You are on page 1of 3

Jurnal Tauhid

home about

Cahaya Penglihatan
April 24, 2011 - Posted by jurnaltauhid Setiap objek pandang pada dasarnya merupakan manifestasi dari adanya cahaya penglihatan. Tanpa adanya cahaya, maka objek pandang menjadi tidak nampak, kabur atau tidak jelas. Namun benda itu pun dari segi cahaya penglihatan terbagi kepada beberapa jenis berikut : 1. Benda yang dengan sendirinya tidak kelihatan, seperti benda-benda atau badan yang kelam (gelap). 2. Benda yang dengan sendirinya kelihatan, tetapi tidak membuat benda-benda lain kelihatan, seperti tanah, bangunan, tumbuh-tumbuhan, batu, dan seterusnya. 3. Benda yang dengan sendirinya kelihatan dan juga membuat benda-benda lain kelihatan, seperti bulan, matahari, bintang, atau lampu dan api yang menyala. Nama cahaya ini diberikan kepada golongan jenis ketiga. Kadang-kadang kepada apa yang terpancar dari benda-benda yang bersinar ini dan pancaran itu terjatuh atau tertumpu kepada benda-benda yang kelam. Sebagai contoh, bila di suatu hari yang terang kita melihat batu, dan batu itu terlihat berwarna hijau, maka itu terjadi karena ada cahaya matahari yang menyinari objek penglihatan kita, yaitu batu zeolite. Namun ketika gelap malam datang, dan lampu cahaya lenyap dari pandangan maka barulah kita sadar adanya perbedaan antara gelap dengan cahaya. Maka barulah kita meyakini bahwa cahaya itu memang ada di balik semua warna dan dilihat bersama warna. Bolehlah dikatakan bahwa oleh karena paduan persatuan cahaya dengan warna itu, sampai-sampai nyaris cahaya itu tidak disadari ada di situ. Mungkin karena terlampau terang dan nyata inilah menyebabkan cahaya tidak kelihatan, karena sesuatu yang melampaui dari hadnya akan masuk ke wilayah yang berlawanan dengannya. Karena itulah kita sadar bahwa cahaya lebih nyata bagi penglihatan, daripada objek pandangan itu sendiri. Selanjutnya, istilah terlihat atau tidak terlihat itu adalah relatif kepada kemampuan memandang. Karena itu bisa dikatakan bahwa penglihatan itu memilki dua hal yaitu : (1) cahaya , dan (2) mata yang melihat. Karena meskipun benda itu adalah cahaya, dan cahaya itu adalah apa yang nampak, namun ia tidak nampak bagi orang-orang buta. Dalam kitab Misykaatul Anwaar, Imam Ghazali menyebutkan bahwa ada dua jenis mata, yaitu mata zhahir, dan mata batin. Mata dzahir berupa deria (indra) pelihat atau mata biasa. Dan mata batin ialah ruh yang menggerakan penglihatan, pemahaman, pengertian, dan kesimpulan. Dan mata batin ini adalah akal. Imam Ghazali menyebutkan ada 7 buah keterbatasan mata zhahir, yaitu sebagai berikut : Pertama, mata itu tidak dapat melihat dirinya sendiri tetapi akal dapat melihat dirinya dan juga yang lain. Ia melihat dirinya dan tahu ketika ia diberi ilmu, kuasa dan lain-lain; dan melihat ilmunya sendiri dan melihat ilmu bagi ilmunya, dan seterusnya. Inilah

