You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Perjuangan menegakan hak asasi manusia pada hakikatnya merupakan bagian dari tuntutan sejarah dan budaya dunia, termasuk Indonesia. Karena itu, memperjuangkan HAM sama dengan memperjuangkan budaya bangsa atau membudayakan bangsa, antara manusia dan kemanusiaan seluruh dunia sama dan satu. Perbedaan budaya yang beragam diseluruh dunia hendaklah dipandang sebagai keragaman bunga indah di taman firdaus. Justru, di sinilah indahnya sebuah keragaman. Kredeo Bhineka Tunggal Ika merupakan kristalisasi dan pengakuan akan hal ini. Dengan adanya perbedaan dan budaya, bila ada budaya yang bertentangan dengan spirit HAM, maka diperlukan adanya dialog, pendekatan, dan penyelesaian yang bertahap dan terus menerus. Lewat kemauan dan pendekatan tersebut, segera dapat ditemukan jalan keluar yang baik dan memuaskan.1 Setelah amandemen kedua Undang-Undang Dasar 1945 dan keluarnya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia dan diundangkannya Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, perkembangan HAM di Indonesia semakin pesat. Hal ini ditunjukan lagi dengan semakin banyaknya instrument Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia yang diratifikasi dan diadopsi oleh peraturan perundangundangan Nasional kita.2 Dalam upaya pengembangan HAM di Indonesia, kita selalu berpegang teguh pada prinsip sebagai berikut : 1. Ratifikasi berbagai intrumen PBB tentang HAM hanya dapat dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. 2. Hak Asasi Manusia dibatasi oleh dan kebebasan orang lain, moral, keamanan, dan ketertiban umum. (Tap MPR No. XVII/MPR/1998)

Prof. A. Masyur Effendi, SH., MS. Dan Taufani Sukmana Evandri, SH., MH., HAM Dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik, Bogor : Ghalia Indonesia, 2005. H.130 2 Prof. H. Rozali Abdullah dan Syamsir, SH., Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Keberadaan Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Bogor : Ghalia Indonesia, 2004. H. 16.

Oleh karena itu, sesuai dengan kesepakatan instrument internasional, pelaksanaan HAM adalah merupakan kewenangan dan tanggung jawab setiap pemerintah Negara dengan memperhatikan sepenuhnya keanekaragaman tata nilai, sejarah, kebudayaan, sistem politik, tingkat pertumbuhan sosial dan ekonomi, serta faktor-faktor lain yang dimiliki bangsa bersangkutan. Dengan demikian, HAM sebagai suatu prinsip memang sifatnya universal. Tetapi sebagai suatu sistem nilai, HAM akan berbeda antara Negara yang satu dengan yang lainnya, karena dipengaruhi oleh kondisi dan situasi Negara yang bersangkutan. Untuk selanjutnya, pemakalah akan membahas Undang-Undang RI No. 39 Tahun 1999 Mengenai HAM. B. Rumusan Masalah Dalam pembahasan mengenai HAM dalam UU HAM Tahun 1999, agar dapat lebih terarah maka pemakalah merumuskannya dalam beberapa hal, yaitu : 1. Apa Pengertian HAM dalam UU No. 39 Th. 1999? 2. Hak-hak apasaja yang dilindungi dalam UU No. 39 Th. 1999? 3. Bagaimana kedudukan komnas HAM?

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian HAM Dalam UU No. 39 Th. 1999 Undang-Undang No. 39 Th. 1999 tentang Hak Asasi Manusia dalam Pasal 1 (1) merumuskan pengertian hak asasi manusia tersebut sebagai berikut, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemeintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Sedangakan yang dimaksud kewajiban dasar dalam Pasal 1 (2) adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia. Bab IV, kewajiban Dasar Manusia, Pasal 67 : Setiap orang yang ada di wilayah Negara Indonesia wajib patuh pada peraturan perundang-undangan, hukum tertulis, dan hukum internasional mengenai Hak Asasi Manusia yang telah diterima oleh Negara Republik Indonesia. Undang-undang ini memandang kewajiban dasar manusia meupakan sisi lain dai hak asasi manusia. Tanpa menjalankan kewajiban dasar manusia. Adalah tidak mungkin terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia. Oleh karena itu, pelaksanaan hak asasi seseorang harus dibatasi oleh kewajiban menghormati hak asasi orang lain.3 B. Hak-Hak Dalam UU No. 39 Th. 1999 Tentang HAM UU No. 39 Th. 1999 tentang HAM terdiri atas 106 pasal, secara teperinci hak-hak dibagi-bagi menjadi hak hidup, hak keluarga, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas

Prof. H. Rozali Abdullah dan Syamsir, SH., Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Keberadaan Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Bogor : Ghalia Indonesia, 2004. H. 17.

kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerinthan, hak wanita, hak anak, kewajiban dasar manusia, kewajiban dan tanggung jawab pemerintah, pembatasan dan larangan.4 Beberapa pasal yang perlu diangkat, antara lain hak hidup, pasal 9 : (1) Setiap orang berhak hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupan; (2) setiap orang berhak hidup tentram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin; (3) setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Bab IV, kewajiban Dasar Manusia, Pasal 67 : Setiap orang yang ada di wilayah Negara Indonesia wajib patuh pada peraturan perundang-undangan, hukum tertulis, dan hukum internasional mengenai Hak Asasi Manusia yang telah diterima oleh Negara Republik Indonesia. Bab V, Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah, Pasal 71: Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakan, dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-Undang ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum internasional mengenai hak asasi manusia yang telah diterima oleh Negara Republik Indonesia. Dalam UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, masalah perlindungan hak-hak wanita dan hak-hak anak ternyata telah mendapat perhatian yang lebih besar. Undang-Undang ini telah mengadopsi beberapa pasal dari konvensi tentang hak-hak wanita dan konvensi tentang hak-hak anak ke dalam pasal-pasalnya, yaitu :5 Hak-hak wanita yang diatur dalam 7 pasal, yaitu pasal 45, 46, 47, 48, 49 ayat (1) (2) (3), 50, dan 51 ayat (1) (2) (3). Dari beberapa pasal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa hak-hak wanita yang sudah diakui dan diberi jaminan perlindungan hukum oleh undang-undang no. 39 Th. 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pada dasarnya adalah sebagai berikut : 1. Hak keterwakilan wanita dibidang eksekutif, legislatif

Prof. A. Masyur Effendi, SH., MS. Dan Taufani Sukmana Evandri, SH., MH., HAM Dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik, Bogor : Ghalia Indonesia, 2005. H.144 5 Prof. H. Rozali Abdullah dan Syamsir, SH., Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Keberadaan Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Bogor : Ghalia Indonesia, 2004. H. 17.

2. Hak untuk menetukan status kewarganegaraannya sendiri dalam kaitan kehidupan berumah tangga, 3. Hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. 4. Hak untuk memperoleh kedudukan dan tanggung jawab yang sama dalam keluarga.6 Selanjutnya, menganai hak-hak anak yang terdapat dalam UU No. 39 Th. 1999 ini terdiri dari 15 pasal, yaitu : pasal 52 ayat (1) dan (2), pasal 53 ayat (1) dan (2), pasal 54, pasal 55, pasal 56 ayat (1) dan (2), pasal 57 (1), (2) dan (3), Pasal 58, pasal 59, pasal 60, 61, 62, 63, 64, 65, dan pasal 66. Dari beberpa pasal tersebut dapat disimpulkan bahawa hak-hak anak yang sudah diakui dan diberi jaminan perlindungan hukum oleh UndangUndang No. 39 Th. 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya ada adalah sebagai berikut : 1. Hak untuk dapat perlindungan dari orang tua, masyarakat, dan Negara. 2. Hak untuk mengetahui siapa orang tuanya dan harus mendapat jaminan untuk diasuh dan dirawat oleh mereka. 3. Hak untuk memperoleh pendidikan, pengajaran, beristirahat, bergaul dan berintegrasi dengan lingkungannya. 4. Hak untuk menerima informasi dan mendapatkan perlindungan dari kegiatan eksplotasi ekonomi yang bisa membahayakan dirinya. 5. Hak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan yang bisa mengancam keselamatannya dirinya. 6. Hak untuk memperoleh perlakuan yang berbeda dari pelaku tindak pidana dewasa.7 Menurut ketentuan UU No. 39 Th. 1999 tentang Hak Asasi Manusia, hak-hak wanita dan anak adalah merupakan hak asasi manusia. Oleh karena itu, hak-hak wanita dan anak sebagai telah dikemukakan diatas, perlu diakui dan mendapat perlindungan oleh hukum. Sebagaimana dimaksud dalam TAP MPR No.
6 7

