You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Manusia mempunyai tingkatan yang lebih tinggi karena manusia mempunyai akal yang dapat memperhitungkan tindakannya yang kompleks melalui proses belajar yang terus-menerus. Selain itu manusia dikatakan pula sebagai makhluk budaya. Budaya diartikan sebagai pikiran atau akal budi (Pusat Bahasa Diknas, 2001: 169). Isi dari kepribadian manusia terdiri dari 1) pengetahuan; 2) perasaan, dan; 3) dorongan naluri. Pengetahuan merupakan unsur-unsur atau segala sesuatu yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung di dalam otak manusia melalui penerimaan panca inderanya serta alat penerima atau reseptor organismenya yang lain (Koentjaraningrat, 1986: 101-111). Kalau unsur perasaan muncul karena dipengaruhi oleh pengetahuan manusia, maka kesadaran manusia yang tidak ditimbulkan oleh pengaruh pengetahuan manusia melainkan karena sudah terkandung dalam organismenya disebut sebagai naluri. Sehubungan dengan naluri tersebut, kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap manusia disebut sebagai dorongan ( drive), maka disebut juga sebagai dorongan naluri. Macam-macm dorongan naluri manusia, antara lain adalah: 1. dorongan untuk mempertahankan hidup; 2. dorongan sex; 3. dorongan untuk usaha mancari makan; 4. dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengn sesama manusia; 5. dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya; 6. dorongan untuk berbakti; 7. dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak (koentjaraningrat, 1986: 109-111). Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter

manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Tuhan atau dengan sesama rnakhluk. Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang menurut loghat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan. Maka dari itu akan dibahas mengenai pengertian, hakekat, serta pentingnya budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian dan hakekat budi pekerti? 2. Bagaimana pentingnya budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dan hakekat budi pekerti. 2. Untuk mengetahui pentingnya budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian dan Hakekat Budi Pekerti Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia.Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran. Secara umum Budi Pekerti berarti moral dan kelakuan yang baik dalam menjalani kehidupan ini. Pengertian budi pekerti dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, antara lain secara etimologi (asal usul kata), leksikal (kamus), konsepsional (teori) dan operasional (praktis). Secara etimologi budi pekerti terdiri dari dua unsur kata, yaitu budi dan pekerti. Budi dalam bahasa sansekerta berarti kesadaran, budi, pengertian, pikiran dan kecerdasan. Kata pekerti berarti aktualisasi, penampilan, pelaksanaan atau perilaku. Dengan demikian budi pekerti berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berperilaku. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) istilah budi pekerti diartikan sebagai tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Budi pekerti dalam bahasa Arab disebut dengan akhlak, dalam kosa kata latin dikenal dengan istilah etika dan dalam bahasa Inggris disebtu ethics. Senada dengan itu Balitbang Dikbud (1995) menjelaskan bahwa budi pekerti secara konsepsional adalah budi yang dipekertikan (dioperasionalkan, diaktualisasikan atau dilaksanakan) dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara. Budi pekerti secara operasional merupakan suatu perilaku positif yang dilakukan melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa melalui latihan-latihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa dan menghormati orang lain, cara bersikap

menghadapi tamu, cara makan dan minum, cara masuk dan keluar rumah dan sebagainya. Pendidikan budi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama yang berisikan kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia. Tata krama terdiri atas kata tata dan krama. Tata berarti adat, norma, aturan. Krama sopan santun, kelakukan, tindakan perbuatan. Dengan demikian tata krama berarti adat sopan santun menjadi bagian dari kehidupan manusia. Dalam menerapkan nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan sering terjadi benturan-benturan nilai dan norma-norma yang kita rasakan. Apa yang dahulu kita anggap benar mungkin sekarang sudah menjadi salah. Apa yang dulu kita anggap tabu dibicarakan sekarang sudah menjadi suatu yang lumrah. Misalnya berbicara masalah seks, hubungan pacaran, masalah politik, masalah hak azazi manusia, dan sebagainya. Menurut Edi Sedyawati, seperti dikutip penulis buku ini, budi pekerti dapat diartikan sebagai moralitas yang mengandung pengertian adat istiadat, sopan santun, sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku itu dapat dibagi menjadi lima bagian. 1) Sikap dan perilaku hubungannya dengan Tuhan; 2) dengan diri sendiri; 3) dengan keluarga; 4) dengan masyarakat dan bangsa; 5) dengan alam sekitarnya. Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari. Definisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu : Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur dan gila.Ketiga,

bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Tuhan, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian. Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis. Budi pekerti didorong oleh kekuatan rohani manusia yakni pemikiran, rasa dan karsa yang akhirnya muncul menjadi perilaku yang dapat terukur dan menjadi kenyataan dalam kehidupan. Pemikiran mempunyai tabiat kecenderungan kepada ingin tahu dan mau menerima yang logis, dan sebaliknya tidak mau menerima yang tidak masuk akal. Manusia diberi kesempatan berpikir dan mengembangkan, serta membimbing akal ke arah yang benar. Sedangkan rasa mempunyai tabiat kecenderungan pada keindahan. Letak keindahan adalah pada keharmonisan susunan sesuatu, harmonis antara unsur jasmani dengan rohani, harmonis antara mental dan tingkah laku, harmonis susunan keluarga. Keharmonisan akan menimbulkan rasa nyaman dalam kalbu dan tentram dalam hati. Jika tidak ada keharmonisan akan timbul gejolak dalam hati, timbul keresahan dan kegelisahan yang mengganggu kenyamanan hati. Manusia memiliki karsa yang berhubungan dengan pemikiran dan rasa. Karsa disebut kemauan atau kehendak, hal ini berbeda dengan keinginan. Keinginan lebih mendekati pada senang atau cinta yang terkadang berlawanan antara satu keinginan dengan keinginan yang lainnya dari seseorang pada suatu waktu yang sama. Kehendak atau kemauan adalah keinginan yang dipilih antara keinginan-keinginan yang banyak untuk dilaksanakan. Dengan kata lain kehendak

adalah keinginan yang dimenangkan di antara keinginan yang banyak setelah mengalami kebimbangan. 2.2 Pentingnya Budi Pekerti Budi Pekerti adalah induk dari segala etika ,tata krama, tata susila, perilaku baik dalam pergaulan , pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Pertama-tama budi pekerti ditanamkan oleh orang tua dan keluarga dirumah, kemudian disekolah dan tentu saja oleh masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Pada saat ini dimana sendi-sendi kehidupan banyak yang goyah karena terjadinya erosi moral,budi pekerti masih relevan dan perlu direvitalisasi. Menyambut era globalisasi dan teknologi informasi dalam abad ini, banyak sekali perubahan-perubahan yang sangat signifikan dalam perkembangan masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut dapat meliputi perubahan yang mengarah kepada kehidupan yang lebih baik (perubahan positif) maupun perubahan yang mengakibatkan kehidupan yang bersifat negatif. Salah satu dampak negatif yang dihasilkan dari abad globalisasi ini adalah kemerosotan akhlak dan budi pekerti yang terus menggerogoti kehidupan bermasyarakat di Indonesia, padahal tidak dapat dipungkiri bahwa peranan akhlak dan budi pekerti menjadi peranan sangat penting dan amat menentukan dalam pembentukan masyarakat yang beradab dan berkebudayaan tinggi, masyarakat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, masyarakat yang adil dan bermartabat dan lalainya ketidaksinambungan antara hak yang mereka dapatkan dan kewajiban yang harus mereka jalani. Untuk mengantisipasi kerusakan moral yang akan terjadi di kehidupan masyarakat mendatang, tentunya diperlukan adanya usaha untuk menyadari pentingnya penanaman kesadaran tentang hak dan kewajiban yang berkesinambungan secara utuh dengan penuh keinsyafan, walau terkadang dalam menunaikan kewajiban seringkali adanya penderitaan yang harus dirasakan. Dalam ajaran akhlak dan budi pekerti, setiap diri manusia harus bisa mengatur keseimbangan yang sangat tajam antara hak dan kewajibannya, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap anggota masyarakat