keadaan mata batin yang dinamakan akal itu. Mata biasa (lahir) tidak mempunyai sifatsifat seperti itu. Kedua, mata biasa ini tidak dapat melihat apa yang sangat dekat dan juga yang sangat jauh. Tetapi bagi akal, tidak ada bedanya antara dekat dan jauh. Dengan sekelip mata, akal dapat naik ke langit yang paling tinggi, sekelip mata juga ia menurun ke perut bumi. Jadi, jelaslah kepada kita bahawa akal itu tidak tergantung kepada tanggapan atau idea jauh dan dekat, yang mana kedua idea itu diterapkan di alam materi (kebendaan) saja, tetapi akal termasuk dalm bidang yang suci dan tinggi. Ketiga, mata kasar ini tidak dapat melihat apa yang ada di belakang dinding, tetapi akal bebas lepas terbang sampai ke langit yang maha tinggi dan ke alamnya sendiri, dan alam ghaib. Hakikat sesuatu tidak terhijab kepada akal. Keempat, mata melihat bagian luar sesuatu benda saja, tetapi tidak melihat bagian dalam benda itu. Ini berarti mata kasar ini hanya melihat bentuk-bentuk dan sifat-sifat fisik benda itu saja, bukan hakikat benda itu. Tetapi akal menembus batin benda itu dan terus ke rahasianya. Kelima, mata hanya melihat sebagian saja dari keseluruhan yang ada karena semua konsep atau tanggapan dan banyaknya perkara yang dapat diketahui oleh pancaindera adalah di luar garisan pandangannya. Ia (mata) tidak melihat bumi, bau, rasa dan tidak mempunyai kemampuan mendengar, membau, merasa, bahkan semua sifat-sifat kebatinan itu tidak terlihat olehnya. Mata tidak melihat keadaan suka, duka, sedih, sakit, seronok, cinta, kemauan, kuasa, kehendak, ilmu dan lain-lain lagi. Oleh karena itu bidang mata kasar itu sangat sempit dan tindakannya terbatas. Tidak dapat melebihi lingkungan bidang warna dan bentuk. Warna dan bentuk adalah kejadian yang paling kasar karena benda-benda yang zhohir atau tabiat fisik benda ini adalah makhluk atau kejadian yang kasar. Tetapi bidang akal ialah seluruh alam wujud, karena ia mengetahui segala kejadian yang kita sebutkan tadi dan bebas meliputi segala yang lain juga, dan dapat pula akal itu membuat keputusan yang tentu dan benar. Itulah dia rahasia batin benda-benda yang zhohir dan itulah dia bentuk-bentuk tersembunyi bagi benda-benda zhohir. Keenam, mata tidak melihat apa yang infinite (tidak terbatas atau tidak terhad). Yang dilihatnya ialah sifat-sifat fisika dan kimia benda yang diketahui dan semua itu adalah terhad dan terbatas. Tetapi akal mengetahui tanggapan-tanggapan yang bukan sesuatu yang terhad. Memang benar, berkenaan dengan ilmu yang telah dicapai, isinya yang dikemukakan kepada akal itu adalah terhad. Namun ia mempunyai kemampuan mengetahui yang tidak terhad. Ini jika hendak diterangkan sepenuhnya memang panjang, tetapi jika saudara membutuhkan contoh, maka inilah satu contoh dari ilmu matematika. Dalam ilmu ini akal memahami angka bulat atau angka penuh (bukan pecahan) dan ini tidak terhad atau tidak ada batasnya, dari mulai negatif tak hingga sampai kepada positif tak hingga. Juga, akal tahu angka-angka sebelum dua, tiga dan lain-lainnya; dan ini pun tidak ada hadnya. Akal juga tahu semua perkaitan yang berbeda-beda antara nomor-nomor itu, dan ini juga tidak terhad. Akhirnya akal mengetahui pengetahuannya sendiri tentang sesuatu perkara. Tahunya akal tentang pengetahuan itu pun tidak terbatas. Ketujuh, bagi mata, benda yang besar bisa tampak kecil. Ia melihat matahari sebesar mangkuk dan bintang sebesar mutiara yang bertaburan di atas permadani biru. Tetapi akal mengetahui bahwa matahari dan bintang itu besar, bahkan lebih besar dari bumi. Kepada mata, bulan itu nampak tidak bergerak. Tetapi bagi akal, bulan itu bergerak mengelilingi bumi. Karena itu, akal lah yang sesungguhnya lebih pantas disebut sebagai cahaya penglihatan. Mata kasar atau mata zahir itu sebenarnya gelap. Penglihatan mata kasar ini adalah semata-mata satu dari alat pengintip bagi akal. Akal memberi mata satu

tugas untuk melihat perkara yang kasar, yaitu warna, bentuk, ukuran dan sifat-sifat fisika yang lain. Ruh akal orang yang melihat adalah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari cahaya yang dilihat itu, dan begitu pula dengan objek pandang yang nampak atau tidak nampak oleh mata biasa. Bahkan ruh akal itu lebih penting, karena sekalipun penglihatan mata memiliki kecacacatan dan keterbatasan, serta karena objek pandang yang tersembunyi, atau senantiasa berubah-berubah, namun ruh akal memiliki kemampuan yang melampauianya. Ruh akal itulah cahaya, yang melebihi cahaya penglihatan mata. Ruh orang yang melihat itulah yang mengerti dan melalui ruh itulah pemahaman atau pengertian terjadi atau terjelma. (Penulis : hilman.pas@gmail.com)

You might also like