You are on page 1of 52

Asas-asas Umum Peradilan Agama

Asas-asas Umum Peradilan Agama


Asas Personalitas Keislaman Asas Kebebasan Asas Wajib Mendamaikan Asas Sederhana, Cepat dan Biaya ringan Asas Persidangan Terbuka untuk Umum Asas Legalitas dan Persamaan Asas Aktif Memberi Bantuan

Asas Personalitas Keislaman


Dasar Hukum
1. Penjelasan Umum Alinea ke-1 UU PA
2. Pasal 49 UU UU PA(kompetensi absolut PA)

Definisi

dasar kewenangan PA untuk mengadili ditentukan dengan keislaman subyek hukum. PA hanya dapat mengadili mereka yang beragama Islam dan yang menundukkan diri pada Hukum Islam . a. Agama yang dianut kedua belah pihak saat terjadinya peristiwa hukum adalah agama Islam; b. Perkara perdata yang dipersengketakan merupakan kompetensi absolut PA c. Hubungan hukum yang mereka lakukan berdasarkan hukum Islam

Syarat

Peraturan Asas Personalitas Keislaman


Penjelasan Umum Alinea ke-1 UU No. 3 / 2006

Peradilan Agama merupakan salah satu badan peradilan pelaku kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan penegakan hukum dan keadilan bagi rakyat pencari keadilan perkara tertentu antara orang-orang yang beragama Islam

Asas Kebebasan
Dasar Hukum
1. Pasal 24 (1) UUD 1945 2. Pasal 1 angka 1 UU No. 48/2009

3. Pasal 3 (2) UU No. 48/2009


Peradilan Agama bebas dari segala bentuk campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di luar kekuasaan kehakiman

Definisi

Bentuk Kebebasan

1. Dalam memeriksa suatu perkara, hakim bebas dari paksaan, direktiva atau rekomendasi yang datang dari pihak extra judicial, ancaman, dsb.

2. Kebebasan adalah dalam melaksanakan wewenang yudisial (menerapkan, menafsirkan, menemukan hukum)

Batasan Kebebasan

1. Dalam menerapkan hukum, harus bersumber pada peraturan perundang-undangan yang tepat dan benar 2. Dalam menafsirkan peraturan, harus menggunakan metode penafsiran yang benar 3. Dalam menemukan hukum, harus berdasarkan pada asasasas, dasar-dasar, dan sumber hukum lainnya.

Peraturan Asas Kebebasan


Pasal 24 (1) UUD 1945

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan


Pasal 1 UU No. 4/ 2004 Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan Pasal 4 ayat (3) UU No. 4/2004. Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana disebut dalam UUD 1945

Asas Wajib Mendamaikan


Dasar Hukum
1. 2. 3. Pasal 39 UU No.1/1974 j.o. Ps 31 PP No.9/1975 Pasal 115 KHI Pasal 10 UU No. 48/2009

Definisi

Hakim harus selalu berupaya untuk mendamaikan para pihak yang berperkara

Kekhususan PA

Perdamaian (ishlah) lebih utama dari putusan ; win-win solution PA identik dengan istilah Peradilan Keluarga, tidak hanya melaksanakan kekuasaan kehakiman yang menerapkan hukum keluarga secara kaku, tapi lebih diarahkan pada penyelesaian sengketa keluarga dengan memperkecil kerusakan rohani dan keretakan sosial

Khusus Perkara Perceraian

Upaya mendamaikan bersifat imperatif. Hakim yang memeriksa gugatan perceraian berusaha mendamaikan kedua belah pihak. Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap tahap sidang pemeriksaan. Anjuran damai dapat dilakukan kapan saja sepanjang perkara belum diputus
Penyelesaian oleh para pihak di luar persidangan tanpa campur tangan hakim. Dibuat Akta perdamaian jika tercapai perdamaian di persidangan Perkara Perceraian: Jika perdamaian berhasil, tidak dibuatkan Akta Perdamaian, tapi perkara dicabut oleh Penggugat / Pemohon dengan pembebanan biaya perkara

Bentuk Perdamaian

Peraturan Asas Wajib Mendamaikan


Pasal 39 UU No.1/1974 :

(1). Perceraian hanya dapat dilakukan didepan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. (2). Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri. (3). Tatacara perceraian didepan sidang Pengadilan diatur dalam peraturan perundangan tersendiri
Pasal 31 PP No. 9 /1975:

(1) Hakim yang memeriksa gugatan perceraian berusaha mendamaikan kedua pihak. (2) Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan
Pasal 115 KHI:

Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
Pasal 16 (2) UU No. 4 / 2004:

(1)Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. (2)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menutup usaha penyelesaian perkara perdata secara perdamaian.

