You are on page 1of 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Topik Sasaran Target PELAKSANAAN KEGIATAN Hari, Tanggal Waktu Tempat Pemberi Materi 1. Latar belakang

: : : : :

Kesehatan Ibu dan Anak Anemia Anemia pada ibu hamil. Semua ibu hamil di Desa Pulo Kuala II Semua Ibu-ibu hamil.

: Jumat, 11 Januari 2013 : 10.00 WIB- selesai : Balai Desa Pulo Kuala II : Mahasiswa PSIK STIKes Mutiara Indonesia Tingkat 3.3

Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar HB di bawah normal. Anemia secara fungsional didefenisikan sebagai penurunan jumlah mnassa eritrosit sehingga tidak memenuhi fungsinya untuk membawa o2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri ( disease entity ) tetapi merupakan gejala berbagai penyakit. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak lah hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. Pendekatan terhadap pasien anemia memerlukan pemahaman tentang pathogenesis dan patofisisologi anemia, serta ketrampilan dalam memilih,menganalisa serta merangkum hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan LAB, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Oleh karena itu perawat memberikan pelayanan keperawatan secara komprehensif sehingga berkontribusi untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi. Berdasarkan uraian di atas, maka kelompok merasa tertarik untuk membahas tentang Asuhan Keperawatan Komunitas tentang penyakit Anemia pada Ibu hamil. 2. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan komunitas pada klien Anemia pada Ibu hamil. 2. Tujuan Khusus a. Mampu memahami teori tentang anemi b. Mampu melakukan pengkajian pada ibu hamil penderita anemia c. Mampu merukmuskan diagnose keperawatan untuk klien penderita anemia d. Mampu menyusun rencana keperawatan Komunitas untuk klien anemia e. Mampu menilai/mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien anemia.

3. Materi Terlampir

4. Metoda a. Ceramah b. Tanya Jawab

5. Media a. Leaflet b. Materi SAP

6. Kegiatan No 1 Waktu 3 Menit Uraian Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Pembukaan . 1. Memberikan salam 2. Menjelaskan tujuan penyuluhan a. Menjawab salam. b. Mendengarkan Peserta

3. Menyebutkan materi atau pokok c. Memperhatikan bahasan yang di sampaikan 2 30 Menit Penyuluhan : a. Menanyakan kepada peserta tentang a. Menyimak anemia. penjelasan.

b. Memberi pujian atas kemauan peserta b. Menyimak mengungkapkan pemahamannya tentang anemia atau pengalaman. c. Memberikan kesempatan pada peserta c. Peserta bertanya untuk bertanya tentang hal yang belum dipahaminya d. Menjawab pertanyaan peserta. e. Peserta menyimak kemauan untuk berbagi penjelasan.

3.

Penutup 3 Menit

a. Melakukan evaluasi

a. Menjawab pertanyaan

b. Menyimpulkan materi penyuluhan

b. Menyimak kesimpulan.

c. Mengucapkan salam

c. Menjawab salam.

7. Pengorganisasian Ketua : Ayu Susi Yanthi Lumban Gaol.

Sekretaris : Debora Eflina Tampubolon Moderator : Aini Fitri Penyaji : Asniar Ndruru

Observer : Ahmad Bakri dan Andiko Situmorang Fasilator Anggota : Dharma Putra Siburian : 1. Adniel David Zebua 2. Elsadora Simanulang 3. Bambang Imran Gunawan 8. Setting Tempat

Keterangan

: Pemandu Diskusi : Pembawa acara/Ketua/Penyaji : Notulen : Fasilitator/ Mahasiswa : Masyarakat : Dosen

: Kepala puskesmas

: Lurah

: Camat

9.

Evaluasi

1. Metode evaluasi 2. Jenis pertanyaan 3. Jumlah soal 4. Pembahasan Materi :

: Diskusi tanya jawab : Lisan : 5 soal

Lampiran 1

MATERI PENYULUHAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

1. Pengertian Anemia Anemia atau sering disebut kurang darah adalah keadaan dimana darah merah kurang dari normal, dan biasanya yang digunakan sebagai dasar adalah kadar Hemoglobin (Hb). WHO menetapkan kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menentukan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Anemia kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi.

2.

Etiologi Menurut Sudoyo (2006, p. 632) Anemia merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh bermacam penyebab. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena :Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang belakang.Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan) (hemolisis) Proses penghancuran erirosit dalam tubuh sebelum waktunya

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil: 1) Faktor Dasar

a) Sosial ekonomi Menurut Istiarti (2000, p. 24) menyatakan bahwa perilaku seseorang dibidang kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi. Sekitar 2/3 wanita hamil di negara maju yaitu hanya 14%.

b) Pengetahuan Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber misalnya media masa, media elektronik, buku petunjuk kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya (Istiarti, 2000, p. 24). Kebutuhan ibu hamil akan zat besi (Fe) meningkat 0,8 mg sehari pada trimester I dan meningkat tajam selama trimester III yaitu 6,3 mg sehari. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui makanan apalagi didukung dengan pengetahuan ibu hamil yang kurang terhadap peningkatan kebutuhan zat besi (Fe) selama hamil sehingga menyebabkan mudah terjadinya anemia defisiensi zat besi

pada ibu hamil (Arisman, 2004, p, 26). Ibu hamil dengan pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang rendah akan berperilaku kurang patuh dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) serta dalam pemilihan makanan sumber zat besi (Fe) juga rendah. Sebaliknya ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang baik, maka cenderung lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan semakin patuh dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe).

