuhan ketercapaian Kompetensi dasar yang telah dirumuskan pada awal tahun pelajaran sesuai beban belajar siswa. h. Metode pembelajaran Yang terpenting dari penggunaan atau pemilihan metode pemblejarn adalah metod e pembelajaran yang dipilih dapat mendorong terjadinya suasana belajar yang kond usif sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan nyaman. Pemilihan metode pem belajaran sangat bergantung pada materi yang diajarkan dan kondisi siswa yang ak an diberi pelajaran. Oleh karena itu penyusunan perencanaan pembelajaran dalam h al ini untuk memilih metode pembelajaran seharusnya dilakukan oleh guru yang men genal betul kondisi kelas agar metode yang dipilih berterima dengan siswa. i. Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran disusun untuk membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diberikan. Kegiatan pembelajaran merupakan hal yang sangat menentukan dala m keberhsilan sisswa menguasai kompetensi dasar. Dengan kegiatan pembelajaran ya ng disusun dengan tepat siswa akan lebih mudah menguasai materi ajar yang diberi kan. Dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, harus diperkirakan bagaimana indi kator keberhsilan belajar. Apakah langkah-langkah yang disusun dalam kegiatan itu dapat mencakup setiap indikator byang telah dirumuskan. Jika semua indikator sudah dapat ternaungi ole h kegiatan pembelajara yang disusun maka tujuan pembelajaran akan lebih mudah di

capai dan ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar akan sangat baik. Ad a sebuah catatan yaitu kegiatan pembelajaran yang bermakna akan memiliki dampak t erhadap perilaku siswa, siswa tak hanya tahu atau hafal saja . Tahapan dalam kegia tan pembelajaran meliputi 3 hal yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. ? Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal pembelajaran yang memiliki tujuan meng odisikan siswa pada kesiapan menerima pelajaran. Kegiatan yang dilakukan untuk m engondisikan siswa ini dapat berupa pemberian motivasi belajar siswa dan upaya m emfokuskan siswa pada pelajaran yang akan disampaikan. Dengan kata lain kegiatan pendahuluan dapat disebut juga tahap situasional. ? Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pemberian pembelajaran sesuai dengan KD yan g hendak dicapai. Kegitan inti ini harus dirinci sedemikian rupa agar siswa bena r-benar memahami KD yang hendak dicapai. Perincian tersebut termuat dalam pembag ian kegiatan inti ini menjadi tiga tahap yaitu ekplorasi, elaborasi, dan konfirm asi. Dengan ketiga tahap tersebut siswa akan mendapat pemahaman yang kuat karena siswa tak hanya menerima dari guru saja melainkan siswa juga terlibat aktif dal am pemerolehan pemahaman dan penguasaan KD. ? Penutup Penutup merupakan kegiatan akhir pembelajaran. menutup pelajaran tidak han ya sekadar mengkhiri pelajaran dengan salam, tetapi di sini adalah penekanan/pen guatan terhadap apa yang telah diperoleh siswa selama mengikuti pembelajaran. gu ru memberikan simpulan terhadap apa yang telah dipelajari. Hal ini dilakukan aga r siswa menjadi lebih yakin terhadap pemahaman yang telah siswa peroleh, karena pada dasarnya siswa akan lebih percaya ketika pemahaman yang telah mereka perole h dibenarkan atau dikuatkan oleh guru. Dalam kegiatan penutup juga dilakukan pen ilaian dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. j. Sumber dan media belajar Sumber dan media belajar digunakan sebagai alat untuk memperlancar kegiatan p embelajaran. Penentuan sumber dan media belajar disesuaikan pada kompetensi dasa r yang disampaiakan oleh guru dan sarana prasarana yang ada di sekolah. Pemilihan sumber dan media belajar yang baik adalah yang dapat mebantu siswa lebih mudah menerima pelajaran, lebih intensif, dan merangsang siswa untuk menun jukkan potensi yang dimiliki. Yang terpenting adalah pemilihan sumber dan media belajar harus didasarkan pada prinsip kemanfaatan, tak harus mahal atau bernilai tinggi yang penting memiliki manfaat yang optimal dalam mengantarkan pelajaran. k. Penilaian hasil belajar Penilaian hasil belajar merupakan penilaian terhadap ketercapaian tujuan pemb elajaran. oleh karena itu, indikator-indikator penguasaan kompetensi dasar harus termuan dalam instrument penilaian yang dibuat. Bentuk penilaian dapat dipilih bebas oleh guru asalkan sesuai untuk menunjukkan dan menggambarkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan. Dalam membuat penilaian hasil belajar, guru juga harus menyediakan jawaban at au alternative jawaban serta pedoman penilaian agar terdapat kejelasan dalam pen gukuran tingkat keberhasilan siswa dalam memahami kompetensi dasar yang disampai kan. Sedikit hal mengenai perencanaan pembelajaran ini hanyalah sebagian kecil dar i cara mencapai pembelajaran yang berhasil. Perencanaan barulah awal dan belum m enghadapi siswa yang tentunya akan membutuhkan banyak improvisasi dari guru atas kejadian-kejadian yang mungkin tak tertuliskan dalam perencanaan. Oleh karena i tu kekayaan teknik dan metode mengajar pada seorang guru adalah hal yang harus s elalu dikembangkan. 1. Pengertian Apersepsi

