You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota adalah suatu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin paling kompleks.Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa, dari segi budaya dan antropologi, ungkapan kota sebagai ekspresi kehidupan orang sebagai pelaku dan pembuatnya adalah paling penting dansangat perlu di perhatikan. hal tersebut di sebabkan karena permukiman perkotaan tidak memiliki makna yang berasal dari dirinya sendiri, melinkan dari kehidupan di dalamnya.Di dalam pembangunannya, sebuah kota pasti akan menghadapi berbagai masalah yang akan di hadapi maka dari itu perancangan kota di perlukan sebagai pengantisipasi untuk menghindari masalah yang akan terjadi di sebuah kota. Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi di Jalan KiaraCondong ini, diantaranya yaitu pendestrian digunakan oleh Para Pedagang Kaki Lima (PKL) atau digunakan tempat parkir oleh kendaraan, karena tempat parker yang tersedia sangat kurang. Pendestrian yang kurang efektif sehingga para pejalan kaki kurang nyaman bila berjalan kaki. Belum lagi angfutan kota yang sering berhenti di pinngir jalan yang mengurangi keindahan di Jalan Kiaracondong ini. Di Jalan Kiaracondong ini nampak kumuh, karena drainasenya sangat kotor dan banyak sampah, serta banyaknya air yang tergenang bila sudah hujan 1.2 Tujuan dan sasaran 1.2.1 Tujuan Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi syarat-syarat, tata cara perencanaan dan pembangunan fly over.

1.2.2 Sasaran Guna mempermudah tercapainya tujuan tersebut diatas maka disusunlah beberapa sasaran yaitu sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi elemen rancang kota yang terdapat di sepanjang Jalan Kiaracondong Kota Bandung. 2. Mengidentifikasi Unsur-unsur Lingkungan Kota yang terdapat di sekitar fly over Kiaracondong Kota Bandung.

1.3 Ruang Lingkup

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah yang di sajikan adalah di di sekitar fly over Kiaracondong. Adapun batas-batas administrasi jalan Kiaracondong adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Jenderal Ahmad Yani (Cicadas) Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Soekarno Hatta (By Pass) dan Jl. Terusan Kiaracondong Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Jakarta dan Jalan Gatot Subroto Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Terusan Jalan Jakarta 1.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah sebagai berikut : 1. Survey Primer Dengan survey di lapangan dapat dikumpulkan data-data primer yang dibutuhkan. Data primer yaitu data yang didapatkan dari pengamatan dan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait di wilayah studi. Survey yang dilakukan meliputi:

a. Survey LHR Dalam melalukan survey LHR hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: 1. Peralatan Survey Peralatan yang digunakan dalam melakukan survey LHR yaitu: - Formulir survey. - Alat tulis (untuk pencatatan data). - Jam tangan. - Kamera digital. - Counter. 2. Waktu Pelaksanaan Survey Survey dilakukan selama 2 (tiga) hari yaitu hari jumat, dan selasa, karena hari tersebut merupakan kegiatan normal di jalan Ibrahim Adji. Waktu pelaksanaan survey pada jam 16.00-17.00 WIB dan magrib jam 18.3017.30 WIB dimana pada jam tersebut adalah kegiatan pulang sekolah, berangkat kerja, kegiatan perdagangan, industri dan perbankan. 2. Survey Sekunder Survey Sekunder merupakan survey yang diperoleh dari studi literature (pengumpulan bahan-bahan bacaan berupa buku-buku dan literature yang berhubungan dengan bidang studi dan internet) yang akan dijadikan suatu penunjang mengenai kondisi flyover Kiaracondong. 1.5 Sistematika Penyusunan

Sistematika penyusunan yang di gunakan dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan Terdiri dari Latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah, metode pengumpulan data, dan sistematika penyusunan laporan Bab II Dasar teori Dasar teori ini membahas mengenai fly over dan bagian bagiannya Bab III Pembahasan Gambaran umum kiara condong Bab IV Analisis Permasalahan. Bab V Kesimpulan Berisikan kesimpulan dan saran dari penyusunan laporan

