You are on page 1of 123

Pedoman Pelaksanaan Program

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mewujudkan tujuan bernegara sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila. Visi Indonesia sampai tahun 2025 adalah Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur dengan membagi kedalam 4 (empat) tahapan Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).1) Visi Indonesia Tahun 2014 adalah Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Dalam konteks ini, arahan pokok dan strategis Presiden Republik Indonesia agar melakukan langkah-langkah terobosan (breakthrough), bukan langkah-langkah biasa (business as usual). Untuk mendukung pencapaian visi Indonesia Tahun 2014 maka perlu dilakukan suatu proses perencanaan pembangunan nasional yang terarah, terfokus, seimbang, dan berkelanjutan. Proses perencanaan pembangunan nasional dilakukan dalam suatu sistem. Sistem perencanaan pembangunan nasional merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dapat dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah, yang berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional. Mengacu pada visi tersebut, tema Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014 Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif, Berkelanjutan dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat.2) Pembangunan dimaksud dijalankan berlandaskan 4 jalur strategi pembangunan yaitu 1) mendorong pertumbuhan (pro-growth), 2) memperluas kesempatan kerja (pro-job), 3) menanggulangi kemiskinan (pro-poor), dan 4) mendorong pelestarian lingkungan yang ramah (pro-environment). Ketahanan pangan merupakan salah satu program pembangunan dengan status prioritas nasional. Sasaran yang perlu dicapai pada prioritas nasional dimaksud adalah: a. Terpeliharanya dan meningkatnya pencapaian swasembada bahan pangan pokok b. Terjaminnya penyaluran subsidi pangan bagi masyarakat miskin
1) 2)

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 1|Page

Pedoman Pelaksanaan Program


c. d. e. f. g. h. Terjaganya stabilitas harga bahan pangan dalam negeri Meningkatnya kualitas pola konsumsi pangan masyarakat dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) menjadi sekitar 89,8 Terlindunginya dan meningkatnya lahan pertanian pangan Terbangunnya dan meningkatnya luas layanan infrastruktur sumber daya air dan irigasi Meningkatnya PDB sektor pertanian, perikanan dan kehutanan dengan pertumbuhan 3,2 persen Tercapainya indeks Nilai Tukar Petani (NTP) diatas 105 dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) menjadi 110.

Selain dari sasaran prioritas nasional tersebut, diperlukan prakarsa-prakarsa baru. Prakarsa-prakarsa baru yang dimaksudkan sebagai pengungkit dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat meliputi: - Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) - Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara - Penguatan Penanggulangan Kemiskinan - Peningkatan langkah-langkah dalam rakyat dalam rangka mencapai ketahanan pangan dimana surplus 10 juta ton beras per tahun. Penuangan arah dan kebijakan pembangunan pertanian terutama berkaitan dengan tanaman pangan dikonsolidasikan dalam berbagai rancangan program. Pada tahun anggaran 2012, Kementerian Pertanian memiliki 12 (dua belas) program, yang dilaksanakan oleh 12 unit eselon I, dimana setiap unit eselon I melaksanakan 1 (satu) program. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memiliki satu program yakni Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Program ini difokuskan pada penguatan aspek ketersediaan pangan bersumber dari produksi dalam negeri, baik dalam kuantitas (jumlah) maupun kualitas (mutu). Pembangunan tanaman pangan pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usaha-usaha tanaman pangan yang mampu menghasilkan produk mulai dari hulu sampai hilir. Pembangunan tanaman pangan berorientasi pada peningkatan produksi (ketersediaan) dan peningkatan pendapatan. Untuk itu, faktor peningkatan produktivitas, peningkatan kapasitas usaha, serta optimalisasi efisiensi usaha, nilai tambah dan daya saing menjadi indikator penting dalam mewujudkan kedua orientasi tersebut.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2|Page

Pedoman Pelaksanaan Program


Subsektor tanaman pangan memiliki keragaman komoditas yang cukup banyak untuk dapat ditumbuhkembangkan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang Daftar Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Hortikultura, dan Direktorat Jenderal Perkebunan, dimana Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memiliki 36 komoditi tanaman pangan sebagai tanggung jawab binaan. Namun demikian, karena faktor keterbatasan yang ada, arah dan kebijakan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan diprioritaskan pada: 1) Komoditi utama dan unggulan nasional, yaitu padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Komoditi ini merupakan komoditi utama dan unggulan bagi kebutuhan pangan pokok nasional. 2) Komoditi alternatif/unggulan daerah (lokal) seperti talas, garut, gembili, sorgum, gandum dan lain-lain. Komoditi ini sebagai substitusi maupun komplemen dari komoditas utama dan unggulan nasional. Pengembangan ketujuh komoditi tanaman pangan diimplementasikan dalam berbagai jenis kegiatan yang saling terkait dan saling mendukung. Dalam perkembangannya, sejak tahun 2011, komoditi yang menjadi skala prioritas difokuskan pada padi, jagung, dan kedelai. Saat ini, ketiga komoditi tersebut merupakan gambaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dalam melaksanakan pengembangan komoditi tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memantapkan berbagai peraturan perundangundangan dan memberikan berbagai instrumen anggaran yang diperlukan melalui APBN, seperti dana dekonsentrasi, dana tugas pembantuan, dana alokasi khusus (DAK), dana subsidi, dan berbagai jenis lainnya. Perencanaan kinerja seharusnya dilaksanakan melalui penyusunan pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis untuk memberikan gambaran proses pelaksanaan kinerja secara baik dan sistematis. Dalam hal ini, proses penetapan dan tahapan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dapat didokumentasikan dalam bentuk yang akuntabel. Oleh karena itu, pedoman pelaksanaan program perlu disusun sebagai salah satu wujud nyata dari akuntabilitas. Pedoman pelaksanaan program ini akan diperkuat oleh pedoman pelaksanaan kegiatan dan pedoman teknis. Dengan memperhatikan komitmen tersebut, disusunlah Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan TA 2012.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 3|Page

Pedoman Pelaksanaan Program

DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN (RPJP RPJM RKP)

DOKUMEN PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN KEMENTAN (RENSTRA RKT PK)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN KEMENTAN PEDOMAN PENGELOLAAN JENIS ALOKASI DANA (DANA DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN, DAK, DLL) PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN SOSIAL PEDOMAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI KEUANGAN PEDOMAN PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN KINERJA DAN KEUANGAN

DOKUMEN PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN DITJEN TP (RENSTRA RKT PK DIPA/RKA-KL/POK)

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DITJEN TANAMAN PANGAN PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN MASING-MASING ESELON II PEDOMAN TEKNIS TERUTAMA ATURAN TEKNIS PENGELOLAAN BANTUAN YANG DIALOKASIKAN KEPADA PETANI/LEMBAGA/UNIT KERJA PEMERINTAH

Gambar 1. Hubungan Perencanaan Kinerja dan Pedoman Pelaksanaan 1.2. Dasar Hukum

Penyusunan Pedoman Pelaksanaan merupakan suatu tuntutan yang wajib harus dilakukan dalam membangun akuntabilitas kinerja. Pedoman yang disusun terdiri dari tiga (3) jenis yaitu 1) pedoman pelaksanaan program, 2) pedoman pelaksanaan kegiatan, dan 3) pedoman teknis. Penyusunan pedoman tersebut mengacu pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 4|Page

Pedoman Pelaksanaan Program


Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah junto Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah (RKA-KL). Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN, sebagaimana telah diubah beberapa kali, junto Peraturan Presiden

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 5|Page

Pedoman Pelaksanaan Program


Nomor 53 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah junto Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2012. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.02/2011 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2012. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.02/2011 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) TA 2012. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 215/KMK.02/2011 Tentang Pagu Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2012. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 95/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Pelimpahan Kepada Gubernur Dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana Dekonsentrasi Provinsi Tahun 2012. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 97/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Penugasan Kepada Bupati/Walikota Dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota Tahun 2012. Tujuan

1.3.

Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan TA 2012 bertujuan untuk: a. memberikan acuan dalam melaksanakan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 6|Page

Pedoman Pelaksanaan Program


Swasembada Berkelanjutan sesuai dengan kegiatan-kegiatan skala prioritas, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta anggaran yang tersedia. meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran baik antar sektor/subsektor maupun antara pusat dan daerah. meningkatkan transparansi, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran melalui pemantapan pengendalian (monitoring) dan evaluasi serta pelaporan kinerja. Sasaran

b. c.

1.4.

Sasaran penyusunan Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan TA 2012 adalah terlaksananya kegiatan-kegiatan secara efektif, efisien dan akuntabel sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku oleh penyelenggara pemerintahan yang melaksanakan program dimaksud dan penerima manfaat langsung. Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada BerkelanjutanTA 2012 disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Menguraikan latar belakang, dasar hukum, tujuan, sasaran, istilah dan pengertian Bab II Menguraikan sasaran, kebijakan, dan strategi pembangunan tanaman pangan Bab III Menguraikan program dan kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012 Bab IV Menguraikan tata hubungan kerja dan pengorganisasian pelaksanaan program, kegiatan, dan anggaran lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012 Bab V Menguraikan pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012 Bab VI Penutup Pedoman pelaksanaan program ini dilengkapi dengan beberapa lampiran penting sebagai referensi dalam penyusunan pedoman pelaksanaan kegiatan atau pedoman teknis kegiatan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 7|Page

Pedoman Pelaksanaan Program


1.5. Istilah dan Pengertian

Beberapa istilah dan pengertian pada Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan TA 2012 sebagai berikut: 1. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan. 2. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. 3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima tahunan), yaitu RPJMN I tahun 2005-2009, RPJMN II Tahun 2010-2014, RPJMN III Tahun 2015-2019, dan RPJMN IV Tahun 2020-2024. 4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan penjabaran dari misi, visi, dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. 5. Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL) adalah dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program-program pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk kurun waktu 5 (lima) tahun. 6. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan tahunan yang memuat kerangka makro dan program-program pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk kurun waktu 1 (satu) tahun. RKP ini merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/ Lembaga, kewilayahan dalam bentuk regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RKP merupakan pedoman dalam penyusunan RAPBN, disusun berdasarkan RenjaKL (Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga) sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada Renstra-KL (Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga).
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 8|Page

Pedoman Pelaksanaan Program


7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR yang masa berlakunya dari tanggal 1 Januari sampai 31 Desember tahun berjalan. Penganggaran Terpadu adalah penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa unit organisasi dalam satu atau beberapa instansi untuk mencapai sasaran dan tujuan kebijakan serta memperoleh alokasi anggaran. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa Satuan Kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumberdaya manusia), barang, modal, termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa. Sub Kegiatan adalah bagian dari kegiatan yang menunjang usaha pencapaian sasaran dan tujuan kegiatan tersebut. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran dari rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Strategis Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atau Satuan Kerja yang disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan pembiayaan kegiatan. Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) adalah dokumen yang merupakan bagian tidak terpisah dari DIPA dan RKA-KL yang memuat kegiatan secara rinci serta harga satuannya dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan dalam kurun waktu satu tahun anggaran. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur. Indikator Kinerja diartikan sebagai ukuran kuantitatif/kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran/tujuan yang telah ditetapkan.

8.

9.

10.

11. 12.

13.

14.

15.

16.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 9|Page

Pedoman Pelaksanaan Program


Indikator kinerja merupakan sesuatu yang dapat diukur sebagai dasar untuk menilai kinerja, baik dalam tahap perencanaan (ex-ante), tahap pelaksanaan (on-going), maupun tahap setelah kegiatan selesai (ex-post). Indikator kinerja juga digunakan untuk meyakinkan apakah kinerja organisasi menunjukkan kemajuan dalam rangka menuju tujuan/sasaran yang telah ditetapkan. Tanpa indikator kinerja, maka akan sulit menilai kinerja kebijaksanaan/program/kegiatan yang pada akhirnya bermuara pada kinerja organisasi. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atas keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung percapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah. Anggaran Dekonsentrasi adalah anggaran yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk anggaran yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Pemberian anggaran dekonsentrasi tidak terlepas dari kewajibannya untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaannya kepada Menteri/Pimpinan lembaga terkait. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah Pusat kepada Daerah dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan dalam hal ini Menteri/Pimpinan Lembaga terkait. Anggaran Tugas Pembantuan adalah anggaran yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) adalah pejabat pemegang kewenangan dalam penggunaan anggaran satuan kerja yang dialokasikan dalam APBN. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran adalah Menteri/Pimpinan Lembaga atau kuasanya yang bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggung jawabkan

17. 18. 19.

20. 21.

22.

23.

24.

25.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 10 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


uang pendapatan negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga/ Pemerintah Daerah. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggung jawabkan uang untuk keperluan belanja negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga/ Pemerintah Daerah. Pinjaman Luar Negeri (PLN) adalah sumber pembiayaan negara dalam bentuk devisa, barang, dan jasa yang diterima dari badan/lembaga negara asing, pemerintah negara asing, badan/lembaga keuangan internasional, atau pasar keuangan internasional yang harus dibayar kembali dengan persyaratan yang telah disepakati, termasuk penjaminan pembayaran yang dapat menimbulkan kewajiban pembayaran dikemudian hari. Hibah Luar Negeri (HLN) adalah penerimaan negara yang diperoleh dari luar negeri baik dalam bentuk devisa atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang dapat dinilai dengan uang yang tidak perlu dibayar kembali. Kementerian Negara adalah organisasi dalam Pemerintahan RI yang dipimpin oleh Menteri untuk melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang tertentu. Unit Organisasi adalah bagian dari suatu Kementerian Negara/Lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengkoordinasian dan/atau pelaksanaan suatu program. Satuan Kerja (Satker) adalah bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian Negara/Lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program. Satuan Kerja Pada Instansi Pemerintah adalah organisasi dalam pemerintah yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu dibidangnya masing-masing atau bertugas melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari satu program. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dekonsentrasi/ tugas pemerintahan di bidang tertentu di daerah provinsi, kabupaten, atau kota. Kelompok Tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas kebutuhan bersama yang mempunyai struktur organisasi dan mempunyai basis tujuan yang bersama. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan atau pemerintah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat pelaku usaha pertanian sehingga dapat mandiri dalam mencapai tujuan yang dikehendaki sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya.

26.

27.

28.

29. 30.

31.

32.

33.

34.

35.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 11 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


36. Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) adalah lembaga yang tumbuh dan berkembang secara mandiri di masyarakat, dengan kegiatan utama meningkatkan gerakan moral melalui kegiatan pendidikan, sosial dan keagamaan, serta peningkatan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tenaga Harian Lepas (THL) adalah tenaga bantu tenaga penyuluh pertanian/pendamping revitalisasi perkebunan/pengendali organisme pengganggu tumbuhan/penanganan kesehatan hewan yang direkrut oleh Kementerian Pertanian mulai tahun 2007 untuk melaksanakan tugas dan fungsinya mendampingi kelompok tani/gapoktan dalam pengembangan usaha agribisnis, dengan ketentuan tidak menuntut untuk diangkat menjadi Pengawai Negeri Sipil (PNS). Tenaga Harian Lepas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (THL POPT) adalah tenaga bantu POPT yang direkrut oleh Kementerian Pertanian selama kurun waktu tertentu sesuai dengan ketersediaan keuangan Negara untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pembantu POPT di wilayah pengamatan yang belum memiliki jumlah POPT yang cukup, dengan ketentuan tidak mempunyai hak untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Pemberdayaan Masyarakat Pertanian adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat agribisnis sehingga secara mandiri mampu mengembangkan diri dan dalam melakukan usahanya secara berkelanjutan. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengindentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. Pemantauan dilaksanakan secara berkesinambungan dan bertujuan memberikan indikasi awal dari perkembangan atau kekurangan suatu program/kegiatan yang sedang berjalan. Evaluasi adalah suatu penilaian dalam kurun waktu tertentu yang mencoba untuk menilai relevansi secara sistematis dan obyektif, efisien, efektivitas pelaksanaan, dan dampak/keberhasilan dari program dan kegiatan yang sedang berjalanmaupun yang telah selesai. Evaluasi dapat diartikan pula merupakan rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Pemantauan dilakukan pada seluruh program/kegiatan, sedangkan evaluasi dapat dilakukan secara lebih

37.

38.

39.

40. 41.

42.

43.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 12 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


selektif. Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi merupakan alat yang diperlukan untuk pelaporan dan pengendalian. Pelaporan adalah bentuk penyampaian informasi mengenai hasil pelaksanaan program/kegiatan yang dituangkan ke dalam formulir yang telah ditentukan secara berkala dan sesuai dengan petunjuk pengisiannya. Belanja Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan oleh pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Transfer uang/barang/jasa tersebut memiliki ketentuan berikut ini: (a) dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atas lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan; (b) bersifat sementara atau berkelanjutan; (c) ditujukan untuk mendanai kegiatan rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial. Pembedayaan sosial, penanggulangan kemiskinan dan bencana; (d) untuk meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, kelangsungan hidup, dan memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian sehingga terlepas dari resiko sosial; dan (e) diberikan dalam bentuk bantuan langsung, penyediaan aksesibilitas, dan/atau penguatan kelembagaan. Belanja Modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang member manfaar lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintan. Belanja Barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini terdiri belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan. Belanja Pegawai pada dasarnya mencakup seluruh imbalan yang diberikan kepada pegawai pemerintah dan anggota DPRD, seperti gaji, tunjangan, dan kompensasi sosial. Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 13 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

BAB II SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN TA 2012


Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai Visi Tahun 2010-2014, yaitu Terwujudnya Produksi Tanaman Pangan Yang Cukup dan Berkelanjutan. Dalam mewujudkan visi tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memiliki misi sebagai berikut; 1. Mewujudkan birokrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang profesional dan berintegritas, 2. meningkatkan perluasan penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat dan berkelanjutan, 3. mengembangkan sistem penyediaan benih yang efisien, efektif, dan berkelanjutan, 4. meningkatkan penanganan pascapanen tanaman pangan, 5. meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan berkelanjutan, dan 6. mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait serta masyarakat dalam pembangunan tanaman pangan yang berkelanjutan. Sebagai implementasi visi dan misi tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menetapkan tujuan, sebagai berikut; 1. meningkatkan produktivitas melalui peningkatan luas areal penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat dan berkelanjutan untuk peningkatan produksi dalam rangka mencapai ketahanan pangan; menyelenggarakan sistem penyediaan benih tanaman pangan yang efisien dan berkelanjutan di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat, dan tersalurnya benih tanaman pangan bersubsidi; meningkatkan penanganan pascapanen tanaman pangan di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat; mengendalikan serangan OPT dan DPI di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat untuk meningkatkan kualitas hasil tanaman pangan; menyelenggarakan pelayanan teknis dan administrasi secara profesional dan berintegritas dilingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan; menciptakan metoda pengujian mutu benih dan penerapan sistem mutu laboratorium pengujian benih tanaman pangan; menyediakan informasi dan menciptakan model peramalan OPT sebagai rujukan dalam pengamanan produksi tanaman pangan.

2.

3. 4. 5. 6. 7.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 14 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


2.1. Sasaran

Sasaran utama pembangunan tanaman pangan tahun 2010-2014 merupakan turunan dari sasaran utama pembangunan pertanian yaitu: a) mewujudkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, b) mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan, c) mewujudkan peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta d) mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani. Keempat sasaran ini disebut dengan Empat Sukses Kementerian Pertanian. Pencapaian keempat sasaran (target) utama diharapkan dapat memberikan dampak kinerja yang signifikan bagi pemenuhan kebutuhan nasional dan ketahanan pangan nasional, baik kebutuhan pangan, kebutuhan pakan, kebutuhan energi maupun kebutuhan bahan baku untuk industri lainnya. Selain itu, dampak kinerja pembangunan tanaman pangan juga diharapkan dapat mengurangi jumlah kemiskinan dan meningkatkan pendapatan negara. Pencapaian Empat Sukses Kementerian Pertanian tersebut memerlukan keterpaduan pelaksanaan program baik lingkup Kementerian Pertanian maupun lintas Kementerian/Pemerintahan. Fungsi dari program pemerintah hanya berupa stimulan untuk menggerakkan kekuatan ekonomi tanaman pangan secara nasional. Dalam hal ini, pembangunan tanaman pangan dikelompokkan pada pengembangan komoditas utama dan komoditas alternatif. Namun demikian, penetapan sasaran produksi hanya dilakukan pada komoditi padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, dan ubi kayu. Sasaran produksi komoditas utama tanaman pangan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2012
Komoditas Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Luas Tanam (Ha) 14.026.771 4.874.437 1.312.000 825.000 342.600 1.381.600 207.000 Luas Panen (Ha) 13.556.865 4.655.430 1.250.000 785.700 325.500 1.315.800 196.700 Produktivitas (Ku/Ha) 53,13 51,55 15,20 14,00 11,98 190,00 117,00 Produksi (Ton) 72.026.235 24.000.000 1.900.000 1.100.000 390.000 25.000.000 2.300.000

Sumber: Renstra Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (untuk rincinya per provinsi dapat dilihat pada lampiran 3 sd 9)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 15 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


2.2. Strategi

Pencapaian sasaran pembangunan tanaman pangan akan ditempuh melalui strategi Tujuh Gema Revitalisasi Pertanian yaitu: (1) Revitalisasi Lahan; (2) Revitalisasi Perbenihan dan Perbibitan; (3) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana; (4) Revitalisasi Sumber Daya Manusia; (5) Revitalisasi Pembiayaan Petani; (6) Revitalisasi Kelembagaan Petani; serta (7) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir.

TUJUH GEMA REVITALISASI PERTANIAN


LAHAN PERBENIHAN/PERBIBITAN INFRASTRUKTUR DAN SARANA SUMBER DAYA MANUSIA PEMBIAYAAN PERTANIAN KELEMBAGAAN PERTANIAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI HILIR

EMPAT SUKSES
SWASEMBADA BERKELANJUTAN DAN SWASEMBADA

DIVERSIFIKASI PANGAN

NILAI TAMBAH, DAYA SAING, DAN EKSPOR

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

Gambar 2. Hubungan Strategi dan Empat Sukses Kementerian Pertanian Ketujuh strategi pembangunan pertanian tersebut akan mempengaruhi tingkat keberhasilan yang dapat dicapai. Namun demikian, harus disadari bahwa ketujuh strategi tersebut melibatkan institusi pemerintah lainnya dan institusi non pemerintah. Untuk mewujudkan pencapaian Empat Sukses tersebut, orientasi peningkatan produksi menjadi alat (instrumen) utama yang diprioritaskan. Untuk itu, sebagai jaminan tambahan bagi petani atau pelaku usaha pertanian, pemerintah memberikan stimulan baik berupa bantuan, subsidi ataupun insentif lainnya. Pemberian ini sebagai bagian dari meringankan biaya usaha dan sekaligus meningkatkan pendapatan. Secara harfiah, peningkatan produksi diharapkan dapat memacu peningkatan pendapatan. Berkaitan dengan peningkatan produksi, Direktorat
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 16 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Jenderal Tanaman Pangan menetapkan strategi pencapaian produksi tanaman pangan melalui empat strategi atau disebut dengan Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan yaitu: 1. Peningkatan produktivitas 2. Perluasan areal dan optimasi lahan 3. Penurunan konsumsi beras dan pengembangan diversifikasi pangan 4. Peningkatan manajemen. Catur strategi pencapaian produksi tanaman pangan ini merupakan penajaman sekaligus revisi atas catur strategi yang selama ini digunakan yaitu 1) peningkatan produktivitas, 2) perluasan areal tanam, 3) pengamanan produksi, dan 4) penguatan kelembagaan dan pembiayaan. Hal ini dilakukan sebagai proses penegasan dan respon atas perubahan lingkungan yang terjadi. Proses penajaman dan revisi terhadap strategi pencapaian produksi tanaman pangan telah mempertimbangkan aspek keberlanjutan program pembangunan tanaman pangan dan aspek keterpaduan baik disisi hulu, on-farm, maupun hilir.

Gambar 3. Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan


Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 17 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


2.3. Kebijakan

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2012 merupakan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan sekaligus merupakan rangkaian lanjutan dari RKP tahun 2011. Tema Rencana Kerja Pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu tahun 2012 adalah Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat. Tema ini merupakan landasan dalam menyusun rancangan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran pembangunan, yang tertuang dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012. Pada prinsipnya, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib menerapkan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi. Kementerian Pertanian menetapkan 23 (dua puluh tiga) arah kebijakan pembangunan pertanian tahun 2010-2014. Dari 23 arah kebijakan tersebut, 9 (sembilan) diantaranya terkait langsung dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, yaitu: (1) melanjutkan dan memantapkan kegiatan tahun sebelumnya yang terbukti sangat baik kinerja dan hasilnya, antara lain: bantuan benih/bibit unggul, subsidi pupuk, alsintan, Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT); (2) melanjutkan dan memperkuat kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat seperti Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), (3) pemantapan swasembada beras dan jagung melalui peningkatan produksi yang berkelanjutan, (4) pencapaian swasembada kedelai, (5) pembangunan sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani, (6) penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan nasional,(7) peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian hama penyakit tumbuhan secara terpadu, (8) berperan aktif dalam melahirkan kebijakan makro yang berpihak kepada petani seperti perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional, penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi, serta (9) peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel dan good governance.3)

3)

Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 18 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Secara operasional, kebijakan pembangunan tanaman pangan diprioritaskan pada 1) pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung, 3) pencapaian swasembada kedelai tahun 2014, 3) pengembangan komoditas spesifik lokasi di Kawasan Timur (Direktif Presiden), 4) penguatan pangan nasional berbasis Koridor MP3I, serta 5) pengembangan produksi di kawasan-kawasan khusus lainnya seperti kawasan perbatasan dan kawasan agropolitan. Optimalisasi keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan tanaman pangan perlu didukung oleh iklim berusahatani yang kondusif. Dalam hal ini, dukungan kebijakan yang berpengaruh terhadap iklim usaha atau pengembangan agribisnis tanaman pangan harus diperhatikan antara lain: (1) Harga Kegiatan usahatani dari suatu komoditas dapat berjalan apabila petani memperoleh insentif/keuntungan yang memadai. Karena itu, pemerintah perlu menjaga kestabilan harga dan pasar hasil tanaman pangan sepanjang tahun melalui penetapan harga pembelian oleh pemerintah, khususnya komoditas strategis seperti padi, jagung dan kedelai. Pengawasan pemerintah sangat diperlukan untuk menghindari ulah spekulasi pedagang yang dapat memainkan harga. Selain itu perlu mengupayakan tumbuh dan berkembangnya kemitraan antara petani dengan pedagang/industri olahan/pengusaha lainnya. Dalam pengendalian harga tersebut diperlukan koordinasi dengan instansi dan stakeholder terkait, baik pada tingkat propinsi dan kabupaten/kota maupun tingkat pusat. (2) Bea Masuk Dalam era globalisasi dewasa ini persaingan pasar antar komoditas tanaman pangan semakin ketat. Komoditas tanaman impor sering membanjiri pasar dalam negeri dengan harga yang lebih murah. Hal ini dapat menghancurkan pengembangan agribisnis tanaman pangan dalam negeri. Produk impor lebih murah dari produk dalam negeri, karena pemerintah negara-negara eksportir melindungi para petaninya secara baik dengan berbagai cara, sehingga mampu menghasilkan kualitas yang baik serta dengan kontinuitas pasokan yang terjamin. Oleh karena sistem atau cara perlindungan yang diberikan terhadap petani mulai dari aspek proses produksi sampai aspek pemasaran hasil dan sistem perdagangannya perlu dikembangkan lebih lanjut.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 19 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Salah satu upaya untuk menghadapi persaingan tersebut di atas, pemerintah Indonesia melindungi petaninya melalui pemberlakuan bea masuk (tarif) impor. Pemberlakuan tarif impor tersebut masih dimungkinkan dalam kerangka kebijakan World Trade Organization (WTO). Untuk mengatasi penyelundupan produk-produk tanaman pangan dilakukan koordinasi dalam pengawasan pintupintu masuk penyelundupan barang-barang dari luar negeri. (3) Karantina Tumbuhan Indonesia sangat kaya akan berbagai jenis sumber daya alam hayati berupa aneka ragam jenis tumbuhan, hewan, ikan yang perlu dijaga dan dilindungi kelestariannya dari berbagai hama, penyakit dan organisme pengganggu. Oleh karena itu untuk mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan, hama dan penyakit hewan/ikan melalui media pembawa (tumbuhan dan bagianbagiannya, hewan, asal bahan hewan, hasil bahan asal hewan, ikan dan/atau benda lainnya) dari luar negeri atau dari area lain di dalam negeri, perlu pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina. Pada era perdagangan bebas ini, karantina merupakan suatu instrumen yang penting untuk memperlancar arus perdagangan, baik ekspor maupun impor. Dengan adanya peraturan karantina yang selaras dengan aturan sanitasi dan fitosanitari (sanitary and phytosanitary/SPS regulation) diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk ekspor impor yang pada gilirannya juga dapat meningkatkan taraf hidup petani. Dengan demikian dapat dihindarkan terjadinya tuntutan terhadap produk Indonesia di luar negeri akibat buruknya mutu. Demikian juga derasnya arus masuk produk luar negeri yang tidak bermutu dapat dicegah melalui pengawasan karantina. Untuk menjaga masuknya produk-produk pertanian tanaman (termasuk benih) yang tidak memenuhi persyaratan keamanan hama dan penyakit serta lingkungan, maka perlu pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina. Penjagaan dari aspek hama dan penyakit serta lingkungan tersebut di atas meliputi keamanan jangka pendek sampai dampak dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu koordinasi dengan pihak karantina setempat perlu dilakukan dan lebih ditingkatkan. (4) Pengendalian Alih Fungsi Lahan Meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya ekonomi serta industri, berakibat terjadinya degradasi, alih fungsi, dan fragmentasi lahan pertanian
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 20 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


pangan yang mengancam daya dukung wilayah secara nasional dalam menjaga ketahanan pangan menuju kemandirian pangan nasional. Upaya pengendalian terhadap terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian/non-tanaman pangan secara efektif dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) dan Peraturan Pemerintah pendukungnya. Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 menyatakan bahwa Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diselenggarakan dengan tujuan: a) melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan; b) menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan; c) mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan; d) melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani; e) meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat; f) meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani; g) meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak; h) mempertahankan keseimbangan ekologis; dan i) mewujudkan revitalisasi pertanian. Sanksi bagi orang, perseorangan, pejabat pemerintah yang melakukan alih fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 2-5 tahun dan denda berkisar antara satu milyar rupiah sampai tujuh milyar rupiah.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 21 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

BAB III PROGRAM DAN KEGIATAN LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TA 2012

Pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memerlukan penjelasan beberapa hal penting sebagai simpul kritis pengendalian dalam mendorong pencapaian kinerja secara optimal. Penjelasan program dan kegiatan harus dapat menjelaskan nilai strategis dari komponen-komponen yang direncanakan. Beberapa aspek yang perlu diperjelas adalah 1) indikator kinerja hasil (outcome) dan keluaran (output), 2) komponen prioritas pemberdayaan, 3) lokasi anggaran (Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota) dan jenis dana (dana dekonsentrasi dan/atau dana tugas pembantuan), 4) jenis belanja, 5) pola pengelolaan bansos, 6) mekanisme pengadaan barang/jasa, 7) pengukuran indikator kinerja outcome maupun output, serta 8) penilaian resiko atas keberhasilan program/kegiatan.