Apersepsi berasal dari kata Apperception berarti menyatupadukan dan mengasim ilasikan suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki.Atau kesadaran se seorang untuk berasosiasi dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki dibarengi dengan pengolahan sehingga menjadi kesanyang luas. Kesan yang lama itu disebut b ahan apersepsi. Apersepsi dalam pengajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelaj aran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana anak didik mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indone sia, yang dimaksud apersepsi adalahpengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru.[1]Banyak ahli yang berusaha mendefini sikan arti apersepsi, namun untuk lebih mudah memahaminya, maka saya mengartikan apersepsi sebagai suatu proses menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahua n yang baru. Kegiatan utama yang perlu dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini diantaranya, yaitu menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, me mberi acuan, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception) dan penilaian awal (p re-test). Kegiatan pendahuluan seperti sebagai berikut: Penciptaan Kondisi Awal Pembelajaran Proses pembelajaran terpadu akan berhasil dengan baik apabila guru sejak awal da pat mengkondisikan kegiatan belajar secara efektif. Upaya yang perlu dilakukan u ntuk mewujudkan kondisi awal pembelajaran yang efektif tersebut misalnya: a. Mengecek atau memeriksa kehadiran siswa (presence, attendance). Sebelum kegiatan inti pembelajaran dimulai sebaiknya guru mengecek atau me meriksa terlebih dahulu kehadiran siswa. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terh itung banyak maka perlu cara yang lebih praktis agar tidak terlalu menyita atau menghabiskan waktu, salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan mena nyakan atau meminta siswa yang hadir di kelas untuk menyebutkan siswa yang tidak hadir, kemudian guru menanyakan alasan ketidakhadiran siswa yang tidak hadir te rsebut. b. Menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness). Kesiapan belajar siswa merupakan salah satu prinsip belajar yang sangat berpe ngaruh terhadap hasil belajar siswa. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakuka n guru dalam menciptakan kesiapan belajar siswa, khususnya yang dilakukan pada a wal pembelajaran diantaranya: 1. Membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilitas dan sumber belajar ya ng diperlukan dalam kegiatan belajar. 2. Menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan konstruktif dalam kelas. 3. Menunjukkan sikap penuh semangat (antusiasme) dan minat mengajar yang tinggi. 4. Mengontrol (mengelola) seluruh siswa mulai dari awal pembelajaran. 5. Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta minat dan perhatian siswa. 6. Menentukan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa dapat melakukannya. c. Menciptakan suasana belajar yang demokratis. Sejak saat awal pembelajaran, siswa harus sudah mulai diarahkan pada suatu ko ndisi atau suasana belajar yang demokratis dalam rangka menumbuhkan keaktifan si swa dalam belajar. Suasana yang demokratis dalam pembelajaran terpadu akan menum buhkan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan, keberanian untuk bertanya, ke beranian berpendapat atau mengeluarkan ide/gagasan, dan keberanian memperlihatka n unjuk kerja (performance). Untuk itu guru hendaknya mengembangkan kegiatan awa l pembelajaran yang memungkinkan siswa merasa bebas, sukarela, tidak merasa dite kan atau dipaksa dalam belajar. 2. Tujuan Apersepsi Menurut Nurhasnawati, apersepsi bertujuan untuk membentuk pemahaman. Seper ti yang dikutip di dalam bukunya yang berjudul Strategi Pengajaran Mikro yakni,ji ka guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru perlu dihubungkan dengan hal -hal yang telah dikuasai siswa atau mengaitkannya dengan pengalaman siswa terdah ulu serta sesuai dengan kebutuhan untuk mempermudah pemahaman.