Ibid Ibid. H. 22

XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia adalah merupakan tugas setiap lemabaga tinggi Negara dan seluruh aparatur pemerintah untuk menghormati

menegakan dan menyebarluaskan pemahaman tentang hak asasi manusia, termasuk hak-hak wanita dan anak kepada seluruh warga masyarakat. Apalagi bila diingat bahwa hak-hak wanita dan anak lebih banyak menyangkut hubungan dalam keluarga dan masyarakat dan merupakan masalah dalam kehidupan sehari-hari.8 C. Komnas HAM Untuk melaksanakan kewajiban yang diatur dalam UUD 1945 tersebut, MPR dengan Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, menugaskan kepada lembaga-lembaga tinggi Negara dan seluruh aparatur pemerintah untuk menghormati, menegakkan, dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat, serta meratifikasi berbagai instrument Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 Di samping itu, undang-undang ini mengatur pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia seagai lembaga mandiri yang mempuyai fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab, unutk melaksanakan pengkajian, peneli tian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi tentang hak asasi manusia, yang dulu pernah diatur dalam Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1993. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dimasa awal pertumbuhannya tidak bisa dibilang imparsial maupun layak dalam melakukan investigasi. Meskipun demikian, mengingat betapa militer Indonesia telah banyak melakukan pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia, komisi ini paling tidak telah berperan penting dalam merendam berbagai kritik yang tunjukan oleh pemerintah, terutama yang berasal dari masyarakat internasional. Pada bulan juni 1993, melaluai Keputusan Presiden (Keppres) No.50, Presiden Soeharto mendirikan Komnas HAM. Enam tahun kemudian DPR mengesahkan UU No.39 Tahun 1999 Pasal 75, Komnas HAM bertujuan;

Ibid.

Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia; dan Meningkatkan berkembangnya perlindungan manusia dan penegakan hak asasi dan manusia guna

pribasi

Indonesia

seutuhnya

kemampuannya

berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan. Untuk mencapai tujuannya, Komnas HAM melaksanakan fungsi pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi tentang hak asasi manusia. UU No. 39 Tahun 1999 juga membuka akses kepada masyarakat yang memiliki alas an kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar mengajukan laporandan pengaduan lisan atau tertulis kepada Komnas HAM. Pengaduan pelanggaran hak asasi manusia meliputi pengaduan melalui perwakilan mengenai pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh kelompok masyarakat. Perinsip-prinsip Paris menyatakan, Komposisi lembaga nasional dan penunjukan anggota-anggotanya, baik melalui pemilihan atau cara lain, harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang memuat semua jaminan yang diperlukan untuk memastikan perwakilan yang beragam dari ketentuan-ketentuan social (yang terdiri atas masyarakat sipil) yang terlibat dalam pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia.9 Penegasan mengenai kedudukan Komnas HAM dapat diketahui dari Pasal I Keppres No.50 Tahun 1993, yang menyatakan: Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia, dibentik suatu komisi yang bersifat nasional dan diberi nama Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut Komisi Nasional. Pasal 3 menegaskan, Komisi Nasional bersifat mandiri. Akan tetapi, Keppres ini tidak mengatur secara tegas keanggotaan Komnas. Di dalam Pasal 7 hanya disebutkan, keanggotaan Komisi Paripurna terdiri dari tokoh-tokoh nasional terkemuka. Pasal 8 menyatakan, Komisi Paripurna terdiri dari dua puluh lima orang anggota dengan seorang ketua dan dua wakil ketua. Untuk pertama kalinya anggota Komisi Paripurna diangkat oleh presiden.

Prinsip-prinsip Paris diakui sebagai standar minimum internasional unutk memberikan panduan pada Negaranegara dalam pembentukan lembaga hak asasi manusia ditingkat nasional yang efektif dan independen.