BUTIR-BUTIR PENJELASAN PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN

INDIKATOR KINERJA OUTCOME DAN OUTPUT KOMPONEN PRIORITAS PEMBERDAYAAN LOKASI ANGGARAN DAN JENIS DANA JENIS BELANJA POLA PENGELOLAAN BANSOS MEKANISME PENGADAAN BARANG/JASA PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA PENILAIAN RESIKO ATAS KEBERHASILAN PROGRAM/KEGIATAN

Gambar 4. Butir-Butir Penjelasan Pedoman Pelaksanaan Program/Kegiatan


Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 22 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


3.1 Program

Dalam mewujudkan sasaran pembangunan tanaman pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menetapkan program tahun 2012 yaitu Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Indikator keberhasilan kinerja Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan adalah perluasan penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat yang didukung oleh sistem penanganan pascapanen dan penyediaan benih serta pengamanan produksi yang efisien untuk mewujudkan produksi tanaman pangan yang cukup dan berkelanjutan. Untuk mewujudkan pencapaian kinerja program tersebut, maka perlu didukung pencapaian kinerja kegiatan dari masing-masing unit eselon II yaitu: 1. Direktorat Budidaya Serealia: Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia. 2. Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi: Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 3. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan: Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan. 4. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan: Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan. 5. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan: Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI). 6. Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan: Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 7. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH): Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih. 8. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT): Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 23 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Tabel 2. Kode 018.03.06 1761 1762 1763 1764 1765 1766 1767 1768 Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012 Program dan Kegiatan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen Tanaman Pangan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan

Untuk mewujudkan kinerja program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2012, komponen prioritas yang terus ditumbuhkembangkan adalah: 1) mengoptimalkan bantuan kepada petani, penangkar benih, pelaku usaha pascapanen, dan lembaga yang mengakar di masyarakat, 2) memperkuat brigade produksi (brigade proteksi) dan petugas di lapangan, 3) memperkuat fungsi unit pelaksana teknis daerah (BBI, BPSBTPH, dan BPTPH), 4) memperkuat cadangan bantuan saprodi dalam mengatasi dampak bencana yang timbul.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 24 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Tabel 3. Komponen Prioritas Pemberdayaan dan Penguatan Program/Kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012 Komponen Prioritas Pemberdayaan/Penguatan SLPTT hanya dengan bantuan benih dan LL SLPTT Model Spesifik Lokasi SLPTT Model Peningkatan IP Optimalisasi Pengembangan Areal Tanam (Jagung) Fasilitasi Kemitraan Pengembangan Pangan Alternatif SLPTT Kedelai Pengembangan Kedelai Model Pengembangan Kacang Tanah Pengembangan Ubi Kayu Pengembangan Ubi Jalar Pemberian BLBU Penguatan UPTD BPSBTPH Insentif Petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT) Penguatan Balai Benih Pemberdayaan Penangkar Penguatan UPB Bantuan Sarana Pasca Panen Survei Susut Hasil Padi Penguatan P3OPT Gerakan Pengendalian OPT/bantuan pestisida Sekolah Lapangan Pengamatan Hama Terpadu (SLPHT) Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Pemberdayaan PPAH Penguatan Lab Pengamatan Hama Terpadu (LPHP) Pemberdayaan THL POPT-PHP Pengembangan Peramalan Serangan OPT Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih

No. 1.

Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia -

2.

Pengelolaan Produksi Tanaman Akabi

3.

Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan

4. 5.

Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan Penguatan Perlindungan TP Dari Gangguan OPT & DPI

6. 7.

Pengembangan Peramalan Serangan OPT Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih Dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih Dukungan Manajemen & Teknis Lainnya pada Ditjen Tanaman Pangan

Pemberian Modal Usaha Kepada LM3 Penyediaan Cadangan Saprodi Dalam Mengatasi Bencana Alam Pemberian Insentif Mantritani

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 25 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Salah satu instrumen utama yang menjadi model (benchmark) pemberdayaan sebagai gambaran pokok atas keberhasilan program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah Sekolah Lapangan meliputi Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan Sekolah Lapangan Iklim (SLI). Ketiga sekolah lapangan ini akan didukung oleh berbagai kegiatan pendukung lain. Sekolah lapangan ini difokuskan pada komoditas padi, jagung dan kedelai. Untuk komoditas lain dilakukan melalui pola pengembangan dengan luasan tertentu (dem area). Untuk mendukung pencapaian sasaran produksi komoditas tanaman pangan, sasaran luas tanam SLPTT atau lokasi pengembangan (dem area) yang dibiayai melalui APBN TA 2012 terlihat pada tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Melalui SLPTT dan Lokasi Pengembangan Melalui APBN TA 2012 Luas Tanam (Ha) 2.700.000 300.000 500.000 200.000 350.000 150.000 20.000 6.560 10.350 Luas Panen (Ha) 2.565..000 285.000 475.000 190.000 332.500 142.500 19.000 6.230 9.830 Produktivitas (Ku/Ha) 64,00 77,00 37,50 65,00 16,00 17,51 13,00 250,00 130,00 Produksi (Ton) 16.416.000 2.195.000 1.781.250 1.235.000 542.690 268.010 25.260 164.680 139.880

Komoditas

Padi Non Hibrida Padi Hibrida Padi Lahan Kering Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

Alokasi anggaran untuk mendukung pencapaian program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012 terdiri dari: 1) Dana pusat sebesar Rp. 1.104.899.536.000,-. Alokasi dana pusat dikelola unit kerja Pusat yaitu 8 unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (anggaran BPMPT tergabung dalam anggaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan). 2) Dana dekonsentrasi sebesar Rp. 512.347.000.000,Alokasi dana dekonsentrasi dikelola oleh unit kerja Dinas Provinsi yang menangani tanaman pangan dan UPTD Provinsi (BBI, BPSBTPH, dan BPTPH). 3) Dana tugas pembantuan sebesar Rp. 1.498.245.455,- Alokasi dana tugas pembantuan dikelola oleh unit kerja Dinas Kabupaten/Kota yang menangani tanaman pangan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 26 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Tabel 5. Lokasi Anggaran dan Jenis Dana Per Provinsi Untuk Mendukung Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA. 2012
ALOKASI ANGGARAN PER UNIT KERJA (Rp. 000) UNIT KERJA PROVINSI (DANA DEKONSENTRASI) NO. LOKASI DINAS A. 1. 2. 3. 4. B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. PUSAT DITJEN TP-PUSAT BBPPMBTPH BBPOPT BPMPT PROVINSI & KAB/KOTA ACEH SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG DKI JABAR JATENG DI YOGYAKARTA JATIM KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTRA BALI NTB NTT MALUKU PAPUA MALUT BANTEN BABEL GORONTALO KEPRI PAPUA BARAT SULBAR TOTAL 267.093.500 18.498.700 9.056.500 8.297.500 7.448.900 6.155.100 13.114.100 4.805.100 11.633.700 432.600 16.465.100 18.478.900 9.670.900 14.901.100 12.156.400 6.061.900 9.934.500 6.327.000 5.138.100 6.609.200 16.447.800 4.926.800 5.178.300 11.303.400 15.142.500 1.759.400 2.221.600 1.676.600 10.582.800 1.019.700 4.516.000 803.600 1.957.500 4.372.200 31.846.500 550.000 2.400.000 600.000 250.000 1.895.000 700.000 385.000 600.000 4.250.000 3.800.000 698.500 3.600.000 500.000 500.000 1.750.000 250.000 400.000 400.000 2.450.000 300.000 750.000 2.300.000 500.000 350.000 339.000 230.000 250.000 100.000 350.000 299.000 100.000 61.400.000 2.131.000 2.320.000 2.176.000 1.330.000 1.804.000 2.428.000 1.492.000 1.840.000 474.000 4.030.000 4.030.000 1.916.000 4.610.000 1.907.000 1.567.000 2.067.000 1.395.000 2.067.000 1.591.000 3.465.000 1.410.000 2.007.000 2.546.000 1.713.000 1.404.000 1.304.000 1.278.000 1.558.000 600.000 1.398.000 721.000 821.000 152.007.000 6.480.000 8.473.000 5.642.000 2.814.500 3.184.000 4.926.500 2.494.500 5.487.500 910.500 12.242.000 12.562.000 2.738.500 14.039.000 4.055.000 3.246.000 5.090.000 3.113.500 3.581.500 4.678.500 8.314.000 3.847.000 3.114.000 4.439.000 4.187.500 3.218.000 3.152.000 2.566.000 3.797.500 1.544.000 2.825.000 2.644.000 2.600.500 512.347.000 27.659.700 22.249.500 16.715.500 11.843.400 13.038.100 21.168.600 9.176.600 19.561.200 1.817.100 36.987.100 38.870.900 15.023.900 37.150.100 18.618.400 11.374.900 18.841.500 11.085.500 11.186.600 13.278.700 30.676.800 10.483.800 11.049.300 20.588.400 21.543.000 6.731.400 7.016.600 5.750.600 16.188.300 3.263.700 9.089.000 803.600 5.621.500 7.893.700 1.498.245.455 54.799.820 47.125.100 28.260.830 16.208.160 21.549.320 46.017.140 14.626.310 46.801.420 163.405.020 207.618.725 34.412.580 348.478.060 28.642.020 15.709.740 34.604.350 12.377.210 21.365.800 21.414.480 92.201.500 18.114.880 13.238.800 47.403.820 28.990.940 5.449.000 7.969.260 4.250.750 76.582.810 1.587.200 14.731.300 8.161.630 16.147.480 BBI BPSBTPH BPTPH SUB TOTAL (DANA TUGAS PEMBANTUAN) TOTAL UNIT KERJA KAB/KOTA

1.104.899.536 1.084.746.536 7.300.000 9.353.000 3.500.000 2.010.592.455 82.459.520 69.374.600 44.976.330 28.051.560 34.587.420 67.185.740 23.802.910 66.362.620 1.817.100 200.392.120 246.489.625 49.436.480 385.628.160 47.260.420 27.084.640 53.445.850 23.462.710 32.552.400 34.693.180 122.878.300 28.598.680 24.288.100 67.992.220 50.533.940 12.180.400 14.985.860 10.001.350 92.771.110 4.850.900 23.820.300 803.600 13.783.130 24.041.180 3.115.491.991

Dalam meningkatkan pelaksanaan program dan kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012, alokasi anggaran untuk belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja bantuan sosial. Bila dilakukan perbandingan masing-masing jenis belanja terhadap total anggaran maka proporsi terbesar dialokasikan untuk belanja bantuan sosial sebesar 78,21%, kemudian diikuti
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 27 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


belanja barang 18,88%, belanja pegawai 1,73% dan belanja modal 1,18%. Pengalokasian anggaran tersebut dapat di lihat pada tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Anggaran Menurut Jenis Belanja Per Program/Kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012
Kode Program dan Kegiatan Belanja Pegawai Jenis Belanja (Rp. 000) Belanja Belanja Barang Modal Belanja Bantuan Sosial Total (Rp. 000)

018.03.06

Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen Tanaman Pangan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan

53.800.919

588.187.829

36.668.775

2.436.834.468

3.115.491.991

1761

20.441.510

889.000

154.418.520

175.749.030

1762

96.516.150

430.500

847.342.350

944.289.000

1763

151.534.052

9.016.950

1.292.699.998

1.453.251.000

1764

178.235.085

6.002.315

1.962.600

186.200.000

1765

22.894.000

231.000

67.411.000

90.536.000

1766

46.507.092

109.871.219

19.435.650

73.000.000

248.813.961

1767

3.164.532

3.628.568

506.900

7.300.000

1768

4.129.285 53.800.919 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5.067.246 588.062.869 0 0 124.960 0 0 0 0 0 0

156.460 36.496.735 0 0 172.040 0 0 0 0 0 0

0 2.436.834.468 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9.353.000 3.115.194.991 0 0 297.000 0 0 0 0 0 0

Rupiah Murni Pinjaman Luar Negeri Rupiah Murni Pendamping PNBP Pinjaman Dalam Negeri Badan Layanan Umum Stimulus Hibah Dalam Negeri Hibah Luar Negeri Hibah Langsung Dalam Negeri

Sumber : RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA 2012

Dari keempat jenis belanja diatas, belanja yang merupakan fasilitasi langsung kepada masyarakat adalah belanja bantuan sosial. Berkaitan dengan belanja bantuan sosial dapat dijelaskan bahwa penetapan alokasi anggaran untuk
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 28 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


belanja bantuan sosial dikategorikan karena alasan pemberdayaan sosial dan penanganan bencana. Memperhatikan pengelolaan belanja bantuan sosial, maka penempatan alokasi DIPA disesuaikan dengan karakteristik jenis bantuan sosial yang diberikan. Pola pelaksanaan bantuan sosial dimaksud dilakukan melalui transfer uang dan/atau transfer barang. Hal ini sangat tergantung dengan ketepatan dan keefektifan dalam penyaluran dan pelaksanaan kegiatan. Hal ini dapat dilihat secara rinci pada tabel 7. Mekanisme pengadaan barang/jasa melalui transfer barang seperti yang terlihat pada tabel 6 mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana salah satu peraturan perundang-undangan yang mengatur pengadaan barang/jasa pemerintah dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 termasuk perubahannya.4) Sedangkan pengadaan barang/jasa melalui transfer uang akan diatur secara rinci melalui pedoman teknis masing-masing. Namun demikian, persyaratan administrasi pengadaan barang/jasa melalui transfer uang adalah membuat kontrak berdasarkan Rencana Usaha Kegiatan (RUK) antara penerima dan unit kerja pengelola langsung. Apabila ada hal-hal yang berubah dari RUK awal maka dapat dilakukan penyesuaian kontrak dengan melampirkan Berita Acara dan memperoleh persetujuan unit kerja pengelola (satker yang menangani bantuan tersebut). Untuk memastikan keberhasilan program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, pengukuran kinerja dilakukan dengan mengukur indikator outcome dan indikator output. Secara umum, pengukuran indikator kinerja output dilakukan dengan membandingkan capaian fisik dan keuangan terhadap sasaran dan alokasi anggaran yang ditetapkan. Pemantauan hasil keseluruhan atas indikator output dan outcome dilakukan melalui pengumpulan informasi dari dinas kabupaten/kota. Namun demikian, evaluasi pengukuran indikator kinerja outcome yang dititikberatkan pada keberhasilan peningkatan produktivitas SLPTT. Metodologi pengukuran kinerja SLPTT dilakukan melalui ubinan (metodologi yang lebih akurat), sebagai berikut:
1. Ubinan SLPTT Padi 2. Ubinan SLPTT Jagung Hibrida 3. Ubinan SLPTT Kedelai 14.136 unit 1.919 unit 3.500 unit 371 Kab/Kota 242 Kab/Kota 175 Kab/Kota

4)

Pengaturan pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dilakukan dengan pola lain sepanjang diterbitkan aturan yang setara dengan peraturan yang mengatur pengadaan barang/jasa yang berlaku. Dalam administrasi, hal ini disebut dengan lex specialist.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 29 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Tabel 7. Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012
Lokasi DIPA No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Jenis Output SLPTT Padi SLPTT Jagung Optimalisasi Pengembangan Areal Jagung Hibrida SLPTT Kedelai Pengembangan Kedelai Model Pengembangan Ubi Jalar/Kacang Tanah BLBU PJK Wilayah Jawa Kayu/Ubi V V V V V* V V V V V V V
Pusat Provinsi Kab/Kota Pemberdayaan Sosial

Komponen Belanja Bantuan Sosial


Perlindungan Sosial Penanggulangan Bencana Penanganan Kemiskinan

Pola Pelaksanaan
Transfer Uang Transfer Barang

V V

V V V V V V V V V V V V

V V V V V V V* V V V V V V

BLBU PJK Wilayah Luar Jawa Pemberdayaan Penangkar PJK Bantuan Pasca Panen Sarana Pengendali OPT (BPTPH) Bantuan Bencana Alam Bantuan Modal untuk LM3

Keterangan: * : sedang dalam proses penegasan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 30 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


3.2. Penilaian Risiko atas Keberhasilan Program

Secara umum, penilaian risiko merupakan proses identifikasi dan sekaligus proses antisipasi atas faktor-faktor yang dapat menganggu keberhasilan pencapaian program. Penilaian risiko atas keberhasilan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan meliputi a) penilaian risiko pada saat perencanaan, b) penilaian risiko pada saat pelaksanaan rencana, serta c) penilaian risiko pada saat pengendalian, evaluasi, dan pelaporan. Secara umum, penilaian risiko yang perlu diperhatikan adalah: 1) penetapan model stimulan pembangunan, 2) ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang dimiliki, 3) ketepatan penyelesaian dokumen kinerja (program dan anggaran), 4) ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan, 5) ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelolaan kesatkeran, 6) ketepatan pembentukan tim pembina, pengawalan, monitoring dan evaluasi, 7) ketepatan penyelesaian kegiatan sesuai dengan jadwal kerja yang sudah ditetapkan, 8) kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan. Penilaian risiko ini bersifat umum dan hanya berupa simpul-simpul utama. Titik risiko ini akan dirinci pada masing-masing pengelola kegiatan sesuai dengan karakteristik yang dimiliki.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 31 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Tabel 8. No. I Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012 Aspek Penyusunan Rencana II. Pelaksanaan Rencana Titik Risiko Penetapan model stimulan pembangunan Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang dimiliki Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran

III.

Pengendalian, Evaluasi dan Pelaporan Rencana

Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan Ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola kesatkeran Ketepatan pembentukan tim pembina, pengawalan, monitoring dan evaluasi Ketepatan penyelesaian kegiatan sesuai dengan jadwal kerja yang sudah ditetapkan Kekonsistenan dalam pengendalian Kekonsistenan dalam mengevaluasi Kekonsistenan dalamn melaporkan

3.3.

Kegiatan

Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terdiri dari delapan (8) jenis kegiatan, dimana 1 unit kerja Eselon II memiliki 1 kegiatan. Pada tahun anggaran 2012, kinerja Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan didukung anggaran melalui APBN dengan fokus-fokus tertentu sebagai berikut: 3.3.1. Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia

Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia merupakan kegiatan Direktorat Budidaya Serealia. Indikator output kinerja kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia adalah tercapainya luas areal penerapan budidaya serealia yang tepat dan berkelanjutan. Operasional peningkatan produksi dan produktivitas di lapangan dilakukan melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) khususnya untuk padi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 32 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


(non hibrida, hibrida dan lahan kering), dan jagung (hibrida). Penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan instrumen perangsang (stimulus) bagi daerah sekitarnya. Jenis SLPTT yang dikembangkan adalah 1) SLPTT Reguler dimana bantuan yang diberikan hanya berupa benih, kecuali 1 Ha Laboratorium Lapangan diberikan bantuan full paket, 2) SLPTT Spesifik Lokasi dimana bantuan yang diberikan berupa bantuan full paket (benih, pupuk, dan alsintan), 3) SLPTT Indeks Pertanaman dimana bantuan yang diberikan berupa bantuan full paket (benih, pupuk, dan alsintan). Kriteria penerima SLPTT ini difokuskan kepada petani/kelompoktani yang memiliki produktivitas yang lebih rendah dari produktivitas kabupaten. Penerapan pola ini diharapkan terbina kawasan-kawasan andalan, yang berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus sebagai tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok, serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya. Dalam setiap 25 ha areal SLPTT padi non hibrida, 25 ha areal SLPTT padi non hibrida spesifik lokasi, 25 ha areal SLPTT padi non hibrida peningkatan IP, 10 ha areal SLPTT padi hibrida, 10 ha areal SLPTT padi hibrida spesifik lokasi, 25 ha areal SLPTT padi lahan kering, dan 15 ha areal SLPTT jagung hibrida. Masing-masing ditempatkan 1 unit laboratorium lapangan (LL) dengan luasan 1 Ha. Rincian bantuan biaya LL-SLPTT dan biaya yang diperlukan untuk SLPTT Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi Peningkatan Produktivitas dan Peningkatan IP seperti tabel di bawah ini. Luasan/1 Unit SLPTT (Ha) 25 10 25 15

No. 1.

SLPTT Padi Sawah Non Hibrida Sawah Hibrida Lahan Kering Jagung

2.

Untuk mendukung pelaksanaan SLPTT padi dan jagung, maka disusun standar biaya untuk masing-masing SLPTT. Standar biaya pada SLPTT yang sifatnya reguler sebesar Rp. 3.700.000,-/Ha, SLPTT model padi non hibrida diberikan sebesar Rp. 64.850.000,-/Ha, dan SLPTT padi hibrida sebesar Rp. 44.600.000,-/Ha. Biaya untuk SLPTT ini belum termasuk bantuan benih.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 33 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Tabel 9. Rincian Biaya (Unit Cost) SLPTT Padi dan SLPTT Jagung TA. 2012 SL-PTT A. SLPTT Reguler - Jenis komoditas: Padi Non Hibrida, Padi Hibrida, Padi Lahan Kering, Jagung Hibrida. - Terdapat 1 LL dalam 1 unit SLPTT (1 LL = 1 Ha) yang diberikan bantuan full paket (benih dan pupuk) - Sisa lahan dalam 1 LL hanya diberikan bantuan benih B. SLPTT Model Padi Non Hibrida - Model terdiri dari SLPTT Spesifik Lokasi dan SLPTT Peningkatan IP - Bantuan SLPTT Model meliputi benih, pupuk dan fasilitasi gerakan tanam serempak - 1 unit SLPTT Model sama dengan 25 Ha C. SLPTT Model Padi Hibrida - Model Spesifik Lokasi - Bantuan SLPTT Model meliputi benih, pupuk dan fasilitasi gerakan tanam serempak - 1 unit SLPTT Model sama dengan 10 Ha Jenis Fasilitas Urea NPK Pupuk Organik Biaya pertemuan Insentif pengawalan oleh pendamping - Papan nama Satuan/Ha 100 kg 300 kg 1.000 kg 10 kali 10 kali 1 buah Harga Satuan (Rp) 1.600 2.300 500 170.000 50.000 150.000 Jumlah (Rp/unit SL) 3.700.000 160.000 690.000 500.000 1.700.000 500.000 150.000

64.850.000 Urea NPK Pupuk Organik Fasilitasi Gerakan Tanam Serempak Biaya operasional gerakan tanam serempak Biaya pertemuan Insentif pengawalan oleh pendamping Papan nama 100 kg 300 kg 1.000 kg 1 unit 1 paket 1.600 2.300 500 25.000.000 3.750.000 160.000 690.000 500.000 25.000.000 3.750.000

10 kali 10 kali 1 buah

170.000 50.000 150.000

1.700.000 500.000 150.000 44.600.000 160.000 690.000 500.000 25.000.000 3.750.000

Urea NPK Pupuk Organik Fasilitasi Gerakan Tanam Serempak Biaya operasional gerakan tanam serempak Biaya pertemuan Insentif pengawalan oleh pendamping Papan nama

100 kg 300 kg 1.000 kg 1 unit 1 paket

1.600 2.300 500 25.000.000 3.750.000

10 kali 10 kali 1 buah

170.000 50.000 150.000

1.700.000 500.000 150.000

Penggunaan dana tersebut selain untuk pengadaan saprodi, biaya pertemuan kelompok tani, insentif bagi pendamping dan pembuatan papan nama juga untuk pengadaan alsintan (sesuai kebutuhan kelompok tani) dan biaya operator.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 34 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

Sasaran tanam yang akan dicapai dari kegiatan SL-PTT TA 2012 adalah: padi non hibrida seluas 2.651.700 ha, padi non hibrida spesifik lokasi seluas 33.550 ha, padi non hibrida peningkatan IP seluas 14.750 ha, padi hibrida seluas 290.700 ha, padi hibrida spesifik lokasi 9.300 ha, lahan kering seluas 500.000 ha, dan jagung hibrida seluas 200.000 ha. Selain itu, pada kegiatan pengelolaan produksi tanaman serealia dilaksanakan juga fasilitasi kemitraan pangan alternatif dan upaya pembinaan, pengawalan, monitoring dan evaluasi serealia. Tabel berikut ini menggambarkan alokasi kegiatan pengelolaan produksi tanaman serealia. Tabel 10. No. 1. Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia TA 2012 Kegiatan SLPTT a. Padi Non Hibrida b. Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi c. Padi Non Hibrida Peningkatan IP d. Padi Hibrida e. Padi Hibrida Spesifik Lokasi f. Padi Lahan Kering g. Jagung Hibrida Fasilitasi Kemitraan 2. Pangan Alternatif 3. Pembinaan, Pengawalan, Monitoring, dan Evaluasi Serealia 2.651.700 Ha 33.550 Ha 14.750 Ha 290.700 Ha 9.300 Ha 500.000 Ha 200.000 Ha 10 Paket 403 Satker 31 Provinsi; 26 Provinsi; 17 Provinsi; 22 Provinsi; 13 Provinsi; 30 Provinsi; 25 Provinsi; 10 Provinsi Pusat, 31 Provinsi; 362Kab/Kota 60 Kab/Kota 30 Kab/Kota 199 Kab/Kota 148 Kab/Kota 260Kab/Kota 242 Kab/Kota Sasaran Lokasi

371 Kab/Kota

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012 Dalam upaya pengelolaan produksi tanaman serealia titik risiko kegiatan adalah: (1) penetapan dan penerapan komponen teknologi SL-PTT, seperti pengolahan tanah, pemilihan benih, pengaturan tanam, pengairan, pemupukan, pengendalian OPT hingga panen; (2) ketepatan alokasi anggaran; (3) ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 35 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


anggaran, (4) ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL); (5) ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola kesatkeran; (6) ketepatan pembentukan tim pembina, pengawalan, monitoring dan evaluasi; (7) ketepatan jadwal waktu proses penentuan penerima bantuan, penyediaan dan penyaluran bantuan, serta (8) kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan kegiatan. Kesalahan dalam penetapan dan penerapan komponen teknologi akan berdampak pada: (a) menurunnya kuantitas dan kualitas produksi tanaman serealia; (b) tidak efisiennya biaya usahatani yang digunakan; (c) mengganggu lingkungan tumbuhnya pertanaman dan lingkungan kehidupan secara keseluruhan. Faktor-faktor tersebut perlu mendapat perhatian dan apabila tidak berjalan sesuai yang diharapkan maka akan berdampak pada pelaksanaan kegiatan pengelolaan produksi tanaman serealia yang pada akhirnya berujung pada tidak tercapainya output yang diharapkan. Tabel 11. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealian Tahun 2012 No. 1. 2. Uraian SLPTT Padi SLPTT Jagung Titik Risiko Ketepatan dalam menetapkan CPCL Ketepatan pemanfaatan anggaran Ketepatan pengolahan tanah Ketepatan dalam pemilihan teknologi Ketepatan pemberian sosial Faktor alam (tingkat intensitas cuaca) Ketepatan dalam mengevaluasi dan melaporkan

3.3.2.

Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi merupakan kegiatan Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi. Indikator output kinerja kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi adalah tercapainya luas areal penerapan budidaya tanaman aneka kacang dan umbi yang tepat dan berkelanjutan. Dalam mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas kedelai, maka dilakukan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) serta pengembangan kedelai model.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 36 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Dalam 10 ha areal SLPTT kedelai ditempatkan 1 unit laboratorium lapangan (LL) dengan luasan 1 Ha. Sedangkan pada pengembangan kedelai model dengan luasan 1 Ha. Laboratorium Lapangan memperoleh bantuan Benih dan Pupuk (NPK, Urea dan Organik) serta melakukan pertemuan petani pelaksana SL. Selain itu pada areal SL-PTT dialokasikan anggaran untuk ubinan setiap luasan 100 ha mendapat 1 (satu) unit sampling ubinan. Sementara itu areal SL Non Laboratorium Lapangan hanya mendapat bantuan benih VUB. Untuk menjamin keberhasilan penerapan di lapangan perlu dilakukan pengawalan dan pendampingan secara intensif oleh Penyuluh Pertanian, Peneliti, POPT, PBT dan Mantri Tani. Tabel 12. Rincian Biaya (Unit Cost) SLPTT dan Pengembangan Kedelai No. A. B. Uraian SLPTT Kedelai Urea 100 Kg NPK 100 Kg Kapur Pertanian 500 Kg Pupuk Hayati 1 Paket Pupuk Organik 500 Kg Pestisida/Herbisida 2 Ltr Papan nama 1 Paket Pendampingan Penyuluh 1 Paket Pertemuan Kelompok Tani 1 Klp Pengembangan Kedelai Urea 100 Kg NPK 100 Kg Kapur Pertanian 500 Kg Pupuk Hayati 1 Paket (RYZOBIUM) Pupuk Organik 1.000 Kg Pestisida 2 Ltr Herbisida 5 Ltr Pendampingan Penyuluh 1 Paket Benih 40 Kg 1.600 2.300 1.000 250.000 500 250.000 150.000 500.000 1.390.000 1.600 2.300 1.000 250.000 500 250.000 80.000 200.000 13.500 Volume Harga/Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 3.930.000 160.000 230.000 500.000 250.000 250.000 500.000 150.000 500.000 1.390.000 3.280.000 160.000 230.000 500.000 250.000 500.000 500.000 400.000 200.000 540.000

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 37 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Sasaran tanam yang akan dicapai dari kegiatan SL-PTT kedelai TA 2012 seluas 350.000 Ha, pengembangan kedelai model seluas 2.094 Ha, pengembangan kacang tanah seluas 100 ha, pengembangan ubi kayu seluas 300 ha, dan pengembangan ubi jalar seluas 850 ha. Untuk memastikan kinerja kegiatan SL-PTT Kedelai maka akan dilakukan uji ubinan secara baik dan tepat seluas 3.500 Ha. Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Aneka Kacang dan Umbi sebagaimana tabel berikut. Tabel 13. Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi TA 2012 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kegiatan SL-PTT Kedelai Pengembangan Kedelai (Model) Pengembangan Kacang Tanah Pengembangan Ubi Kayu Pengembangan Ubi Jalar Koordinasi Non Kedelai Pembinaan, Pengawalan, Monitoring, dan Evaluasi Ubinan SL-PTT Kedelai Sasaran 350.000 Ha 2.094 Ha 100 Ha 300 Ha 850 Ha 54 Paket 209 Satker 3.500 Ha Lokasi 28 Provinsi; 175 Kab/Kota 11 Provinsi; 29 Kab/Kota 1 Provinsi; 2 Kab/Kota 1 Provinsi; 4 Kab/Kota 2 Provinsi; 9 Kab/Kota 24 Provinsi Pusat, 28 Provinsi; 28 Provinsi; 180 Kab/Kota 175 Kab/Kota

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012 Dalam upaya pengelolaan produksi tanaman aneka kacang dan umbi titik risiko kegiatan adalah: (1) ketepatan terhadap penetapan dan penerapan komponen teknologi SL-PTT, seperti pengolahan tanah, pemilihan benih, pengaturan tanam, pengairan, pemupukan, pengendalian OPT hingga panen; (2) ketepatan pengalokasian anggaran dengan realiasi tanam; (3) ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran, (4) ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL); (5) ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola kesatkeran; (6) ketepatan pembentukan tim pembina, pengawalan, monitoring dan evaluasi; (7) ketepatan jadwal waktu proses penentuan penerima bantuan, penyediaan dan penyaluran bantuan, serta (8) kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan kegiatan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 38 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Tabel 14.
No. I

Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi TA 2012
Uraian SL-PTT Kedelai Titik Risiko Ketepatan penyelesaian dokumen pelaksanaan, pedoman teknis, dan petunjuk teknis Ketepatan penetapan calon penerima calon lokasi (CPCL) Ketepatan Surat Keputusan Dirjen Tanaman Pangan Ketepatan waktu ketersediaan benih Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta Gangguan OPT dan DPI Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara padi jagung) Ketersediaan akses informasi Ketersediaan pasar / kemitraan Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan, pedoman teknis, dan petunjuk teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan Ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola kesatkeran Ketersediaan benih tepat waktu Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta Gangguan OPT dan DPI Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara padi jagung) Ketersediaan akses informasi dan modal Ketersediaan pasar / kemitraan Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan, pedoman teknis, dan petunjuk teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan Ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola kesatkeran Ketersediaan benih tepat waktu Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta Gangguan OPT dan DPI Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara padi jagung) Ketersediaan akses informasi dan modal Ketersediaan pasar / kemitraan Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan, pedoman teknis, dan petunjuk teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan Ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola kesatkeran Ketersediaan benih tepat waktu Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta Gangguan OPT dan DPI Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara padi jagung) Ketersediaan akses informasi dan modal Ketersediaan pasar

II.

Pengembangan Kedelai

III

Pengembangan Kacang Tanah

IV

Pengembangan Ubi Kayu dan Ubi Jalar

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 39 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


3.3.3. Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan

Kegiatan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan merupakan kegiatan Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan. Indikator output kinerja Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan adalah (1) lembaga perbenihan tanaman pangan yang dibina di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat, (2) tersalurkannya bantuan langsung benih unggul (BLBU) untuk kawasan SL-PTT dan non SL-PTT, (3) tersedia dan tersalurkannya Cadangan Benih Nasional (CBN) untuk penanganan bencana alam dan pengembangan komoditas, serta (4) pengawalan dan monitoring BLBU. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan yaitu melalui penggunaan benih varietas unggul bermutu bagi petani, mempermudah akses petani terhadap benih varietas unggul bermutu, serta penggunaan sarana produksi yang dilakukan melalui kegiatan: operasional operasional UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPSBTPH); operasional Balai Benih Induk (BBI); pemberdayaan penangkar; pembangunan dan optimalisasi UPB; pembinaan, pengawalan, dan monitoring evaluasi pembangunan penangkaran benih;pemberian Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU); pembinaan, pengawalan, monitoring evaluasi BLBU, subsidi, dan Cadangan Benih Nasional (CBN); serta pemberian insentif petugas pengawas benih tanaman (PBT). Pada TA 2012, bantuan langsung benih unggul dialokasikan pada DIPA Kementerian Pertanian dengan rincian sebagai berikut: bantuan benih padi non hibrida, padi lahan kering, padi hibrida, jagung hibrida, dan kedelai diperuntukkan bagi kegiatan SLPTT dan non SLPTT. Selain itu, dialokasikan untuk mendukung pengembangan kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar (Direktif Presiden). Sasaran pengembangan perbenihan tahun 2012 adalah tercapainya penggunaan benih bermutu varietas unggul dan bersertifikat sebagai berikut: a. Padi 67,00 persen, b. Jagung 72,31 persen, c. Kedelai 67,90 persen, Selain itu, pengembangan perbenihan diharapkan dapat memperbaiki sistem produksi benih aneka kacang dan umbi (kacang tanah, kacang hijau, ubikayu, dan ubijalar). Penguatan kelembagaan perbenihan baik tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten dimaksudkan untuk memperlancar penyediaan benih varietas unggul bermutu komoditas tanaman pangan. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain berupa: (1) pelaksanaan penyaluran BLBU padi, jagung, dan kedelai sebanyak 101,50 ribu ton benih
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 40 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


untuk luas tanam 4,05 juta Ha; (2) pelaksanaan operasional di 32 Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTDBPSBTPH) di provinsi;(3) pelaksanaan operasional 31 Balai Besar Induk (BBI) di provinsi;(4) pelaksanaan pemberdayaan penangkar padi seluas 10.000 Ha, penangkar jagung seluas 700 ha, dan penangkar kedelai seluas 2.500 ha; (5) pelaksanaan pembangunan 4 (empat) UPB dan optimalisasi 8 (delapan) UPB di provinsi; (6) pelaksanaan deregulasi perbenihan; (7) pembinaan, monitoring evaluasi pembangunan penangkaran benih di 27 provinsi dan 230 kabupaten/kota; (8) pembinaan, pengawalan, monitoring evaluasi BLBU, subsidi, dan CBN di 32 provinsi dan 373 kabupaten/kota; serta (9) dibayarnya insentif 817 orang Petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT) di 31 provinsi. Hal ini merupakan keluaran dari kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan. Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) diberikan dalam rangka mendukung peningkatan produksi dan produktivitas terutama di lokasi SL-PTT, meringankan beban petani serta meningkatkan kesadaran penggunaan benih varietas unggul bermutu, sehingga dapat meningkatkan produksi melalui peningkatan produktivitas. Rencana alokasi BLBU tahun anggaran 2012 difokuskan pada lokasi-lokasi yang melaksanakan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Komoditas yang difasilitasi adalah padi, jagung, dan kedelai. Pengalokasian pengelolaan sistem penyediaan benih tanaman pangan TA 2012 dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Selain bantuan langsung benih unggul, pemerintah terus mengupayakan pemberian subsidi harga benih dan cadangan benih nasional. Subsidi harga benih dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga benih di pasar bebas, meringankan beban petani serta meningkatkan ketersediaan benih dan penggunaan benih varietas unggul bermutu bagi kelompok tani/petani. Cadangan Benih Nasional (CBN) dimaksudkan sebagai upaya pemulihan dari pertanaman kelompok tani/petani yang terkena bencana alam (banjir, kekeringan, dsb) serta eksplosi serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 41 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Tabel 15. No. 1. Alokasi Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan TA. 2012 Kegiatan BLBU 2. 3. 4. 5. 6. Padi Non Hibrida Padi Hibrida Padi Lahan Kering Jagung Hibrida Kedelai 67.500 ton 2.700.000 ha 4.500 ton 300.000 ha 12.500 ton 500.000 ha 3.000 ton 200.000 ha 14.000 ton 350.000 ha 32 Balai 817 Orang 32 Balai 31 Balai 200 Unit 10.000 Ha 14 Unit 700 Ha 100 Unit 2.500 Ha 4 Unit 8 Unit 1 Paket 257 Paket 257 Paket Sasaran Lokasi Pusat

Operasional UPTD BPSBTPH Insentif Petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT) Sarana BPSBTPH Operasional Balai Benih Pemberdayaan Penangkar: - Padi - Jagung - Kedelai

32 Provinsi 31 Provinsi 32 Provinsi 31 Provinsi 23 Provinsi; 165 Kab/Kota 5 Provinsi; 14 Kab/Kota 13 Provinsi; 100 Kab/Kota 4 Provinsi 8 Provinsi Pusat 27 Provinsi; 230Kab/Kota Pusat; 32 Provinsi; 373 Kab/Kota

7. 8. 9. 10. 11.

Pembangunan UPB Operasional UPB Deregulasi Perbenihan Pembinaan, Monev Pembangunan Penangkaran Benih Pembinaan, Pengawalan, Monev BLBU, Subsidi, CBN

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012

Secara umum semua kegiatan memiliki risiko jika tidak dilaksanakan sesuai aturan dan petunjuk yang ditetapkan. Resiko kegagalan pencapaian keluaran (output) dan hasil (outcome) terjadi jika pelaksanaan tidak dilaksanakan tepat waktu, jumlah atau kualitas yang tidak sesuai speck. Oleh karena itu, agar kegiatan yang dihasilkan dapat berdaya guna dan berhasil guna serta tidak menimbulkan kerugian negara maka sangat diharapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rambu-rambu yang sudah ditetapkan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 42 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Jika dievaluasi faktor risiko seluruh kegiatan perbenihan, maka yang paling tinggi faktor risikonya adalah BLBU dan pemberdayaan penangkar. Bantuan Langsung Benih Unggul dan Pemberdayaan Penangkar berkaitan dengan waktu/musim tanam. BLBU juga sangat berkaitan dengan kualitas benih yang disalurkan.
Tabel 16. No.
I

Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan TA 2012 Uraian Titik Risiko
BLBU mendukung SL-PTT padi, jagung dan kedelai Ketepatan penyelesaian administrasi kegiatan Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang dimiliki Koordinasi yang baik antara Pusat dan daerah Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran Ketersediaan benih Ketepatan penyelesaian administrasi kegiatan Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang dimiliki Ketepatan penyelesaian kegiatan sesuai dengan jadwal kerja yang sudah ditetapkan Kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan kegiatan Ketepatan pembayaran insentif Ketepatan waktu perbanyakan benih Ketepatan penyelesaian administrasi kegiatan Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang dimiliki Koordinasi yang baik antara Pusat dan daerah Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran Ketersediaan benih Ketepatan waktu dalam pembinaan, pendampingan dan pengawalan Ketepatan speck Ketepatan waktu pelaksanaan kerja pembangunan UPB Ketepatan speck Ketepatan waktu pelaksanaan kerja pembangunan UPB

II.

Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan

III. IV. V.

Insentif Pengawas Benih Tanaman Pangan Perbanyakan Benih Sumber Pemberdayaan Penangkar

VI. VII.

Pembinaan, pendampingan, pengawalan Pembangunan Unit Prosesing Benih (UPB) Optimalisasi Balai Benih Palawija

VIII.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 43 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


3.3.4. Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan merupakan kegiatan Direktorat Budidaya Pascapanen. Indikator kinerja kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan adalah (1) jumlah kelompok tani yang menerapkan teknologi pascapanen tanaman pangan sesuai GHP (Good Handling Prossesing) dan standar mutu, dan (2) jumlah kelompok tani yang mendapatkan bantuan sarana pasca panen tanaman pangan. Untuk mendukung pencapaian output diperlukan berbagai proses yang saling terkait. Alokasi kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan TA 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 17. No. 1. 2. 3. 4. Alokasi Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan TA 2012 Sasaran 236 Satker 220 Satker 13 Satker 13 Satker 11 Satker 11 Satker 20 Satker 4 Satker 9 satker 1 Satker Lokasi Pusat; 31 Provinsi; 204 Kab/kota Pusat; 16 Provinsi; 204 Kab/Kota Pusat; 12 Provinsi 183 Kab/kota 11 kab/Kota 11 Kab/Kota 20 Kab/Kota 4 Kab/Kota 9 Kab/kota Pusat

5.

Uraian Bimbingan teknis penanganan pascapanen tanaman pangan Apresiasi penanganan pascapanen tanaman pangan Survei susut hasil padi Bantuan sosial: - Padi - Vertical Dryer - Jagung - Kedelai - Ubi kayu - Ubi jalar Dukungan manajemen lainnya

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012

Dalam upaya penanganan pascapanen tanaman pangan titik risiko kegiatan adalah: (1) ketepatan terhadap pelaksanaan bimbingan teknis penanganan pascapanen tanaman pangan; (2) ketepatan waktu pelaksanaan apresiasi penanganan pascapanen tanaman pangan; (3) ketepatan waktu dan pelaksanaan survei susut hasil padi, (4) ketepatan sasaran pemberian bantuan sosial sarana pascapanen; (5) ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis; (6) ketepatan jadwal waktu proses penentuan penerima bantuan, penyediaan dan penyaluran bantuan, serta (7) kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan kegiatan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 44 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Tabel 18. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan TA 2012

No. 1.

Uraian
Bimbingan teknis penanganan pascapanen tanaman pangan Apresiasi penanganan pascapanen tanaman pangan Survei susut hasil padi Bantuan social penanganan pascapanen tanaman pangan Dukungan manajemen lainnya

2.

3. 4. 5.

Titik Risiko Ketepatan terhadap pelaksanaan bimbingan teknis penanganan pascapanen tanaman pangan Ketepatan waktu pelaksanaan apresiasi penanganan pascapanen tanaman pangan Ketepatan waktu dan pelaksanaan survei susut hasil padi Ketepatan sasaran pemberian bantuan sosial sarana pascapanen Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis Ketepatan jadwal waktu proses penentuan penerima bantuan, penyediaan dan penyaluran bantuan Kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan kegiatan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 45 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


3.3.5. Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI)

Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI dikelola oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Indikator kinerja kegiatan penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI adalah (1) jumlah maksimal luas areal tanaman pangan yang ditoleransi terserang OPT, (2) jumlah maksimal luas areal tanaman pangan yang ditoleransi terkena DPI, dan (3) 95 % luas areal tanaman pangan yang menerapkan budidaya tanaman yang tepat aman dari gangguan OPT dan DPI.
Tabel 19. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Alokasi Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI TA 2012 Komponen Kegiatan SLPHT kelompok SLPHT tindak lanjut SLI Pengamatan, Peramalan, Pengendalian OPT/DPI (P3OPT/DPI) Inovasi & diseminasi teknologi pengendalian OPT/adaptasi DPI Surveilans OPT Pemberdayaan PPAH Revitalisasi Brigade Proteksi Tanaman (BPT): - Renovasi/Bangun gudang pestisida - Sarana pengendalian OPT - Operasional BPT - Pelatihan regu pengendali hama (RPH) Honorarium dan BOP THL TB POPT-PHP BOP POPT-PHP (PNS & Honorer) Koordinasi, bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi Pengujian pestisida, pupuk, dan residu pestisida Sasaran 1.635 Unit 315 Unit 130 Unit 32 Unit 95 Unit 2 Paket 620 Kel. 57 unit 2 paket 86 unit 221 kelas 1.168 Orang 2.908 Orang 1 Paket 1 Paket Lokasi BPTPH/ LPHP BPTPH/ LPHP BPTPH/ LPHP BPTPH LPHP BPTPH/ LPHP LPHP BPTPH/ LPHP BPTPH BPTPH BPTPH/ LPHP BPTPH/ LPHP BPTPH/ LPHP Ditlin/ Pusat BPMPT/ Pusat

9. 10. 11. 12.

Sumber; RK-KL Ditjen. Tanaman Pangan TA. 2012

Kegiatan ini dimaksudkan untuk pencegahan dan penanggulangan hama penyakit tanaman yang disebabkan oleh OPT dan DPI dengan hasil (outcome) yang diharapkan adalah: (1) menguatnya sistem pengamatan dan pengendalian dini, (2) meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, (3) menguatnya peran dan fungsi kelembagaan perlindungan, (4) menguatnya penerapan teknologi pengendalian OPT dan adaptasi DPI, (5) meningkatnya gerakan pengendalian OPT dan adaptasi DPI, (6)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 46 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


tersedianya sarana pengendalian OPT, dan (7) menguatnya database perlindungan tanaman pangan dan SIM OPT. Alokasi kegiatan penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI TA 2012 dapat dilihat pada tabel di atas. Dalam pelaksanaan kegiatan penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI TA 2012, terdapat permasalahan baik langsung maupun tidak langsung yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dan sasaran, sehingga berimplikasi terhadap kinerja yang diharapkan. Jenis risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dapat di lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 20. Penilaian Risiko Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Ganggguan OPT dan DPI TA 2012

No. 1. 2.

Uraian Perencanaan kegiatan Bantuan sarana pengendalian OPT -

Titik Risiko Ketersediaan SDM Koordinasi unit kerja Ketepatan waktu Identifikasi CPCL Pelaksanaan pendampingan penggunaan bantuan Pengaruh faktor iklim dan OPT Dukungan sarana pengolah data Sumberdaya manusia Pemberdayaan alumni Pemasyarakatan teknologi PHT Keseimbangan ekosistem Ketepatan dukungan administrasi dan teknis Keterlambatan unit kerja lainnya dalam memberikan bahan (data dan informasi) Tingkat kesadaran petugas atau unit kerja.

3. 4.

Database perlindungan tanaman pangan SLPHT & SLI

5.

Evaluasi dan pelaporan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 47 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


3.3.6. Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih

Kegiatan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih dikelola oleh Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH). Indikator kinerja dari kegiatan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih adalah: (1) jumlah metode pengujian mutu benih yang dikembangkan, divalidasi dan disyahkan, (2) jumlah laboratorium yang menerapkan sistem mutu, (3) jumlah laboratorium peserta uji profisiensi. Sasaran dan keluaran kegiatan ini adalah: (1) terlaksananya 1 paket operasional Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH) Cimanggis; dan (2) meningkatnya kinerja petugas dan pegawai di BBPPMBTPH Cimanggis dengan pelaksanaan pembayaran gaji dan operasional kantor di pusat selama satu tahun. 3.3.7. Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan

Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan OPT dikelola oleh Balai Besar Peramalan OPT. Indikator kinerja kegiatan pengembangan peramalan serangan OPT adalah (1) jumlah informasi peramalan serangan OPT dan DPI, (2) jumlah teknologi pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT, dan (3) jumlah provinsi yang menerapkan teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT. Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan OPT dimaksudkan untuk: (1) operasional Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT); dan (2) peningkatan kinerja petugas dan pegawai di BBPOPT. Keluaran kegiatan ini adalah terlaksananya 1 paket operasional BBPOPT dan pembayaran gaji dan operasional kantor selama satu tahun. 3.3.8. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dikelola oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Indikator kinerja dari kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah 1) jumlah dokumen perencanaan, keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman pangan untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan; 2)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 48 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


penyaluran bantuan modal untuk LM3, dan 3) jumlah cadangan saprodi untuk mengatasi dampak bencana alam. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Keluaran kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 21. Alokasi Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012
Sasaran 3.161 Orang 408 Satuan Kerja 408 Satuan Kerja 408 Satuan Kerja 1 Satuan Kerja 408 Satuan Kerja Lokasi Pusat; 33 Provinsi Pusat; 33 Provinsi; 374 Kab/Kota Pusat; 33 Provinsi; 374 Kab/Kota Pusat; 33 Provinsi; 374 Kab/Kota Pusat Pusat; 33 Provinsi; 374 Kab/Kota Pusat Pusat Pusat

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Kegiatan Insentif Mantri Tani Honor Pengelola Satuan Kerja dan Adminitasi Perencanaan Program, Kegiatan dan Anggaran Pengelolaan SAI (termasuk honor SAP/SIMAK BMN) Pengelolaan Bidang Umum Evaluasi, Monitoring Evaluasi, Statistik (termasuk honor petugas SIMONEV) Dukungan Manajemen Lainnya LM3, Bencana Alam, dan Kekeringan Gaji dan Operasional Kantor

7. 8. 9.

1 Satuan Kerja 1 Satuan Kerja 1 Satuan Kerja

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012 Dalam pelaksanaan Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012 ditemukan berbagai hambatan dan permasalahan yang tentu saja berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dan akan berimplikasi terhadap kinerja yang diharapkan. Penilaian risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 49 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Tabel 22. Penilaian Risiko Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

No. 1. LM3

Uraian

Titik Risiko

- Kelayakan Proposal - Kelengkapan administrasi pencairan dana


bantuan LM3

- Pengaruh intervensi pihak luar - Pengawalan penggunaan dana penerima


bantuan LM3 2. Bantuan Bencana Alam dan Kekeringan 3. Dokumen Manajemen dan Teknis Lainnya

- Faktor alam - Identifikasi Calon Lokasi - Proses tender - Ketepatan dukungan administrasi dan teknis - Keterlambatan unit kerja lainnya dalam
memberikan bahan (data dan informasi)

- Tingkat kesadaran petugas atau unit kerja.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 50 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


BAB IV TATA HUBUNGAN KERJA DAN PENGORGANISASIAN PROGRAM LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TA 2012

4.1.

Tata Hubungan Kerja

Dalam mendukung pelaksanaan sistem anggaran berbasis kinerja, perlu dipahami bahwa tata hubungan kerja dalam pelaksanaan pembangunan tanaman pangan baik di pusat maupun daerah perlu ditingkatkan. Hal ini mengingat tugas dan tanggung jawab pimpinan instansi sebagai penanggung jawab operasional kegiatan cukup kompleks, sehingga membutuhkan kerja keras serta selektif terhadap kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan. Untuk mendukung pemantapan pelaksanaan kegiatan tersebut perlu adanya koordinasi dan peningkatan jaringan kerja melalui hubungan hierarki, koordinasi dan teknis fungsional, dengan penjelasan sebagai berikut: Hubungan Hierarki Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai hubungan hierarki dengan propinsi dan kabupaten/kota sebagai pelaksana kegiatan pembangunan pertanian di daerah sesuai dengan azas tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Untuk itu, pemanfaatan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan oleh satuan kerja yang menerima pelimpahan atau penugasan dikelola, dipertanggung jawabkan dan dilaporkan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Hubungan hierarki tersebut terwujud dalam sistem perencanaan, pengendalian dan pelaporan. Hubungan Koordinasi Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan yang berdasarkan sistem anggaran berbasis kinerja dibutuhkan sinergi perencanaan program dengan pembiayaan. Sebagai wujud pelaksanaan kegiatan tersebut, dilakukan melalui hubungan koordinasi antara Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan UPT pusat dengan dinas provinsi dan kabupaten/kota yang menangani tanaman pangan dan UPTD (BBI, BPSBTPH dan BPTPH). Koordinasi dilakukan terutama untuk mempertemukan tujuan dan sasaran pembangunan nasional dengan tujuan dan sasaran pembangunan masing-masing daerah, sehingga didapat kesepakatan tentang tujuan dan sasaran pembangunan yang ingin dicapai bersama, khususnya pembangunan yang dibiayai dari APBN. Dengan koordinasi ini, diharapkan masing-masing daerah juga dapat berkontribusi melalui APBD yang dimiliki.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 51 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

Koordinasi juga diperlukan antara UPT Pusat dengan UPT Daerah, terutama untuk keseragaman peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat, dan juga dalam aspek penyelesaian masalah (arbitrase) bila terjadi suatu perselisihan, khususnya perselisihan antar daerah. Hubungan Teknis Fungsional Hubungan teknis fungsional dalam pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan yang berazaskan dekonsentrasi/tugas pembantuan bertujuan untuk dapat memenuhi standar teknis di bidang tanaman pangan. Dengan demikian produk/jasa yang dihasilkan dibidang tanaman pangan dapat diproduksi secara efektif, efisien, dan berdaya saing. Wujud dari hubungan teknis fungsional tersebut, dilaksanakan melalui pembinaan teknis kegiatan di lapangan seperti teknis penyiapan sarana produksi, teknis perbenihan/perbibitan, teknis perlindungan tanaman, teknis usahatani, panen dan pasca panen, dan teknis pelatihan bagi aparat pertanian dan pelaku usahatani.

4.2.

Pengorganisasian

Pelaksanaan program dilakukan dengan mengacu pada kaidah-kaidah administrasi pemerintahan. Dalam melaksananakan pembangunan tanaman pangan, Direktur Jenderal Tanaman Pangan membantu Menteri Pertanian/Pengguna Anggaran dalam melaksanakan tugas operasionalnya dibidang tanaman pangan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran/Barang di tingkat pusat. Untuk pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran di daerah, Menteri Pertanian selaku Pengguna Anggaran mengalokasikan sebagian APBN untuk pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, sedangkan tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Anggaran dekonsentrasi merupakan bagian dari APBN yang pengelolaan dan tanggung jawab penggunaannya oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah melalui pelimpahan wewenang oleh pemerintah. Besarnya jumlah anggaran ditentukan melalui proses perencanaan dan pembahasan antara pemerintah dan DPR. Sedangkan anggaran tugas pembantuan adalah anggaran yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 52 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dilakukan oleh satuan kerja. Satuan kerja yang pimpinannya ditetapkan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dikelompokkan sebagai berikut : a) Satuan Kerja Pusat adalah satuan kerja yang kewenangan dan tanggung jawabnya melakukan kegiatan pengelolaan anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah satuan kerja di provinsi yang melaksanakan tugas dekonsentrasi dan satuan kerja di provinsi/kabupaten/kota yang melaksanakan tugas pembantuan.

b)

Penanggung jawab program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan untuk masing-masing unit kerja dan jenis anggarannya adalah sebagai berikut : a. Tingkat Pusat 1) Menteri Pertanian sebagai Penanggung Jawab Program Pembangunan Pertanian. Menteri Pertanian menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Presiden sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2) Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku pembina program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan serta sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dalam pengelolaan anggaran dan penanggung jawab program. 3) Direktur Jenderal Tanaman Pangan bertindak sebagai koordinator pengembangan komoditas tanaman pangan dan tugas-tugas pokok serta tugas-tugas pelayanan lainnya yang terkait dengan unit kerjanya. 4) Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku pembina program, kegiatan dan anggaran, dalam operasional kegiatan dibantu oleh dua orang Bendahara (Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan), Pejabat Penguji dan Penerbit SPM, pejabat eselon II dan III (khusus UPT BPMPTPH) sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). 5) Untuk UPT Pusat BBPOPT dan BBPPMBTPH, Kepala Balai Besar selaku Kepala Satuan Kerja dan KPA. Dalam menjalankan tugasnya Kepala Balai Besar dibantu oleh dua orang Bendahara (Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan), KTU/Kabag Umum sebagai Pejabat Penguji dan Penerbit SPM, dan Kabid/Pejabat eselon III sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). b. Tingkat Provinsi 1) Gubernur sebagai penanggung jawab program, kegiatan dan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk pembangunan pertanian di daerahnya. Gubernur menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Menteri Pertanian.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 53 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Gubernur menetapkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang akan melaksanakan dan mengelola DIPA dekonsentrasi dan tugas pembantuan. 2) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditetapkan sekaligus sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), serta bertanggung jawab terhadap seluruh keberhasilan aktivitas program, kegiatan dan anggaran pada satuan kerja yang dipimpinnya. 3) Untuk kelancaran operasional program, kegiatan dan anggaran (tertib administrasi dan keuangan) sehari-hari, masing-masing KPA dibantu dua orang bendahara (Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan), Pejabat Pembuat Komitmen serta Pejabat Penguji dan Penerbit SPM. Penugasan dalam jabatan tersebut dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4) Kepala Satker selaku KPA menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Gubernur untuk anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan provinsi. c. Tingkat Kabupaten/Kota 1) Bupati/Walikota sebagai penanggungjawab program, kegiatan dan anggaran tugas pembantuan untuk pembangunan pertanian di daerahnya. Bupati/Walikota menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Menteri Pertanian. Bupati/Walikota menetapkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang akan melaksanakan dan mengelola DIPA tugas pembantuan. 2) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditetapkan sekaligus sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), serta bertanggungjawab terhadap seluruh keberhasilan program, kegiatan dan anggaran pada satuan kerja yang dipimpinnya. 3) Untuk kelancaran operasional program, kegiatan dan anggaran (tertib administrasi dan keuangan) sehari-hari, masing-masing Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dibantu oleh dua orang Bendahara (Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan), Pejabat Pembuat Komitmen serta Pejabat Penguji dan Penerbit SPM. Penugasan dalam jabatan tersebut dilakukan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. 4) Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota untuk anggaran tugas pembantuan kabupaten/kota dengan tembusan kepada Dinas tingkat provinsi yang membidangi tanaman pangan dan Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Pada TA 2012, kegiatan pembangunan subsektor tanaman pangan dikelola oleh 442 satuan kerja, dengan rincian sebagai berikut; 1) 3 saker di Pusat, 2) 65 satker di provinsi, dan 3) 374 satker di kabupaten/kota.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 54 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Tabel 23. Jumlah Satuan Kerja Pelaksana Program dan Kegiatan Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

No. I. 1. 2. 3. II. 1. 2. III.