Contoh usaha guru untuk membuat kaitan dengan aspek yang relevan 1. Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai sejauh mana materi yang sud ah dipelajari sebelumnya dapat dipahami oleh siswa dengan cara guru mengajukan p ertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum materi pelajaran terdahulu. 2. Membandingkan pengetahuan lama dengan yang akan disajikan. Hal inidilakukan apabil a materi baru itu erat kaitannya dengan materi yang akan dikuasai. 3. Guru menjelaskan konsep/pengertiannya. Hal ini perlu dilakukan karena materi yang akan dipelajari sama sekali materi baru. Lebih luas lagi tujuan apersepsi antara lain: 1. Mencoba menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan Perlu dipahami bahwa tidak semua siswa mengerti terhadap apa yang akan kita a jarkan. Tidak semua juga yang menyadari bahwa pemahaman akan pelajaran lama bisa kembali bermanfaat di pelajaran yang akan dipelajari. Pembelajaran terkadang me rupakan suatu kesatuan yang terangkai antara satu materi dengan materi lainnya d an dengan melakukan apersepsi maka akan menyadarkan siswa bahwa materi yangakan dipelajari memiliki relevansi dengan materi yang telah dipelajari. 2. Mencoba menyatukan dua dunia Walaupun dapat dikatakan materi satu dengan yang lainnya memiiki perbedaan, n amun ada materi-materi tertentu yang memiliki relevansi dengan materi sebelumnya. Sehingga kiranya sangat perlu bagi guru untuk menyatukan dan menghubungkan antar a kedua materi tersebut. 3. Menciptakan atmosfir Suasana harus tetap selalu dijaga dan dibentuk sedemikian rupa agar tetap ter us terpelihara suasana yang kondusif bagi bagi siswa untuk belajar. Selain itu a persepsi bukan hanya membentuk armosfir fisik yang baik, namun juga dapat memben tuk suasana psikologis yang baik sehingga menimbulkan perasaan mampu untuk mempe lajari materi baru. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa apersepsi memiliki kaitan yang erat di dalam proses pembelajaran. Apersepsi harus dilakukan oleh guru ket ika ingin mengajarkan materi. Dengan adanya apersepsi maka dapat memberikan dasa r awal siswa untuk mempelajari materi yang baru, dengan demikian maka apersepsi dapat memberikan kemudahan siswa dalam belajar. Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu d engan lingkungan pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru seba gai batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari pelajaran yang lalu atau dari pengalaman. 3. Manfaat Apersepsi Apersepsi Menurut Herbart mengemukakan bahwa yang diketahui digunakan untuk mem ahami sesuatu yang belum di ketahui. Apersepsi membangkitkan minat dan perhatian untuk sesuatu. dari pedoman itu Hebart mengajurkan dalam dunia pendidikan seper ti berikut : 1. Kejelasan : sesuatu diperlihatkan untuk memperdalam pengertian. 2. Asosiasi : peserta didik di beri kesempatan untuk menghubungkan pengertian baru de ngan pengalaman-pengalaman lama. 3. Sistem: disini bahan baru itu ditempatkan dalam hubunganya dengan hal-hal lain. 4. Metode: peserta didik mendapat tugas untuk dikerjakan. Pengajar memperbaiki dan me mberi petunjuk dimana perlu. Pengikut Herbart yakni Ziller merubahnya dan menggantikanya dengan 5 langkah berikut : 1. Analisis: apersepsi anak dibangkitkan dan ditujukan kepada bahan baru. 2. Sintesis: bendanya diperlihatkan dan dijelaskan untuk memperdalam pengertian. 3. Asosiasi: bahan baru dihubungkan dengan bahan yang bertalian itu. 4. Sistem:bahan baru dimaksukan ke dalam sistem pengetahuan. 5. Metode:bahan baru dilatih dan digunakan. Menurut Rein, pengikut dari Herbart juga mengemukakan :

1. Preparasi (persiapan): peserta didik dipersiapkan untuk menerima bahan baru dengan membangkitkan bahan apersepsi. 2. Presentasi(penyajian):pada fase ini pengajar menyodorkan bahan pelajaran baru. 3. Asosiasi: bahan baru dianalisis dan dibandingkan dengan hal-hal lain ynag berhubun gan dengan bahan itu. 4. Generalisasi : pada fase ini diambil kesimpulan merupakan prinsip-prinsip dan peng ertian-pengertian. 5. Aplikasi(penggunaan): Peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan dan melati h bahan yang dipelajari. Menurut Morrison-plan 1. Eksplorasi. dengan tes atau diskusi diselidiki pengetahuan yang telah dimiliki pes erta didik tentang suatu masalah. 2. Mengetahui, sampai manakah peserta didik mencapai tujuan pelajaran dan pendidikan. 