harus mampu menjalin hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan serta memberi manfaat terhadap sesama anggotanya. Budi pekerti untuk melakukan hal-hal yang patut, baik dan benar. Kalau kita berbudi pekerti, maka jalan kehidupan kita paling tidak tentu selamat, sehingga kita bisa berkiprah menuju ke kesuksesan hidup, kerukunan antar sesama dan berada dalam koridor perilaku yang baik. Sebaliknya, kalau kita melanggar prinsip-prinsip budi pekerti, maka kita akan mengalami hal-hal yang tidak nyaman, dari yang sifatnya ringan, seperti tidak disenangi/ dihormati orang lain, sampai yang berat seperti melakukan pelanggaran hukum sehingga bisa dipidana. Esensi Budi Pekerti, secara tradisional mulai ditanamkan sejak masa kanak-kanak, baik dirumah maupun disekolah, kemudian berlanjut dalam kehidupan dimasyarakat. a) Dirumah dan keluarga Sejak masa kecil dalam bimbingan orang tua, mulai ditanamkan pengertian baik dan benar seperti etika, tradisi lewat dongeng, dolanan/permainan anak-anak yang merupakan cerminan hidup bekerjasama dan berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan. Berperilaku yang baik dalam keluarga amat penting bagi pertumbuhan sikap anak selanjutnya. Dari kecil sudah terbiasa menghormat orang tua atau orang yang lebih tua b) Peduli Lingkungan Pendidikan yang mengarah kepada peduli dan kasih terhadap lingkungan dan alam, juga sudah dimulai sejak usia belia.Anak-anak diberi pengertian untuk tidak bersikap sewenang-wenang kepada binatang dan tanaman dan juga menjaga kebersihan alam, tidak merusak alam. c) Pendidikan formal Selain pendidikan non-formal yang berkembang dan berpengaruh positif, pendidikan formal tentu saja mempunyai peran sangat penting.Anak dididik supaya cerdas dan punya budi pekerti. Sejak ditaman bermain/Play group, TK,SD, anak diperkenankan dan dibiasakan bersosialisasi, ditanamkan etika, sopan santun, kebersihan, rasa kebersamaan, rasa kebersamaan dialam sebagai satu

kesatuan kosmos, ditanamkan rasa solidaritas dan kasih sayang demi keselarasan, keseimbangan dan perdamaian. Tentu juga diajarkan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam tradisi dan adat istiadat. Dimasa penjajahan dulu, sekolah-sekolah pribumi seperti Taman Siswa, menanamkan pendidikan yang penuh dengan semangat juang dan nasionalisme, persatuan dan kesatuan dalam melawan penjajah. d) Etika Pergaulan Sebagai bangsa yang berbudaya, sebaiknya semua pihak menampilkan sikap yang santun dalam pergaulan, membuat orang lain senang, dihargai. Orang itu senang bila dihargai, disapa dengan kata-kata yang baik. Orang santun, meski derajatnya tinggi, tidak sombong, ini orang yang berbudaya. Orang yang berperilaku baik, berbahasa baik, berbudi baik, selain dihargai orang lain, secara pribadi juga untung, yaitu akan mengalami peningkatan taraf kejiwaannya, mengalami kemajuan batiniah. e) Pelajaran dari cerita wayang Cerita yang bersumber dari pewayangan juga penting untuk pendidikan budi pekerti secara umum. Bagi orang Jawa tradisional, apa yang dikisahkan dalam wayang adalah merupakan cermin dari kehidupan, oleh karena itu wayang sangat populer di Jawa sampai saat ini. Pelajaran yang bisa ditarik dari pewayangan adalah , antara lain : 1. Didunia ini ada baik dan jahat, pada akhirnya yang baik yang menang, tetapi setiap saat yang jahat akan berusaha untuk menggoda lagi. 2. Ikutilah contoh dari sikap hidup Pandawa, lima satria putra Pandu yaitu Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa dan satria-satria yang lain yang mempunyai watak luhur, jujur, sopan. Mereka berjuang demi kebenaran, untuk kesejahteraaan rakyat dan negara. 3. Jangan mencontoh sikap para Korawa,seratus orang putra Destarata,yaitu Duryudana dan adik-adiknya beserta kroni-kroninya. 4. Dari epos Ramayana, Prabu Rama, Anoman dan anah buahnya punya watak satria luhur, sebaliknya Rahwana, Sarpakenaka adalah raksasaraksasa yang rakus dan keji, tanpa rasa kemanusiaan. f) Tatakrama dan Tata Susila