Ketentuan Khusus Perdamaian


Pasal 54 UU PA:

Hukum Acara yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam Undang-undang ini

Kekhususan Upaya Damai: Hanya berlaku pada perkara perceraian Demi terwujudnya makna perdamaian dalam Pasal 82 (4) UU No. 7/ 1989

Bentuk Kekhususan Upaya Damai


Pengadilan Agama Pengadilan Tinggi Agama Mahkamah Agung

Putusan Perceraian belum memiliki kekuatan hukum tetap

Putusan Perceraian

Banding

Kasasi

Terjadi perdamaian di kedua tahap ini, lalu perkara dicabut atas persetujuan Suami & Istri

Penetapan PTA

Penetapan MA

Isi Penetapan PTA & Penetapan MA


PENETAPAN PTA PENETAPAN MA

Mengizinkan pembanding mencabut perkaranya;

Mengizinkan pemohon kasasi mencabut perkaranya;

Membatalkan putusan PA yg mengabulkan perceraian, krn tjd perdamaian sblm putusan mpy kek. hk tetap

Membatalkan putusan PTA yg mengabulkan perceraian, krn tjd perdamaian sblm putusan mpy kek. hk tetap;

Menyatakan bhw su-is tsb masih dlm ikatan perkawinan yg sah

Menyatakan bhw su-is tsb masih dlm ikatan perkawinan yg sah

Asas Sederhana, Cepat dan Biaya ringan


Dasar Hukum
1. Pasal 57 (3), ps 58 (2) UU PA 2. Pasal 4 (2) UU No. 48/2009

3. Pasal 91B UU PA

Definisi

Sederhana prosedur penerimaan sampai dengan penyelesaian suatu perkara dilakukan dengan acara yang efektif & efisien Cepat alokasi waktu yang tersedia dalam proses peradilan Biaya ringan keterjangkauan biaya perkara oleh pencari keadilan

Peraturan Asas Sederhana, Cepat dan Biaya ringan

Pasal 57 (3) UU No.7/1989:


(3) Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.

Pasal 4 (2) UU No.4/2004: Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan Pasal 5 (2) UU No.4/2004: Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.

Asas Persidangan Terbuka untuk Umum


Dasar Hukum Definisi
1. Pasal 59 (1) UU No. 7 /1989 2. Pasal 13 UU No. 48/2009
Bahwa setiap pemeriksaan yang berlangsung dalam sidang pengadilan memperkenankan siapa saja untuk menghadiri, mendengarkan dan menyaksikan jalannya persidangan Ada transparansi, fair trial.

Pengecualian

Lihat Pasal 59 ayat (1) UU No 7/1989 Perkara perceraian menjaga kepentingan kerahasiaan hubungan kerumahtanggaan lebih penting. Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan dalam sidang tertutup (Pasal 33 PP No. 9/1975 jo Pasal 80 ayat (2) UU No. 7/1989) Tertutup meliputi pemeriksaan dan pembuktian. Putusan tetap diucapkan dalam sidang terbuka

Akibat pelanggaran asas terbuka untuk umum

Seluruh pemeriksaan beserta penetapan atau putusannya batal menurut hukum (Pasal 59 ayat (2) UU No 7/1989 jo Pasal 13 ayat (2) UU No 48/2009)

Peraturan Asas Persidangan Terbuka untuk Umum


Pasal 59 ayat (1) UU No.7/1989: (1) Sidang pemeriksaan Pengadilan terbuka untuk umum, kecuali apabila undangundang menentukan lain atau jika Hakim dengan alasan-alasan penting yang dicatat dalam berita acara sidang, memerintahkan bahwa pemeriksaan secara keseluruhan atau sebagian akan dilakukan dengan sidang tertutup. (2) Tidak terpenuhinya ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) mengakibatkan seluruh pemeriksaan beserta penetapan atau putusannya batal menurut hukum. (3) Rapat permusyawaratan Hakim bersifat rahasia. Pasal 19 (1) UU No. 4 / 2004: Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undangundang menentukan lain Pasal 33 PP No. 9 /1975 ttg Pasal 80 ayat (2) UU No. 7/1989: (2) Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan dalam sidang tertutup