3. Menunjukan kekurangan dan kelemahan peserta didik, sehingga mereka dapat diberi ba ntuan yang khusus untuk mengatasi kekurangan tersebut. 4. Menunjukan kelemahan metode mengajar yang digunakan pengajar, kekurang murid serin g bersumber dari metode dan cara mengajar yang kurang baik. 5. Memberi petunjuk yang lebih jelas tentang tujuan pelaharan yang hendak dicapai. 6. Memberi dorongan kepada murid untuk belajar dengan giat. Apersepsi dalam pengajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran b aru, sebagai batu loncatan sejauh mana anak didik mengusai pelajaran lama sehing ga dengan mudah menyerap pelajaran baru. Prinsip Korelasi Korelasi yaitu menghubungkan pelajaran dengan kehidupan anak atau dengan pelajar an lain sehingga pelajaran itu bermakna baginya. Korelasi akan melahirkan asosia si dan apersepsi sehingga dapat membangkitkan minat siswa pada pelajaran yang di sampaikan. 4. Pengertian Motivasi Motivasi berasal katamotive motivationyang berarti dorongan atau keinginan, ba ik datang dari dalam diri (instrinsik) maupun dorongan dari luar diri seseorang (ekstrinsik). Motif atau biasa juga disebut dorongan atau kebutuhan, merupakan s uatu tenaga yang berada pada diri individu atau siswa, yang mendorongnya untuk b erbuat dalam mencapai suatu tujuan. Motivasi merupakan motor penggerak aktivitas belajar. Motivasi belajar sis wa berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa. Bila siswa yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau bermanfaa t baginya maka motivasi belajarnya akan muncul dengan kuat. Motivasi belajar sep erti intrinsik atau motivasi internal. Motivasi ekstrinsik atau motivasi eksternal merupakan motivasi belajar den gan tujuan untuk mendapatkan sesuatu (pujian, hadiah). Motivasi intrinsik disebu t pula motivasi murni. Guru harus berusaha memunculkan motivasi intrinsik pada d iri siswa di awal kegiatan pembelajaran terpadu. Umpamanya dengan cara menjelask an kaitan tujuan pembelajaran dengan kepentingan atau kebutuhan siswa. Memunculk an motivasi ekstrinsik dapat dilakukan antara lain dengan cara memberikan pengua tan seperti memberi pujian atau hadiah, menciptakan situasi belajar yang menyena ngkan, atau memberi nasihat. Beberapa cara untuk menumbuhkankembangkan motivasi pada siswa adalah: Setiap manusia adalah individu yang mempunyai kepribadian dan kejiwaan yang khas . Secara psikologis, prinsip perbedaan individualitas sangat penting diperhatika n karena: a. Setiap anak mempunyai sifat, bakat, dan kemampuan yang berbeda. b. Setiap individu berbeda cara belajarnya. c. Setiap individu mempunyai minat khusus yang berbeda. d. Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda. e. Setiap individu membutuhkan bimbingan khusus dalam menerima pelajaran yang diaja rkan guru sesuai dengan perbedaan individual. f. Setiap individu mempunyai irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Maksud dari irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda adalah bahwa si swa belajar dalam kelas dalam usia perkembangan. Masing-masing siswa tidak sama

perkembangannya, ada yang cepat ada yang lambat maka guru harus bersabar dalam t ugas pelayanan belajar pada anak didiknya. g. Membangkitkan perhatian siswa. Perhatian ialah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap sua tu objek yang dipelajari. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belaja r makin baik, dan hasilnya akan makin baik pula. Oleh karena itu sejak awal pemb elajaran terpadu guru harus selalu berusaha supaya perhatian siswa terpusat kepa da pelajaran. Menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158)motivasiadalah perub ahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan rea ksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks. Motivasiakan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada dir i manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Dalam A.M. Sardiman (2005:75)motivasi belajardapat juga diartikan sebagai ser angkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang ma u dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu. Menurut Siti Sumarni (2005), Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986)mendefi nisikan motivasisebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkua t dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya. Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwapengertianmotiv asiadalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang m enjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dike hendaki oleh subjek itu dapat tercapai. 5. Tujuan Motivasi Dalam kaitan dengan kegiatan awal pembelajaran, memberi acuan diartikan se bagai upaya guru dalam menyampaikan secara spesifik dan singkat gambaran umum te ntang hal-hal yang akan dipelajari dan kegiatan yang akan ditempuh selama pembel ajaran berlangsung. Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam memberi acuan, dian taranya sebagai berikut: a) Memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan atau garis besar materi yang akan dipelajari. Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru sebelum membahas pelajaran adalah memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang diharapkan di kuasai siswa setelah pembejaran dilakukan atau garis besar materi yang akan dipe lajari untuk mencapai tujuan atau kompetensi tersebut. b) Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa Kegiatan lain yang dapat dilakukan di awal pembelajaran adalah menjelaskan alter natif kegiatan belajar yang akan dilakukan di awal pembelajaran adalah menjelask an alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa. Dalam tahapan ini, gur u juga perlu menyampaikan pada siswa tentang kegiatan belajar yang bagaimana yan g harus ditempuh siswa untuk menguasai kemampuan tersebut atau dalam mempelajari teman, topik, atau materi pembelajaran terpadu. Misalnya, jika dalam pembelajar an akan digunakan diskusi maka guru harus menyampaikan teknik atau langkah-langk ah yang akan ditempuh siswa selama kegiatan diskusi. Jika dalam proses pembelaja ran akan digunakan metode eksperimen maka guru harus menyampaikan teknik atau la ngkah-langkah eksperimen yang akan ditempuh. 6. Manfaat Motivasi Yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri, yaitu : a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan Pada mulanya siswa tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari, muncullah minat untuk belajar. Hal ini sejalan dengan rasa keingint ahuan dia yang akhirnya mendorong siswa untuk belajar. Sikap inilah yang akhirny a mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalambelajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya sis

wa ambil dalam rangka belajar. b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan Doronganpsikologisyang melahirkan sikap terhadap siswa itu merupakan suatu keku atan yang tak terbendung. Siswa akan melakukan aktivitas dengan segenap jiwa dan raga. Akal dan pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan Yaitu dengan menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang me ndukung guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pada intinyamanfaat motivasidapat di simpulkan ba hwa motivasi sebagai penggerak kegiatan, motivasi sebagai pendorong perbuatan, m otivasi sebagai pengarah perbuatan dan motivasi sebagai penyeleksi perbuatan. 7. Pengertian Tujuan Pembelajaran Desain pembelajaran adalah suatu prosedur yang terdiri dari langkah-langka h, dimana langkah-langkah tersebut di dalamnya terdiri dari analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan menilai hasil belajar (Seels & Richey, AECT 1994) . Hal tersebut juga dikemukakan oleh Morisson, Ross & Kemp (2007) yang mendefini sikan desain pembelajaran sebagai suatu proses desain yang sistematis untuk menc iptakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta membuat kegiatan pemb elajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai teoriteori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian dalam bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen. Menurut Harjanto (2008) desain pembelajaran dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan yaitu: (1) apa tujuan pengajaran (2) apa/bagaimana kegiatan dan sumbe r belajar (3) bagaimana evaluasinya. Artinya salah satu hal yang penting dalam p roses perancangan atau desain pembelajaran adalah melakukan perumusan tujuan pem belajaran. Dalam konteks pendidikan, tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi suatu lembaga pendidikan. Artinya, tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga, dan sebagai arah yang harus dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran. Komponen ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam sis tem pembelajaran. Kalau diibaratkan, tujuan pembelajaran adalah jantungnya, dan