Professional Documents
Culture Documents
SISTEM HIDROTERMAL
Sistem hidrotermal dapat didifinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50 sampai >500C), secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang bervarisasi, di bawah permukaan bumi (Pirajno, 1992). Sistem ini mengandung dua komponen utama, yaitu sumber panas dan sumber fluida.
Sirkulasi fluida hidrotermal menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil, dan cenderung menyesuaikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan mineral yang sesuai dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal.
Oleh karena itu, tempat dimana terjadi proses magmatisme, senderung terbentuk sistem hidrotermal. Baik magmatisme yang membentuk plutonisme maupun vulkanisme
Fluida hidrotermal dapat berasal dari: Fluida Magmatik Air Meterorik Air Connate Air Metamorfik Air Laut
Gunungapi
Li to
fik or
As ten
sf e
os fe r
JENIS FLUIDA
SUMBER PANAS
FLUIDA MAGMATIK
Fraksi-fraksi volatil hidrous yang umumnya lebih ringan dan alkalik, cenderung terakumulasi pada bagian atas kantong magma, disebut sebagai Fluida magmatik (atau juvenile), dalam artian masih fres, belum terkontaminasi dan belum pernah muncul di permukaan. Komponen volatil di dalam magma umumnya terdiri dari H2O, H2S, CO2, HCl, HF, dan H2 (sebagian besar adalah H2O, yaitu sekitar 1-15%).
Perubahan-perubahan tersebut akan tergantung pada karakter batuan dinding, karakter fluida (Eh, pH), kondisi tekanan maupun temperatur pada saat reaksi berlangsung (Guilbert dan Park, 1986), konsentrasi, serta lama aktivitas hidrotermal (Browne, 1991 dalam Corbett dan Leach, 1996). temperatur dan kimia fluida merupakan faktor yang paling berpengaruh pada proses ubahan hidrotermal (Corbett dan Leach, 1996).
Pada sistem hidrotermal akan dijumpai tiga fase subtansi, yaitu padat (solid), cair (liquid), dan gas (gas). Pada saat sistem masih aktif, fase fluida (cair dan gas) akan dominan.
Molekul fase padat apabila dipanaskan, akan cenderung bergerak satu sama lain, pada saat mencapai melting point, fase padat akan berubah menjadi fase cair. Apabila temperatur terus bertambah, pada saat mencapai critical temperatur (boiling point), cairan akan berubah menjadi uap (vapor) atau gas. Steam adalah istilah kusus untuk menyebut uap air (water vapor). H2O merupakan senyawa yang dapat hadir sebagai fase padat (es/ice), fase cair (air/water), dan fase gas (uap air/steam) pada tekanan yang relatif sama.
Pada temperatur dan tekanan tertentu, beberapa substansi dapat terlarut (solute) pada substansi yang lain (pelarut/solvent) membentuk larutan (solution) yang homogen. Baik zat terlarut maupun pelarut dapat berupa fase padat, cair, maupun gas.
Zat pelarut (solvent) H2O ( c ) Alkohol/C2H2OH ( c ) H2O ( c ) O (g) Pt (p) Fe (p) Sfalerit (ZnFeS) (p)
Zat terlarut (solute) NaCl (p) H2O (c ) CO2 (g) N (g) H (g) C (p) Kalkopirit (CuFeS2) (p)
Larutan dimana zat pelarutnya adalah air disebut sebagai aqueous. Pelarut air yang mengandung zat terlarut NaCl 35% disebut sebagai brine. Istilah fluida (fluids) digunakan untuk menyebut semua substansi atau materi yang dapat bergerak, yaitu cairan, gas, campuran gas dan cairan, atau larutan bukan padat. Partikel-partikel sangat halus (1-15 Angstrom) yang tersebar sebagai suspensi (tidak homogenous) pada suatu substansi (umumnya cairan) disebut sebagai colloid.
FLUIDA A
BATUAN A BATUAN B
FLUIDA B
Interaksi Fluida A dan Batuan A akan menghasilkan Alterasi (Ubahan) hidrotermal berupa Batuan B dan fluida B atau batuan B saja.
ENDAPAN MINERAL
ENDAPAN BIJIH
TIPE ALTERASI
Profilitik Argilik Potasik Filik Advanced Argillic Skarn Greisen
Tipe potasik
Tipe ini dicirikan oleh melimpahnya himpunan muskovit-biotit-alkali felspar-magnetit. Anhidrit sering hadir sebagai asesori, serta sejumlah kecil albit dan titanit (sphene) atau rutil kadang terbentuk. Ubahan potasik terbentuk pada daerah yang dekat batuan beku intrusif yang terkait, fluida yang panas (>300C), salinitas tinggi, dan dengan karakter magmatik yang kuat.
