You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU BEDAH UMUM VETERINER

TEKNIK PENJAHITAN

Kelompok 7: Ridzki M. F. Binol Yevi Nurvirli Marina Wijayanti Dina Amalia M. Faried Hilmy Ady Wibowo Melati Anggraini B04060031 B04060172 B04060679 B04060794 B04060808 B04061514 B04061358

Bagian Bedah dan Radiologi Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor 2009

PENDAHULUAN Dalam tindakan bedah/operasi yang dilakukan penyayatan pada suatu jaringan, organ, atau pembuluh darah yang bocor harus segera dilakukan penjahitan agar darah tidak banyak keluar atau tidak cepat habis. Teknik menjahit ada 2, yaitu dengan alat dan tanpa alat (manual). Untuk melakukan penjahitan dengan alat yaitu menggunakan forcep dan pinset. Sedangkan penjahitan secara manual dibutuhkan benang bedah (surgical suture) dan jarum bedah (surgical needle). Benang bedah merupakan salah satu perlengkapan seorang dokter, baik dokter hewan atau dokter bedah untuk melekatkan atau menyatukan kulit, organ internal, pembuluh darah, yang mengalami perlukaaan akibat sayatan, trauma, atau tindakan bedah. Benang harus bersifat kuat agar tidak mudah putus, tidak bersifat toxic, tidak menimbulkan hipoallergenic pada tubuh pasien, dan fleksibel sehingga dapat dengan mudah diikatkan dan dibuat simpul, serta benang juga bersifat tidak tembus cairan yang dapat menimbulkan infeksi sekunder. Benang bedah dibagi ke dalam 2 bentuk, yaitu dapat diserap (absorbable) yang dapat didegradasi dengan mudah oleh tubuh dalam jangka waktu tertentu dan tidak dapat diserap (non absorbable) harus dengan cara manual untuk menghilangkan dari tubuh. Tipe benang yang digunakan berdasarkan jenis operasi yang dilakukan, sesuai dengan karakteristik lokasi dan lingkungan jaringan atau internal organ. Suture sizes (ukuran benang) ditentukan berdasarkan 2 sistem, yaitu USP standard (united States Pharmacopeia) dan EP system (European Pharmocopeia). Karakteristik USP standard adalah memiliki ukuran diameter maksimal dan minimal dalam inci, kekuatan tarikan simpul minimum, dan bahan benang absorb (organik), dan non-absorb. Sedangkan karakteristik EP sistem/metrik sistem memiliki ukuran ketebalan (dalam mm) umumnya 5/0-1, kekuatan tarikan simpul lebih kuat, dan biasanya digunakan dalam kasus plastic surgery, opthalmologi, orthopedic. Surgical needle (jarum bedah) diklasifikasikan berdasarkan pada bentuknya dan cross-section. Jarum bedah digunakan sesuai dengan tempat

dilakukannya operasi. Surgical needle (jarum bedah) memiliki sifat tahan terhadap korosi (bahan stainles-steel), kuat (rigid) untuk menembus jaringan tanpa pendarahan, tipis (slim) untuk meminimalkan trauma pada jaringan, lebar (wide) untuk menutup luka melalui jaringan tanpa menimbulkan abrasi, dan tajam (sharp) untuk menembus jaringan dengan mudah. TUJUAN Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui dan mempraktekkan berbagai metode menjahit jaringan, pembuluh darah, atau organ, dalam suatu tindakan bedah (operasi) dengan benar dan aseptis. PEMBAHASAN Penjahitan bertujuan menutupi ruang yang terbuka, mendukung dan memperkuat luka sampai penyembuhan, meningkatkan kekuatan regangannya, memadukannya dengan kulit asli untuk hasil yang memuaskan dari segi estetik dan fungsional, serta meminimalisir risiko perdarahan dan infeksi. Teknik penjahitan yang baik harus memperhatikan kenampakan penutupan yang dirancang, pemasangan incisi, penanganan jaringan yang hati-hati untuk mengoptimalkan penyembuhan luka, dan eversi luka untuk memaksimalkan kemungkinan kerapatan epidermal. Pemasangan Jahitan Needle holder digunakan untuk mencengkeram jarum pada posisi distal bagian badannya, setengah sampai tiga per empat jarak dari ujung jarum. Penahan jarum tidak boleh diperketat berlebihan karena jarum bisa rusak. Pemasangan jarum yang tidak tepat dalam needle holder bisa menyebabkan jarum bengkok, sulit menembus kulit, dan/atau sudut masuk yang tidak diinginkan ke dalam jaringan. Needle holder dipegang dengan menempatkan ibu jari dan jari keempat dalam lubang pegangan penjepit dan dengan menempatkan jari telunjuk pada titik-tumpu penahan jarum supaya stabil. Atau, penahan jarum bisa ditahan dalam telapak tangan untuk meningkatkan kecekatan. Forcep diperlukan untuk mencengkeram jarum pada saat keluar dari jaringan setelah ditusukkan. Tujuannya untuk mengurangi risiko kehilangan jarum