Salah satu permasalahan terbesar dari Komnas HAM adalah Peroses pemilihan anggota baru dan komposisi keanggotaannya saat ini. Berdasarkan prosedur yang ada, keragaman keanggotaan akan sulit diperoleh, bila tidak maudikatakan tidak mungkin. Proses seleksi Komnas HAM relative unik jika dibandingkan dengan lembaga serupa di Negara lain. Berdasarkan Keppres No. 50 Tahun 1993, (i) formasi awal yang disebut sebagai generasi pertama dari pada anggota komisi diangkat oleh presiden, dan (ii) keanggotaan berikutnya yang disebut generasi kedua ditunjuk oleh Sidang Pleno Komnas HAM Undang-Undang No.39 Tahun 1999 merubah proses ini, tetapi tidak sampai pada tingkatan yang memadai. Pasal 76 ayat 2 menyatakan: Komnas HAM beranggotakan tokoh masyarakat yang professional, berdedikasi, dan berintegrits tinggi, menghayati cita-cita Negara hokum dan negara Kesejahteraan yang berintikan keadilan, menghormati hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia. Kemudian dalam pasal 83 ditegaskan: Anggota Komnas HAM berjumlah 35 orang yang dipilih oleh DPR berdasarkan usulan dari Komnas dan diresmikan oleh Presiden selaku kepala Negara. Berdasarkan persetujuan informal, para anggota Komnas akan mengirim daftar nama calon yang diajukan ke DPR yang berjumlah dua kalidari jumlah kursi keanggotaan yang tersedia. DPR kemudian akan memilih dari daftar tersebut. Dengan kata lain, aturan baru tersebut mencabut kewenangan Komnas HAM untuk memilih anggotanya sendiri, tetapi hanya memiliki kewenagan untuk mengajukan calon anggota untuk kursi yang tersedia10 Berdasarkan UU No. 39 Tahun 1999 dapat diketahui bahwa kedudukan Komnas HAM adalah sebagai lembaga independen yang membantu pemerintahan mengembangankan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia, maka kedudukannya (status) dalam struktur ketatanegaraan berada pada lembaga yang membentuknya, yakni Presiden dan DPR.11 Dilihat dari fungsinya yang dijalankannya, Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan pemberian pendapat berdasarkan persetujuan Ketua Pengadilan terhadap perkara tertentu yang sedang dalam proses peradilan, bilamana dalam perkara terseut terdapat pelanggaran hak asasi manusia dalam masalah public dan acara pemeriksaan oleh pengadilan yang
10 11

SAHRDC-HRDC, komnas HAM & prinsip-prinsip Paris (Jakarta: ELSAM, 2001), hlm. 2. Lihat pasal 97 UU NO. 39 tahun 1999, Komnas HAM wajib menyampaikan laporan tahunan tentang pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya, serta kondisi hak asasi manusia, dan perkara-perkara yang ditanganinya kepada DPR RI dan Presiden dengan tembusan kepada Mahkamah Agung.

kemudian pendapat Komnas HAM tersebut wajib diberitahukan oleh hakim kepada para pihak12. Dari fungsi tersebut Komnas HAM melakukan sebagian dari fungsi peradilan (semi judicial) sehingga berada dibawah pengawasan Mahkamah Agung.

12

Lihat UU No. 39 tahun 1999 Pasal 89 ayat 3 huruf h.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Undang-Undang No. 39 Th. 1999 tentang Hak Asasi Manusia dalam Pasal 1 (1) merumuskan pengertian hak asasi manusia tersebut sebagai berikut, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemeintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. UU No. 39 Th. 1999 tentang HAM terdiri atas 106 pasal, secara teperinci hak-hak dibagi-bagi menjadi hak hidup, hak keluarga, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerinthan, hak wanita, hak anak, kewajiban dasar manusia, kewajiban dan tanggung jawab pemerintah, pembatasan dan larangan. Berdasarkan UU No. 39 Tahun 1999 dapat diketahui bahwa kedudukan Komnas HAM adalah sebagai lembaga independen yang membantu pemerintahan

mengembangankan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia, maka kedudukannya (status) dalam struktur ketatanegaraan berada pada lembaga yang membentuknya, yakni Presiden dan DPR.13 Dilihat dari fungsinya yang dijalankannya, Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan pemberian pendapat berdasarkan persetujuan Ketua Pengadilan terhadap perkara tertentu yang sedang dalam proses peradilan, bilamana dalam perkara terseut terdapat pelanggaran hak asasi manusia dalam masalah public dan acara pemeriksaan oleh pengadilan yang kemudian pendapat Komnas HAM tersebut wajib diberitahukan oleh hakim kepada para pihak14. Dari fungsi tersebut Komnas HAM melakukan sebagian dari fungsi peradilan (semi judicial) sehingga berada dibawah pengawasan Mahkamah Agung.

13

Lihat pasal 97 UU NO. 39 tahun 1999, Komnas HAM wajib menyampaikan laporan tahunan tentang pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya, serta kondisi hak asasi manusia, dan perkara-perkara yang ditanganinya kepada DPR RI dan Presiden dengan tembusan kepada Mahkamah Agung. 14 Lihat UU No. 39 tahun 1999 Pasal 89 ayat 3 huruf h.

10

You might also like