Peraturan Akibat Sidang Tidak Terbuka untuk Umum

Pasal 59 ayat (2) UU No.7/1989: (2) Tidak terpenuhinya ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) mengakibatkan seluruh pemeriksaan beserta penetapan atau putusannya batal menurut hukum. Pasal 19 ayat 2 UU No.4/2004: (2) Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan putusan batal demi hukum

Asas Legalitas dan Persamaan


Dasar Hukum Definisi

Pasal 2 (2), pasal 4 (1), pasal 6 (1) UU No. 48/2009 Pasal 58 (1) UUPA

Legalitas : semua tindakan dilakukan berdasarkan hukum (rule of law) Persamaan : setiap orang mempunyai hak dan kedudukan yang sama di muka hukum

Peraturan Asas Legalitas & Persamaan


Pasal 3 (2) UU No.4/2004: Peradilan negara menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila. Pasal 5 ayat (1) UU No.4/2004: Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. Pasal 6 (1) UU No.4/2004: Tidak seorang pun dapat dihadapkan di depan pengadilan selain daripada yang ditentukan oleh undang-undang

Asas Aktif Memberi Bantuan


Dasar Hukum
Pasal 58 (2), 60B, 60C UU PA

Definisi

Pengadilan (hakim) yang memimpin persidangan bersifat aktif dan bertindak sebagai fasilitator

Bentuk Bantuan Hukum

Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu Pada setiap pengadilan agama dibentuk pos bantuan hukum Bantuan hukum diberikan secara cuma-cuma kepada semua tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap

Peraturan Asas Aktif Memberi Bantuan

Pasal 58 (2) UU No.7/1989: (2) Pengadilan membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras-kerasnya mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan

Gugatan dan Permohonan

Gugatan & Permohonan


Definisi Hukum Acara Perdata:

Aturan tentang cara mewujudkan dan mempertahankan hak dan kewajiban antara subyek hukum dengan subyek hukum lainnya mewujudkan dan mempertahankan hak dan kewajiban

Melalui pengajuan GUGATAN dan PERMOHONAN

Gugatan & Permohonan di PA


Dasar Hukum:

Pasal 55 UU No.7 /1989: Tiap pemeriksaan perkara di Pengadilan dimulai sesudah diajukannya suatu permohonan atau gugatan dan pihak-pihak yang berperkara telah dipanggil menurut ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan ketentuan tersebut: Pemeriksaan harus didahului oleh Permohonan atau Gugatan

Permohonan dan Gugatan merupakan dasar pemanggilan para pihak untuk pemeriksaan di pengadilan

Perbedaan Gugatan & Permohonan


Gugatan Permohonan
1 Pihak
Pemohon

Para Pihak

2 Pihak Penggugat - Tergugat

berlawanan Ada sengketa Disebut : jurisdictio Contentiosa / contentiuse jurisdictie


= peradilan sesungguhnya

Tidak ada sengketa Disebut : jurisdictio voluntaria/ voluntaire jurisdictie


= peradilan tidak sesungguhnya, karena perbuatan hakim lebih merupakan perbuatan administratif

Sengketa

Gugatan

Permohonan
Penetapan / beschikking/ al-itsbat

Produk

Putusan / vonnis / al-qadu

Penjelasan Ps 60 UU PA
Yang dimaksud dengan penetapan adalah keputusan Pengadilan atas perkara permohonan, sedangkan putusan adalah keputusan Pengadilan atas perkara gugatan berdasarkan adanya suatu sengketa

Contoh

Cerai gugat

Permohonan Poligami

Pengecualian Permohonan
Ada beberapa pengecualian Permohonan dalam perkara perkawinan: Permohonan Pembatalan Perkawinan Permohonan untuk Beristri Lebih dari Seorang Permohonan Cerai Talak
Pengecualian:
Perkara tersebut merupakan Permohonan yang bersifat voluntaire, namun sebenarnya ada sengketa antara satu pihak dengan pihak lainnya

Permohonan Pembatalan Perkawinan


Pasal 38 PP No. 9 / 1975

(3) Hal-hal yang berhubungan dengan pemeriksaan pembatalan perkawinan dan putusan Pengadilan, dilakukan sesuai dengan tatacara tersebut dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 36 Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 20 sampai dengan 36 PP No. 9/ 1975