Tatakrama dan Tata Susila juga tak terlepas dari budi pekerti. Berlaku sopan, bertatakrama yang meliputi sikap badan, cara duduk, berbicara dll. Menghormati orang tua, guru, pinisepuh adalah wajib, tetapi tidak berarti yang muda tidak dihormati. Hormat kepada orang lain itu satu keharusan. Itu kesemuanya termasuk dalam Tata Susila- etika moral, yang juga meliputi : 1. Jujur, tidak menipu, welas asih kepada sesama. Berperilaku baik dengan menghindari perbuatan salah, supaya nama baik tetap terjaga dan supaya tidak kena malu. Terkena malu bagi orang Jawa tradisional adalah kehilangan kehormatan. 2. Memelihara kerukunan, bebas dari konflik diantara keluarga, tetangga, kampung, desa, selanjutnya ditingkat negara dan dunia, dimana hubungan harmonis antar manusia teramat penting. 3. Bersikap sabar, nrimo artinya menerima dengan ikhlas dan sadar jalan kehidupan kita dan tidak perlu iri kepada sukses orang lain Ingin hidup sukses harus berusaha dengan keras dan rajin dan mohon restu Tuhan, hasilnya terserah Tuhan. 4. Tidak bersikap egois yang hanya mementingkan diri sendiri. Ada petuah : Sepi ing pamrih, rame ing gawe.artinya bertindak tanpa pamrih dan selalu siap bekerja demi kepentingan masyarakat dan kesejahteraan umat. Sikap yang demikian ,mudah menimbulkan tindakan ber-gotong royong, baik dalam lingkungan kecil maupun besar. 5. Gotong Royong adalah kerjasama saling membantu dan hasilnya samasama dinikmati. Pada intinya gotong royong adalah kerjasama antar beberapa pihak yang menghasilkan nilai lebih dipelbagai bidang yang dikerjakan bersama tersebut. Dasar gotong royong adalah sukarela dan untuk kepentingan bersama yang meliputi bidang-bidang perawatan, pembangunan, produksi dll. Tiap peserta akan menangani bidang pekerjaan yang merupakan kemahirannya dan itu akan bersinergi dengan ketrampilan peserta lain dan proyek akan berjalan lancar. Berdasarkan pengalaman yang sukses dari gotong royong lingkup kecil, gotong royong bisa dipraktekkan berupa sinerji yang berskala nasional, regional, bahkan internasional.

BAB III PENUTUP

Simpulan 1. Secara umum Budi Pekerti berarti moral dan kelakuan yang baik dalam menjalani kehidupan ini. Pengertian budi pekerti dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, antara lain secara etimologi (asal usul kata), leksikal (kamus), konsepsional (teori) dan operasional (praktis). 2. Budi Pekerti adalah induk dari segala etika ,tata krama, tata susila, perilaku baik dalam pergaulan , pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Pertama-tama budi pekerti ditanamkan oleh orang tua dan keluarga dirumah, kemudian disekolah dan tentu saja oleh masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.

10

You might also like