BAB II DASAR TEORI

2.1 Definisi Fly over adalah jembatan layang yang dimaksudkan untuk menghilangkan konflik yang berpotongan langsung, ataupun untuk melewati suatu kawasan yang kumuh. Fly over banyak dibangun untuk menghindari persilangan sebidang dengan lintas kereta api ataupun persilangan dengan jalan toll. Sirkulasi Dan Parkir (Circulation and Parking ) Masalah sirkulasi kota merupakan persoalan yang membutuhkan pemikiran mendasar, antara prasarana jalan yang tersedia, bentuk struktur kota, fasilitas pelayanan umum dan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat. Diperlukan suatu manajemen transportasi yang menyeluruh terkait dengan aspek-aspek tersebut. Di sebagian besar negara maju sudah dicanangkan atau digencarkan penggunaan akomodasitransportasi umum (mass transport) dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Selain penghematan BBM, langkah ini akan membantu pengurangan pencemaran udara kota berupa partikel beracun (CO2 misalnya) maupun kebisingan dan bahaya lalu lintas lainnya. Kebijakan ini mengarah terciptanya suatu lingkungan kota menuju kondisi minimalisir transportasi (zero transportation). Selain kebutuhan ruang untuk bergerak, moda transport juga membutuhkan tempat untuk berhenti (parkir). Kebutuhan parkir semakin meingkat terutama di pusat-pusat kegiatan kota atau Central Bussiness District (CBD). Elemen sirkulasi adalah satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur

lingkungan perkotaan, tiga prinsip utama pengaturan teknik sirkulasi adalah : Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual yang positif. Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat lingkungan menjadi jelas terbaca. Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Area) Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap kendaraan di kawasan pusat kota, mempertinggi kualitas lingkungan melalui sistem perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang kaki lima yang lebih banyak dan akhirnya akan membantu kualitas udara di kawasan tersebut. Sistem pejalan kaki yang baik adalah : Mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor dalam areal kota. Meningkatkan kualitas lingkungan dengan memprioritaskan skala manusia. Lebih mengekspresikan aktifitas PKL mampu menyajikan kualitas udara. Pendukung Kegiatan (Activity Support ) Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan-kegiatannya. Penciptaan kegiatan pendukung aktifitas tidak hanya menyediakan jalan, pedestrian atau plaza, tetapi juga harus mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas, misalnya : pusat perbelanjaan, taman rekreasi, pusat perkantoran,

perpustakaan dan sebagainya. Muncul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kota dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang kota yang menunjang akan keberadaan ruang-ruang umum kota. Kegiatan-kegiatan dan ruang-ruang umum bersifat saling mengisi dan melengkapi. Pada dasarnya activity support adalah : Aktifitas yang mengarahkan pada kepentingan pergerakan (importment of movement). Kehidupan kota dan kegembiraan (excitentent). Keberadaan aktifitas pendukung tidak lepas dari tumbuhnya fungsi-fungsi kegiatan publik yang mendominasi penggunaan ruang-ruang umum kota, semakin dekat dengan pusat kota makin tinggi intensitas dan keberagamannya. Bentuk actifity support adalah kegiatan penunjang yang menghubungkan dua atau lebih pusat kegiatan umum yang ada di kota, mislnya open space (taman kota, taman rekreasi, plaza, taman budaya, kawasan PKL, pedestrian ways dan sebagainya) dan juga bangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan umum.

BAB III KONDISI EKSISTING 3.1 Gambaran Umum Ruas Jalan Kiaracondong 3.1.1 Gambaran Umum Ruas Jalan Kiaracondong Jalan Kiaracondong merupakan salah satu jenis jalan arteri sekunder dengan panjang 4,12 Km dan termasuk status jalan propinsi Jawa Barat. Jalan Kiaracondong terletak di sebelah timur kota Bandung yang berbatasan dengan Jalan Soekarno Hatta. Jalan Kiaracondong terdiri dari dua lajur, dimana kedua lajur tersebut dipisahkan oleh pembatas jalan berupa pedestrian. Jalan Kiaracondong ini pada umumnya didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa. Di jalan Kiaracondong ini terdapat jalan layang (fly over) yang panjangnya kira-kira 1 Km, dimana di bawah jalan layang tersebut terdapat beberapa kegiatan perdagangan dan jasa, serta terdapat juga stasiun kereta api Kiaracondong.

