You are on page 1of 12

Nama NIM Prodi

: Lailatul Isnaeni : 4311411021 : Kimia

KALOR PENGERTIAN KALOR Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor: 1. massa zat 2. jenis zat (kalor jenis) 3. perubahan suhu Sehingga secara matematis dapat dirumuskan : Q = m.c.(t2 t1) Dimana : Q adalah kalor yang dibutuhkan (J) m adalah massa benda (kg) c adalah kalor jenis (J/kgC) (t2-t1) adalah perubahan suhu (C)

Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis


Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan yang digunakan dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg)

Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir sama tetapi berbeda yaitu kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c) Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius. H = Q/(t2-t1) Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor jenis adalah kalorimeter. c = Q/m.(t2-t1) Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk persamaan baru H = m.c Analisis grafik perubahan wujud pada es yang dipanaskan sampai menjadi uap. Dalam grafik ini dapat dilihat semua persamaan kalor digunakan.

Keterangan : Pada Q1 es mendapat kalor dan digunakan menaikkan suhu es, setelah suhu sampai pada 0 C kalor yang diterima digunakan untuk melebur (Q2), setelah semua menjadi air

barulah terjadi kenaikan suhu air (Q3), setelah suhunya mencapai suhu 100 C maka kalor yang diterima digunakan untuk berubah wujud menjadi uap (Q4), kemudian setelah berubah menjadi uap semua maka akan kembali terjadi kenaikan suhu kembali (Q5)

Hubungan antara kalor dengan energi listrik Kalor merupakan bentuk energi maka dapat berubah dari satu bentuk kebentuk yang lain. Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka energi listrik dapat berubah menjadi energi kalor dan juga sebaliknya energi kalor dapat berubah menjadi energi listrik. Dalam pembahasan ini hanya akan diulas tentang hubungan energi listrik dengan energi kalor. Alat yang digunakan mengubah energi listrik menjadi energi kalor adalah ketel listrik, pemanas listrik, dll. Besarnya energi listrik yang diubah atau diserap sama dengan besar kalor yang dihasilkan. Sehingga secara matematis dapat dirumuskan: W=Q Untuk menghitung energi listrik digunakan persamaan sebagai berikut : W = P.t Keterangan : W adalah energi listrik (J) P adalah daya listrik (W) t adalah waktu yang diperlukan (s) Bila rumus kalor yang digunakan adalah Q = m.c.(t2 t1) maka diperoleh persamaan : P.t = m.c.(t2 t1) Yang perlu diperhatikan adalah rumus Q disini dapat berubah-ubah sesuai dengan soal.

ASAS BLACK Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda kemudian disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini akan berhenti sampai terjadi keseimbangan termal (suhu kedua benda sama). Secara matematis dapat dirumuskan : Q lepas = Q terima Yang melepas kalor adalah benda yang suhunya tinggi dan yang menerima kalor adalah benda yang bersuhu rendah. Bila persamaan tersebut dijabarkan maka akan diperoleh : Q lepas = Q terima m1.c1.(t1 ta) = m2.c2.(ta-t2) Catatan yang harus selalu diingat jika menggunakan asasa Black adalah pada benda yang bersuhu tinggi digunakan (t1 ta) dan untuk benda yang bersuhu rendah digunakan (tat2). Dan rumus kalor yang digunakan tidak selalu yang ada diatas bergantung pada soal yang dikerjakan.

PERPINDAHAN KALOR Bila dua benda atau lebih terjadi kontak termal maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah, hingga tercapainya kesetimbangan termal. Proses perpindahan panas ini berlangsung dalam 3 mekanisme, yaitu : konduksi, konveksi dan radiasi. 1. Konduksi Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secara atomik merupakan pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang energinya rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang lebih tinggi.

Sebelum dipanaskan atom dan elektron dari logam bergetar pada posisi setimbang. Pada ujung logam mulai dipanaskan, pada bagian ini atom dan elektron bergetar dengan amplitudi yang makin membesar. Selanjutnya bertumbukan dengan atom dan elektron disekitarnya dan memindahkan sebagian energinya. Kejadian ini berlanjut hingga pada atom dan elektron di ujung logam yang satunya. Konduksi terjadi melalui getaran dan gerakan elektron bebas.

T2

T1 T1

Aliran kalor A x Bila T2 dan T1 dipertahankan terus besarnya, maka kesetimbangan termal tidak akan pernah tercapai, dan dalam keadaan mantap/tunak (stedy state), kalor yang mengalir persatuan waktu sebanding dengan luas penampang A, sebanding dengan perbedaan temperatur T dan berbanding terbalik dengan lebar bidang x Q/t = H A T/x Untuk penampang berupa bidang datar :

T1 L

T2

H = - k A (T1 - T2 ) / L

k adalah kondutivitas termal. Konduktivitas termal untuk beberapa bahan : Bahan Aluminium Tembaga Emas Besi Timbal Perak k (W/m.Co) 238 397 314 79,5 34,7 427 Bahan Asbestos Concrete Gelas Karet Air kayu udara k (W/m.Co) 0,08 0,8 0,8 0,2 0,6 0,08 0,0234