Lokasi Pusat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH) Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Provinsi Dinas Pertanian di Provinsi Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Kabupaten/Kota

Jumlah Satker DIPA (unit) 3 1 1 1 65 33 32

1. Dinas Pertanian di Kabupaten/Kota TOTAL Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012

374 442

Daftar selengkapnya satuan kerja yang melaksanakan pembangunan tanaman pangan lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dengan pembiayaan APBN terdapat pada tabel dibawah ini.
Tabel 24. Jumlah dan Alokasi Anggaran Per Unit Kerja dan Satuan Kerja (Satker) DIPA TA 2012

No. I. 1 2 3 4 II. 1

Unit Kerja Pusat Ditjen Tanaman Pangan BPMPT BBPPMBTPH BBPOPT Provinsi Dinas Provinsi - Dinas Provinsi - BBI *) - BPSBTPH *)

Jumlah Satker DIPA (unit) 3 1 1 1 65 33 32 374 374 442

Alokasi Anggaran (Rp. 000,-) 1.104.899.536 1.084.746.536 3.500.000 7.300.000 9.353.000 512.347.000 267.093.500 31.846.500 61.400.000 152.007.000 1.498.245.455 1.498.245.455 3.115.491.991

2 BPTPH III. Kabupaten/Kota 1 Dinas Kabupaten/Kota TOTAL

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 55 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Ket.: *) BBI dan BPSBTPH digabung dengan Satker Dinas Provinsi (Dekonsentrasi)

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012 Struktur anggaran TA 2012 mengikuti struktur kegiatan pada masing-masing satuan kerja di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai berikut: 1. Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memayungi kegiatan-kegiatan yang dikelola oleh unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH) di Cimanggis DKI Jakarta, Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) di Jatisari. Beberapa kegiatan yang dikelola diantaranya adalah: 1) Peningkatan kualitas pelayanan publik; 2) Koordinasi, pembinaan, pengawalan dan monitoring evaluasi (SLPTT budidaya tanaman serealia; SLPTT budidaya tanaman aneka kacang dan umbi; perbenihan; pascapanen; dan perlindungan tanaman pangan); 3) Penyaluran Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi, jagung, dan kedelai; 4) Penyusunan deregulasi perbenihan; 5) Pembinaan,pengawalan, monitoring dan evaluasi BLBU, subsidi dan CBN; 6) Penyaluran insentif Mantri Tani; 7) Penyaluran Honor Pengelola Satker dan Adminsitrasi; 8) Perencanaan program, kegiatan dan anggaran; 9) Pengelolaan SAI (termasuk honor SAP/SIMAK BMN), bidang umum, dan dukungan manajemen lainnya; 10) Evaluasi, monitoring, statistik dan pemberian honor petugas Simonev; 11) Koordinasi penyaluran dana bantuan Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), penanganan bencana alam, dan kekeringan; 12) Pengelolaan gaji, honorarium, tunjangan, penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran. 13) Pelaksanaan dukungan manajemen dari kegiatan teknis. 2. Satuan Kerja Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Pangan pada Dinas yang membidangi tanaman pangan di tingkat Provinsi Satuan kerja pembinaan dan pengembangan tanaman pangan provinsi memayungi kegiatan-kegiatan, diantaranya: 1) Melaksanakan kegiatan SL-PTT padi (non hibrida spesifik lokasi, non hibrida peningkatan IP, dan hibrida spesifik lokasi); 2) Fasilitasi kemitraan pangan alternatif;

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 56 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20) Pembinaan, pengawalan dan monitoring evaluasi (serealia, aneka kacang dan umbi, penangkaran benih, BLBU, subsidi dan CBN); Penyaluran operasional dan sarana UPTD BPSBTPH, Balai Benih, P3OPT (BPTPH), Brigade Proteksi/Gerakan Pengendalian OPT; Pemberian insentif petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT); Pembangunan dan optimalisasi UPB; Pemberian bantuan sarana pascapanen padi; Pelaksanaan survei susut padi; Pembinaan, bimbingan teknologi, apresiasi dan monitoring evaluasi pascapanen; Penyaluran sarana pengendalian OPT; Renovasi gudang Brigade; Pelatihan alumni SLPHT untuk penguatan RPH; Surveilans OPT dan monitoring evaluasi Sekolah Lapangan; Operasional POPT PHP, Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (LPHP), Dinas Pertanian Provinsi, THL POPT-PHP ; SLHT dan SLI; Pemberdayaan PPAH; Pemberian insentif Mantri Tani; honor pengelola Satker dan Administrasi; Perencanaan program, kegiatan dan anggaran; Pengelolaan SAI (termasuk honor SAP/SIMAK BMN); dan Evaluasi, monitoring evaluasi, statistik, dan pelaporan (termasuk honor petugas Simonev).

3.

Satuan Kerja Balai Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih TPH Satuan Kerja ini memayungi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan perbenihan sesuai fungsi BPSBTPH di seluruh provinsi. Kegiatan pokoknya adalah pelaksanaan pengawasan mutu dan sertifikasi benih, penguatan kelembagaan perbenihan melalui aspek pengawasan mutu benih tanaman pangan.

4.

Satuan Kerja Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Satuan Kerja ini memayungi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengamanan produksi sesuai fungsi BPTPH di seluruh provinsi. Kegiatan pokoknya adalah pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) melalui pengamatan, peramalan OPT dan dampak perubahan iklim, pengelolaan data OPT.

5.

Satuan Kerja Pembinaan Pengembangan Tanaman Pangan pada Dinas yang membidangi tanaman pangan tingkat Kabupaten/Kota Satuan kerja ini kegiatan-kegiatan pokoknya antara lain:

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 57 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


1) 2) Pelaksanaan kegiatan SLPTT padi non hibrida, padi hibrida, padi lahan kering, jagung hibrida, kedelai; Pembinaan, pengawalan, monitoring evaluasi, dan pelaporan(serealia, aneka kacang dan umbi, penangkaran benih, BLBU, subsidi, CBN, pascapanen); Pengembangan kedelai (model), kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar; Ubinan SL-PTT kedelai; Pemberdayaan Penangkar Benih padi, jagung, dan kedelai; Pemberian bantuan sarana pascapanen padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar; Operasional Brigade Proteksi/Gerakan Pengendalian OPT; Honor pengelola Satker dan administrasi; Perencanaan program, kegiatan dan anggaran; Pengelolaan SAI (termasuk honor SAP/SIMAK BMN); Evaluasi, monitoring, statistik (termasuk honor petugas Simonev); dan Dukungan manajemen dan teknisnya.

3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12)

Penjelasan secara rinci tentang masing-masing kegiatan yang dilaksanakan di Provinsi (Dinas yang membidangi tanaman pangan, BBI, BPSBTPH dan BPTPH) maupun di Kabupaten/Kota (Dinas yang membidangi tanaman pangan) disajikan pada buku Pedoman Pelaksanaan yang dikeluarkan oleh masing-masing unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 4.3. Pengelolaan Anggaran

Struktur Anggaran Kegiatan pembangunan tanaman pangan di daerah di stimulasi oleh APBN yang dibagi ke dalam dua pola, pola dekonsentrasi dan pola tugas pembantuan. Dalam pelaksanaannya, kedua pola penganggaran tersebut tetap didasarkan kepada sistem penganggaran kinerja dengan ciri-ciri pokok kinerja antara lain: a) klasifikasi rincian belanja negara menurut organisasi, fungsi, lokasi dan jenis belanja, yang sebelumnya menurut sektor dan jenis belanja, b) perhatian lebih ditekankan pada pengukuran hasil kinerja, bukan pengawasan, c) setiap kegiatan harus dilihat dari sistem efisiensi dan memaksimumkan keluaran (output), dan d) menghasilkan informasi biaya dan hasil kerja yang dapat digunakan untuk penyusunan target evaluasi pelaksanaan kinerja. Anggaran berbasis kinerja memiliki komponen : 1) Rencana Kerja (program, kegiatan, dan pengeluaran), 2) Anggaran, dan 3) Indikator Kinerja (keluaran/output dan hasil/ outcome). Struktur anggaran berdasarkan kegiatan dari kedua pola anggaran di atas adalah sebagai berikut: pembiayaan dengan anggaran dekonsentrasi digunakan untuk memfasilitasi kegiatan yang bersifat non fisik dan dilaksanakan oleh dinas yang

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 58 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


membidangi tanaman pangan tingkat provinsi, BPSBTPH dan BPTPH, sebagai pihak yang diberi tugas oleh Gubernur yang mendapat pelimpahan tugas dari pemerintah pusat. Pengelolaan anggaran harus menggunakan prinsip-prinsip ekonomis, efisien dan efektif serta mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rincian tugas dan wewenang aparat pengelola anggaran diuraikan sebagai berikut: a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) 1) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan DIPA yang telah disahkan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. 2) Menunjuk/memberi kewenangan kepada pejabat untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja/pejabat pembuat komitmen. 3) Melakukan pengawasan kepada pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja/Pejabat Pembuat Komitmen dan Pemegang Uang Muka Kerja (PUMK). 4) Mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan. 5) Menguji, membebankan pada mata anggaran yang telah disediakan dan memerintahkan pembayaran tagihan-tagihan atas beban APBN. 6) Menandatangani cek dan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP). 7) Membuat laporan keuangan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 8) Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan pengadaan barang/jasa seperti pengangkatan pejabat/panitia pengadaan dan pemeriksaan barang/jasa, keputusan penetapan penyediaan barang jasa, kontrak/perjanjian/SPK dengan nilai di atas seratus juta rupiah (Rp. 100.000.000,-) sampai dengan lima puluh milyar (Rp 50.000.000.000,-) baik untuk pemilihan langsung/pelelangan ditetapkan oleh KPA Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan atau Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1) Menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa dan menetapkan paket-paket pekerjaan disertai ketentuan mengenai peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dan peningkatan pemberian kesempatan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil, serta kelompok masyarakat; 2) Menetapkan dan mengesahkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS), jadwal, tatacara pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun oleh panitia pengadaan/pejabat pengadaan/unit layanan pengadaan; 3) Menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan panitia/pejabat pengadaan/unit layanan pengadaan sesuai kewenangannya;

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 59 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) Menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia barang/jasa sesuai ketentuan yang berlaku; Menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak penyedian barang/jasa; Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada Kuasa Pengguna Anggaran; Menandatangani dan mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak; Menyerahkan aset hasil pengadaan barang/jasa dan aset lainnya kepada Menteri dengan berita acara penyerahan melalui Kepala Satuan Kerja; Menandatangani fakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa dimulai; Melaksanakan rencana kerja sebagaimana telah ditetapkan dalam DIPA sesuai kegiatan masing-masing; Menandatangani Surat Keputusan yang mengakibatkan pengeluaran (lembur, honor, vakasi), Surat perintah Tugas (SPT) serta Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD); Mengusulkan susunan panitia pengadaan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA); Menetapkan Penyedia Barang/Jasa hasil pengadaan; Menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK)/Kontrak, Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan, Berita Acara Pemeriksaan Barang dan Berita Acara Serah Terima Barang/Pekerjaan; Meneliti keberan dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang dan jasa; Meneliti ketersediaan dana dan membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang bersangkutan, serta memerintahkan pembayaran atas beban APBN; Menandatangani kwitansi pembayaran dan bukti-bukti dokumen pengeluaran anggaran Satuan Kerja, baik yang dilakukan secara kontraktual maupun secara swakelola; Mengajukan tagihan pembayaran kepada bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang membebani Uang Persediaan; Kepada Pejabat Pembuat Komitmen Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan diberi wewenangan menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP) baik, LS, UP, GUP, TUP dan NIHIL, serta dokumen pendukungnya dan menyampaikan kepada Pejabat penguji Tagihan/Penandatangan Surat Perintah membayar (SPM); Menyusun laporan seluruh kegiatan yang dilakukannya sesuai DIPA dan menyampaikannyakepada Kuasa Pengguna Anggaran; Mengangkat staf pengelola anggaran sesuai kebutuhan; Dalam melaksanakan pekerjaannya, PPK agar berkoordinasi dengan pimpinan unit kerjanya masing-masing.

12) 13) 14)

15) 16)

17)

18) 19)

20) 21) 22)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 60 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


c. Penanggungjawab Teknis Kegiatan Penanggungjawab teknis kegiatan adalah Pejabat Eselon II (Sekretaris Direktorat Jenderal, Direktur, dan Kepala Balai) dengan tugas dan tanggungjawab sebagai berikut: 1) Melaksanakan kegiatan sesuai rencana kerja sebagaimana yang telah ditetapkan dalam DIPA sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing; 2) Mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan anggaran; 3) Memimpin seluruh pelaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan dan dituangkan dalam DIPA; 4) Memberikan pengarahan dan petunjuk kepada Pejabat dibawahnya untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dan pencapaian keluaran/outputyang telah ditetapkan; 5) Menyampaikan laporan kinerja bulanan/triwulanan/semesteran dan tahunan kepada Kuasa Pengguna Anggaran; 6) Menyusun dan menyampaikan laporan seluruh kegiatan kepada atasan langsung; 7) Menyelenggarakan pembinaan teknis dan administrasi terhadap Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang berada di bawah koordinasinya; 8) Melakukan pengawasan DIPA yang dilaksanakan oleh pejabat pembuat Komitmen (PPK); 9) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan administrasi keuangan dan kemajuan pelaksanaan kegiatan dan output. 10) Memberikan petunjuk dan arahan serta fasilitas untuk mengatasi permasalahan prinsip yang mungkin timbul; 11) Menyusun usulan rencana kegiatan Satuan Kerja yang merupakan bagian dari Rencana Kerja dan Anggaran kementerian/lembaga (RKA-KL) tahun berikutnya. Disamping sebagai penanggungjawab teknis kegiatan, Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan atas nama KPA, diberi wewenang untuk: 1) Menandatangani cek; 2) Menandatangani surat dispensasi usulan Tambahan Uang Persediaan (TUP) kepada Kantor Wilayah Perbendaharaan; 3) Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas penanggungjawab teknis kegiatan di seluruh unit kerja lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan; 4) Melakukan koordinasi pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas Pejabat Pembuat Komitmen lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. d. Pejabat Penguji dan Penerbit SPM 1) Menguji secara rinci keabsahan dokumen pendukung Surat Permintaan Pembayaran (SPP) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 61 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


2) Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran. 3) Menguji kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain : Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama orang/perusahaan, alamat, nomor rekening dan nama bank). Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan kelayakannya dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak). Jadwal waktu pembayaran (kesesuaian dengan jadwal penarikan dana yang tercantum dalam DIPA dan/atau ketepatannya terhadap jadwal waktu pembayaran). 4) Menguji pencapaian tujuan/sasaran kegiatan sesuai indikator kinerja yang tercantum dalam DIPA berkenaan dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. 5) Menguji kemungkinan adanya pemborosan dan in-efisiensi. 6) Menguji apakah surat-surat serta data dukung telah memenuhi persyaratan yaitu dari segi ketelitian, ketepatan penjumlahan, pengurangan, perkalian. 7) Mengonsep dan menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM) serta menyampaikan SPM ke KPPN setempat. e. Bendahara Pengeluaran 1) Menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/Satuan Kerja . 2) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran. 3) Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran. 4) Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan. 5) Wajib menolak perintah bayar dari PPK atau KPA, apabila persyaratan tersebut diatas tidak terpenuhi. 6) Bertanggungjawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya. f. Bendahara Penerimaan Menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada satuan kerjanya. KPA dan Bendaharawan Pengeluaran dalam pencairan anggaran pelaksanaan kegiatan harus memperhatikan, mempersiapkan dan menetapkan beberapa dokumen sebagai berikut; 1) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) 2) Pedoman Pelaksanaan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 62 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


3) 4) 5) 6) 7) Petunjuk Operasional Pelaksanaan (POK) Keputusan penetapan para pelaksana anggaran Membuat specimen bank ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ke Kantor Pelayanan Pajak Menyiapkan dan menyelenggarakan Buku Pengawasan Pelaksanaan Anggaran per Mata Anggaran Kegiatan (MAK) 8) Menyiapkan dan meyelenggarakan Buku Pengawasan Uang yang harus dipertanggungjawabkan 9) Menyiapkan Buku Bank 10) Menyiapkan Buku Pungutan Pajak 11) Dan lainnya. Jika pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh anggaran dekonsentrasi/tugas pembantuan dapat menghasilkan penerimaan, maka merupakan penerimaan APBN dan penerimaan tersebut harus disetor ke Kas Umum Negara sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Semua barang yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh anggaran dekonsentrasi/tugas pembantuan menjadi milik negara. Sisa/saldo anggaran lebih (SAL) merupakan penerimaan APBN dan disetorkan ke rekening Kas Umum Negara.

4.4.

Ketentuan Pidana, Sanksi Administratif, dan Ganti Rugi

Beberapa ketentuan pidan, sanksi administratif dan ganti rugi yang perlu diperhatikan adalah; 1) Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang terbukti melakukan penyimpangan kebijakan yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN diancam pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pimpinan Unit Organisasi Kementerian Negara/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terbukti melakukan penyimpangan kegiatan anggaran yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. SKPD yang secara sengaja dan/atau lalai dalam menyampaikan laporan dekonsentrasi dan tugas pembantuan dapat dikenakan sanksi berupa penundaan pencairan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk triwulan berikutnya, atau penghentian alokasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk anggaran berikutnya, yang ketentuan mengenai tata cara pemberian sanksi dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 75, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan).

2)

3)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 63 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program BAB V PENGENDALIAN, PENGAWASAN, EVALUASI DAN PELAPORAN


5.1. Pengendalian Program, Kegiatan dan Anggaran

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, maka mengingat tuntutan agar pengelola dan penerima manfaat kegiatan dan anggaran dapat bekerjasama melaksanakan tugas secara transparan, akuntabel, terbuka, efektif dan efisien, serta untuk mengatasi dan mencari pemecahan terhadap kendala maupun permasalahan yang mungkin muncul, maka pengendalian intern perlu dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: a) Mengetahui sejauhmana perkembangan pelaksanaan kegiatan dan anggaran serta ketepatan penggunaan anggaran dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. b) Mengantisipasi secara dini permasalahan dan kendala yang dihadapi sehingga dapat dicari solusi pemecahannya. c) Mencegah dan mengurangi terjadinya penyalahgunaan anggaran yang tidak sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. d) Memanfaatkan tahapan pelaksanaan kegiatan untuk dijadikan bahan masukan dalam penyempurnaan dan evaluasi kegiatan. Pengendalian intern dilakukan bukan saja hanya berkaitan dengan aspke program dan anggaran, namun termasuk proses pengambilan keputusan, keefektifan sumber daya, dan berbagai hal lainnya. Dalam melaksanakan pengendalian intern, ada lima (5) unsur pengendalian yang perlu dicermati yaitu 1) lingkungan pengendalian, 2) penilaian risiko, 3) Kegiatan Pengendalian, 4) Informasi dan Komunikasi, serta 5) Pemantauan Pengendalian Intern. Kegiatan pengendalian merupakan salah satu unsur pengendalian intern. Unsur-unsur yang bertugas melaksanakan pengendalian yaitu : a. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Bentuk pengendalian yang dilakukan adalah: 1) Memberikan bimbingan pelaksanaan kegiatan teknis melalui penerbitan Pedoman Pelaksanaan sebagai acuan/rambu-rambu operasional kegiatan. 2) Melakukan sosialisasi Pedoman sebelum pelaksanaan kegiatan. 3) Memberikan bimbingan penyusunan prosedur tata kerja pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran. 4) Memberikan pelatihan, workshop atau kursus perencanaan program, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan pembangunan tanaman pangan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. 5) Melakukan supervisi (orientasi, monitoring maupun evaluasi) ke daerah baik dalam bentuk pembinaan, bimbingan, arahan serta sejenisnya, sehingga kontrol yang diberikan dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan di daerah.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 64 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


6) Melakukan evaluasi tahunan untuk mengetahui kinerja keseluruhan sebagai dasar perencanaan program, kegiatan dan anggaran tahun 2013.

b. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota Bentuk pengendalian yang dilakukan adalah: 1) Memberikan bimbingan kepada staf secara berjenjang dalam hal administrasi dan teknis pelaksanaan kegiatan di lapangan. 2) Menyusun prosedur tatakerja antara propinsi dan kabupaten/kota dengan cara meningkatkan koordinasi dan jaringan kerja. 3) Membentuk Tim Pengendali Internal pelaksanaan kegiatan. 5.2. Pengawasan Program, Kegiatan dan Anggaran

Pada sistem penganggaran berbasis kinerja, kegiatan pengawasan fungsional pembangunan tanaman pangan masih tetap dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian. Sedangkan pengawasan melekat dilakukan Pejabat di lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Pengawasan ini dapat dilakukan setiap saat selama proses manajemen berlangsung. Pengawasan fungsional terhadap program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan juga dilakukan secara eksternal oleh aparatur pengawasan seperti BPK, BPKP dan Bawasda. Pengawasan yang dilakukan berupa pemeriksaan reguler yaitu pemeriksaan setempat yang dilaksanakan secara reguler terhadap obyek pemeriksaan lingkup tanaman pangan berdasarkan program kerja pengawasan tahunan. Pengawasan yang dilakukan berupa pemeriksaan, pengujian, pengusutan dan penilaian terhadap pengelolaan program, kegiatan dan anggaran kinerja. Obyek pemeriksaan diprioritaskan terhadap obyek yang anggarannya relatif besar, mempunyai aspek pelayanan masyarakat, bantuan/pinjaman luar negeri serta mempunyai peranan strategis terhadap keberhasilan pembangunan tanaman pangan. Sistem dan upaya pengawasan terus dikembangkan dan disempurnakan melalui berbagai langkah yang efektif agar dapat mengamankan kebijakan pembangunan tanaman pangan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi: Pemeriksaan kinerja aparat pengelola kegiatan, yaitu pemeriksaan apakah sumberdaya dan dana sudah digunakan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai serta pelaksanaannya tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Pemeriksaan yang mengarah kepada pelaksanaan wewenang sesuai tugas pokok dan fungsi, yaitu apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai atau tidak, sehingga akan dapat memberikan rekomendasi terhadap penyempurnaan pada kegiatan yang akan datang.

a.

b.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 65 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


c. d. Pemeriksaan akuntabilitas kinerja dimana instansi pelaksana kegiatan mempertanggung jawabkan wewenang dan tugas pokok dan fungsi instansi tersebut. Pemeriksaan khusus dilaksanakan sewaktu-waktu melalui pengujian dan pendalaman untuk memperoleh kejelasan suatu informasi yang bersumber dari laporan masyarakat atau pengembangan dari pemeriksaan reguler yang dipandang perlu terhadap adanya dugaan terjadinya tindak pidana/ penyalahgunaan wewenang. Monitoring dan Evaluasi

5.3.

Evaluasi pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dilakukan dengan pendekatan indikator kinerja menggunakan alat ukur kerangka kerja logis (masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak). Indikator kinerja ini digunakan untuk meyakinkan apakah kinerja organisasi menunjukkan kemajuan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Indikator kinerja ditetapkan untuk: a. Memperjelas status jenis, kuantitas dan waktu suatu kegiatan dilaksanakan. b. Membangun konsensus untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan kegiatan, termasuk dalam menilai kinerja instansi yang melaksanakannya. c. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja suatu instansi/organisasi. Penilaian kinerja pelaksanaan pembangunan tanaman pangan diukur dengan menggunakan indikator kinerja. Pengukuran efisiensi secara ekonomis dilakukan dengan cara menilai penggunaan masukan yang paling ekonomis untuk mencapai keluaran tertentu. Efisiensi (daya guna) diukur dengan cara membandingkan antara keluaran yang dihasilkan dengan masukan yang telah dikeluarkan, sedangkan efektivitas (hasil guna) dilakukan dengan mengukur sejauhmana hasil telah dicapai. Ukuran efisiensi dan efektivitas secara skematis dapat dilihat pada gambar 5 berikut: Gambar 5. Pengukuran Efisiensi dan Efektivitas Kinerja Pembangunan Tanaman Pangan
Pengukuran Efisiensi dan Efektivitas

NILAI MASUKAN (Rp)

MASUKAN

PROSES

KELUARAN

HASIL

TUJUAN

EKONOMIS (HEMAT)

EFISIENSI (DAYA GUNA) EFISIENSI PEMBIAYAAN

EFEKTIVITAS (HASIL GUNA)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 66 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Evaluasi dapat dilakukan pada saat awal kegiatan (ex-ante), sedang pelaksanaan kegiatan (on-going) dan evaluasi akhir (ex-post). Evaluasi awal dan evaluasi saat pelaksanaan kegiatan sedang berjalan dapat dilakukan bersamaan dengan monitoring pelaksanaan kegiatan. Materi evaluasi mencakup aspek administrasi, aspek teknis dan anggaran. Evaluasi dilakukan di masing-masing Satker Provinsi, dan Kabupaten/Kota, sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing. Masing-masing penanggung jawab kegiatan juga harus melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Evaluasi program, kegiatan dan anggaran secara menyeluruh dilakukan oleh Tim.

5.4.