3.2 Karakteristik Ruas Jalan Kiaracondong Penggunaan lahan di jalan Kiaracondong didominasi oleh penggunaan lahan terbangun, diantaranya yaitu: perdagangan, jasa, dan industri. Kegiatan perdagangan yang terdapat di Jalan Kiaracondong berupa pasar tradisional, toko-toko elektronik, minimarket, toserba, dan lain sebagainya. Kegiatan jasa berupa perbankan, perbengkelan, pemarkiran, pendidikan nonformal, dan lain sebagainya. Sedangkan industri yang terdapat adalah industri tekstil dan industri garmen.

3.3 Kondisi Eksisting Elemen-elemen di Jalan Kiaracondong Elemen kota yang dikaji di kawasan Jalan Kiaracondong adalah: 1. Tata guna lahan Di jalan Kiaracondong penggunaan lahannya didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa 2. Tata massa bangunan Dari tata massa bangunan di jalan Kiaracondong menunjukkan bahwa 3. Sirkulasi dan parkir Dilihat dari sirkulasi dan parkir yang terdapat di jalan Kiaracondong berjalan kurang efektif karena kebanyakan tidak terdapat tempat parkir khusus. Hanya terdapat beberapa pertokoan yang mampu menyediakan tempat parkir khusus. Hal ini menyebabkan jalur pedestrian digunakan sebagai

tempat parkir. 4. Ruang terbuka Ruang terbuka di sekitar jalan Kiaracondong berupa pepohonan-pepohonan besar yang tumbuh sepanjang jalan (jalur hijau jalan). 5. Jalur pedestrian Jalur pedestrian yang terdapat di Jalan Kiaracondong tidak digunakan secara efektif oleh para pejalan kaki karena jalur pedestrian digunakan untuk kegiatan perdagangan dan terkadang digunakan sebagai tempat parkir. 6. Penunjang aktivitas Kegiatan penunjang yang terdapat di Jalan Kiaracondong berupa bangunan pertokoan, pusat jasa, Jalan layang dan terdapat juga kawasan pedagang kaki lima, kumpulan pedagang makanan kecil dan lain sebagainya. 7. Tanda-tanda

Rambu-rambu yang terdapat di sepanjang jalan Kiaracondong cukup menunjang, karena tanda-tanda digunakan sebagai penunjuk jalan dan sebagai pengatru jalannya lalulintas. 8. Preservasi dan konservasi Preservasi merupakan usaha untuk melindungi tampa harus melakukan perubahan dari bentuk aslinya. Sedangkan konservasi merupakan usaha perlindungan tempat-tempat bersejarah yang dilakukan dengan melakukan sedikit perubahan demi perbaikan. Di jalan Kiaracondong ini tidak terdapat bangunan-bangunan yang bersifat preservasi dan konservasi. 3.3 Data Counting
Nama Jalan
GOLONGA N

: Jalan Ibrahim adjie


KELOMPOK JENIS KENDARAAN JENIS KENDARAAN SUMBU KONFIGURAS I KODE JUMLAH

1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c 8

Sepeda motor, kendaraan roda 3 Sedan,jeep,station wagon Angkutan Penumpang sedang Pick up,micro truck, mobil hantaran Bus kecil Bus besar Truk ringan 2 sumbu Truk sedang 2 sumbu Truk 3 sumbu Truk gandengan Truk semitrailer Kendaraan tak bermotor
1.1 1.1 1.1 1.1 1.2 1.1 1.2 1.2.2 1.2.2 -2.2 1.2.2.2. 2