suatu proses pembelajaran terjadi manakala terdapat tujuan yang harus dicapai. Setiap guru perlu memahami dan terampil dalam merumuskan tujuan pembelajar an, karena rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifi tas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhas il manakala siswa dapat mencapai tujuan secaraoptimal. Keberhasilan pencapaian tu juan merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses pem belajaran. Tujuan pembelajaran juga dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan ha l tersebut, guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yan g harus dilakukan untuk membantu siswa belajar. Tujuan pembelajaran membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, alat, media dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa. Selain itu, tujuan pembelajaran juga dapat digunakan sebagai control dalam mene ntukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, guru dapat mengontrol sampai mana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan ses uai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah. 8. Tujuan Peambelajaran Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran menurut Hernawan (2005) terb agi atas beberapa tingkatan yaitu: 1.Tujuan Pembelajaran yang paling umum, yaitu tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendi dikan nasional kita menurut UU No 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasiona l yaitu: Pendidikan Nasional bertujuan menceraskan kehidupan bangsa dan mengembangk an manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keteram pilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta r asa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan (pasal 4) . 2.Tujuan institusional, berisi rumusan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh pebelaj ar setelah mengikuti pendidikan pada suatu tingkat pendidikan tertentu. Misalnya tujuan pendidikan dasar (SD dan SMP) yaitu: Pendidikan dasar bertujuan memberika n bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya se bagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. (Bab II, Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1990). 3.TujuanKurikuler adalah rumusan dari setiap mata pelajaran /bidang studi/mata kuliah. Misalnya tujuan kurikuler mata pelajaran IPA pada pendidikan dasar Contoh: Pebelajar memiliki pengetahuan tentang lingkungan alam serta keterampilan, w awasan dan kesadaran teknologi dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidu pan sehari-hari. 4.Tujuan pembelajaran umum. 5.Tujuan pembelajaran khusus. MenurutHarjanto (2008), perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelaj aran merupakan perumusan yang jelas dimana memuat pernyataan tentang kemampuan d an tingkah laku peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertent u untuk satu topik atau subtopik tertentu. Dengan demikian dapat dipertegas bahw a perumusan instruksional berfungsi sebagai tercapainya hasil belajar berupa per ubahan tingkah laku dan kriteria untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan pemb elajaran. Berdasarkan uraian di atas dalam merumuskan tujuan instruksional, harus me netapkan jenis hasil belajar. Menurut Bloom dkk dalam Hernawan (2005) jenis bela jar atau taksonomi tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga domain yaitu d omain kognitif, afektif dan psikomotorik yang akan diuraikan sebagai berikut. 1.Domain afektif yaitu yang berkenaan dengan kemampuan otak dan penalaran siswa,. Taksonomi ranah tujuan kognitif menurut Bloom memiliki 6 tingkatan yaitu: ingatan, pemahaman, p enerapan, analisis, sintesis dan evaluasi 2.domain afektif berkenaan dengan sikap dan nilai tampak pada berbagai tingkah laku. T aksonomi ranah tujuan afektif menurut Bloom memiliki 5 tingkatan yaitu: menerima , menanggapi, menghargai, mengatur diri dan menjadikan pola hidup. 