Pelaporan

Berdasarkan pasal 33 ayat 1 (a) dan pasal 60 ayat 1 (c) Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 2008, tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, Gubernur menyampaikan laporan pertanggungjawaban kegiatan dan keuangan pembangunan pertanian kepada Menteri Pertanian. Selanjutnya Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012 menyebutkan laporan kinerja dievaluasi dan dilaporkan kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (Menteri Pertanian/Direktur Jenderal Tanaman Pangan) dan menjadi masukan serta bahan pertimbangan untuk analisis dan evaluasi alokasi anggaran tahun 2013. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010, tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan, menyebutkan SKPD wajib menyusun laporan pertanggungjawaban serta menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (Menteri Pertanian/Direktur Jenderal Tanaman Pangan). Pelaporan hasil pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran ini, merupakan penyampaian informasi serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak dari persiapan kegiatan sampai akhir pelaksanaan. Melalui laporan ini juga akan dapat dilihat sejauh mana tingkat keberhasilannya. Sesuai dengan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan, aparat pelaksana kegiatan di provinsi dan kabupaten/kota wajib membuat laporan ke pusat. Mekanisme pelaporan pelaksanaan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan propinsi dilakukan secara berjenjang dari Dinas pertanian provinsi menyampaikan laporan kepada Gubernur dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, yang selanjutnya Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyampaikan laporan kepada Menteri Pertanian melalui Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Mekanisme pelaporan pelaksanaan anggaran tugas pembantuan kabupaten/kota dilakukan secara berjenjang yaitu dari Dinas pertanian kabupaten/kota menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota dan tembusan kepada Direktorat Jenderal Tanaman

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 67 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Pangan dan Dinas pertanian provinsi. Setelah menerima laporan dari kabupaten/kota, Dinas pertanian provinsi merekapitulasi laporan dari seluruh kabupaten/kota dalam propinsi bersangkutan dan menyampaikan laporan kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, yang selanjutnya menyampaikan laporan ke Menteri Pertanian melalui Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Laporan yang disampaikan, baik untuk anggaran dekonsentrasi, tugas pembantuan provinsi maupun tugas pembantuan kabupaten/kota, meliputi laporan manajerial dan laporan akuntabilitas yang dilakukan setiap bulan, triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran. Format pelaporan dan waktu penyampaian laporan manajerial dan laporan akuntabilitas akan ditetapkan lebih lanjut oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian. Laporan insidentil, yaitu laporan yang disampaikan jika terjadi sesuatu yang bersifat insidentil (mendesak), misalnya bila ada permasalahan yang dihadapi baik dalam aspek adminsitrasi dan keuangan maupun teknis pelaksanaan kegiatan juga bisa disampaikan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Gubernur selaku penerima pelimpahan anggaran dekonsentrasi dan penugasan pelaksanaan anggaran tugas pembantuan, dan Bupati/Walikota selaku penerima penugasan pelaksanaan anggaran tugas pembantuan menyampaikan laporan pertanggungjawaban akhir seluruh pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari anggaran dimaksud kepada Menteri Pertanian. Kinerja penyampaian laporan akan dijadikan salah satu dasar penentuan anggaran tahun 2013 sebagai penerapan azas reward and punishment.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 68 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


BAB VI PENUTUP Keberhasilan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran berbasis kinerja sangat tergantung pada komitmen dan konsistensi baik aparatur negara, kepercayaan masyarakat serta motivasi peningkatan kualitas kinerja pemerintah. Untuk itu, perlu terus ditingkatkan keterpaduan pelaksanaan pembangunan tanaman pangan melalui pemantapan sistem dan metoda perencanaan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penataan kelembagaan, dan peningkatan koordinasi antar instansi terkait. Pedoman ini merupakan acuan bagi semua pihak terkait dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan. Pedoman ini akan dilengkapi dengan Pedoman yang bersifat teknis dari masing-masing kegiatan. Sebagai tindak lanjut diterbitkannya seluruh Pedoman dimaksud, kepada daerah diberikan keleluasaan untuk menjabarkannya lebih lanjut ke dalam Petunjuk/Pedoman Teknis sesuai dengan keragaman karakteristik dan kondisi setempat. Keberhasilan pembangunan tanaman pangan sangat tergantung kepada komitmen semua pihak terkait dalam melaksanakan kegiatan pembangunan tanaman pangan secara terpadu. Pedoman ini diharapkan dapat memberikan berbagai butir-butir untuk dilaksanakan dan sekaligus dirinci dalam pedoman pelaksanaan kegiatan dan/atau pedoman teknis.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 69 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 70 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 1. Daftar Satuan Kerja (Satker) dan Kode Satker di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota TA. 2012
NO. 1. 1. 2. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 3. 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 KODE SATKER DKI JAKARTA 010082 010091 JAWA BARAT 020069 020534 020614 020730 020823 020932 021009 021107 021241 021334 021439 021510 021614 021714 021816 021933 022024 022102 025312 026009 JAWA TENGAH 030010 030106 030203 030309 030403 030505 030627 030729 030830 030932 031024 031104 031217 031313 031429 031532 031635 031703 031812 031934 032030 032118 032203 032305 NAMA SATKER Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan & Hortikultura DKI Jakarta Dinas Kelautan Dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab Bogor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Sukabumi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab Cianjur Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Bekasi Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Karawang Dinas Pertanian, Kehutanan Dan Perkebunan Kab Purwakarta Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan Kab Bandung Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab Sumedang Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Garut Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Ciamis Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Dan Kehutanan Kab. Cirebon Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kab Kuningan Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Indramayu Dinas Pertanian Kab Majalengka Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Bandung Barat Dinas Pertanian Kota Sukabumi Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kota Tasikmalaya Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Propinsi Jawa Tengah Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Semarang Dinas Pertanian Kabupaten Kendal Dinas Pertanian Kab Demak Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Grobogan Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Pekalongan Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Batang Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Tegal Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Brebes Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Dan Peternakan Kab. Pati Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kabupaten Kudus Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab. Pemalang Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Jepara Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Rembang Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Blora Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Banyumas Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Cilacap Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Purbalingga Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Magelang Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Temanggung Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo Dinas Pertanian Kabupaten Purworejo Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab. Kebumen

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 71 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


NO. 47 48 49 50 51 52 4. 53 54 55 56 57 5. 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 6. 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 KODE SATKER NAMA SATKER 032430 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kab. Klaten 032505 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Boyolali 032637 Dinas Pertanian Kab. Sragen 032727 Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo 032812 Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Karanganyar 032907 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Wonogiri DI. YOGYAKARTA 040070 Dinas Pertanian Provinsi D.I. Yogyakarta 040138 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Bantul 040227 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kabupaten Sleman 040324 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Gunung Kidul 040432 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Kulonprogo JAWA TIMUR 050004 Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur 050132 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Gresik 050208 Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Mojokerto 050322 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Sidoarjo 050448 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kab. Jombang 050509 Dinas Pertanian Kabupaten Sampang 050611 Dinas Pertanian Kabupaten Pamekasan 050708 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep 050836 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bangkalan 050908 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bondowoso 051007 Dinas Pertanian Kabupaten Situbondo. 051139 Dinas Kehutanan, Pertanian Dan Urusan Ketahanan Pangan Kab. Banyuwangi. 051217 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab Jember. 051342 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab Malang 051414 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan 051508 Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo 051635 Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang 051704 Dinas Pertanian Kabupaten Kediri 051815 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tulung Agung 051936 Dinas Pertanian Daerah Kab Nganjuk 052031 Dinas Pertanian Kehutanan Dan Perkebunan Kab Trenggalek 052103 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Blitar 052214 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Madiun 052330 052407 052504 052604 052739 052832 052930 ACEH 060060 060106 060216 060317 060415 060517 060621 060714 060813 060916 061021 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Ngawi Dinas Pertanian Kabupaten Magetan Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo Dinas Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Pacitan Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro Dinas Pertanian Kabupaten Tuban Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Lamongan Dinas Pertanian Provinsi Aceh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Aceh Besar Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Pidie Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kab Aceh Utara Dinas Pertanian Dan Hortikultura Kab Aceh Timur Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Aceh Selatan Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Aceh Barat Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Tengah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Aceh Tenggara Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Simeulue Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Aceh Singkil

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 72 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


NO. 99 100 101 102 103 104 105 106 107 7. 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 8. 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 KODE SATKER NAMA SATKER 061106 Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Bireun 061207 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Aceh Barat Daya 061315 Dinas Pertanian Kab. Gayo Luwes 061412 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Aceh Jaya 061504 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Nagan Raya 061604 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Aceh Tamiang 061709 Dinas Pertanian Tp, Peternakan Dan Perikanan Kab Bener Meriah 061802 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Pidie Jaya 065602 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota Subulussalam SUMATERA UTARA 070049 Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 070108 Dinas Pertanian Kab. Deli Serdang 070239 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Karo 070305 Dinas Pertanian Kab. Langkat 070432 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Tapanuli Tengah 070513 Dinas Pertanian Kab Simalungun 070607 Dinas Pertanian Dan Tanaman Pangan Kab. Labuhan Batu 070730 Dinas Pertanian Kab. Dairi 070807 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara 070907 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Tapanuli Selatan 071032 Dinas Pertanian Kab. Asahan 071152 Dinas Pertanian Kab Nias 071228 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Samosir 071231 Dinas Pertanian Kab Toba Samosir 071331 Dinas Pertanian Kab.Mandailing Natal 071411 Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Nias Selatan 071525 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab. Pakpak Barat 071604 Dinas Pertanian Kab. Humbang Hasundutan 072018 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai 072103 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Batubara 072201 Dinas Pertanian Darah Kab. Padang Lawas 072301 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Padang Lawas Utara 072502 Dinas Pertanian Kab. Labuhan Batu Utara 072603 Dinas Pertanian,Peternakan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Nias Utara 072703 Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan Dan Peternakan Kab. Nias Barat 075714 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kota Padang Sidempuan SUMATERA BARAT 080008 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat 080129 Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Kab Agam 080222 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Pasaman 080321 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Limapuluh Kota 080408 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Solok Selatan 080418 Dinas Pertanian Dan Perikanan Kab Solok 080522 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Hortikultura Perkebuan Dankehutanan Kab. Padang Pariaman 080631 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura, Peternakan Dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan 080711 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Tanah Datar 080823 Dinas Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kabupaten Sijunjung 081019 Dinas Pertanian Kabupaten Dharmas Raya 081214 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Dan Peternakan Kab. Pasaman Barat 085538 Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan Dan Kehutanan Kota Padang 085604 Dinas Pertanian Kota Payakumbuh 085708 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perkebunan Kota Pariaman

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 73 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


NO. 9. 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 10. 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 11. 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 12. 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 KODE SATKER NAMA SATKER RIAU 090072 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Riau 090118 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Kampar 090239 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bengkalis 090435 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Indragiri Hulu 090436 Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura Dan Peternakan Kab. Indragiri Hilir 090616 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Pelalawan 090715 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Rokan Hulu 090816 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Rokan Hilir 090932 Dinas Pertanian, Peteranakan Dan Perikanan Kab Siak 091214 Dinas Tanaman Pangan Kab. Kuantan Sengingi 091308 Dinas Pertanian , Kehutanan, Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Meranti JAMBI 100008 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi 100130 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Batanghari 100237 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Tanjung Jabung Barat 100317 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Bungo 100418 Dinas Pertanian Kab. Sarolangun 100530 Dinas Pertanian Dan Tanaman Pangan Kabupaten Kerinci 100616 Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Merangin 100717 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Tanjung Jabung Timur 100816 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Tebo 100915 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi 105134 Dinas Pertanian Kota Jambi 105202 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kehutan Kota Sungai Penuh SUMATERA SELATAN 110005 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Propinsi Sumatera Selatan 110328 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Musi Banyuasin 110416 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Ogan Komering Ulu 110503 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Muara Enim 110608 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Lahat 110703 Dinas Tanaman Pangan Dan Holtikultura Kabupaten Musi Rawas 110809 Dinas Pertanian Kab. Ogan Komering Ilir 110916 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Banyuasin 111009 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Oku Timur 111104 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Oku Selatan 111210 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Ogan Ilir 111702 Dinas Tanaman Pangan, Peternakan Dan Perikanan Kab. Empat Lawang 115138 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kota Palembang 115413 Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Peternakan Dan Perikanan Kota Pagar Alam 115518 Dinas Tanaman Pangan, Kehutanan Dan Perkebunan Kota Lubuk Linggau LAMPUNG 120004 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Prov. Lampung 120108 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Lampung Selatan 120207 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Lampung Tengah 120330 Dinas Pertanian Kab. Lampung Utara 120427 Dinas Pertanian Kab. Lampung Barat 120503 Dinas Pertanian, Perkebunan & Kehutanankabupaten Tulang Bawang 120625 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Tanggamus 120739 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Lampung Timur ( 03 ) 120822 Dinas Pertanian, Peternakan &Perikanan Kabupaten Way Kanan 120903 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Pesawaran 121005 Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kab. Pringsewu 121101 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kab. Mesuji 121201 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Tulang Bawang Barat

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 74 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


NO. 13. 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 14. 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 15. 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 16. 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 KODE SATKER NAMA SATKER KALIMANTAN BARAT 130071 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat 130105 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Sambas 130237 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kab. Sanggau 130306 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Sintang 130404 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Pontianak 130506 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Kapuas Hulu 130635 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Ketapang 130729 Dinas Pertanian Kabupaten Bengkayang 130814 Dinas Pertanian Kab Landak 130904 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kabupaten Melawi 131004 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kab. Sekadau 131102 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Kayong Utara 131201 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Kubu Raya KALIMANTAN TENGAH 140004 Dinas Pertanian Dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah 140137 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Kapuas 140232 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Kabupaten Barito Utara 140308 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Barito Selatan 140408 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Kotawaringin Timur 140429 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Kotawaringin Barat 140606 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Seruyan 140612 Dinas Pertanian Kab. Katingan 140811 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Sukamara 140908 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Lamandau 141006 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab Gunung Mas 141007 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Pulang Pisau 141107 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kab Murung Raya 141306 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Barito Timur KALIMANTAN SELATAN 150002 Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Propinsi Kalimantan Selatan 150058 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kab. Banjar 150213 Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Perkebunan Kabupaten Tanah Laut 150330 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Tapin 150428 Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Sungai Selatan 150504 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 150509 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Barito Kuala 150730 Dinas Tanaman Pangan, Peternakan Dan Perikanan Kab. Tabalong 150735 Dinas Pertanian Kabupaten Kotabaru 150934 Dinas Pertanian Tp Dan Hortikultura Kab. Hulu Sungai Utara 151006 Dinas Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Tanah Bumbu 151105 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura , Peternakan Dan Perikanan Kab. Balangan KALIMANTAN TIMUR 160059 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Kalimantan Timur 160230 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Tanah Grogot Kabupaten Paser 160330 Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan 160406 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Berau 160505 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Nunukan 160518 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kab. Malinau 160705 Dinas Pertanian Dan Peteranakan Kabupaten Kutai Timur 160721 Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan, Peternakan Dan Perikanan Kab. Kutai Barat 160807 Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan Dan Kelautan Kab. Penajam Paser Utara 161013 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Kutai Kartanegara 161204 Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Tana Tidung

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 75 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


NO. 17. 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 18. 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 19. 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 20. 297 298 299 KODE SATKER NAMA SATKER SULAWESI UTARA 170052 Dinas Pertanian Dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara 170085 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perkebunan Kabupaten Minahasa 170240 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bolaang Mongondow 170330 Dinas Pertanian Kabupaten Sangihe 170605 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Minahasa Selatan 170704 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kota Tomohon 170706 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perkebunan Kab. Minahasa Utara 171008 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Minahasa Tenggara 171163 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Bolaang Mongondow Utara 171303 Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian Dan Kehutanan Kab. Bolaang Mongondow Selatan 171403 Dinas Pertanian Dan Peteranakan Kab. Bolaang Mongondow Timur 175401 Dinas Pertanian Kota Kotamobago SULAWESI TENGAH 180039 Dinas Pertanian Daerah Provinsi Sulawesi Tengah 180071 Dinas Pertanian Kabupaten Poso 180205 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kabupaten Donggala 180304 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Toli-Toli 180408 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Banggai 180524 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Buol 180605 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kabupaten Morowali 180706 Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan Dan Peternakan Kab. Banggai Kepulauan 180806 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Parigi Moutong 180908 Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kab. Tojo Una-Una 181202 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab. Sigi SULAWESI SELATAN 190049 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan 190058 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Sidrap 190104 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Pinrang 190207 Dinas Pertanian Kabupaten Gowa 190304 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Wajo 190503 Dinas Pertanian Tanaman Pangan &Hortikltura Kabupaten Bone 190606 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Tana Toraja 190713 Dinas Pertanian Kabupaten Maros 190918 Dinas Tanaman Pangan, Hortikulutura Dan Peternakan Kabupaten Luwu 191018 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Sinjai 191107 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Bulukumba 191214 Dinas Pertanian & Kehutanan Kabupaten Bantaeng 191310 Dinas Pertanian Kabupaten Jeneponto 191427 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab. Kepulauan Selayar 191524 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Takalar 191620 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kabupaten Barru 191713 Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Sidrap 191829 Dinas Tanaman Pangan Dan Peternakan Kab. Pangkep 191903 Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura Kab Soppeng 192106 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Enrekang 192215 Dinas Pertanian Kabupaten Luwu Utara 192420 Dinas Pertanian, Perkebunan &Peternakan Kabupaten Luwu Timur 192501 Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kab. Toraja Utara 195317 Dinas Pertanian & Peternakan Kota Palopo SULAWESI TENGGARA 200071 Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara 200208 Dinas Pertanian Kabupaten Buton 200305 Dinas Pertanian Kabupaten Muna

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 76 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


NO. 300 301 302 303 304 305 21. 306 307 308 309 310 311 312 313 314 22. 315 316 317 318 319 320 321 322 323 23. 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 24. 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 KODE SATKER 200444 200507 200627 200809 200909 201003 MALUKU 210003 210103 210230 210309 210410 NAMA SATKER Dinas Pertanian, Hortikultura Dan Peternakan Kab. Kolaka Dinas Pertanian Kabupaten Konawe Selatan Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan Dan Hortikultura Kab. Bombana Dinas Perkebuanan Dan Hortikultura Kab. Kolaka Utara Dinas Pertanian Kab Konawe Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kab. Konawe Utara Dinas Pertanian Provinsi Maluku Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Maluku Tengah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kab. Maluku Tenggara Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hrotikultura Dan Peternakan Kab. Maluku Tenggara Barat Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Pulau Buru

210610 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Seram Bagian Barat 210710 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Seram Bagian Timur 210904 Dinas Pertanian Kab. Maluku Barat Daya 211002 Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Buru Selatan BALI 220074 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali 220103 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Buleleng 220204 Dinas Pertanian, Kehutanan, Dan Kelautan Kabupaten Jembrana 220307 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Klungkung 220403 Dinas Pertanian, Perhutanan Dan Perkebunan Kabupaten Gianyar 220506 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Karangasem 220610 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Perhutanan Kab Bangli 220741 Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutana Kab Badung 220807 Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Kabupaten Tabanan NUSA TENGGARA BARAT 230004 Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Prov Nusa Tenggara Barat 230116 Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Barat 230208 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah 230306 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur 230421 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Bima 230535 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa 230616 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Dompu 230715 Dinas Kehutanan, Perkebunan & Pertanian Kab Sumbawa Barat 230802 Dinas Pertanian , Perkebunan, Kehutanan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Lombok Utara 235106 Dinas Pertanian, Kelautan Dan Perikanan Kota Mataram 235206 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kota Bima NUSA TENGGARA TIMUR 240072 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur 240103 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Kupang 240203 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab. Belu 240330 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kab. Timor Tengah Utara 240407 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kab. Timor Tengah Selatan 240540 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab Alor 240617 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Sikka 240704 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Flores Timur 240806 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Ende 240904 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kab. Ngada 241047 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab Manggarai 241103 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Sumba Timur 241206 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Sumba Barat 241318 Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab. Lembata 241412 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Rote Ndao

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 77 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


NO. 350 351 352 353 354 25. 355 356 357 358 359 360 361 26. 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 27. 373 374 375 376 377 378 379 28. 380 381 382 383 384 385 29. 386 387 388 30. 389 390 391 392 393 394 31. 395 KODE SATKER NAMA SATKER 241503 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Manggarai Barat 241705 Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan Dan Kelautan Kab. Nagekeo 241802 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Sumba Tengah 241902 Dinas Pertanian Kab. Sumba Barat Daya 242002 Dinas Pertanian, Perikanan Dan Kelautan Kab. Manggarai Timur PAPUA 250034 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Propinsi Papua 250108 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Jayapura 250746 Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Merauke 250806 Dinas Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kab Jayawijaya 251036 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab Nabire 251706 Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perikanan Kab Keerom 255134 Dinas Pertanian Kota Jayapura BENGKULU 260003 Dinas Pertanian Propinsi Bengkulu 260103 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara 260204 Dinas Pertanian Kab. Bengkulu Selatan 260335 Dinas Pertanian Kab. Rejang Lebong 260407 Dinas Pertanian Kabupaten Seluma 260506 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Kaur 260613 Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan Kab Muko-Muko 260711 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lebong 260813 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Kepahiang 260903 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Bengkulu Tengah 265109 Badan Ketahanan Pangan Dan Pelaksana Penyuluhan Kota Bengkulu MALUKU UTARA 280055 Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara 280239 Dinas Pertanian & Peternakan Kab. Halmahera Tengah 280314 Dinas Pertanian Kab. Halmahera Utara 280405 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Halmahera Selatan 280613 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Halmahera Timur 280705 Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Barat 280808 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Pulau Morotai BANTEN 290006 Dinas Pertanian Dan Peternakan Provinsi Banten 290106 Dinas Pertanian Kabupaten Serang 290240 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kab. Pandeglang 290304 Dinas Pertanian Kabupaten Lebak 290429 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Tangerang 295301 Dinas Pertanian Kota Serang KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 300062 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 300223 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bangka 300505 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bangka Selatan GORONTALO 310005 Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Propinsi Gorontalo 310106 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Perkebunan Kabupaten Gorontalo 310207 Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Boalemo 310306 Dinas Pertanian Kab. Pohuwato 310407 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Ketahanan Pangan Kab. Bone Bolango 310704 Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Dan Ketahanan Pangan Kab. Gorontalo Utara KEPULAUAN RIAU 320017 Dinas Pertanian, Kehutanan, Dan Peternakan Provinsi Kepulauan Riau

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 78 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


NO. 32. 396 397 398 399 400 401 402 33. 403 404 405 406 407 408 KODE SATKER PAPUA BARAT 330047 330136 330238 330412 330604 330716 331006 NAMA SATKER

Dinas Pertanian, Peternakan Dan Ketahanan Pangan Provinsi Papua Barat Dinas Pertanian, Peternakan Dan Perkebunan Kabupaten Manokwari Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab Sorong Dinas Pertanian Kabupaten Sorong Selatan Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Teluk Bintuni Dinas Pertanian, Peternakan Dan Ketahanan Pangan Kab. Teluk Wondama Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan Dan Perikanan Kabupaten May Brat SULAWESI BARAT 340042 Dinas Pertanian Dan Peternakan Propinsi Sulawesi Barat 340106 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Majene 340206 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Mamuju 340303 Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Mamuju Utara 340407 Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Polewali Mandar 340509 Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Hortikultura Kab Mamasa

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 79 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 2. Agenda Perencanaan Nasional
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Agenda Musrenbangtan Tingkat Kabupaten/Kota Musrenbangtan Tingkat Provinsi Penetapan Pagu Indikatif Musrenbangtan Nasional Penyusunan Renja KL Penelaahan Renja KL oleh Bappenas dan Kemenkeu SK Menkeu tentang Penetapan Pagu Sementara Penyesuaian Renja menjadi RKA-KL Pembahasan RKA-KL dengan DPR Penelaahan RKA-KL oleh Bappenas dan Kemenkeu Nota Keuangan dan RUU RAPBN Penetapan UU APBN Penetapan Pagu Indikatif Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL di Ditjen Anggaran Kemenkeu Penelaahan DIPA SRAA di Ditjen Anggaran Kemenkeu Penetapan Perangkat Pengelola Keuangan dan Penyampaian ke Menteria Pertanian Penerbitan SRAA oleh Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu Penerbitan DIPA Penetapan Pedoman Pelaksanaan Program/Kegiatan/Teknis oleh Kementerian dan Unit Eselon I Waktu Pertengahan Maret Akhir Maret Maret Awal April April Mei Juni Juni Juli Juli Agustus September Oktober Oktober-November NovemberDesember NovemberDesember Desember Akhir Desember Akhir Desember

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 80 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 3.
No. I. 1.

Agenda Pertemuan Nasional Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012


Waktu Februari Lokasi Jatim Peserta Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten, BPSBTPH, BPTPH, Bakorluh Dinas Provinsi, Div re Bulog Dinas Provinsi, Div re Bulog Dinas Provinsi Dinas Provinsi, Div re Bulog Dinas Provinsi, Dinas Kab, BPSBTPH, BPTPH, Bakorluh Dinas Provinsi, stakeholders Dinas Provinsi, stakeholders Dinas Provinsi, stakeholders

Rapat Koordinasi /Workshop/Pelatihan Direktorat Budidaya Serealia Rakor Regional III (Jateng, Jatim, Kalsel, DI Yogyakarta, Kaltim, Kalteng) Sosialisasi P2BN Pemantapan Pelaksanan P2BN Pertemuan adopsi teknologi budidaya serealia Rapat evaluasi P2BN Direktorat Aneka Kacang dan Umbi Rakor Regional V (Bali, NTB, NTT, Malut, Maluku, Papua Barat, Papua) Koordinasi pengembangan agribisnis kedelai Koordinasi pengemb. agribisnis aneka kacang & umbi Koordinasi& sosialisasi pengembangan kedelai melalui PAT Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Rapat Regional I (Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Kepri) Koordinasi/workshop penanganan pascapanen tanaman pangan Pertemuan persiapan survey susut hasil

2. 3. 4. 5. II. 1. 2. 3. 4. III. 1.

Maret April Sept. Nov. Maret Mei Juni Juli

Jabar DIY Jatim Sulsel Bali Jatim DIY Jatim

Peb.

Riau

2. 3.

Mei Peb.

DIY NTB

Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten, BPSBTPH, BPTPH, Bakorluh Dinas Provinsi Dinas 12 Provinsi (Aceh, Sumut, Sumsel, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Kalsel, Sulsel, NTB) Dinas Provinsi

4. IV. 1.

Pertemuan apresiasi penanganan April pascapanen tanaman pangan Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Rakor Regional II (Bengkulu, Sumsel, Peb. Lampung, Babel, Banten, Jabar, Kalbar) Koordinasi Teknis Perbenihan Sosialisasi pengawasan, penyaluran benih bersubsidi & bantuan benih Forum Perbenihan Maret April Agst

Jabar

Sumsel

2. 3. 4. V. 1.

Sulsel Jabar Sumut

Dinas Provinsi, BPSBTPH, BPTPH, BBPOPT, BBPPMBTPH, BPMPT Ka BPSBTPH, Ka BBI, Kabid Tanaman Pangan / Kasie Benih Ka BPSBTPH, BUMN, Koordinator PBT BPSBTPH, BBI, Produsen Benih Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten, BPSBTPH, BPTPH, Penyuluh BPTPH BPTPH Dinas Provinsi, BPTPH, BPSBTPH Dinas Provinsi, BPS

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Rakor Regional IV (Sulut, Sulsel, Sulteng, Peb. Sultra, Gorontalo, Sulbar) Koordinasi teknis perlindungan tanaman Maret Evaluasi kegiatan perlindungan tanaman Nov. Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Sinkronisasi Program dan Kegiatan Peb. Tanaman Pangan TA. 2012 Koordinasi Penyusunan ASEM 2011 dan Maret ARAM I 2012

Makasar

2. 3. VI. 1. 2.

Kalsel Bali Jakarta Bandung

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 81 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


No. 3. Rapat Koordinasi /Workshop/Pelatihan Koordinasi Penyusunan Rancangan Program dan Kegiatan Tanaman Pangan 2013 TOT Refreshing Pengolah data Statistik Rakor Bidang Keuangan (Penerbit SPM, Bendahara) Koordinasi Pelaporan dan SPI Koordinasi Penyusunan ATAP 2011 dan ARAM II 2012 Penyusunan RKA-KL Pagu Sementara TA 2013 Kerjasama Kemitraan Tanaman Pangan Workshop Penyusunan Laporan SAK / Pertemuan Update Program SIMONEV Wilayah Barat dan Timur Koordinasi Penyusunan ARAM III Tahun 2012 Workshop Penyusunan Laporan SIMAKBMN Evaluasi Program dan Kegiatan TA.2012 Penyusunan RKA-KL pagu Definitif TA 2013 Waktu Maret Lokasi Medan Peserta Dinas Provinsi, BPTPH, BPSBTPH Dinas Provinsi Dinas Provinsi, BPTPH, BPSBTPH Dinas Provinsi, BPTPH, BPSBTPH Dinas Provinsi, BPS Dinas Provinsi, BPTPH, BPSBTPH Dinas Provinsi, Stakeholders Dinas Provinsi, BPTPH, BPSBTPH Dinas Provinsi, BPS Dinas Provinsi,BPTPH, BPSBTPH Dinas Provinsi, BPTPH, BPSBTPH, BBI Dinas Provinsi,BPTPH, BPSBTPH

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

April Mei Juni Juni Juni Juli Sept.

Bandung Jateng Bali Palembang Bali Jakarta Kalsel

11. 12. 13. 14.

Sept. Okt. Nov. Okt.

NTB Sulsel DIY DIY

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 82 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 4. Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TUGAS :
MERUMUSKAN SERTA MELAKSANAKAN KEBIJAKAN DAN STANDARDISASI DI BIDANG TANAMAN PANGAN

FUNGSI

1. PERUMUSAN KEBIJAKAN DI BIDANG PERBENIHAN, BUDIDAYA, PERLINDUNGAN, DAN PASCAPANEN TANAMAN PANGAN; 2. PELAKSANAAN KEBIJAKAN DI BIDANG PERBENIHAN, BUDIDAYA, PERLINDUNGAN DAN PASCAPANEN TANAMAN PANGAN; 3. PENYUSUNAN NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PERBENIHAN, BUDIDAYA, PERLINDUNGAN, DAN PASCAPANEN TANAMAN PANGAN; 4. PEMBERIAN BIMBINGAN TEKNIS DAN EVALUASI DI BIDANG PERBENIHAN, BUDIDAYA, PERLINDUNGAN, DAN PASCAPANEN TANAMAN PANGAN; DAN 5. PELAKSANAAN ADMINISTRASI DIREKTORAT JENDERALTANAMAN PANGAN.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 83 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 5. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN: 1. SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL 2. DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN 3. DIREKTORAT BUDIDAYA SEREALIA 4. DIREKTORAT BUDIDAYA ANEKA KACANG DAN UMBI 5. DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN 6. DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN 7. BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN 8. BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENGUJIAN MUTU BENIH TPH 9. BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK

SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL 1. BAGIAN PERENCANAAN 2. BAGIAN KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN 3. BAGIAN UMUM 4. BAGIAN EVALUASI DAN PELAPORAN; DAN 5. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL. DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN 1. SUBDIREKTORAT PENILAIAN VARIETAS DAN PENGAWASAN MUTU BENIH; 2. SUBDIREKTORAT PRODUKSI BENIH SEREALIA; 3. SUB DIREKTORAT PRODUKSI BENIH ANEKA KACANG DAN UMBI; 4. SUBDIREKTORAT KELEMBAGAAN BENIH; 5. SUBBAGIAN TATA USAHA; DAN 6. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL DIREKTORAT BUDIDAYA SEREALIA 1. SUBDIREKTORAT PADI IRIGASI DAN RAWA; 2. SUBDIREKTORAT PADI TADAH HUJAN DAN LAHAN KERING; 3. SUBDIREKTORAT JAGUNG; 4. SUBDIREKTORAT SEREALIA LAIN; DAN 5. SUBBAGIAN TATA USAHA.

