You are on page 1of 3

Comment & Questions Week 8

Appendix 3A: A Guide to Earnings Quality


Untuk materi minggu ini, ada beberapa hal yang menarik bagi saya untuk saya komentari, diantaranya adalah: 1. Premature Revenue Recognition Dengan adanya pengakuan pendapatan secara prematur (premature revenue recognition) yang dilakukan oleh perusahaan akan berdampak pada pendapatan itu sendiri dan piutang. Dengan mengakui dan mencatat pendapatan periode yang akan datang atau belum terealisasi

mengakibatkan pendapatan periode berjalan lebih besar daripada pendapatan sesungguhnya. Akibatnya, seolah-olah kinerja perusahaan lebih baik daripada kinerja sesungguhnya. 2. Allowance For Doubtful Accounts (AFDA) Adanya hubungan yang konsisten antara tingkat perubahan penjualan, piutang, dan AFDA. Jika penjualan dan piutang meningkat, tetapi akun allowance menurun atau meningkat dalam tingkat yang lebih rendah, maka analis harus waspada terhadap potensi manipulasi melalui akun allowance. AFDA adalah jenis akun cadangan dan dapat dimanipulasi dengan mengurangi atau melebih-lebihkan bad debt expense (beban piutang tak tertagih). Mengurangi beban piutang tak tertagih akan meningkatkan net income. Sedangkan, estimasi berlebihan pada akun allowance, perusahaan dapat mengatur diri mereka untuk koreksi kemudian yang pada akhirnya akan meningkatkan net income. 3. Discretionary Expenses Biaya diskresioner adalah biaya yang terjadi karena adanya perolehan kapasitas aktivitas jangka pendek. Contohnya biaya iklan, biaya perbaikan dan perawatan, dan lain-lain. Jika beberapa pengeluaran diskresioner tersebut dikurangi terutama untuk manfaat pelaporan laba tahun berjalan, dampaknya jangka panjang pada laba operasi perusahaan yang mungkin merugikan dan menurunkan kualitas mutu. Sehingga analis harus meriviu

tren pengeluaran diskresioner dan membandingkannya dengan volume kegiatan perusahaan dan tingkat penanaman modalnya. 4. Extraordinary Items Extraordinary Items merupakan transaksi dan kejadian yang tidak berulang yang berbeda secara signifikan dari kegiatan normal perusahaan. Untuk menentukan apakah suatu kejadian dikatakan luar biasa harus dikaitkan dengan kegiatan normal perusahaan atau dikaitkan dengan karakteristik perusahaan. Contohnya kerugian akibat terjadinya gempa bagi perusahaan yang terletak di negara Jepang (sering dilanda gempa) akan menjadi kejadian yang biasa saja, tetapi kerugian yang diderita oleh perusahaan di Indonesia (yang jarang terjadi gempa) dapat dikatakan sebagai kejadian yang luar biasa. Kejadian tersebut mengandung makna kriteria luar biasa yang akan berbeda antara satu perusahaan dengan perusahana lainnya sehingga perlu menetapkan suatu kriteria untuk dapat mengkategorikan suatu kejadian masuk dalam Extraordinary Items.

Questions:
1. Apakah setiap ada kejadian yang berbeda dari kegiatan normal akan langsung diklasifikasikan sebagai Extraordinary Items ? 2. Mengapa penyajian extraordinary item tidak diperkenankan lagi dicantumkan di laporan keuangan di Indonesia? 3. Penghapusan piutang merupakan suatu kerugian yang timbul karena adanya piutang yang tak tertagih kepada pelanggan. Piutang kurang terjamin pelunasannya, karena tidak dibuat dalam suatu perjanjian khusus seperti yang diatur oleh peraturan hukum. Maka dari itu, apa pertimbangan perusahaan untuk melakukan penghapusan piutang tak tertagih, padahal akun tersebut juga berpengaruh dalam Neraca?

Nama : Agnes F. S. NRP : 3103108 KP :A

You might also like