6058 504 300 40 6 4 6 6 2 18

Waktu counting Cuaca saat counting

: 6.30 PM 7.30PM : Mendung, tidak hujan

Jalur yang ditinjau : 2 jalur 2 lajur

BAB IV IDE DAN GAGASAN 4.1 Permasalahan

Sirkulasi dan Parkir

Pembangunan lahan pada kawasan Jln. Kiaracondong baik itu pada perdagangan dan jasa kurang memperhatikan lahan parkir yang tersedia bagi pengunjung, sehingga lalulintas pada wilayah Jln. Kiaracondong menumbulkan kemacetan. Kegiatan perdagangan dan jasa yang tinggi merupakan salah satu aspek yang kurang di perhatikan sehingga menimbulkan volume kemacetan yang besar. Jalur Pedestrian Kawasan Jln. Kiaracondong memiliki banyak kekurangan dalam

penyediaan pedestrian bagi pejalan kaki. hasil survey yang kami lakukan di

kawasan tersebut memperlihatkan kajian pada arah Jln. Kiaracondong menuju ke arah Jln. Soekarno Hatta arah pembangunan jalan tidak sama sekali menyediakan pedestrian bagi pejalan kaki, sedangkan arah kajian yang di lakukan pada Jln. Soekarno Hatta menuju Jln. Kiaracondong pembangunan pedestrian di fasilitasi berikut dengan penyediaan Ram pada pedestrian yang di peruntukan bagi penyandang cacat agar lebih mudah menggunakan pedestrian. Gambar di bawah merupakan kajian Jln. Kiaracondong menuju arah Jln. Soekarno Hatta yang tidak memfasilitasi pembangunan jalan dengan pedestrian. Kesadaran Masyarakat

Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya keselamatan merupakan salah satu permasalahan turun temurun di lokasi tersebut. Contohnya banyak pengendara motor, yang sengaja mengangkat portal lintasan kereta api saat kereta akan melintas. Sehingga hal tersebut menimbulkan banyaknya kecelakaan dan pada akhirya menimbulkan kemacetan. Pencurian besi-besi jembatan

Minimnya penerangan dan hilanganya besi pagar pembatas membuat fly over kiara condong rawan kecelakaan lalu lintas dan rawan tindak kejahatan serta flyover ini dinilai cukup strategis untuk dijadikan tempat bunuh diri. Geng motor

Setelah fly over kiaracondong berdiri dan beroperasi ternyata malam hari sering dijadikan mangkal geng motor yang siap melakukan kejahatannya. Sudah beberapa kali geng motor beraksi melumpuhkan korban di jembatan ini. Kemudian, di Flayover ini sering juga terjadi kecelakaan lalu lintas karena pengemudi motor selalu ngebut jikia melintasi jalan tersebut.

4.2

Solusi

1. Pengamanan dan lampu penerang jalan harus lebih diperbanyak supaya kondisi jalan bisa terdekteksi oleh warga sekitar. Karena lampu penerang jalan yang kurang ditambah lemahnya pengawasan dari petugas yang berwajib merupakan potensi untuk melakukan tindak kriminal dan bunuh diri. 2. Diadakannya penyuluhan mengenai pentingnya tata tertib dan keselamatan pada masyarakat sekitar. 3. Diadakannya area parkir umum yang cukup luas utuk menampung mobil,motor,dan kendaraan lainnya, agar tidak mengganggu jalur pedestrian(jalur pejalan kaki) dan mengurangi jumlah kemacetan serta menjaga ketertiban daerah sekitar flyover kiaracondong.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Meskipun Fly Over merupakan pilihan terakhir mengatasi permasalahan kemacetan trasportasi perkotaan tetapi Fly Over bukan merupakan solusi yang utama untuk mengatasi permasalahan kemacetan 2. Saran Untuk Fly Over yang ada di lokasi kiara condong bukan merupakan solusi yang tepat, karena masih banyak solusi lain seperti penanganan area parkir dan pelebaran jalan, mengingat Fly over adalah pilihan terakhir. Jadi seharusnya sebelum di buat Fly over diberlakukan dulu penataan area pasar, pelebaran jalan dan penyuluhan kepada masyarakat sekitar mengenai pentingnya keselamatan.

You might also like