Kenampakan biotit di lapangan (atas) serta kenampakan mikroskopis Kanan atas nikol silang Kanan bawah nikol sejajar
ALTERASI POTASIK
Tipe filik
Tersusun oleh himpunan mineral kuarsa-serisit-pirit, yang umumnya tidak mengandung mineral-mineral lempung atau alkali felspar. Kadang mengandung sedikit anhidrit, klorit, kalsit, dan rutil. Terbentuk pada temperatur sedang sampai tinggi (sekitar 230-400C), fluida asam hingga neutral dengan salinitas yang beragam, pada zona yang permeabel dan pada batas dengan urat.
Mineral Kuarsa dan serisit Atas kenampakan megaskopis Samping kenampangan mikroskopis
ALTERASI FILIK
ALTERASI FILIK
ALTERASI FILIK
Tipe propilitik
Dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot, ilit/serisit, kalsit, albit, dan anhidrit . Terbentuk pada temperatur 200-300C pada pH near-neutral, dengan salinitas yang beragam, umumnya pada daerah yang mempunyai permeabilitas rendah. Menurut Creasey (1966) terdapat empat kecenderungan himpunan mineral yang hadir pada tipe propilitik, yaitu : a. klorit-kalsit-kaolinit b. klorit-kalsit-talk c. klorit-epidot-kalsit d. klorit-epidot.
MINERAL KALSIT
Mineral Epidot Atas : kenampakan megaskopis Samping atas : mikroskopis nikol sejajar Samping bawah : mikroskopis nikol silang
Kenampakan Klorit Kiri atas megaskopis Kiri bawah dan atas mikroskopis
ALTERASI PROFILITIK
ALTERASI PROFILITIK
Tipe argilik
Pada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral, yaitu kaolinit/dickite-monmorilonit- muskovit dan klorit-monmorilonitillite/smectite-muskovit. Himpunan mineral pada tipe argilik terbentuk pada temperatur 100-300C (Pirajno, 1992), fluida asam hingga neutral dan salinitas yang rendah.
Mineral illite
Kenampakan mineral kaolinit pada inti bor (atas) Kenampakan kaolinit di bawah mikroskop (samping)
argillic
Kenampaka mineral Smectite Bawah : megaskopis Samping : mikroskopis
ALTERASI ARGILIK
ALTERASI ARGILIK
Advanced argillic
dicirikan oleh kehadiran himpunan mineral pirofilit + diaspor andalusit kuarsa tourmalin enargit-luzonit (untuk temperatur tinggi, 250-350C), atau himpunan mineral kaolinit + alunit kalsedon kuarsa pirit (untuk temperatur rendah, <180C).
Advanced argillic
Kenampaka mineral Alunit Bawah : megaskopis Samping : mikroskopis
Advanced argillic
Kenampaka mineral Pirofilit Bawah : megaskopis Samping : mikroskopis
Tipe skarn Terdapat mineralogi yang sangat umum yang sering didapatkan pada batuan skarn, yaitu kelompok garnet, piroksen, amfibol, epidot dan magnetit. Mineral lain yang umum adalah wolastonit, klorit, biotit dan kemungkinan vesuvianit (idokras). Amfibol umumnya hadir pada skarn sebagai mineral tahap akhir yang mengoverprint mineral-mineral tahap awal. Aktinolit (CaFe) dan tremolit (CaMg) adalah mineral amfibol yang paling umum hadir pada skarn. Jenis piroksen yang sering hadir adalah diopsid (CaMg) dan hedenbergit (CaFe). Terbentuk pada fluida yang mempunyai salinitas tinggi dengan temperatur tinggi (sekitar 300-700C).
Garnet
Mineral garnet pada skarn Foto atas : megaskopis Foto samping : mikroskopis
Tipe Greisen
Himpunan mineral pada greisen adalah kuarsa- muskovit (atau lipidolit) dengan sejumlah mineral asesori seperti topas, tourmalin, dan fluorit
Kasiteritr
POLA ALTERASI
PERVASIVE
Penggantian seluruh atau sebagian besar mineralpembentuk batuan
SELECTIVELY PERVASIVE
Proses ubahan hanya terjadi pada mineral-mineral tertentu pada batuan. misalnya klorit pada andesit hanya mengganti piroksen saja.
NON-PERVASIVE
INTENSITAS ALTERASI
3 4
TAK SIMETRIS
Terimakasih