c) Pendidikan Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan

penyempurnaan hidup. Biasanya seorang ibu khususnya ibu hamil yang berpendidikan tinggi dapat menyeimbangkan pola konsumsinya. Apabila pola konsumsinya sesuai maka asupan zat gizi yang diperoleh akan tercukupi, sehingga kemungkinan besar bisa terhindar dari masalah anemia.

d) Budaya Faktor sosial budaya setempat juga berpengaruh pada terjadinya anemia. Pendistribusian makanan dalam keluarga yang tidak berdasarkan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga, serta pantangan-pantangan yang harus diikuti oleh kelompok khusus misalnya ibu hamil, bayi, ibu nifas merupakan kebiasaankebiasaan adat-istiadat dan perilaku masyarakat yang menghambat terciptanya pola hidup sehat dimasyarakat.

2) Faktor tidak langsung

a) Kunjungan Antenatal Care (ANC) Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Kasus anemia defisiensi gizi umumnya selalu disertai dengan mal nutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk menjalani pengawasan antenatal. Dengan ANC keadaan anemia ibu akan lebih dini terdeteksi, sebab pada tahap awal anemia pada ibu hamil jarang sekali menimbulkan keluhan bermakna. Keluhan timbul setelah anemia sudah ke tahap yang lanjut. b) Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim. Paritas >3 merupakan faktor terjadinya anemia. Hal ini disebabkan karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh ibu (Arisman, 2004, p. 150).

c) Umur Ibu hamil pada usia terlalu muda (<20 tahun) tidak atau belum siap untuk memperhatikan lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan janin. Disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antar janin dan ibunya sendiri yang masih dalam pertumbuhan dan adanya pertumbuhan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan ibu hamil diatas 30 tahun lebih cenderung mengalami anemia, hal ini disebabkan karena pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi.

d) Dukungan Suami Dukungan suami adalah bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab suami dalam kehamilan istri. Semakin tinggi dukungan yang diberikan oleh suami pada ibu untuk mengkonsumsi tablet besi semakin tinggi pula keinginan ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet besi.

3) Faktor Langsung a) Pola konsumsi tablet besi (Fe) Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan atau terlampau banyaknya besi keluar dari badan misalnya perdarahan. Sementara itu kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg besi ditransfer ke janin, dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 14-200 mg lenyap ketika melahirkan. Jumlah sebanyak ini tidak mungkin tercukupi hanya dengan melalui diet. Karena itu, suplementasi zat besi perlu sekali diberlakukan, bahkan pada wanita yang bergizi baik (Arisman, 2004, p. 15).

b) Penyakit Infeksi Penyakit infeksi seperti TBC, cacing usus dan malaria juga penyebab terjadinya anemia karena menyebabkan terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya eritrosit

c) Perdarahan Penyebab anemia besi juga dikarenakan terlampau banyaknya besi keluar dari badan misalnya perdarahan (Wiknjosastro, 2007, p. 451).

4. Tanda dan gejala Walaupun tanpa gejala, anemia dapat menyebabkan tanda dan gejala berikut: 1). Letih, sering mengantuk 2). Pusing, lemah 3). Nyeri kepala 4). Luka pada lidah 5). Kulit pucat 6). Membran mukosa pucat (misal, konjungtiva) 7). Bantalan kuku pucat 8). Tidak ada nafsu makan, mual dan muntah (Varney, 2006, p. 623).

5. Pengaruh anemia dalam kehamilan Menurut Wiknjosastro (2007, p. 450) Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik seperti: 1). Abortus 2). Kelahiran prematur 3). Partus lama karena inersia uteri 4). Perdarahan postpartum karena inersia uteri 5). BBLR 6). Kemungkinan lahir dengan cacat bawaan

6. Klasifikasi anemia menurut WHO 1) Bila tidak anemia >11 g/dl 2) Bila anemia ringan 9-10 g/dl 3) Bila anemia sedang 7-8 g/dl) 4) Bila anemia berat <7 g/dl

7. Pencegahan anemia

Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi . Pemerintah juga telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada masyarakat sampai ke posyandu. Contoh preparat Fe diantaranya Biosanbe, sulfat ferrosus, inbion dsb. Semua preparat besi tersebut dapat dibeli dengan bebas.

8. Penanganan anemia. a. Terapi oral Terapi oral ini untuk mengatasi anemia ringan dan anemia sedang. Terapi oral berupa pemberian preparat besi: fero sulfat, fero gluconat atau Na-ferobisitrat. (Saifuddin, 2006: 282). Pemberian preparat besi yang mengandung zat besi 120 mg dan asam folat 0,5 mg dapat meningkatkan kadar Hb sebesar 0,1 gr/dl sehari mulai dari hari kelima dan seterusnya. (Arisman, 2007: 151)

b. Terapi parenteral Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2x10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relative lebih cepat yaitu 2 gr%. Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi anemia yang berat. (Saifuddin, 2006: 282).

You might also like