3.domain psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau keaktifan pisik. Taksonomi ra ah tujuan psikomotorik menurut Bloom memiliki 5 tingkatan yaitu: persepsi, kesia pan, gerakan terbimbing, bertindak secara mekanis dan gerakan yang kompleks. Tujuan instruksional ini dapat dibedakan menjadi tujuan instruksional umum (TIU) instruksional khusus (TIK). Menurut Grounlund dalam Harjanto (2008) tujuan instr uksional umum(TIU) adalah hasil belajar yang diharapkan yang dinyatakan secara umu m dan berpedoman pada perubahan tingkah laku dalam kelas. Tujuan instruksional u mum (TIU) merupakan serangkaian hasil belajar yang bersifat khusus. sedangkan tu juan instruksional khusus (TIK) adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam istil ah perubahan tingkah laku khusus. Tingkah laku khusus adalah kata kerja yang dap at diamati dan diukur. Masih menurut Gronlund dalam Harjanto (2008), dalam perumusan tujuan umum instruksional (TIU) terlebih dahulu menyusun jenis hasil belajar yang diharapkan dan jenis-jenis hasil belajar yang dapat digunakan sebagai sumber dalam perumus an tujuan insrtruksional umum(TIU) yaitu harus memperhatikan hal-hal seperti berik ut: 1) Mencakup tujuan yang diharapkan secara umum tentang apa yang dapat dicapai dalam p roses pengajaraan dalam satu waktu tertentu. 2) Tidak terlepas dari konteks tujuan-tujuan kurikuler maupun tujuan yang diatasnya. 3) Selaras dengan mempertimbangakan prinsip-prinsip belajar. 4) Cukup realistis dengan keadaan kemampuan peserta didik waktu yang tersedia dan fas ilitas yang ada. 5) Mempunyai indikasi yang kuat bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pes erta didik. Tujuan instruksional yang kedua adalah tujuan instruksional khusus (TIK). TIK

merupakan penjabaran dari TIU. Menurut Bryl Shoemakar dalam harjanto (2008), Tu juan instruksional khusus (TIK) adalah pernyataan yang menjelaskan rencana perub ahan dari seseorang yang belajar tentang apa yang diinginkan jika ia menyelesaik an suatu pengalaman belajar. Dengan demikian dapat diartikan perumusan tujuan in struksional khusus (TIK) adalah perumusan perubahan tingkah laku/kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran ter tentu. Menurut Suparman (2004), merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) merupak an: (1) dasar dan pedoman bagi seluruh proses pengembangan tujuan instruksional selanjutnya (perumusan TIK merupakan titik permulan sesungguhnya dari proses pen gembangan instruksional). (2) Alat untuk menguji validitas isi tes (isi pelajara n yang akan diajarkan disesuaikan dengan apa yang akan dicapai). (3) Arah proses pengembangan instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, ke terampilan dan sikap yang akan dicapai peserta didik pada akhir proses instruksi onal. Menurut Knirk dan Gustafson dalam Hernawan (2005) dalam merumuskan tujuan ins truksional khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal den gan singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree). Berikut ini penjelas an tentang komponen perumusan TIK. 1. Audience = A Yaitu siswa yang belajar untuk mencapai tujuan. Artinya tujuan yang diranc ang untuk siswa bukan guru. Oleh sebab itu komponen siswa harus selalu ada pada setiap perumusan TIK. Contohnya: siswa kelas 1, siswa kelas 6dan sebagainya. 2. Behavior = B Yaitu kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelaja ran. Komponen ini terdiri atas kata kerja yang menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan materi yang dipelajari siswa. Kemampuan tersebut dinyataka n dalam bentuk kata kerja operasional seperti menjelaskan, memberi, contoh, meny usun, membuat, merakit,menunjukkan, mengenal dan sebagainya. Contohnya: membuat larutan oralit, menunjukkan letak ibukota propinsi dan sebagainya. 3. Condition = C Yaitu keadaan yang dipersyaratkan ketika siswa diminta menunjukkan atau me ndemonstrasikan perilaku atau kemampuan yang diharapkan. Contohnya: diberikansejuml ah data, siswa dapat . (ini berarti bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan k emampuan tersebut kita harus menyediakan data)atau dengan menggunakan rumus ABC, siswa dapat . (ini berarti siswa dianggap sudah menguasai kemampuan tersebut apabila sis wa melakukannya dengan menggunakan rumus ABC. Apabila tidak menggunakan rumus AB C berarti siswa belum menguasai tujuan tersebut). 