DIREKTORAT BUDIDAYA ANEKA KACANG DAN UMBI 1. SUBDIREKTORAT KEDELAI; 2. SUBDIREKTORAT UBI KAYU; 3. SUBDIREKTORAT ANEKA KACANG; 4. SUBDIREKTORAT ANEKA UMBI; DAN 5. SUBBAGIAN TATA USAHA.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 84 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN 1. SUBDIREKTORAT PENGELOLAAN DATA ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN; 2. SUBDIREKTORAT DAMPAK PERUBAHAN IKLIM; 3. SUBDIREKTORAT TEKNOLOGI PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN; 4. SUBDIREKTORAT PENGELOLAAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU 5. SUBBAGIAN TATA USAHA; DAN 6. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL. DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN 1. SUBDIREKTORAT PADI; 2. SUBDIREKTORAT JAGUNG DAN SEREALIA LAIN; 3. SUBDIREKTORAT KEDELAI DAN ANEKA KACANG; 4. SUBDIREKTORAT ANEKA UMBI; 5. SUBBAGIAN TATA USAHA; DAN 6. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL. BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN 1. KEPALA BAGIAN UMUM 2. KEPALA BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI 3. KEPALA BIDANG PELAYANAN TEKNIK, INFORMASI DAN DOKUMENTASI BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENGUJIAN MUTU BENIH TPH 1. KEPALA BAGIAN UMUM 2. KEPALA BIDANG INFORMASI DAN JARINGAN LABORATORIUM

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 85 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 6. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Tahun 2012
LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS (HA) (HA) (KU/HA) 381.291 383.099 52,08 782.173 770.110 52,24 477.034 475.529 51,52 155.033 149.669 40,88 169.401 165.540 42,78 822.693 794.227 47,21 132.324 132.745 39,85 627.399 630.691 49,83 13.994 8.510 48,00 410 395 50,74 3.561.752 3.510.515 49,14 1.967 1.899 54,20 2.039.148 1.978.594 62,17 1.933.975 1.767.059 59,27 152.206 148.940 58,95 2.068.796 1.967.216 62,58 412.079 407.821 52,22 6.608.171 6.271.528 60,75 156.028 151.629 56,66 432.691 437.720 50,12 209.708 195.452 32,47 798.426 784.801 46,99 457.602 443.769 33,08 229.281 221.348 28,88 515.078 497.256 40,98 164.844 159.141 39,32 1.366.805 1.321.514 36,10 134.244 134.599 47,65 241.365 233.014 46,55 957.809 924.669 53,14 127.679 126.262 40,33 60.272 68.186 49,24 89.016 85.936 47,54 1.610.386 1.572.666 50,19 20.091 19.396 47,59 18.003 17.380 38,74 10.703 10.333 45,07 29.270 30.257 38,19 78.066 77.365 41,59 7.415.434 7.266.860 46,68 14.026.771 13.556.865 53,13 PRODUKSI (TON) 1.995.040 4.022.675 2.450.000 611.780 708.145 3.749.670 529.050 3.142.530 40.850 2.006 17.251.746 10.290 12.300.000 10.472.980 877.950 12.310.000 2.129.765 38.100.985 859.080 2.194.040 634.705 3.687.825 1.468.145 639.255 2.037.660 625.765 4.770.824 641.385 1.084.570 4.913.600 509.250 335.760 408.550 7.893.115 92.310 67.325 46.568 115.538 321.740 33.925.249 72.026.235

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.

PROVINSI N. ACEH D. SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BABEL KEP RIAU SUMATERA DKI JAKARTA JABAR JATENG DI JOGJA JATIM BANTEN JAWA BALI N.T.B. N.T.T. BALI & N.T KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM KALIMANTAN SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SUL BARAT SULAWESI MALUKU MALUKU UT PAPUA BARAT PAPUA MLK & PAPUA LUAR JAWA INDONESIA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 86 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 7. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung Tahun 2012
LUAS TANAM LUAS PANEN (HA) (HA) 53.491 51.088 269.363 257.260 77.467 73.986 30.657 29.280 13.072 12.484 35.235 33.652 38.270 36.551 494.268 472.060 1.099 1.049 711 679 1.013.633 968.091 30 29 187.059 178.654 745.880 712.368 80.083 76.485 1.361.228 1.300.068 17.591 16.800 2.391.871 2.284.405 31.277 29.872 97.572 93.189 353.910 338.009 482.760 461.069 54.096 51.665 3.599 3.437 27.945 26.689 6.661 6.362 92.300 88.153 174.994 167.131 52.868 50.492 375.192 358.334 45.019 42.997 192.497 183.849 27.544 26.306 868.114 829.110 9.160 8.748 11.238 10.733 4.614 4.407 748 714 25.760 24.602 2.482.566 2.371.025 4.874.437 4.655.430 PRODUKTIVITAS (KU/HA) 37,82 63,64 63,51 31,80 42,91 39,98 33,70 56,95 33,69 27,13 55,77 33,97 55,62 54,23 41,10 54,30 36,49 53,81 34,08 43,31 32,27 34,62 46,45 31,42 53,88 21,91 46,34 39,41 42,67 56,17 38,77 58,09 46,92 51,20 26,30 24,82 18,91 17,87 24,09 49,38 51,55 PRODUKSI (TON) 193.200 1.637.194 469.868 93.118 53.568 134.529 123.168 2.688.556 3.535 1.844 5.398.579 98 993.600 3.863.499 314.375 7.059.463 61.297 12.292.332 101.799 403.636 1.090.909 1.596.345 240.000 10.800 143.804 13.940 408.543 658.737 215.441 2.012.640 166.684 1.068.000 123.442 4.244.944 23.008 26.640 8.332 1.276 59.257 11.707.668 24.000.000

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.

PROPINSI ACEH SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BABEL KEP RIAU SUMATERA DKI JAKARTA JABAR JATENG DI JOGJA JATIM BANTEN JAWA BALI N.T.B. N.T.T. BALI & N.T KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM KALIMANTAN SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SUL BARAT SULAWESI MALUKU MALUKU UT IRJA BARAT PAPUA MLK & PAPUA LUAR JAWA INDONESIA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 87 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 8. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Tahun 2012
LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 121.900 117.098 14,89 174.400 25.900 24.796 13,87 34.400 10.000 8.757 15,30 13.400 12.000 10.620 13,47 14.300 16.000 17.718 13,77 24.400 18.000 17.515 15,30 26.800 11.500 11.009 13,26 14.600 27.700 23.498 13,87 32.600 243.000 231.012 14,50 334.900 79.700 78.675 15,91 125.200 197.900 189.013 16,32 308.500 45.000 42.937 15,30 65.700 371.000 364.539 15,30 557.800 30.000 26.249 15,51 40.700 723.600 701.413 15,65 1.097.900 10.000 13.397 15,30 20.500 158.400 135.156 14,38 194.400 7.000 4.977 13,26 6.600 175.400 153.530 42,95 221.500 5.500 4.159 13,47 5.600 20.800 16.387 13,67 22.400 9.400 7.462 13,67 10.200 12.000 7.946 13,47 10.700 47.700 35.954 13,60 48.900 12.600 12.034 14,79 17.800 7.800 9.803 14,79 14.500 54.200 57.123 16,53 94.400 14.300 13.649 13,26 18.100 9.300 6.896 14,79 10.200 8.700 13.319 14,79 19.700 106.900 112.823 15,48 174.700 3.000 3.119 13,47 4.200 2.900 3.342 13,47 4.500 3.000 3.620 13,26 4.800 6.500 6.485 13,26 8.600 15.400 16.566 13,34 22.100 588.400 549.885 14,59 802.100 1.312.000 1.250.000 15,20 1.900.000

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.

PROPINSI ACEH SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BABEL KEP RIAU SUMATERA DKI JAKARTA JABAR JATENG DI JOGJA JATIM BANTEN JAWA BALI N.T.B. N.T.T. BALI & N.T KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM KALIMANTAN SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SUL BARAT SULAWESI MALUKU MALUKU UT IRJA BARAT PAPUA MLK & PAPUA LUAR JAWA INDONESIA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 88 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 9. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kacang Tanah Tahun 2012
LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 7.142 19.681 9.605 4.248 2.346 6.246 9.530 20.668 597 201 80.264 25 79.228 157.617 78.079 217.015 16.649 548.613 16.075 36.743 27.557 80.375 2.411 2.067 18.372 3.100 25.950 8.612 6.889 44.781 9.760 2.756 1.608 74.406 4.019 5.741 2.187 3.445 15.392 276.387 825.000 6.802 18.743 9.147 4.046 2.234 5.949 9.076 19.684 569 191 76.441 24 75.453 150.114 74.360 206.677 15.856 522.484 15.309 34.993 26.245 76.547 2.296 1.968 17.496 2.953 24.713 8.201 6.561 42.648 9.295 2.624 1.531 70.860 3.827 5.468 2.078 3.282 14.655 263.216 785.700 14,26 13,33 14,52 10,89 13,48 14,36 10,73 14,00 11,04 10,89 13,35 12,08 16,54 15,24 11,87 13,35 16,07 14,23 14,52 14,52 13,22 14,07 12,45 12,65 12,55 12,44 12,53 14,26 18,15 14,00 9,78 12,96 15,02 13,84 12,76 12,44 11,82 11,40 12,20 13,55 14,00 9.699 24.977 13.281 4.406 3.012 8.544 9.742 27.557 628 208 102.054 29 124.805 228.839 88.250 275.843 25.487 743.253 22.227 50.804 34.701 107.732 2.858 2.490 21.955 3.674 30.977 11.695 11.907 59.706 9.090 3.402 2.300 98.100 4.882 6.804 2.456 3.742 17.884 356.747 1.100.000

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.

PROVINSI ACEH SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BABEL KEP RIAU SUMATERA DKI JAKARTA JABAR JATENG DI JOGJA JATIM BANTEN JAWA BALI N.T.B. N.T.T. BALI & N.T KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM KALIMANTAN SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SUL BARAT SULAWESI MALUKU MALUKU UT IRJA BARAT PAPUA MLK & PAPUA LUAR JAWA INDONESIA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 89 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 10. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kacang Hijau Tahun 2012
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. PROVINSI ACEH SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BABEL KEP RIAU SUMATERA DKI JAKARTA JABAR JATENG DI JOGJA JATIM BANTEN JAWA BALI N.T.B. N.T.T. BALI & N.T KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM KALIMANTAN SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SUL BARAT SULAWESI MALUKU MALUKU UT IRJA BARAT PAPUA MLK & PAPUA LUAR JAWA INDONESIA LUAS TANAM (HA) 2.955 6.099 1.374 2.079 616 3.115 1.797 5.579 1 23.615 13.495 99.531 1.141 77.774 2.680 194.620 1.245 50.494 30.073 81.812 2.074 399 1.587 1.117 5.177 1.883 1.602 26.962 2.373 501 960 34.281 661 418 819 1.198 3.095 147.980 342.600 LUAS PANEN (HA) 2.808 5.794 1.305 1.975 585 2.959 1.707 5.300 1 22.435 12.821 94.576 1.084 73.888 2.546 184.914 1.183 47.971 28.570 77.724 1.970 379 1.507 1.061 4.918 1.789 1.522 25.614 2.254 476 912 32.568 629 397 778 1.138 2.942 140.586 325.500 PRODUKTIVITAS (KU/HA) 12,67 12,13 13,28 12,11 12,08 15,32 10,87 10,14 10,26 12,12 12,17 12,36 7,29 12,63 10,14 12,39 10,69 11,21 9,26 10,48 8,02 9,45 11,75 12,02 10,14 15,38 9,00 13,89 9,12 13,51 15,02 13,44 11,90 12,21 11,51 11,67 11,75 11,44 11,98 PRODUKSI (TON) 3.556 7.031 1.734 2.393 706 4.532 1.855 5.376 1 27.184 15.600 116.874 791 93.284 2.582 229.130 1.265 53.757 26.457 81.478 1.581 358 1.771 1.275 4.986 2.751 1.370 35.574 2.055 643 1.370 43.764 748 485 896 1.328 3.457 160.870 390.000

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 90 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 11. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Kayu Tahun 2012
LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS (HA) (HA) (KU/HA) 4.113 3.917 132 45.803 43.622 207 6.114 5.823 207 6.670 6.352 117 3.112 2.964 144 14.729 14.027 160 7.781 7.411 124 352.374 335.592 254 2.001 1.906 150 1.334 1.270 113 444.030 422.883 238 56 53 123 124.498 118.569 197 213.425 203.261 185 71.142 67.754 159 253.442 241.372 170 13.339 12.704 149 675.902 643.711 178 13.117 12.492 155 9.449 8.999 127 94.485 89.985 113 117.050 111.476 118 18.119 17.256 153 9.671 9.210 124 9.560 9.104 155 8.893 8.469 163 46.242 44.040 149 6.892 6.564 138 5.002 4.764 171 33.570 31.971 179 14.895 14.186 175 1.667 1.588 127 4.669 4.446 149 66.695 63.519 170 12.227 11.645 136 12.227 11.645 128 2.779 2.647 120 4.446 4.235 123 31.680 30.171 130 705.698 672.089 201 1.381.600 1.315.800 190 PRODUKSI (TON) 51.555 902.890 120.516 74.164 42.790 224.829 92.031 8.533.351 28.519 14.293 10.084.940 652 2.335.266 3.768.878 1.078.749 4.092.503 188.781 11.464.828 193.590 114.617 1.012.451 1.320.658 263.754 114.381 141.091 138.439 657.666 90.570 81.412 573.512 248.449 20.227 66.073 1.080.243 158.216 149.564 31.744 52.140 391.664 13.535.172 25.000.000

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.

PROVINSI ACEH SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BABEL KEP RIAU SUMATERA DKI JAKARTA JABAR JATENG DI JOGJA JATIM BANTEN JAWA BALI N.T.B. N.T.T. BALI & N.T KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM KALIMANTAN SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SUL BARAT SULAWESI MALUKU MALUKU UT IRJA BARAT PAPUA MLK & PAPUA LUAR JAWA INDONESIA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 91 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 12. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Jalar Tahun 2012
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. PROVINSI N. ACEH D. SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BABEL KEP RIAU SUMATERA DKI JAKARTA JABAR JATENG DI JOGJA JATIM BANTEN JAWA BALI N.T.B. N.T.T. BALI & N.T KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM KALIMANTAN SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SUL BARAT SULAWESI MALUKU MALUKU UT IRJA BARAT PAPUA MLK & PAPUA LUAR JAWA INDONESIA LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 3.395 3.226 110 35.385 17.769 16.885 110 185.179 4.446 4.225 123 51.897 1.440 1.368 89 12.149 2.498 2.373 95 22.646 2.500 2.375 73 17.456 4.668 4.435 106 47.179 4.640 4.410 110 48.359 666 633 93 5.897 333 316 93 2.949 42.355 40.247 107 429.097 34.489 32.773 139 456.462 12.897 12.256 141 173.385 514 489 121 5.897 16.720 15.888 121 191.667 3.155 2.998 124 37.154 67.776 64.403 134 864.564 6.288 5.975 128 76.667 1.638 1.557 125 19.462 19.524 18.552 95 176.923 27.450 26.084 105 273.051 878 835 92 7.667 1.582 1.503 91 13.682 1.495 1.421 112 15.923 2.549 2.422 105 25.359 6.505 6.181 101 62.631 3.500 3.326 106 35.385 2.333 2.217 106 23.590 8.231 7.822 121 94.359 2.291 2.177 91 19.815 608 578 102 5.897 596 566 104 5.897 17.560 16.686 111 184.944 1.552 1.475 100 14.744 3.386 3.218 99 31.846 3.112 2.958 104 30.903 37.304 35.448 115 408.221 45.355 43.099 113 485.713 139.224 132.297 109 1.435.436 207.000 196.700 117 2.300.000

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 92 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 13. Alokasi Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA. 2012
No. 1 Kegiatan dan Output Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia a. SLPTT : b. c. d. SLPTT Padi Non Hibrida (Rp 3,7jt/LL) SLPTT Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi (Rp 64,85jt/Unit) SLPTT Padi Non Hibrida Peningkatan IP (Rp 64,85jt/Unit) SLPTT Padi Hibrida (Rp 3,7jt/ LL) SLPTT Padi Hibrida Spesifik Lokasi (Rp 44,6jt/ Unit) SLPTT Padi Lahan Kering (Rp 3,7 jt/LL) SLPTT Jagung Hibrida (Rp 3,7 jt/LL) 3.700,00 Ribu ha 2.651,70 Ribu Ha 33,55 Ribu Ha 14,75 Ribu Ha 290,70 Ribu Ha 9,30 Ribu Ha 500 Ribu Ha 200 Ribu Ha 12.725 Ha 10 Prov 1 Pusat 31 Prov 371 Kab 2 Pengelolaan Produksi Tanaman Akabi a. b. c. d. e. f. g. SL-PTT Kedelai (Rp 3,93jt/LL) Pengembangan Kedelai Model (Rp 4,43jt/Unit)) Pengembangan Kc.Tanah (Rp.2.929,5 jt) Pengembangan Ubi Kayu (Rp10,215jt/ha,-) Pengembangan Ubi Jalar (Rp7,718 jt/ha) Pertemuan Koordinasi Stakeholder Non Kedelai (2 kali) Pembinaan, pengawalan, monev SLPTT & pengembangan 350 Ribu Ha 2.094 Ha 100 Ha 300 Ha 850 Ha 54 Pkt 1 Pusat 28 Prov 184 Kab h. Ubinan SL-PTT Kedelai (Rp.180.000,-/Unit) 3.500 Ribu Ha 70.000.000 8.504.400 7.000.000 7.000.000 87.028.700 38.261.500 41.478.000 764.000 25.195.700 7.760.800 2.350.000 5.410.800 392.451.600 107.559.000 74.000.000 49.332.100 49.714.000 160.988.230 137.550.000 6.868.320 292.950 3.064.500 6.642.750 5.939.710 630.000 630.000 175.749.030 137.550.000 6.868.320 292.950 3.064.500 6.642.750 2.350.000 18.350.510 70.000.000 764.000 83.414.100 Volume Pusat 78.504.400 Provinsi 192.727.900 Kab/Kota 673.056.700 Jumlah 944.289.000 790.110.900

Optimalisasi Pengembangan Areal Tanam Jagung Hibrida Fasilitasi Kemitraan Pengembangan Pangan Alternatif Pembinaan, pengawalan, monev SLPTT & pengembangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 93 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


No. 3 Kegiatan dan Output Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan a. BLBU: b. c. d. e. f. BLBU padi non hibrida (Rp 8.500/kg) @25kg/ha BLBU padi hibrida (Rp 56 rb/kg) @15kg/ha BLBU padi lahan kering (Rp 9 rb/kg) @25kg/ha BLBU jagung hibrida (Rp40 rb/kg) @15kg/ha BLBU kedelai (13,5 rb/kg) @40kg/ha 102 68 5 13 3 14 32 817 32 31 Ribu Ton Ribu Ton Ribu Ton Ribu Ton Ribu Ton Ribu Ton Balai Orang Balai Balai 406.937.500 151.200.000 66.909.375 76.890.000 77.862.600 47.549.000 2.451.000 11.400.000 16.846.500 166.812.500 100.800.000 45.590.625 43.110.000 111.137.400 47.549.000 2.451.000 11.400.000 16.846.500 45.450.000 10 700 2,5 4 8 1 28 230 k. Pembinaan, Pengawalan, Monev Perbenihan, BLBU & CBN 1 32 373 4 Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan a. Bantuan Sarana Pascapanen : b. c. Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar 442 15 25 12 10 12 1 31 204 Pkt Pkt Pkt Pkt Pkt Prov Pkt Prov Kab 6.941.000 130.000 7.394.500 1.684.500 63.336.000 1.125.000 1.500.000 720.000 600.000 7.105.000 7.394.500 15.730.500 Ribu Ha Ha Ribu Ha UPB UPB Paket Prov Kab Pusat Prov Kab 1.000.000 13.997.100 6.941.000 16.880.000 15.000.000 1.578.000 10.135.400 9.209.000 35.000.000 2.450.000 8.000.000 3.000.000 2.300.000 18.414.000 74.386.000 90.536.000 67.411.000 42.546.500 19.880.000 15.000.000 1.000.000 3.878.000 Volume Pusat 794.796.575 Provinsi 121.839.900 Kab/Kota 536.614.525 Jumlah 1.453.251.000 1.247.250.000

Operasional UPTD BPSBTPH Insentif Petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT) Sarana BPSBTPH Operasional Balai Benih Pemberdayaan Penangkar Padi Jagung Kedelai

g. h. i. j.

Pembangunan UPB Optimalisasi UPB Deregulasi Perbenihan Pembinaan, Pengawalan, Monev Pemb. Penangkar

Survei Susut Hasil Padi Pembinaan, Bimbingan Teknis, Apresiasi, & Monev Pascapanen

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 94 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


No. 5 Kegiatan dan Output Penguatan Perlindungan TP dari Gangguan OPT & DPI a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. 6 Operasional P3OPT (BPTPH) Koordinasi Penanggulangan OPT/DPI Operasional Brigade Proteksi Tanaman/Gerakan Pengendalian OPT Gerakan Pengendalian OPT/ bantuan pestisida Renovasi Gudang Brigade Pelatihan Alumni SLPHT untuk Penguatan RPH Surveilans OPT dan Monev SL Biaya Operasional POPT-PHP (Rp 500Rb/bln) Sekolah Lapangan Pengamatan Hama Terpadu (SLPHT) Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Pemberdayaan PPAH Operasional Lab Pengamatan Hama Penyakit (LPHP) Operasional Diperta Provinsi Operasional THL POPT-PHP Pembinaan, Pengawalan, Monev Perlintan Operasional BPMPT 505 Kab 80 Kali 86 Unit 158 Unit 77 Unit 143 Kelas 66 Pkt 2.908 Orang 1.941 Unit 130 Unit 620 Unit 95 Unit 14 Prov 1.168 Orang 1 Paket 1 Paket 12.558.500 3.500.000 9.353.000 1 Thn 1 Thn 1 Pkt 4.129.295 804.799 4.418.906 8.000.000 4.350.000 7.000.000 18.096.000 39.000.000 2.600.000 6.200.000 8.015.000 2.315.000 19.911.000 Volume Pusat 16.058.500 Provinsi 154.341.500 20.000.000 9.900.000 8.954.500 Kab/Kota 15.800.000 15.800.000 Jumlah 186.200.000 20.000.000 9.900.000 8.954.500 15.800.000 8.000.000 4.350.000 7.000.000 18.096.000 39.000.000 2.600.000 6.200.000 8.015.000 2.315.000 19.911.000 12.558.500 3.500.000 9.353.000 4.129.295 804.799 4.418.906

Pengembangan Peramalan Serangan OPT a. b. c. Gaji Operasional Kantor Pengembangan Peramalan Serangan OPT

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 95 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

No. 7

Kegiatan dan Output Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih a. b. c. Gaji Operasional Kantor Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih

Volume

Pusat 7.300.000

Provinsi 26.467.900 10.144.200 2.820.000

Kab/Kota 37.400.000 -

Jumlah 7.300.000 3.164.532 1.170.004 2.965.464 248.813.961 46.507.092 10.840.047 30.000.000 45.600.000 10.144.200 16.610.800

1 Thn 1 Thn 1 Pkt

3.164.532 1.170.004 2.965.464 184.946.061

Dukungan Manajemen & Teknis Lainnya pada Ditjen TP a. b. c. d. e. f. Gaji Operasional Kantor LM3 Bencana Alam Insentif Mantritani Honor Pengelola Keuangan & Administrasi Satker 1 Thn 1 Thn 1 Pkt 1 Pkt 3.074 Org 1 Pusat 33 Prov 374 Kab g. Perencanaan Program & Kegiatan 1 Pusat 33 Prov 374 Kab h. Pengelolaan Keuangan (SAI) & Perlengkapan 1 Pusat 33 Prov 374 Kab i. Evaluasi, Pelaporan, Pengawasan & Data Statistik 1 Pusat 33 Prov 374 Kab j. k. Pengelolaan Bidang Umum Dukungan Manajemen Lainnya Total 1 Pusat 1 Pusat

46.507.092 10.840.047 30.000.000 45.600.000 1.000.000

12.790.800 12.000.000 6.264.000 9.350.000 4.350.000 3.739.500 7.480.000 4.380.000 3.500.200 7.779.200 5.900.000 24.368.922 1.104.899.536 512.347.000 1.498.245.455 5.900.000 24.368.922 3.115.491.991 15.659.400 15.569.500 27.614.000

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 96 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 14. Indikator Kegiatan Utama Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012
SLPTT Padi (Ha) No. Provinsi dan Kabupaten/Kota Padi Non Hibrida Hanya Bantuan Benih 147.200 3.500 13.600 12.500 2.000 2.500 7.400 15.500 17.400 10.000 15.000 3.000 4.000 7.400 3.500 12.000 7.000 1.200 7.200 2.500 137.900 8.400 3.750 11.450 4.450 5.150 9.700 9.550 4.200 8.500 7.000 9.000 8.250 3.150 1.350 3.150 7.000 4.450 2.500 5.600 3.150 2.650 3.750 4.150 3.150 4.450 Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi 1.800 1.800 600 600 600 1.100 1.100 550 550 Padi Non Hibrida Peningkatan IP 1.000 1.000 500 500 1.000 1.000 500 500 Pengembangan (Ha) SLPTT Padi Hibrida Padi Lahan SLPTT Padi Hibrida Jagung Hanya Kering Hanya Kedelai (Ha) Kedelai Kacang Spesifik Ubi Ubi Hibrida (Ha) Bantuan Bantuan Lokasi Model Tanah Kayu Jalar Benih Benih 14.150 850 10.000 2.175 32.500 249 850 450 50 500 450 50 300 1.430 70 500 500 200 950 50 975 875 950 50 3.100 350 2.500 49 1.430 70 500 150 2.500 50 950 50 150 11.000 100 1.430 70 150 6.000 50 950 50 950 50 1.430 70 450 50 575 1.430 70 800 450 50 250 300 2.500 500 1.000 450 50 1.000 7.000 300 200 14.000 7.500 10.050 8.000 750 300 1.500 750 450 900 2.000 1.500 1.500 300 1.500 200 2.500 750 100 600 500 2.000 1.500 500 1.450 300 400 750 500 1.000 525 750 150 900 450 750 500 100 750 1.000 750 100 300 300 500 1.450 300 750 500 225 1.250 225 225 1.500 300 500 Pemberdayaan Penangkar (Ha) Padi 550 50 50 50 50 50 50 50 50 50 100 700 50 50 50 50 100 100 50 50 50 50 50 50 Jagung 50 50 Kedelai 125 Padi 21 Bantuan Sarana Pascapanen (paket) Jagung Kedelai 2 Ubi Kayu Ubi Jalar Sarana Pengendalian OPT (kali) 2 SLPHT (unit) SLI (unit)

1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

ACEH Dinas Provinsi Kab. Aceh Barat Kab. Aceh Besar Kab. Aceh Selatan Kab. Aceh Singkil Kab. Aceh Tengah Kab. Aceh Tenggara Kab. Aceh Timur Kab. Aceh Utara Kab. Bireuen Kab. Aceh Pidie Kab. Simeuleu Kab. Gayo Lues Kab. Aceh Barat Daya Kab. Aceh Jaya Kab. Nagan Raya Kab. Aceh Tamiang Kab. Bener Meriah Kab. Pidie Jaya Kota Banda Aceh Kota Sabang Kota Langsa Kota Lhokseumawe Kota Sibulussalam Kota Meulaboh SUMUT Dinas Propinsi Kab. Asahan Kab. Dairi Kab. Deli Serdang Kab. Tanah Karo Kab. Labuhan Batu Kab. Langkat Kab. Mandailing Natal Kab. Nias Kab. Simalungun Kab. Tapanuli Selatan Kab. Tapanuli Tengah Kab. Tapanuli Utara Kab. Toba Samosir Kab. Pakpak Barat Kab. Humbang Hasundutan Kab. Serdang Bedagai Kab. Padang lawas Kota Binjai Kota Medan Kota Pematang Siantar Kota Sibolga Kota Tanjung Balai Kota Tebing Tinggi Kota Padang Sidempuan Kota Gunung Sitoli Kab. Nias Selatan Kab. Samosir Kab Padang Lawas Utara Kab. Labuhan Batu Selatan Kab. Labuhan Batu Utara Kab Nias Barat Kab. Nias Utara Kab. Batu Bara Kota Sidikalang Kota Lubukpakam Kota Stabat Kota Tarutung

82

25 25 25

25 25

4 2 2 4 4 2 3 19 1

125

110

25

4 2 4 2 4 2 -

25 25

25

25 -

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 97 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

No.