Pihak : Pemohon, Termohon I, Termohon II


Produk PA : Putusan, bukan penetapan

Permohonan untuk Beristri Lebih dari Seorang


Pasal 40 PP No.9 / 1975

Apabila seorang suami bermaksud untuk beristeri lebih dari seorang maka ia wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pengadilan Pihak : Pemohon dan Termohon
Apabila terhadap Putusan tersebut diajukan banding / kasasi ;

Para pihak Penggugat - Tergugat

Permohonan Cerai Talak


Pasal 65 67 UU No.7 / 1989 Prosedur Permohonan cerai talak

Apabila terhadap Putusan atas permohonan tersebut diajukan banding / kasasi ;

Para pihak Penggugat - Tergugat

Obyek Gugatan & Permohonan


Terkait Kompetensi Absolut PA
Pasal 49 UU No. 3 / 2006:

a.perkawinan; b.waris; c.wasiat; d.hibah; e.wakaf; f.zakat; g.infaq; h.shadaqah; dan i.ekonomi syari'ah.

Formulasi Gugatan
Secara garis besar, Surat Gugatan terdiri dari 3 komponen: 1. Identitas Para Pihak 2. Posita / Positum 3. Petita / Petitum

1. Identitas Para Pihak Isi


Nama dengan gelar atau alias, bin/bintinya, umur, agama, pekerjaan, tempat tinggal terakhir dan statusnya sebagai Penggugat atau Tergugat. Antara identitas Penggugat dengan Tergugat dipisahkan dengan kata-kata berlawanan dengan

contoh

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : x binti y Umur : 42 tahun Agama : Islam Pekerjaan : tani Tempat tinggal: Jalan a no. 12 RT 03 RW 11, Desa b,Kecamatan c, Kabupaten d; Selanjutnya disebut Penggugat Berlawanan dengan Nama : y bin z Umur : 50 tahun Agama : Islam Pekerjaan : tani Tempat tinggal: Jalan a no. 12 RT 03 RW 11, Desa b,Kecamatan c, Kabupaten d; Selanjutnya disebut Tergugat

2. Posita / Positum Isi


Fakta atau hubungan hukum yang terjadi antara kedua belah pihak. Merupakan dasar dan alasan tuntutan. Fundamentum petendi

Ketentuan

Singkat, kronologis, jelas, tepat, dan terarah untuk mendukung isi tuntutan kalimat pertama : duduk perkara kalimat terakhir : permohonan pada PA

contoh

Adapun yang menjadi duduk perkara sebagai dasar-dasar dan alasan diajukannya gugatan perceraian adalah sebagai berikut: 1. Bahwa __________ 2. Bahwa __________ 3. Dst Berdasarkan uraian di atas, Penggugat mohon kepada yang terhormat Ketua PA ____ untuk ____

3. Petita / Petitum Isi Ketentuan


isi tuntutan Butir Pertama : selalu tentang formal perkara, belum boleh langsung ke materi. Mis: mohon agar PA menerima gugatan penggugat Butir di tengah : tuntutan mengenai materi perkara
menyatakan secara hukum bahwa perkawinan anta Penggugat dengan Tergugat sebagaimana tersebut dalam Akta Nikah No.___ dinyatakan putus karena perceraian

Butir terakhir : selalu tentang permintaan agar pihak lawan dibebankan biaya perkara

catatan

Pengadilan dilarang mengabulkan tuntutan melampaui apa yang dituntut Penggugat, sebaliknya Pengadilan juga dilarang tidak mengadili apa yang dituntutnya

Pembagian Petitum :
Tuntutan Pokok / Primer
Terkait materi perkara.

Tuntutan Tambahan
a. Tuntutan agar Tergugat membayar biaya perkara b. Tuntutan agar putusan dinyatakan dapat dilaksanakan lebih dahulu

c. Dalam perkara cerai gugat, bisanya berupa nafkah terutang, nafkah anak, muth, nafkah iddah, dan pembagian harta bersama

Tuntutan Subsider atau Pengganti.


agar hakim mengadili dengan seadil-adilnya, atau mohon putusan seadiladilnya atau ex aequo et bono

Formulasi Permohonan
Secara garis besar, Surat Permohonan terdiri dari 3 komponen:

1. Identitas Pemohon 2. Positum

3. Petitum

Catatan:

Dalam Surat Permohonan tidak dijumpai kalimat berlawanan dengan, dan permintaan membayar biaya perkara kepada pihak lawan