4. Degree = D Yaitu tingkat ukuran yag dicapai untuk menentukan keberhasilan atau pengua saan siswa terhadap tingkah laku khusus yang ditetapkan. Tingkat keberhasilan di tunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dapat diangga p diterima. Contohnya: siswa dapat menjelaskanlimakarakteristik pemimpin yang demok ratis (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut jika hanya mampu menjelaska n dua atau tiga karakteristik ersebut) atau siswa dapat menjelaskan dua alas an pent ing transmigrasi (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut bila siswa hanya mampu menjelaskan satu alasan saja). Menurut Suparman (2004) komponen dalam TIK yaitu ABCD tidak selau tersusun sebagai ABCD tetapi sering kali CABD dan biasanya dalam praktek sehari-hari TIK hanya mengandung dua komponen yaitu A dan B kadang-kadang tiga komponen yaitu A ,B, dan D. berikut diberikan contoh TIK dengan rumusan komponen selengkapnya, ya itu: Jika diberi kalimat aktif dalam bahasa Indonesia, mahasiswa Jurusan Pendidik an Bahasa Inggris semester III akan dapat menterjemahkannya dalam kalimat fasif bahasa Inggris paling sedikit 80% benar . Dari contoh TIK ini komponen tersusun se bagai CABD dimanadiberikan kalimat aktifmerupakan komponen Condition,mahasiswamerupa kan komponen Audience,dapat menterjemahkannyamerupakan komponen Behavior dan80% ben armerupakan komponen degree. Kriteria dalam merumuskan TIKberdasarkan unsur-unsur/komponen dalam TIK menu rut Harjanto (2008) adalah sebagai berikut: (1) menggunakan kata kerja oprasiona l (2) berorientasi kepada peserta didik (3) berbentuk tingkah laku (4) hanya mem

uat satu perubahan tingkah laku. Sehingga contoh TIK menurut Agung (2009) Siswa k elas XI IPA akan dapat menjelaskanminimal dua aplikasi azas Bernoulli dalam kehidu pan sehari-hari jika diberikan azas Bernoulli, . Dari TIK ini komponen tersusun se bagai ABDC dimanasisiwamerupakan komponen Audience,dapat menjelaskanmerupakan kompon en Behavior danminimal duamerupakan komponen degree dandiberikanmerupakan komponen Co ndition, Masih menurut Harjanto (2008) lankah-langkah dalam merumuskan tujuan instr uksional secara garis besar adalah: (1) merumuskan tujuan instruksional umum yan g merupakan hasil belajar yang diharapkan (2) merinci tujuan-tujuan instruksiona l umum menjadi tujuan-tujuan instruksional khusus (3) memeriksa tujuan-tujuan in struksional untuk kejelasan dan kesesuaiannya.

9. Manfaat Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum: Agar mahasiswa/calon guru/guru memahami berbagai strategi belajar mengajar serta mampu memilih dan melaksanakan strategi belajar mengajar. Tujuan Pembelajaran Khusus: Membekali mahasiswa teori-teori, konsep-konsep strategi belajar mengajar. Membekali mahasiswa teknik-teknik yang dipergunakan dalam strategi belajar menga jar. Membekali mahasiswa agar memiliki sikap kritis terhadap pemikiran, teori da n fenomena dalam interaksi belajar mengajar, serta mampu menganalisisnya. Mahasi swa dapat mendeskripsikan konsep pembaharuan dalam cara belajar mengajar, dan pe ngembangan paradigma baru pendidikan manfaat pembelajaran antara lain adalah: Sebagai landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan i ndikator yang telah ditetapkan, Memberikan gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek. Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem memberikan pengaruh terhadap pengembangan individu siswa. 10. Membuat Tujuan Pembelajaran Berikut disajikan contoh merumuskan / membuat suatu tujuan pembelajaran be rdasarkan indikator pencapaian hasil belajar (Heriawan:2005). Mata Pelajaran: Ilmu Sosial Kelas/semester: IV/1 Kompetensi dasar: Memahami cirri-ciri geografis Indonesia Materi Pokok: kenampakan Alam Indonesia Indikator pencapaian hasil belajar: 1. Menemukan pada peta letak nama laut dan samudra yang mengelilingi Indonesia. 2. Mengidentifikasi pulau-pulau besar dan kecil di Indonesia. 3. Menemukan pada peta letak dan nama cagar alam, sungai, gunung, danau, selat, teluk dan tanjung di Indonesia. Kemudian indicator-indikator dirinci kembali menjadi TIK-TIK yang dapat di jadikan patokan untuk melaksanakan program pembelajaran. Contoh TIK yang dapat d ibuat berdasarkan tiga indicator di atas, yaitu: Siswa kelas VI dapat : 1. Menyebutkanminimal 5 nama pulau di Indonesia. 2. Menyebutkan 2 samudra di Indonesia. 3. Menujukkan pada peta letak 5 pulau besar. 4. Menunjukkan pada peta laut yang mengelilingi Indonesia. 5. Menunjukkan pada peta samudra yang mengelilingi Indonesia. 6. Meyebutkanminimal 3 nama sungai-sungai yang ada di propinsi Aceh. 7. Meyebutkan nama sgunung-gunung yang ada di propinsi Aceh. 8. Dan seterusnya. Tes awal atau pre-test dilaksanakan untuk mengukur dan mengetahui sejauh m ana materi akan bahan pelajaran yang akan dipelajari sudah dikuasai oleh siswa. Informasi ini akan digunakan oleh guru untuk menentukan darimana pembahasan mate ri baru akan dimulai.

You might also like