Padi Non Provinsi dan Kabupaten/Kota Hibrida Hanya Bantuan Benih 97.800 8.900 9.500 8.900 9.500 9.500 7.000 9.500 9.500 7.500 5.500 4.750 2.900 2.850 2.000 48.400 4.000 8.950 3.500 3.000 4.000 4.000 10.450 4.000 4.500 2.000

3 SUMBAR Dinas Propinsi 1 Kab. Lima Puluh Kota 2 Kab. Agam 3 Kab. Kep Mentawai 4 Kab. Padang Pariaman 5 Kab. Pasaman 6 Kab. Pesisir Selatan 7 Kab. Sijunjung 8 Kab. Solok 9 Kab. Tanah Datar 10 Kab. Dharmas Raya 11 Kab. Solok Selatan 12 Kab. Pasaman Barat 13 Kota Bukit Tinggi 14 Kota Padang Panjang 15 Kota Padang 16 Kota Payakumbuh 17 Kota Sawahlunto 18 Kota Solok 19 Kota Pariaman 20 Kota Painan 21 Kota Lubuk Sikaping 4 RIAU Dinas Propinsi 1 Kab. Bengkalis 2 Kab. Indragiri Hilir 3 Kab. Indragiri Hulu 4 Kab. Kampar 5 Kab. Kuantan Singingi 6 Kab. Pelalawan 7 Kab. Rokan Hilir 8 Kab. Rokan Hulu 9 Kab. Siak 10 Kota Dumai 11 Kota Pekanbaru 12 Kota Rengat 13 Kab Meranti

SLPTT Padi (Ha) Pengembangan (Ha) SLPTT Padi Non Padi Non Padi Hibrida Padi Lahan SLPTT Padi Hibrida Jagung Hibrida Hibrida Hanya Kering Hanya Kedelai (Ha) Kedelai Kacang Spesifik Ubi Ubi Hibrida (Ha) Spesifik Peningkatan Bantuan Bantuan Lokasi Model Tanah Kayu Jalar Lokasi IP Benih Benih 1.200 1.000 10.000 8.175 1.150 1.200 1.000 600 750 1.000 750 100 600 2.500 1.200 350 1.350 250 1.000 225 300 750 500 1.000 750 50 1.500 900 500 3.000 1.200 400 1.100 500 1.200 300 9.500 1.155 3.800 250 1.100 500 300 550 400 100 180 250 250 400 100 3.000 240 100 500 1.000 225 550 400 100 180 1.500 500 4.500 180 1.700 250 500 150 -

Pemberdayaan Penangkar (Ha) Padi 600 50 50 50 50 50 50 50 50 100 50 50 150 50 50 50 Jagung Kedelai Padi

Bantuan Sarana Pascapanen (paket) Jagung 4 1 Kedelai -

Sarana Pengendalian OPT (kali) Ubi Kayu Ubi Jalar 2

SLPHT (unit) 76

SLI (unit) 4

13 2 2 2 2 1 2 2

2 7

30

2 -

2 1 2 -

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 98 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

No.

Padi Non Provinsi dan Kabupaten/Kota Hibrida Hanya Bantuan Benih 58.400 3.500 3.500 8.750 6.000 3.500 3.450 6.950 15.000 2.750 1.875 3.125 147.200 14.500 13.400 12.000 13.400 11.900 4.000 16.000 20.000 12.000 10.000 11.500 2.500 4.000 2.000 48.900 5.350 9.250 4.250 4.600 8.700 4.650 3.950 2.000 3.450 2.700

5 JAMBI Dinas Propinsi 1 Kab. Batanghari 2 Kab. Bungo 3 Kab. Kerinci 4 Kab. Merangin 5 Kab. Muaro Jambi 6 Kab. Sarolangun 7 Kab. Tanjung Jabung Barat 8 Kab. Tj. Jabung Timur 9 Kab. Tebo 10 Kota Jambi 11 Kota Sungai Penuh 6 SUMSEL Dinas Propinsi 1 Kab. Lahat 2 Kab. Musi Banyuasin 3 Kab. Musi Rawas 4 Kab. Muara Enim 5 Kab. Ogan Komering Ilir 6 Kab. Ogan Komering Ulu 7 Kab. Banyuasin 8 Kab. OKU Timur 9 Kab. OKU Selatan 10 Kab. Ogan Ilir 11 Kab. Empat lawang 12 Kota Palembang 13 Kota Prabumulih 14 Kota Pagar Alam 15 Kota Lubuk Linggau 16 Kab Baturaja 7 BENGKULU Dinas Propinsi 1 Kab. Bengkulu Selatan 2 Kab. Bengkulu Utara 3 Kab. Rejang Lebong 4 Kab. Kaur 5 Kab. Seluma 6 Kab. Muko-muko 7 Kab. Lebong 8 Kab. Kepahiang 9 Kab Bengkulu Tengah 10 Kota Bengkulu

SLPTT Padi (Ha) Pengembangan (Ha) SLPTT Padi Non Padi Non Padi Hibrida Padi Lahan SLPTT Padi Hibrida Jagung Hibrida Hibrida Hanya Kering Hanya Kedelai (Ha) Kedelai Kacang Spesifik Ubi Ubi Hibrida (Ha) Spesifik Peningkatan Bantuan Bantuan Lokasi Model Tanah Kayu Jalar Lokasi IP Benih Benih 1.100 500 2.500 12.500 1.500 6.000 250 1.100 500 550 50 500 2.000 300 400 50 500 2.000 300 500 3.500 550 50 500 375 500 550 1.000 3.000 150 100 550 150 1.000 225 2.200 50 2.000 700 50 1.800 1.000 11.900 600 20.000 3.525 4.800 150 1.800 1.000 600 500 2.300 1.900 100 600 2.050 900 2.400 100 2.300 300 500 600 500 2.300 225 400 500 1.400 100 2.650 450 500 50 2.300 300 1.400 100 1.250 750 600 3.400 100 1.000 375 600 1.400 100 2.300 225 400 1.400 100 1.550 500 1.100 1.000 7.500 1.875 2.500 1.100 500 2.000 300 500 500 525 1.500 500 250 550 500 450 250 1.000 300 750 250 300 550 2.250 250 -

Pemberdayaan Penangkar (Ha) Padi 350 50 50 50 50 50 50 50 350 50 50 50 50 50 50 50 200 50 50 50 50 Jagung 50 50 Kedelai 175 25 25 Padi

Bantuan Sarana Pascapanen (paket) Jagung 7 Kedelai 1

Sarana Pengendalian OPT (kali) Ubi Kayu Ubi Jalar 3

SLPHT (unit) 44

SLI (unit) 2

25 25 25 25 25

2 2 1 2 1 27 2 4 3 3 1 3 4 4 3 5

65

29

1 1 1 1 1 -

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 99 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

No.

Provinsi dan Kabupaten/Kota

Padi Non Hibrida Hanya Bantuan Benih 147.350 11.950 17.000 17.450 12.000 18.000 12.500 11.950 12.500 10.000 7.500 10.000 6.500 197.500 10.000 11.000 8.000 12.000 10.000 11.750 12.500 19.500 18.250 8.000 12.500 7.000 14.500 12.500 9.625 12.000 6.500 1.250 625

8 LAMPUNG Dinas Propinsi 1 Kab. Lampung Barat 2 Kab. Lampung Selatan 3 Kab. Lampung Tengah 4 Kab. Lampung Utara 5 Kab. Lampung Timur 6 Kab. Tanggamus 7 Kab. Tulang Bawang 8 Kab. Way Kanan 9 Kab. Pesawaran 10 Kab. Mesuji 11 Kab. Pringsewu 12 Kab. Tulangbawang Barat 13 Kota Bandar Lampung 14 Kota Metro 9 DKI Dinas Propinsi 1 Kab Adm Kep Seribu 2 Kota Adm Jakarta Barat 3 Kota Adm Jakarta Pusat 4 Kota Adm Jakarta Selatan 5 Kota Adm Jakarta Timur 6 Kota Adm Jakarta Utara 10 JABAR Dinas Propinsi 1 Kab. Bandung 2 Kab. Bekasi 3 Kab. Bogor 4 Kab. Ciamis 5 Kab. Cianjur 6 Kab. Cirebon 7 Kab. Garut 8 Kab. Indramayu 9 Kab. Karawang 10 Kab. Kuningan 11 Kab. Majalengka 12 Kab. Purwakarta 13 Kab. Subang 14 Kab. Sukabumi 15 Kab. Sumedang 16 Kab. Tasikmalaya 17 Kota Banjar 18 Kab. Bandung Barat 19 Kota Cimahi 20 Kota Tasikmalaya 21 Kota Bandung 22 Kota Bekasi 23 Kota Bogor 24 Kota Cirebon 25 Kota Depok 26 Kota Sukabumi

Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi 1.650 1.650 550 550 550 1.500 1.500 500 500 500 -

SLPTT Padi (Ha) Pengembangan (Ha) SLPTT Padi Non Padi Hibrida Padi Lahan SLPTT Padi Hibrida Jagung Hibrida Hanya Kering Hanya Kedelai (Ha) Kedelai Kacang Spesifik Ubi Ubi Hibrida (Ha) Peningkatan Bantuan Bantuan Lokasi Model Tanah Kayu Jalar IP Benih Benih 1.000 14.700 300 12.500 14.550 6.000 300 1.000 300 1.000 375 500 1.970 30 1.500 2.250 1.350 50 2.470 30 2.000 2.625 1.600 1.470 30 1.500 1.350 1.100 500 1.470 30 1.500 2.625 750 970 30 300 1.275 970 30 1.000 975 600 150 970 30 1.500 975 600 100 1.970 30 1.500 1.200 1.470 30 970 30 200 450 500 450 1.000 18.880 1.120 50.000 11.850 21.260 375 1.000 1.120 1.430 70 3.750 1.350 1.430 70 500 750 1.430 70 3.125 750 2.500 100 1.430 70 6.250 750 5.000 50 500 930 70 250 8.750 2.250 5.000 100 930 70 5.000 2.000 100 1.180 70 1.250 1.430 70 1.250 260 1.430 70 500 1.500 1.500 25 930 70 1.875 525 930 70 1.250 1.000 1.430 70 7.500 975 1.000 1.430 70 3.750 1.500 1.500 1.430 70 2.500 1.500 1.000 500 930 70 2.500 500 180 70 -

Pemberdayaan Penangkar (Ha) Padi 550 50 100 50 50 100 50 50 50 50 Jagung Kedelai 125 25 25 25 25 25 Padi

Bantuan Sarana Pascapanen (paket) Jagung Kedelai 1 Ubi Kayu Ubi Jalar -

Sarana Pengendalian OPT (kali) 2

SLPHT (unit) 65

SLI (unit) 3

26 3 3 4 2 3 2 2 2 2 1 1 1 -

650 100 50 50 50 50 50 100 100 50 50 -

300

45 2 2 3 3 4 4 3 4 1 2 3 4 3 2 3 2

179

14

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

1 1

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 100 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

No.

Provinsi dan Kabupaten/Kota

Padi Non Hibrida Hanya Bantuan Benih 198.000 8.500 8.500 2.875 3.500 8.000 10.000 12.500 8.000 9.500 5.000 7.000 9.000 6.125 7.000 3.500 7.500 6.500 4.500 8.000 8.000 8.500 5.500 6.500 10.000 6.250 3.750 4.500 5.500 4.000 33.500 10.625 3.000 7.625 12.250 -

11 JATENG Dinas Propinsi 1 Kab. Banjarnegara 2 Kab. Banyumas 3 Kab. Batang 4 Kab. Blora 5 Kab. Boyolali 6 Kab. Brebes 7 Kab. Cilacap 8 Kab. Demak 9 Kab. Grobogan 10 Kab. Jepara 11 Kab. Karanganyar 12 Kab. Kebumen 13 Kab. Kendal 14 Kab. Klaten 15 Kab. Kudus 16 Kab. Magelang 17 Kab. Pati 18 Kab. Pekalongan 19 Kab. Pemalang 20 Kab. Purbalingga 21 Kab. Purworejo 22 Kab. Rembang 23 Kab. Semarang 24 Kab. Sragen 25 Kab. Sukoharjo 26 Kab. Tegal 27 Kab. Temanggung 28 Kab. Wonogiri 29 Kab. Wonosobo 30 Kota Tegal 31 Kota Magelang 32 Kota Pekalongan 33 Kota Salatiga 34 Kota Semarang 35 Kota Surakarta 12 DI YOGYAKARTA Dinas Propinsi 1 Kab. Bantul 2 Kab. Gunung Kidul 3 Kab. Kulon Progo 4 Kab. Sleman 5 Kota Yogyakarta

Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi 1.000 1.000 500 500 1.000 1.000 375 375 250 -

SLPTT Padi (Ha) Pengembangan (Ha) SLPTT Padi Non Padi Hibrida Padi Lahan SLPTT Padi Hibrida Jagung Hibrida Hanya Kering Hanya Kedelai (Ha) Kedelai Kacang Spesifik Ubi Ubi Hibrida (Ha) Peningkatan Bantuan Bantuan Lokasi Model Tanah Kayu Jalar IP Benih Benih 1.000 18.040 1.960 45.125 27.600 51.000 100 1.000 1.960 1.080 70 2.500 1.500 500 480 70 3.300 450 2.000 50 680 70 450 930 70 4.200 1.500 3.500 130 70 3.300 1.050 2.500 430 70 1.600 1.200 1.000 1.430 70 5.000 675 2.500 430 70 3.300 1.500 3.000 680 70 4.150 1.800 10.000 430 70 975 880 70 250 975 430 70 5.000 975 5.000 430 70 850 1.500 1.000 330 70 750 2.500 500 430 70 75 525 500 430 70 600 430 70 850 750 2.000 50 430 70 750 430 70 2.000 900 430 70 850 900 430 70 450 4.000 680 70 850 1.050 2.000 1.430 70 700 900 430 70 900 1.500 430 70 525 2.000 750 2.430 70 850 1.050 430 70 5.500 1.500 6.000 430 70 750 500 2.000 20.000 2.100 7.100 100 500 500 50 375 1.100 500 500 19.700 900 5.000 100 500 175 450 1.000 500 75 375 -

Pemberdayaan Penangkar (Ha) Padi 500 50 50 50 50 100 100 50 50 200 50 50 50 50 Jagung 100 50 50 Kedelai 425 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 Padi

Bantuan Sarana Pascapanen (paket) Jagung 3 Kedelai 3 Ubi Kayu Ubi Jalar -

Sarana Pengendalian OPT (kali) 3

SLPHT (unit) 173

SLI (unit) 18

61 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 5 2 1 2 -

25

25 25 25 25 25

75 25 25 25

2 1 1

38

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 101 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

No.

Provinsi dan Kabupaten/Kota

Padi Non Hibrida Hanya Bantuan Benih 197.000 4.000 7.000 6.500 9.000 4.500 9.000 17.500 16.500 4.000 15.500 7.500 5.500 11.000 4.000 4.000 8.000 5.000 4.500 1.000 6.500 11.000 8.500 4.000 2.500 8.000 1.500 2.500 5.000 3.500 97.450 10.000 14.000 4.000 6.500 5.000 22.000 6.500 6.500 4.500 2.000 12.450 4.000 48.900 5.000 2.500 8.825 3.500 3.500 5.625 1.500 2.875 2.875 4.450 1.500 3.500 3.250 -

13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

JATIM Dinas Propinsi Kab. Bangkalan Kab. Banyuwangi Kab. Blitar Kab. Bojonegoro Kab. Bondowoso Kab. Gresik Kab. Jember Kab. Jombang Kab. Kediri Kab. Lamongan Kab. Lumajang Kab. Madiun Kab. Magetan Kab. Malang Kab. Mojokerto Kab. Nganjuk Kab. Ngawi Kab. Pacitan Kab. Pamekasan Kab. Pasuruan Kab. Ponorogo Kab. Probolinggo Kab. Sampang Kab. Sidoarjo Kab. Situbondo Kab. Sumenep Kab. Trenggalek Kab. Tuban Kab. Tulungagung Kota Blitar Kota Kediri Kota Malang Kota Mojokerto Kota Pasuruan Kota Probolinggo Kota Surabaya Kota Batu Kota Madiun KALBAR Dinas Propinsi Kab. Bengkayang Kab. Landak Kab. Kapuas Hulu Kab. Ketapang Kab. Pontianak Kab. Sambas Kab. Sanggau Kab. Sintang Kab. Melawi Kab. Sekadau Kab. Kubu Raya Kab. Kayong Utara Kota Pontianak Kota Singkawang KALTENG Dinas Propinsi Kab. Barito Selatan Kab. Barito Utara Kab. Kapuas Kab. Kotawaringin Barat Kab. Kotawaringin Timur Kab. Katingan Kab. Seruyan Kab. Sukamara Kab. Lamandau Kab. Pulang Pisau Kab. Murung Raya Kab. Barito Timur Kab. Gunung Mas Kota Palangka Raya

Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi 2.000 2.000 500 500 500 500 1.800 1.800 600 600 600 1.100 1.100 550 550 -

SLPTT Padi (Ha) Padi Non Padi Hibrida Hibrida Hanya Peningkatan Bantuan IP Benih 1.000 74.440 1.000 1.480 4.980 2.480 4.980 2.480 2.480 5.980 2.980 500 2.480 5.980 1.980 4.980 1.480 1.980 1.480 1.980 4.980 980 480 2.980 3.980 1.480 1.980 500 1.480 980 1.480 980 2.480 750 5.300 750 800 1.000 200 400 300 400 500 250 1.550 650 200 50 150 -

SLPTT Padi Lahan SLPTT Padi Hibrida Jagung Kering Hanya Kedelai (Ha) Spesifik Hibrida (Ha) Bantuan Lokasi Benih 560 62.500 29.850 121.300 560 20 1.700 1.500 1.500 20 1.350 21.000 20 3.500 1.050 5.000 20 2.675 1.200 9.750 20 1.050 20 975 20 1.050 11.000 20 1.050 6.000 20 1.050 20 9.000 1.050 12.500 20 4.000 750 1.000 20 300 5.000 20 525 1.500 20 825 1.350 20 1.775 900 2.000 20 4.300 900 8.000 20 450 10.000 20 10.675 750 1.000 20 1.775 1.050 20 900 7.500 20 600 2.800 20 1.500 20 4.450 1.500 4.250 150 500 20 8.875 1.500 20 450 1.800 3.000 20 5.200 750 2.000 20 1.500 2.000 20 3.300 1.350 4.000 700 20.000 2.850 1.300 700 100 3.500 900 50 100 3.000 300 2.800 100 2.200 225 100 300 50 100 1.000 3.300 225 2.750 225 100 1.500 150 650 225 100 600 100 100 300 20.000 2.300 300 100 1.000 300 3.250 200 5.125 500 1.250 2.000 3.250 150 500 900 2.250 300 1.375 150 -

Pengembangan (Ha) Kedelai Model 170 Kacang Tanah Ubi Kayu Ubi Jalar -

Pemberdayaan Penangkar (Ha) Padi 550 50 100 100 50 50 50 50 50 50 650 50 50 50 50 50 100 50 50 50 50 50 50 100 50 50 Jagung Kedelai 425 25 25 25 25 25 25 25 25 Padi

Bantuan Sarana Pascapanen (paket) Jagung 2 Kedelai 3 Ubi Kayu Ubi Jalar -

Sarana Pengendalian OPT (kali) 3

SLPHT (unit) 190

SLI (unit) 16

54

70

25 25 25

50

4 2 2 2 2 5 3 2 1 3 3 2 1 3 3 1 2 2 3 2

25 25 25

2 25 25 25 2 2 10

50

25

55

25

2 2 1 3 2 2

30

2 -

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 102 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

No.

Padi Non Provinsi dan Kabupaten/Kota Hibrida Hanya Bantuan Benih 137.350 9.500 14.450 20.000 15.000 10.000 10.000 11.450 12.000 16.950 10.000 8.000 33.525 3.000 5.450 2.000 2.500 2.000 2.500 4.450 2.000 8.000 1.625 48.900 17.000 7.000 4.750 600 2.950 3.650 7.400 600 2.000 1.700 1.250

16 KALSEL Dinas Propinsi 1 Kab. Banjar 2 Kab. Barito Kuala 3 Kab. Hulu Sungai Selatan 4 Kab. Hulu Sungai Tengah 5 Kab. Hulu Sungai Utara 6 Kab. Kota Baru 7 Kab. Tabalong 8 Kab. Tanah Laut 9 Kab. Tapin 10 Kab. Balangan 11 Kab. Tanah Bumbu 12 Kota Banjarmasin 13 Kota Banjar Baru 14 Kab Tala 17 KALTIM Dinas Propinsi 1 Kab. Berau 2 Kab. Bulungan 3 Kab. Kutai Barat 4 Kab. Kutai Timur 5 Kab. Malinau 6 Kab. Nunukan 7 Kab. Pasir 8 Kab. Penajem Paser Utr 9 Kab. Kutai Kertanegera 10 Kota Balikpapan 11 Kota Bontang 12 Kota Samarinda 13 Kota Tarakan 14 Kab. Tana Tidung 15 Kab. Tenggarong 18 SULUT Dinas Propinsi 1 Kab. Bolaang Mangondow 2 Kab. Minahasa 3 Kab. Kep. Talaud 4 Kab. Minahasa Selatan 5 Kota Tomohon 6 Kab. Minahasa Utara 7 Kab. Minahasa Tenggara 8 Kab. Bolmong Utara 9 Kab. Sangihe 10 Kab. Bolmang Selatan 11 Kab. Bolmang Timur 12 Kep Siau Tagulandang B 13 Kota Bitung 14 Kota Manado 15 Kota Kotamobagu

Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi 1.650 1.650 550 550 550 1.100 1.100 550 550 1.100 1.100 100 500 500 -

SLPTT Padi (Ha) Pengembangan (Ha) SLPTT Padi Non Padi Hibrida Padi Lahan SLPTT Padi Hibrida Jagung Hibrida Hanya Kering Hanya Kedelai (Ha) Kedelai Kacang Spesifik Ubi Ubi Hibrida (Ha) Peningkatan Bantuan Bantuan Lokasi Model Tanah Kayu Jalar IP Benih Benih 1.000 23.000 3.695 1.770 1.000 500 3.600 315 2.200 4.000 840 500 1.000 390 70 150 2.000 630 700 2.200 200 1.500 1.200 400 1.500 3.500 400 1.500 170 1.700 300 15.000 1.650 300 2.500 600 1.500 200 2.500 2.500 500 2.000 400 100 1.500 900 100 500 400 100 1.100 350 900 10.000 7.000 8.775 2.000 2.000 1.125 750 1.000 750 650 1.575 250 1.000 1.450 1.995 250 500 300 750 1.250 1.275 1.000 125 495 1.500 1.350 495 500 350 795 750 375 495 500 325 600 1.250 -

Pemberdayaan Penangkar (Ha) Padi 400 50 50 50 50 50 50 50 50 100 50 50 400 50 50 50 50 50 50 50 50 Jagung 100 50 50 Kedelai 125 Padi

Bantuan Sarana Pascapanen (paket) Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar -

Sarana Pengendalian OPT (kali) 3

SLPHT (unit) 76

SLI (unit) 7

23

25 25

25 25 25

4 2 3 3 2 2 2 3 2 4 2 2 10 1 3 2 1 2

39

48

2 -

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 103 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

No.

Provinsi dan Kabupaten/Kota

Padi Non Hibrida Hanya Bantuan Benih 73.400 14.450 4.000 7.000 7.450 7.000 7.000 17.000 1.000 500 8.000 182.350 3.500 3.375 19.450 10.000 7.500 10.000 3.500 7.500 10.000 11.500 7.500 12.500 3.000 15.000 4.500 12.000 6.950 2.500 11.450 2.500 12.500 5.000 625 73.900 1.000 25.450 20.000 1.000 16.950 5.000 1.500 3.000 -

19 SULTENG Dinas Propinsi 1 Kab. Banggai 2 Kab. Buol 3 Kab. Toli-Toli 4 Kab. Donggala 5 Kab. Morowali 6 Kab. Poso 7 Kab. Parigi Moutong 8 Kab. Tojo Una-Una 9 Kab. Banggai Kepulauan 10 Kab. Sigi 11 Kota Palu 20 SULSEL Dinas Propinsi 1 Kab. Bantaeng 2 Kab. Barru 3 Kab. Bone 4 Kab. Bulukumba 5 Kab. Enrekang 6 Kab. Gowa 7 Kab. Jeneponto 8 Kab. Luwu 9 Kab. Luwu Utara 10 Kab. Maros 11 Kab. Pangkep 12 Kab. Pinrang 13 Kab. Kep. Selayar 14 Kab. Sidenreng Rappang 15 Kab. Sinjai 16 Kab. Soppeng 17 Kab. Takalar 18 Kab. Tana Toraja 19 Kab. Wajo 20 Kota Palopo 21 Kab. Luwu Timur 22 Kab. Toraja Utara 23 Kota Pare-Pare 24 Kota Makassar 21 SULTRA Dinas Propinsi 1 Kab. Buton 2 Kab. Konawe 3 Kab. Kolaka 4 Kab. Muna 5 Kab. Konawe Selatan 6 Kab. Bombana 7 Kab. Wakatobi 8 Kab. Kolaka Utara 9 Kab. Konawe Utara 10 Kab. Buton Utara 11 Kota Bau-Bau 12 Kota Kendari

Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi 1.100 1.100 550 550 1.650 1.650 550 550 550 1.100 1.100 550 550 -

SLPTT Padi (Ha) Pengembangan (Ha) SLPTT Padi Non Padi Hibrida Padi Lahan SLPTT Padi Hibrida Jagung Hibrida Hanya Kering Hanya Kedelai (Ha) Kedelai Kacang Spesifik Ubi Ubi Hibrida (Ha) Peningkatan Bantuan Bantuan Lokasi Model Tanah Kayu Jalar IP Benih Benih 500 5.000 9.645 2.500 500 1.300 2.100 750 300 810 750 500 500 650 1.200 250 800 300 1.500 1.000 750 2.025 495 900 765 1.000 73.690 1.310 35.000 29.805 20.000 50 1.000 1.310 2.950 70 1.500 1.980 300 950 70 1.250 450 4.430 70 3.250 1.800 5.250 50 900 70 1.250 2.550 2.430 70 2.000 2.550 850 4.430 70 2.500 2.550 350 1.500 3.000 1.500 1.930 70 1.500 750 900 1.500 900 350 500 4.930 70 3.000 1.800 1.500 2.430 70 2.000 450 600 11.680 70 2.125 900 700 1.500 900 11.680 70 2.250 2.280 2.930 70 1.500 1.500 500 7.430 70 2.000 1.020 2.400 4.930 70 2.250 1.500 800 920 70 1.000 300 4.930 70 4.000 950 50 450 1.930 70 500 825 500 930 70 250 750 375 600 10.000 1.200 4.100 1.000 300 375 750 375 150 350 2.500 600 2.150 150 1.000 2.300 600 2.000 700 -

Pemberdayaan Penangkar (Ha) Padi 400 50 50 50 50 50 50 50 50 650 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 200 50 50 100 Jagung Kedelai Padi

Bantuan Sarana Pascapanen (paket) Jagung 9 2 2 3 2 Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar -

Sarana Pengendalian OPT (kali) 2

SLPHT (unit) 56

SLI (unit) 2

375 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

34 2 3 3 2 2 2 1 3 3 3 2 2 4 2 4 2 2 -

104

50

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 104 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

No.

Provinsi dan Kabupaten/Kota

Padi Non Hibrida Hanya Bantuan Benih 33.900 4.500 2.850 3.950 5.000 3.000 2.650 2.500 9.450 117.800 15.000 14.400 14.500 25.000 10.500 19.400 2.500 7.500 7.500 1.500 59.275 3.000 2.000 2.000 3.500 6.450 5.000 2.000 1.000 5.000 2.000 3.000 3.000 4.450 4.375 2.500 5.000 5.000 10.000 2.000 3.500 1.500 1.500 1.500 -

22 BALI Dinas Propinsi 1 Kab. Badung 2 Kab. Bangli 3 Kab. Buleleng 4 Kab. Gianyar 5 Kab. Jembrana 6 Kab. Karangasem 7 Kab. Klungkung 8 Kab. Tabanan 9 Kota Denpasar 10 Kab. Negara 23 NTB Dinas Propinsi 1 Kab. Bima 2 Kab. Dompu 3 Kab. Lombok Barat 4 Kab. Lombok Tengah 5 Kab. Lombok Timur 6 Kab. Sumbawa 7 Kota Bima 8 Kab. Sumbawa Barat 9 Kab. Lombok Utara 10 Kota Mataram 24 NTT Dinas Propinsi 1 Kab. Belu 2 Kab. Ende 3 Kab. Flores Timur 4 Kab. Kupang 5 Kab. Lembata 6 Kab. Manggarai 7 Kab. Ngada 8 Kab. Sikka 9 Kab. Sumba Barat 10 Kab. Sumba Timur 11 Kab. Timor Tengah Selatan 12 Kab. Timor Tengah Utara 13 Kab. Rote-Ndao 14 Kab. Manggarai Barat 15 Kab. Alor 16 Kab. Nagekeo 17 Kab. Sumba Tengah 18 Kab. Sumba Barat Daya 19 Kab. Manggarai Timur 20 Kab. Sabu Raijua 21 Kota Kupang 25 MALUKU Dinas Propinsi 1 Kab. Maluku Tngra Barat 2 Kab. Maluku Tengah 3 Kab. Maluku Tenggara 4 Kab. Pulau Buru 5 Kab. Kepulauan Aru 6 Kab. Seram Bag Barat 7 Kab. Seram Bag Timur 8 Kab. Buru Selatan 9 Kab. Maluku Barat Daya 10 Kota Ambon 11 Kota Tual

Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi 1.100 1.100 550 550 1.200 1.200 600 600 1.100 1.100 550 550 -

SLPTT Padi (Ha) Pengembangan (Ha) SLPTT Padi Non Padi Hibrida Padi Lahan SLPTT Padi Hibrida Jagung Hibrida Hanya Kering Hanya Kedelai (Ha) Kedelai Kacang Spesifik Ubi Ubi Hibrida (Ha) Peningkatan Bantuan Bantuan Lokasi Model Tanah Kayu Jalar IP Benih Benih 2.000 4.500 1.000 500 500 1.500 1.000 1.000 1.000 1.000 4.500 500 30.000 6.000 32.000 100 1.000 500 450 50 9.000 750 8.500 50 900 100 5.250 1.350 7.500 500 900 100 900 2.500 900 100 1.800 450 6.500 500 450 50 1.800 1.050 750 450 50 9.000 1.500 3.750 50 900 1.000 450 50 450 450 1.500 900 450 5.500 20.000 9.300 1.300 300 250 900 400 100 1.900 300 1.900 450 100 900 1.350 450 1.500 1.500 500 3.250 750 1.500 300 600 500 1.575 900 450 1.200 200 50 450 450 1.475 875 200 50 1.575 450 600 1.000 4.450 750 300 4.000 1.050 450 300 200 300 1.650 500 500 150 700 300 -

Pemberdayaan Penangkar (Ha) Padi 150 50 50 50 500 50 50 100 50 100 50 50 50 250 50 50 50 50 50 150 50 50 50 Jagung 400 50 50 50 50 100 50 50 Kedelai Padi

Bantuan Sarana Pascapanen (paket) Jagung 7 2 1 3 1 18 4 2 1 3 3 4 1 4 2 2 3 2 2 Kedelai 2 2 Ubi Kayu Ubi Jalar -

Sarana Pengendalian OPT (kali) 2

SLPHT (unit) 57

SLI (unit) 1

150 25 25 25 25 25 25

2 1

52

2 1 1

12

54

26

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 105 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

No.