Untuk susunan beberapa bahan dengan ketebalan L1, L2,, ... dan konduktivitas masing-masing k1, k2,, ... adalah : H = A (T1 - T2 ) (L1/k1)

k1 T1 L1

k2 L2 T2

2. Konveksi

Apabila kalor berpindah dengan cara gerakan partikel yang telah dipanaskan dikatakan perpindahan kalor secara konveksi. Bila perpindahannya dikarenakan perbedaan kerapatan disebut konveksi alami (natural convection) dan bila didorong, misal dengan fan atau pompa disebut konveksi paksa (forced convection). Besarnya konveksi tergantung pada : a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A). b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (T). c. koefisien konveksi (h), yang tergantung pada : # viscositas fluida # kecepatan fluida # perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida # kapasitas panas fluida # rapat massa fluida # bentuk permukaan kontak Konveksi : 3. Radiasi Pada proses radiasi, energi termis diubah menjadi energi radiasi. Energi ini termuat dalam gelombang elektromagnetik, khususnya daerah inframerah (700 nm 100 m). Saat gelombang elektromagnetik tersebut berinteraksi dengan materi energi radiasi berubah menjadi energi termal. Untuk benda hitam, radiasi termal yang dipancarkan per satuan waktu per satuan luas pada temperatur T kelvin adalah : E = e T4. dimana : konstanta Boltzmann : 5,67 x 10-8 W/ m2 K4. e : emitansi (0 e 1) H = h x A x T

SEJARAH KALOR Benyamin Thomson/Count Rumford (1753-1814) dengan eksperimen-nya, dia mengebor logam, teramati bahwa mata bor menjadi panas dan didinginkan dengan air (sampai airnya mendidih), tentunya dari teori kalorik, kalorik tersebut lama kelamaan akan habis dan ternyata bila proses tersebut berlanjut terus kalorik tersebut tidak habis, jadi teori kalorik tidak tepat. Jadi kalor bukan materi.

kalor T1 Kalor dan energi termal Ada suatu perbedaan antara kalor (heat) dan energi dalam dari suatu bahan. Kalor hanya digunakan bila menjelaskan perpindahan energi dari satu tempat ke yang lain. Kalor adalah energi yang dipindahkan akibat adanya perbedaan temperatur.. Sedangkan energi dalam (termis) adalah energi karena temperaturnya. Satuan Kalor. Satuan kalor adalah kalori dimana, 1 kalori adalah kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 gr air dari 14,5 C menjadi 15,5 C. Dalam sistem British, 1 Btu (British Thermal Unit) adalah kalor untuk menaikkan temperatur 1 lb air dari 63 F menjadi 64 F. 1 kal = 4,186 J = 3,968 x 10-3 Btu 1 J = 0,2389 kal = 9,478 x 10-4 Btu T2 T1>T2

1 Btu = 1055 J = 252,0 kal

Kesetaraan Mekanik dari Kalor. Dari konsep energi mekanik diperoleh bahwa bila gesekan terjadi pada sistem mekanis, ada energi mekanis yang hilang. Dan dari eksperimen diperoleh bahwa energi yang hilang tersebut berubah menjadi energi termal. Dari eksperimen yang dilakukan oleh Joule (aktif penelitian pada tahun 1837-1847) diperoleh kesetaraan mekanis dari kalor : 1 kal = 4,186 joule TERMOMETER Kita dapat merasakan panas atau dingin melalui indra peraba kita, tetapi suatu kenyataan bahwa indra peraba kita tidak dapat mengukur dengan tepat derajat panas dinginnya suatu benda. Ukuran atau derajat panas dinginnya suatu benda disebut dengan suhu. Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi, sedangkan benda yang dingin memilki suhu yang rendah. Ketika kita memanaskan atau mendinginkan suatu nenda sampai pada suhu tertetu, beberapa sifat fisik benda tersebut berubah. Sebagai contoh, ketika kita memanaskan sebatang besi, besi akan memuai, begitu pula ketika kita memanaskan zat cair. Ketika kita mendinginkan air sampai suhu di bawah nol, air tersebut berubah manjadi es. Sifat-sifat benda yang bias berubah akibat adanya perubahan suhu disebut sifat termometrik. Bila tangan kanan kita mencoba memegang sebongkah es sedangkan tangan kiri kita memegang air hangat, maka kita dapat merasakan bahwa diantara kedua benda tersebut terdapat perbedaan suhu. Berapa derajat perbedaan suhu tersebut? Untuk mengetahui tinggi rendahnya suhu suatu zat kita gunakan alat yang disbut temometer.

Thermometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu suatu benda. Dimana cara kerja thermometer ini menggunakan prinsip sifat-sifat termometrik. Berbagai jenis thermometer dibuat berdasarkan pada beberapa sifat termometrik zat seperti pemuaian zat padat, pemuaian zat cair, pemuaian gas, tekanan zat cair, tekanan udara, regangan zat padat, hambatan zat terhadap arus listrik, dan intensitas cahaya (radiasi benda). Adapun beberapa jenis thermometer tersebut antara lain adalah: 1. Termometer Bimetal Alat ini bekerja berdasarkan prinsip bahwa logam akan memuai (bertambah panjang)jika dipanaskan. 2. Termometer Hambatan Alat ini bekerja berdasar prinsip bahwa bila seutas kawat logam dipanaskan, hambatan listriknya bertambah. Perubahan hambatan listrik ini kemudian diubah ke dalam pulsa-pulsa listrik. Pulsa listrik inilah yang menunjukkna suhu saat itu.

3. Termokopel Perbedaan pemuaian antara dua logam yang kedua ujungnya disentuhkan dimanfaatkan pada termokopel. Pada prinsipnya, pemuaian yang berbeda antara dua logam yang ujungnya disentuhkan akan menghasilkan gaya gerak listrik (ggl). Besar ggl inilah yang dimanfaatkan oleh termokopel untuk menunjukkna suhu. 4. Termometer Gas Bila sejumlah gas yang dipanaskan volumenya dijaga tetap, tekanannya akan bertambah. Sifat termometrik inilah yang dimanfaatkan untuk mengukur suhu pada thermometer gas.

5. Pyrometer Pyrometer bekerja dengan mengukur intensitas radiasi yang dipancarkan oleh benda yang sangat panas. Instrumen pyrometer tidak menyentuh benda panas sehingga pyrometer dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat tinggi (kira-kira 500oC sampai 3.000oC) yang dapat membakar habis thermometer jenis lainnya. Thermometer zat cair dirancang berdasarkan pengaruh perubahan suhu terhadap volume. Zat cair yang biasa digunakan adalah alcohol atau raksa yang dimasukkan ke dalam pipa kapiler. Apabila pipa kapiler bersentuhan dengan benda yang panas maka alcohol atau raksa di dalam pipa akan memuai. Perbedaan tinggi raksa di dalam pipa sebelum dan sesudah disentuhkan dengan benda yang panas memperlihatkan adanya perbedaan suhu. Thermometer zat cair pada daerah pengukuran suhu antara -20oC sampai di atas 100oC banyak menggunakan bahan raksa. Keuntungan menggunakan raksa antara lain: 1) Mudah dilihat karena mengkilap 2) Raksa tidak membasahi dinding kaca 3) Raksa merupakan penghantar listrik yang baik 4) Panas jenisnya kecil, sehingga dengan perubahan panas sedikit cukup dapat mengubah suhunya. 5) Suhu terendah atau titik beku raksa -39oC dan titik didihnya adalah 357oC 6) Pemuaiannya teratur Thermometer yang menggunakan bahan raksa anatar lain adalah: a. Termometer Celcius (C), dengan titik tetap skala bawah sama dengan suhu es yang sedang mencair pada tekanan 1 atm yaitu 0oC. Titik tetap skala atas diambil suhu uap air yang mendidih pada tekanan 1 atm yaitu 1000C. Untuk termometer celcius terdapat rentang skala 1000.

b. Termometer Reamur (R), menggunakan skala 00R yang sama dengan suhu es mancair dan skala 800R yang sama dengan suhu uap air mendidih. Maka untuk termometer Reamur terdapat rentang skala 800. c. Termometer Fahrenheit (F), 00F ditetapkan sama dengan es yang dicampur garam (lebih dingin dari pada es yang sedang mencair). Oleh sebab itu 00R lebih rendah dari pada 00C atau 00R. 00C atau 00R sama dengan 320F. Untuk titik tetap atas Fahrenheit memilih suhu uap air mendidih pada tekanan 1 atm dan ditetapkan 2120F. Oleh karenanya 2120F=1000C=800R. d. Termometer Kelvin (K), Lord Kelvin (1824-1907) menetapkan titik bawah dengan nol mutlak yang besarnya lebih kurang -273,15oC. Pada suhu ini, gerak partikelberhenti sehingga tidak ada panas yang dapat diukur. Hal ini karena panas sebanding dengan energi kinetic tiap partikel. Hubungan antara skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin dinyatakan dengansebagai berikut: Skala terendah untuk thermometer Celcius 0oC dan skala tertingginya adalah 100oC maka skala Celcius adalah (100oC 0oC) = 100oC. Skala terendah untuk thermometer Reamur 0oC dan skala tertingginya adalah 80oR maka skala Celcius adalah (80oR 0oC) = 80oR. Skala terendah untuk thermometer Fahrenhait yang sama dengan 0o dan 0o adalah 32o F dan skala tertingginya 212o F. Maka skala Fahrenhait adalah ( 212 o 32o ) = 180o. Skala terendah untuk thermometer Kelvin yang sama dengan 0 o dan 0o adalah 273o F dan skala tertingginya 373o F. Maka skala Fahrenhait adalah ( 373 o 273o ) = 100o Maka perbandingan C : R : F: K = 100 : 80 : 180 = 5 : 4 : 9 : 5.

You might also like