Tempat Mengajukan Gugatan

TEMPAT MENGAJUKAN GUGATAN


Hukum Acara Perdata
Pasal 118 HIR, pasal 142 Rbg : Pengadilan Negeri di tempat tergugat tinggal yang wenang memeriksa gugatan atau tuntutan hak Jadi, gugatan PN di tempat tinggal Tergugat

actor sequitur forum rei


Hukum Acara Peradilan Agama
Pasal 54 UU No.7/1989 :

Hukum Acara yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam Undang-undang ini

Kekhususan Hukum Acara Peradilan Agama


Terkait Kompetensi Absolut PA
a. Perkawinan b. Waris c. Wasiat d. Hibah e. Wakaf f. Zakat g. Infaq h. Shadaqah, dan i. Ekonomi Syariah
Hukum acara peradilan umum Aturan khusus dalam UU No.7 / 1989

Perkara Perkawinan
Cerai Talak Perceraian Cerai Gugat

Perkara Perkawinan

Permohonan Poligami

Izin Kawin
Selain perceraian Dispensasi Kawin

Pencegahan perkawinan
Pembatalan Perkawinan

Perkara Perceraian
Cerai Talak
Inisiatif
Suami
Pemohon

Cerai Gugat
Istri
Penggugat

Istri
Termohon

Suami
Tergugat

Catatan!
Walaupun secara formal bersifat voluntair, tapi sebenarnya memiliki sengketa

Cerai Talak Alasan

Cerai Gugat

Pasal 19 PP no. 9 / 1975 j.o. Penjelasan Pasal 39 UU No. 1/1974 j.o. Pasal 116 KHI
a.Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; b.Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya;

c.Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
d.Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan terhadap pihak lain; e.Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat menjalan kewajibannya sebagai suami/isteri; f.Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihian dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga; g.Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga.

Tempat Mengajukan Gugatan


Cerai Talak
Pasal 66 UU No.7/1989 j.o. Pasal 129 KHI Menggunakan asas actor sequitur forum rei

Cerai Gugat
Pasal 73 UU No.7/1989 j.o. Pasal 132 KHI Menyimpangi asas actor sequitur forum rei

Pengecualian:
Istri meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin suami Istri di Luar Negeri Suami & Istri di Luar Negeri Di tempat tinggal suami (Pemohon/Tergugat)

Di tempat tinggal suami (Pemohon/Tergugat) Pilihan: a. PA di wilayah tempat perkawinan dilangsungkan b. PA Jakarta Pusat

Selain Perceraian
Permohonan Poligami

Alasan

Pasal 4 ayat (2) UU no. 1/ 1974, jo. Pasal 57 KHI


a. b. c. isteri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai isteri; isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; isteri tidak dapat melahirkan keturunan;

Syarat

Pasal 5 ayat (1) UU No. 1 tahun 1974


a. Adanya persetujuan isteri; b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka; c. Adanya jaminan bahwa sumi akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak;

Tempat Pengajuan
PA di wilayah tempat tinggal Pemohon

Izin Kawin

Untuk

Perkawinan yang calon suami atau calon isteri belum berumur 21 tahun dan tidak mendapat izin dari orangtuanya

Tempat Pengajuan

PA di wilayah tempat tinggal Pemohon

Dispensasi Kawin

Untuk

Perkawinan yang calon mempelai laki-laki dan perempuan masih di bawah umur

Tempat Pengajuan

PA di wilayah tempat tinggal Pemohon

Pencegahan Perkawinan

Untuk

Pencegahan perkawinan bertujuan untuk menghindari suatu perkawinan yang dilarang hukum Islam dan Peraturan Perundang-undangan

Tempat Pengajuan

PA di wilayah perkawinan akan dilangsungkan

Pembatalan Perkawinan

Alasan

Pasal 71-72 KHI


a.Pihak suami telah menikah lagi (poligami) tanpa izin pengadilan;
b.Pihak isteri telah menikah lagi padahal masih terikat perkawinan dengan laki-laki lain (belum bercerai), atau masih dalam masa iddah; c.Pernikahan menggunakan wali nikah yang tidak sah; d.Pernikahan dilakukan di bawah ancaman;

e.Pernikahan melanggar batas umur perkawinan;


f.Pada waktu dilangsungkan pernikahan terjadi salah sangka mengenai diri suami atau isteri;

Tempat Pengajuan

PA di wilayah perkawinan dilangsungkan atau di tempat tinggal suami-istri

Selain Perkara Perceraian


Asas actor sequitur forum rei
Di PA dalam wilayah tempat tinggal Tergugat

You might also like