Provinsi dan Kabupaten/Kota

Padi Non Hibrida Hanya Bantuan Benih 10.000 500 8.500 500 500 7.375 750 750 4.000 1.000 875 148.000 39.500 44.500 41.500 19.500 3.000 -

Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi 1.000 1.000 500 500 -

26 PAPUA Dinas Propinsi 1 Kab. Biak Numford 2 Kab. Jayapura 3 Kab. Jayawijaya 4 Kab. Merauke 5 Kab. Mimika 6 Kab. Nabire 7 Kab. Paniai 8 Kab. Puncak Jaya 9 Kab. Kep Yapen Waropen 10 Kota Jayapura 11 Kab. Sarmi 12 Kab. Keerom 13 Kab. Yahukimo 14 Kab. Pegunungan Bintang 15 Kab. Tolikara 16 Kab. Boven Digoel 17 Kab. Mappi 18 Kab. Asmat 19 Kab. Waropen 20 Kab. Supiori 21 Kab Deiyai 22 Kab. Dogiyai 23 Kab.Intan Jaya 24 Kab. Lanny Jaya 25 Kab. Membramo Raya 26 Kab. Membramo Tengah 27 Kab. Nduga 28 Kab. Puncak 29 Kab. Yalimo 27 MALUT Dinas Propinsi 1 Kab. Halmahera Tengah 2 Kab. Halmahera Barat 3 Kab. Halmahera Timur 4 Kab. Kepulauan Sula 5 Kab. Halmahera Selatan 6 Kab. Halmahera Utara 7 Kab. Pulau Morotai 8 Kota Ternate 9 Kota Tidore Kepulauan 28 BANTEN Dinas Propinsi 1 Kab. Lebak 2 Kab. Pandeglang 3 Kab. Serang 4 Kab. Tangerang 5 Kota Cilegon 6 Kota Serang 7 Kota Tangerang 8 Kota Tangerang Selatan

SLPTT Padi (Ha) Pengembangan (Ha) SLPTT Padi Non Padi Hibrida Padi Lahan SLPTT Padi Hibrida Jagung Hibrida Hanya Kering Hanya Kedelai (Ha) Kedelai Kacang Spesifik Ubi Ubi Hibrida (Ha) Peningkatan Bantuan Bantuan Lokasi Model Tanah Kayu Jalar IP Benih Benih 1.000 1.200 400 100 700 400 100 300 100 300 500 100 2.975 100 450 50 500 250 1.000 50 775 1.000 2.500 500 25.000 450 5.150 1.000 500 400 100 10.000 150 1.500 500 850 150 11.000 150 3.500 500 850 150 2.600 150 150 1.100 400 100 300 -

Pemberdayaan Penangkar (Ha) Padi 100 50 50 100 50 50 150 50 50 50 Jagung Kedelai Padi

Bantuan Sarana Pascapanen (paket) Jagung 2 1 1 2 2 10 4 1 2 3 1 1 1 Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar 4

Sarana Pengendalian OPT (kali) 3

SLPHT (unit) 20

SLI (unit) 1

25

50

55

25 25

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 106 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program

No.

Padi Non Provinsi dan Kabupaten/Kota Hibrida Hanya Bantuan Benih 3.500 750 2.750 38.900 5.950 19.450 6.500 3.500 3.500 5.000 2.500 2.500 63.025 19.450 2.500 12.500 7.500 21.075

Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi 1.100 1.100 550 550 1.100 1.100 550 550

29 BABEL Dinas Propinsi 1 Kab. Bangka 2 Kab. Belitung 3 Kab. Bangka Selatan 4 Kab. Blitung Timur 5 Kab. Bangka Barat 6 Kab. Bangka Tengah 7 Kota Pangkal Pinang 8 Kab. Sungai Liat 30 GORONTALO Dinas Propinsi 1 Kab. Boalemo 2 Kab. Gorontalo 3 Kab. Pohuwato 4 Kab. Bone Bolango 5 Kab. Gorontalo utara 6 Kota Gorontalo 7 Kab. Limboto 8 Kab. Marisa 31 KEPRI Dinas Propinsi 1 Kab. Natuna 2 Kab. Bintan 3 Kab. Karimun 4 Kab. Lingga 5 Kab. Kep. Anambas 6 Kota Batam 7 Kota Tanjung Pinang 8 Kab Dumai 32 PAPUA BARAT Dinas Propinsi 1 Kab. Sorong 2 Kab. Manokwari 3 Kab. Fak-Fak 4 Kab. Raja Ampat 5 Kab. Teluk Bintuni 6 Kab. Teluk Wondama 7 Kab. Kaimana 8 Kab. Sorong Selatan 9 Kota Sorong 10 Kab. Maybrat 11 Kab Tambrauw 33 SULBAR Dinas Propinsi 1 Kab. Mamuju 2 Kab. Majene 3 Kab. Mamasa 4 Kab. Mamuju Utara 5 Kab. Polewali Mandar

SLPTT Padi (Ha) Pengembangan (Ha) SLPTT Padi Non Padi Hibrida Padi Lahan SLPTT Padi Hibrida Jagung Hibrida Hanya Kering Hanya Kedelai (Ha) Kedelai Kacang Spesifik Ubi Ubi Hibrida (Ha) Peningkatan Bantuan Bantuan Lokasi Model Tanah Kayu Jalar IP Benih Benih 1.400 400 1.000 5.000 5.000 9.150 2.000 1.000 1.000 2.250 1.000 1.000 3.750 1.000 1.000 2.250 2.000 1.000 1.000 450 1.000 1.000 450 3.500 675 820 450 500 225 60 100 375 700 100 60 100 50 125 225 100 2.500 225 7.500 5.000 3.000 2.000 1.000 1.000 1.125 700 500 1.400 375 500 400 375 500 200 1.125 1.300 5.000 2.000 -

Pemberdayaan Penangkar (Ha) Padi 250 50 50 50 50 50 100 50 50 Jagung Kedelai Padi

Bantuan Sarana Pascapanen (paket) Jagung 2 2 4 Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar -

Sarana Pengendalian OPT (kali) 2

SLPHT (unit) 15

SLI (unit) -

42

3 1 -

3 1 2 -

6 1 2

20

1 1 1 2 2 -

33

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 107 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 15. Daftar Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 108 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 16. Siklus Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

RPJM
RENSTRA
Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

Rencana Kerja dan Angaran (RKA)

Penetapan Kinerja (PK)

Kinerja Aktual Lapuran Keuangan (SAI)

LAKIP
Sumber: Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 109 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 17. Acuan Bobot Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

NO. 1 2 3 4 5

KOMPONEN YANG DINILAI Perencanaan Kinerja (Renstra, RKT, PK) Pengukuran Kinerja Pelaporan Kinerja Evaluasi Kinerja Capaian Kinerja Nilai Total

BOBOT 35 20 15 10 20 100

Sumber: Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 110 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 18. Alur Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

BAPPENAS

Nasional

Outcome/Impact Nasional

Kementerian Pertanian

Sektor/ Program

Outcome/Impact Sektor

Unit Eselon I

Program

Outcome

Unit Eselon II, UPT Pusat, Dekon/TP SKPD Provinsi

Kegiatan

Output

Tugas Pembatuan di SKPD Kab/Kota

Kegiatan

Output

Sumber: Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 111 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 19. Jenis dan Waktu Penyampaian Laporan
WAKTU PENYAMPAIAN

NO. I. 1.

JENIS LAPORAN LAPORAN RUTIN Laporan PP 39/2006

PELAPOR

PENERIMA LAPORAN

Setjen Kementerian Pertanian

14 hari kerja setelah triwulan terakhir 3 hari kerja setelah triwulan berakhir 4 hari kerja setelah triwulan berakhir 5 hari kerja setelah triwulan berakhir

Form-A Form-B Form-C

2. 3.

Evaluasi Rencana Kerja / Renstra Penetapan Kinerja Es-II Penetapan Kinerja Es-I Penetapan Kinerja Kementerian Pertanian LAKIP Eselon-II LAKIP Eselon-I LAKIP Kementerian Pertanian

Penanggung jawab kegiatan Penanggung jawab program Kepala SKPD Kab/Kota, Prov, Satker Pusat, UPTPusat Eselon - I Eselon-II Eselon-I Kementerian Pertanian Eselon - II Eselon - I Kementerian Pertanian Eselon-I Eselon - I Eselon - I Eselon - I Eselon II Eselon I Kementan Eselon - I

Penanggung jawab program Kepala Satker masing-masing Instansi Kepala Daerah Cq Kepala Bappeda dan Menteri Pertanian

Bappenas Eselon-I Menteri Pertanian Kementerian PAN & RB

Tahunan / lima tahunan 31 Januari 15 Februari 31 Maret 31 Januari T + 1 15 Februari T + 1 10 Maret T + 1

4. 5. 6. 7.

Rapim Kementan (Rapim A) Tindak lanjut Rapim A Laporan Bulanan Kegiatan Menteri Laporan Bulanan Kegiatan Eselon-I Laporan Kinerja Eselon II Laporan Kinerja Eselon - I Laporan Kinerja Kementan

Menteri Pertanian Menteri Pertanian Menteri Pertanian Menteri Pertanian Eselon I Menteri Pertanian Menteri PAN & RB Menko / Kabinet / DPR-RI Sesuai permintaan

Dua mingguan Sesuai jadwal Bulanan Bulanan 10 Desember 15 Desember 20 Desember Sesuai Permintaan Sesuai Permintaan

II. 8. 9.

LAPORAN KHUSUS Bahan Rakor Menko / Sidang Kabinet / RDP / Raker DPR-RI Insidental lain

Catatan : Sumber:

Laporan-laporan lain (SAI, SIMAK-BMN, Laporan Statistik, Laporan Pemantauan Wilayah Binaan, Laporan Teknis dll) sesuai ketentuan yang berlaku. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 112 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 20. Mekanisme Penyusunan Kementerian/Lembaga RKA-KL Berdasarkan Pagu Anggaran

1.

SATKER Penyusunan anggaran belanja dan pendapatan kegiatan suatu Satker untuk bahan yang direncanakan dalam dokumen KK RKA-KL mengacu pada format KK RKA-KL dan tata cara pengisiannya. Proses penyusunan KK RKA-KL tersebut difasilitasi program Aplikasi RKA-KL. Artinya proses penyusunan RKA-KL pada suatu Satker menggunakan program Aplikasi RKA-KL akan mengahsilkan dokumen KK RKA-KL. Penyusunan KK RKA-KL pada suatu Satker terbagi dalam penyusunan anggaran belanja dan pendapatan kegiatan dengan langkah sebagai berikut: a. Penyusunan anggaran belanja dilakukan dengan: 1) Menuangkan Alokasi Anggaran Angka Dasar Satker menuangkan jenis alokasi anggaran Angka dasar pada suatu kegiatan sampai dengan tingkat Komponen yang juga telah memperkirakan angka prakiraan maju untuk 3 (tiga) tahun yang akan datang. 2) Menuangkan Alokasi Anggaran Inisiatif Baru a) Berkenaan dengan jenis alokasi anggaran Inisiatif Baru, Satker menuangkan alokasi anggaran satker secara rinci sampai dengan item biaya. b) Penuangan anggaran Inisiatif Baru juga telah memperhatikan angka prakiraan maju untuk 3 (tiga) tahun yang akan datang. c) Penuangan jenis alokasi anggaran Inisiatif Baru mengacu pada Proposal Inisiatif Baru yang telah disetujui untuk tahun yang direncanakan. b. Penyusunan anggaran pendapatan dilakukan dengan: 1) Menuangkan target pendapatan setiap kegiatan yang dilaksanakan Satker. Penuangan anggaran pendapatan terinci dalam program, kegiatan, akun pendapatan, dan jenis penerimaan.Pendapatan Bukan pajak (PNBP) atau penerimaan fungsional. 2) Menuangkan angka prakiraan maju setiap kegiaatn dan setiap jenis penerimaan (PNBP dan/atau penerimaan fungsional). c. Menyampaikan / melengkapi data dukung berupa: 1) KK RKA-KL dan Arsip Data Komputer-nya (ADK). 2) Gender Budget Statement (GBS) apabila berkenaan dengan ARG. Penggunaan GBS mengacu pada contoh format. 3) Rencana Bisnis dan Angagran BLU (RBA BLU) apabila berkenaan dengan Satuan Kerja BLU. 4) Data dukung teknis dalam suatu kasus tertentu antara lain: peraturan perundangan/keputusan pimpinan K/L yang mendasari adanya kegiatan/output, atau analisis kelayakan bangunan oleh Dinas Pekerjaan Umum dalam hal pembangunan/renovasi berat gedung/bangunan Negara.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 113 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


5) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTIM) yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) apabila satuan biaya yang tercantum dalam KK RKA-KL tidak terdapat dalam Standar Biaya. 6) Data pendukung terbaik, antara lain berupa: a) Perhitungan kebutuhan biaya pembangunan/renovasi bangunan gedung Negara atau yang sejenis dari Kementerian Pekerjaan Umum atau Dinas Pekerjaan Umum setempat sebagimana Peraturan menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. b) Persetujuan prinsip (clearence) terbaik dengan pembangunan baru bangunan gedung Negara dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. KK RKA-KL yang telah ditandatangani KPA beserta data pendukung terkait, disampaikan kepada Unit Eselon I.

d.

2.

UNIT ESELON I a. Menghimpun/kompilasi KK RKA-KL dalam lingkup Unit Eselon-I berkenaan. b. Menyusun RKA-KL Unit Eselon-I berdasarkan KK RKA-KL. c. Memvalidasi kinerja dan anggaran program yang menjadi tanggung jawab Unit Eselon-I berkenaan dengan (1) Total pagu anggaran; (2) sumber dana, dan (3) sasaran kinerja (jenis barang/jasa dan volume output). d. Meneliti dan menyaringrelevansi Komponen dengan Output kegiatan pada masing-masing KK RKA-KL. e. Apabila terdapat ketidaksesuaian atas program, Unit Eselon-I melakukan koordinasi dengan Satker untuk perbaikan pada KK RKA-KL. f. Mengisi informasi pada Bagian L Formulir 2 RKA-KL tentang Strategi Pencapaian Hasil. Isinya menguraikan mengenai langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai Sasaran Hasil (pada tingkat program) antara lain berupa: 1) Strategi dan kebijakan terkait dengan sasaran strategis (mengacu Renstra Unit Eselon-I) 2) Uraian deskripsi masing-masing kegiatan. 3) Jumlah Satker pelaksana kegiatan 4) Penjelasan mengenai perubahan alokasi program antara yang sedang berjalan dan yang diusulkan. g. Selain mengisi Formulir 2 RKA-KL, Unit Eselon-I juga mengisi Bagian I, Formulir 3 RKA-KL tentang Operasionalisasi Kegiatan yang berisikan antara lain: 1) Identifikasi factor-faktor pendukung (faktor pegawai, sarana, dan prasarana) dan penghambat (fackor lingkungan/kultur kerja). 2) Identifikasi Satker pelaksana kegiatan. 3) Penjelasan mengenai perubahan alokasi anggaran belanja kegiatan dari ayng sedang berjalan dengan yang diusulkan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 114 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


h. i. 3. RKA-KL Unit Eselon-I ditandatangani oleh Pejabat Eselon-I atau yang setingkat Eselon-I selaku KPA sebagai penanggung jawab program. Menyampaikan RKA-KL Unit Eselon I dan data dukung terkait kepada K/L.

KEMENTERIAN / LEMBAGA a. Menghimpun/kompilasi RKA-KL Unit Eselon-I dalam lingkup K/L. b. Menyusun RKA-KL secara utuh untuk lingkup K/L berdasarkan RKA-KL Unit Eselon I. c. Memvalidasi alokasi angagran K/L meliputi: (1) Total pagu anggaran; (2) Simber dana; (3) sasaran kinerja. d. Apabila terdapat ketidaksesuaian atas alokasi anggaran K/L, K/L melakukan koordinasi dengan Unit Eselon-I untuk perbaikan paad RKA-KL Unit Eselon-I berkenaan. e. Mengisi informasi pada Bagian I, Formulir 1 RKA-KL tentang Strategi Pencapaian Sasaran Strategis. Isinya menguraikan mengenai langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai sasaran strategis, antara lain berupa: 1) Strategi dan kebijakan terkait dengan sasaran strategis (mengacu Renstra K/L). 2) Uraian deskripsi masing-masing program dan unit Organisasi Penanggung Jawab. f. RKA-KL (yang telah disusun) diteliti kembali kesesuaiannya dengan pagu Anggaran K/L agar tidak mengakibatkan: 1) Pergeseran anggaran antar program (jumlah alokasi dana pada masingmasing program harus sesuai dengan yang tercantum dalam pagu Anggaran K/L). 2) Pengurangan belanja pada Komponen 0001 dan 0002. 3) Perubahan pagu sumber pendanaan/sumber pembiayaan yang berasal dari rupiah murni, Pinjaman Hibah Luar Negeri, dan PNBP (sumber pendanaan/sumber pembiayaan dalam menghasilkan output tidak diperbolehkan berubah/bergeser). g. Menyampaikan RKA-KL berserta data dukung terkait kepada Kementerian Keuangan c.q. Ditjen Anggaran dan Kementerian Perencanaan.

Sumber: Pedoman Penganggaran 2012 Ditjen Tanaman Pangan - Kementan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 115 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 21. Mekanisme Penyusunan RKA-KL Berdasarkan Alokasi Anggaran K/L

Berdasarkan Hasil Kesepakatan Pembahasan DPR dan Alokasi Angagran K/L, maka K/L menyesuaikan RKA-KL.Penyesuaian dimaksud meliputi: 1. Penyesuaian terhadap angka dasar apabila terdapat perubahan parameter ekonomi (indeks inflasi untuk tahun yang direncanakan) dan/atau penyesuaian parameter nonekonomi apabila terdapat perubahan kebijakan sehingga berpengaruh terhadap besaran alokasi angagran K/L. 2. Adanya program/kegiatan/output baru sebagai hasil kesepakatan pembahasan dengan DPR. Dalam rangka penyusunan RKA-KL berdasarkan Pagu Alokasi Anggaran K/L, ada beberapa kemungkinan: 1. Apabila tidak ada perubahan parameter ekonomi, parameter non-ekonomi, dan usulan program/kegiatan/output baru maka, RKA-KL berdasarkan Pagu Anggaran RKA-KL secara langsung ditetapkan dalam SP RKA-Kl. 2. Apabila ada perubahan parameter baik ekonomi maupun non-ekonomi maka, penuangan dalam KK RKA-KL dilakukan melalui penyesuaian dengan parameter ekonomi dan non ekonomi pada tingkat kompinen. Penyesuaian pada komponen pendukung dilakukan dengan melakukan perkalian dengan parameter ekonomi. Sedangkan penyesuaian komponen utama dapat dilakukan dengan mengalikan dengan parameter ekonomi atausesuai dengan kebijakan yang ditetapkan. 3. Apabila ada program/kegiatan/output baru sebagai hasil kesepakatan pembahasan dengan DPR maka, K/L menyesuaikan RKA-KL dengan: a. Mengusulkan rumusan program/kegiatan/output sebagai hasil kesepakatan pembahasan dengan DPR kepada Kementerian Keuangan dan kementerian Perencanaan terlebih dahulu sesuai dengan kewenangan masing-masing. Usulan program dan kegiatan (non output) diajukan kepada Kementerian Perencanaan. Sedangkan usulan output diajukan kepada Kementerian Keuangan. Usulan tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai referensi pada program aplikasi RKA-KL. b. Entry data biaya pada masing-masing komponen dengan mengacu pada standar biaya yang berlaku pada tahun yang direncanakan atau kepatutan dan kewajaran harga (disertai dengan SPTIM). c. Meneliti kemmbali jumlah alokasi anggaran tersebut apakah sesuai dengan jumlah alokasi anggaran hasil kesepakatan pembahasan dengan DPR. d. Hasil penuangan alokasi anggaran hasil kesepakatan pembahasan dengan DPR terdapat dalam formulir B, KK RKA-KL. Sumber: Pedoman Penganggaran 2012 Ditjen Tanaman Pangan - Kementan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 116 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 22. Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran yang Memerlukan Persetujuan Menteri keuangan

1.

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menyiapkan usulan Revisi Anggaran (Revisi RKAKL) yang diajukan dan membutuhkan persetujuan Menteri Keuangan (Menkeu). 2. Usulan Revisi Anggaran (Revisi RKA-KL) disampaikan kepada Direktur Jenderal Anggaran (DJA) beserta dokumen pendukung. 3. DJA melakukan penelaahan dan menilai usulan revisi yang diajukan KPA. 4. Berdasarkan proses penelaahan dan penilaian DJA memberikan persetujuan atau penolakan terhadap usulan revisi KPA. 5. Jika berdasarkan penelahaan dan penilaian yang dilakukan DJA usulan revisi ditolak, akan ditetapkan surat pemberitahuan penolakan Revisi Anggaran (Revisi RKA-KL) dan menyampaikannya ke KPA. 6. Jika berdasarkan penelaahan dan penilaian DJA usulan revisi disetujui akan disampaikan ke Menkeu untuk memperoleh persetujuan. Jika Menkeu menolak usulan revisi akan ditetapkan Surat Pemberitahuan Penolakan Revisi Anggaran (Revisi RKA-KL) danb menyampaikannya ke KPA. 6a. Jika Menkeu menyetujui usulan revisi anggaran (Revisi RKA-KL), akan ditetapkan Surat Penetapan RKA-KL Revisi (SP RKA-KL Revisi) dan disampaikan ke KPA. 6b. SP RKA-KL Revisi hasil penetapan Menkeu juga disampaikan ke DJPBN. Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 117 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 23. Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan/ Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

1. 2. 3. 4. 5.

6. 7.

KPA menyiapkan usulan-usulan Revisi Anggaran dan melakukan Revisi Anggaran (Revisi RKA-Satker). KPA berdasarkanb Revisi RKA-Satker, mencetak Revisi Anggaran (Konsep Revisi DIPA) dan menyiapkan Dokumen Pendukung dan ADK RKA-Satker. KPA menyampaikan Konsep Revisi DIPA kepada DJPBN beserta Dokumen Pendukung dan ADK RKA-Satker. DJPBN melakukan penelaahan dan memberikan persetujuan atau penolakan terhadap usulan revisi. Jika berdasarkan penelaahan usulan revisi ditolak, akan ditetapkan Surat Pemberitahuan Penolakan Revisi Anggaran (Revisi DIPA) dan menyampaikannya ke KPA. Jika berdasarkan penelaahan usulan revisi disetujui, dilakukan pengesahan DIPA Revisi dan disampaikan ke KPA. KPA berdasarkan Pengesahan DIPA Revisi mencetak POK hasil revisi.

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 118 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 24. Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran Pada Satuan Kerja oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

1. 2. 2a. 3.

4. 5. 6.

KPA menyiapkan Revisi Anggaran dan melakukan Revisi Anggaran (Revisi RKASatker) sesuai kewenangannya. KPA berdasarkan Revisi RKA-Satker memeriksa apakah Revisi Anggaran (Revisi RKA-Satker) menyebakan perubahan DIPA. jika tidak terjadi perubahan DIPA, KPA mencetak POK dan menyampaikan ke DJPBN berserta ADK RKA-Satker. Jika Revisi Anggaran (Revisi RKA-Satker) menyebabkan perubahan DIPA, KPA mencetak Konsep DIPA Revisi dan menyampaikannya ke DJPBN berserta ADK RKASatker. Berdasarkan Konsep DIPA Revisi dan ADK RKA-Satker DJPBN memeriksa dan melakukan pengesahan DIPA Revisi. DIPA Revisi yang telah disahkan disampaikan kembali ke KPA. Berdasrakan DIPA Revisi yang telah disahkan KPA mencetak POK.

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 119 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 25. Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran

1. 2a. 2b. 3. 4a. 4b. 5. 6. 7. 8a. 8b. 9a. 10.

Eselon I pada Kementerian Negara/lembaga (K/L) mengirimkan ADK Revisi RKA-KL dilakukanpenelaahan pada DJA. Setelah Revisi RKA-KL ditetapkan (SP-RKA-KL), data RKA-KL diunggah (di-upload) ke Database bersama oleh DJA. ADK Revisi RKA-KL yang telah ditetapkan oleh DJA, dikirimkan kembali kepada Eselon I K/L sebagai bahan Revisi DIPA. DJPBN mengambil data RLA-KL dari Database bersama, sebagai bahan pencocokan dan penelitian Revisi DIPA yang diajukan oleh Satker Pusat maupun Daerah. Eselon I K/L menyampaikan ADK Revisi RKA-KL yang telah ditetapkan oleh DJA kepada satker kantor pusat sebagai bahan penyusunan Revisi DIPA. Eselon I K/L menyampaikan juga ADK RKA-KL yang telah ditetapkan oleh DJA kepada Satker daerah sebagai bahan penyusunan revisi DIPA. Satker kantor pusat menyampaikan usul pengesahan Revisi DIPA beserta ADK-nya kepada Kantor Pusat DJPBN. Kantor Pusat DJPBN menerbitkan dan mengirimkan DRA beserta ADK-nya kepada kantor Wilayah DJPBN berdasarkan RKA-KL yang ditetapkan oleh DJA (SP-RKL-KL). Satker daerah menyampaikan usul pengesahan Revisi dIPA beserta ADK-nya kepada Kantor Wilayah DJPBN. Setelah Revisi DIPA disahkan oleh kantor Wilayah DJPBN, data revisi ditransfer ke database Kantor Pusat DKPBN. ADK Revisi DIPA yang disahkan oleh Kantor Wilayah DJPBN, disampaikan kepada KPPN. Database Bersama di-update berdasarkan Data Revisi DIPA yang disahkan oleh Kantor Pusat/Kantor Wilayah DJPBN. Database DJA di-update berdasarkan Database Bersama.

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 120 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 26. Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan

1a. Satker Kantor Pusat menyampaikan usul pengesahan Revisi DIPA beserta ADK-nya kepada Kantor Pusat DJPBN. 1b. Satker daerah menyampaikan usul pengesahan revisi DIPA beserta ADK-nya kepada kantor Wilayah DJPBN. 2a. Setelah DIPA satker daerah disahkan oleh Kantor Wilayah DJPBN, data revisi ditransfer ke Database Kantor Pusat DJPBN. 2b. ADK Revisi DIPA yang disahkan oleh kantor Wilayah DJPBN, disampaikan kepada KPPN. 3a. Database Bersama di-update berdasarkan data revisi DIPA yang disahkan oleh kantor Pusat/Kantor Wilayah DJPBN. 3b. ADK Revisi DIPA yang disahkan oleh kantor Pusat DJPBN, disampaikan kepada KPPN. 4. Database DJA di-update berdasarkan Database Bersama.

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 121 | P a g e

Pedoman Pelaksanaan Program


Lampiran 27. Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

1a. 1b. 2a. 2b. 3a. 3b. 4.

Satker kantor pusat menyampaikan ADK POK revisi kepada Kantor Pusat DJPBN.. Satker daerah menyampaikan ADK POK revisi kepada Kantor Wilayah DJPBN. Data POK revisi satker kantor pusat ditransfer ke Database Kantor Pusat DJPBN. ADK POK revisi satker daerah, disampaikan kepada KPPN. Database Bersama di-update berdasarkan Data POK revisi satker kantor pusat/daerah. ADK POK revisi satker kantor pusat, disampaikan kepada KPPN. Database DJA di-update berdasarkan database Bersama.

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 122 | P a g e

You might also like