dalam lemak dermis atau subkutaneous, dan khususnya penting jika jarum-jarum kecil digunakan di area-area seperti pinggang, dimana gigitan jarum yang besar diperlukan untuk perapatan jaringan yang tepat. Jarum harus selalu menembus kulit pada sudut 90 o, yang meminimalisir ukuran luka dan mempromosikan pemulihan sisi-sisi kulit. Jarum harus diinsersi 1-3 mm untuk sisi luka, tergantung pada ketebalan kulit. Kedalaman dan sudut jahitan tergantung pada teknik penjahitan khusus. Secara umum, 2 sisi jahitan harus sama, dan jarum harus selalu keluar dari kulit tegak lurus dengan permukaan kulit. Pengikatan Simpul Apabila jahitan dipasang dengan baik, jahitan itu harus diamankan dengan sebuah simpul. Pertama, ujung needle holder diputar searah jarum jam di sekitar ujung panjang dari material jahitan selama 2 kali putaran. Ujung needle holder digunakan untuk mencengkeram ujung pendek dari jahitan. Ujung pendek dari jahitan ditarik melalui loop-loop ujung panjang dengan menyilangkan tangan, sedemikian rupa sehingga kedua ujung material jahitan terletak pada sisi-sisi garis jahitan yang berlawanan. Needle holder diputar berlawanan arah jarum jam satu kali di sekitar ujung panjang jahitan. Ujung pendek dicengkeram dengan ujung needle holder, dan ujung pendek ditarik melalui loop kembali. Jahitan harus diperkencang untuk merapatkan ujung-ujung luka tanpa mengerutkan jaringan. Terkadang, membiarkan sebuah loop terbuka dari jahitan setelah penusukan pertama cukup membantu. Loop cadangan memungkinkan setik jahitan sedikit berekspansi dan membantu dalam mencegah strangulasi jaringan karena tensi yang diberikan pada jahitan meningkat seiring dengan edema luka yang meningkat. Dengan tergantung pada selera juru-bedah, 1-2 tusukan tambahan mungkin diperlukan. Ikatan suksesif persegi yang baik cukup penting. Yakni, masing-masing ikatan harus diletakkan secara sempurna sejajar dengan ikatan sebelumnya. Prosedur ini penting dalam mencegah pembentukan simpul tidak tepat. Ketika jumlah tusukan yang diinginkan telah selesai, material jahitan bisa dipotong (jika setik jahitan yang terpotong digunakan), atau jahitan berikutnya bisa dipasang.

Jahitan Simpul Tunggal (Jahitan Terpotong Sederhana) Jahitan yang paling umum digunakan dan serba-guna dalam bedah kulit adalah jahitan simpul tunggal. Jahitan ini dipasang dengan menginsersi jarum tegak lurus ke epidermis, melintasi epidermis dan ketebalan penuh epidermis, dan keluar tegak lurus ke epidermis pada sisi luka yang berhadapan. Kedua sisi setik jahitan harus ditempatkan secara simetris dari segi kedalaman dan lebar. Secara umum, jahitan harus memiliki konfigurasi yang berbentuk botol (labu), yakni setik jahitan harus lebih luas pada pangkalnya (sisi dermal) dibanding pada bagian atasnya (sisi dermal). Jika setik jahitan mencakup volume jaringan yang lebih besar pada pangkal dibanding pada puncaknya, maka kompresi yang dihasilkan pada dasar memaksa jaringan bergerak ke depan dan mempromosikan eversi (penonjolan) sisi-sisi luka. Manuver ini mengurangi kemungkinan pembentukan scar terdepresi pada saat luka bertraksi selama penyembuhan. Kegunaan Jahitan simpul tunggal mudah dipasang, memiliki kekuatan regangan yang lebih besar, dan memiliki potensi kecil untuk menyebabkan edema luka dan sirkulasi cutaneous terganggu. Jahitan-jahitan yang terpotong juga memungkinkan pembedah untuk membuat penyesuaian jika diperlukan agar dapat mengatur dengan baik sisi luka ketika luka dijahit. Kekurangan dari jahitan simpul tunggal, yaitu lamanya waktu yang diperlukan untuk pemasangan dan risiko yang lebih besar untuk crosshatched marks (yakni bekas seperti rel kereta api) lintas garis jahitan. Risiko crosshatching bisa diminimalisir dengan menghilangkan jahitan lebih dini untuk mencegah perkembangan track jahitan. Jahitan Sederhana Simple sutures merupakan jenis jahitan bedah yang berumur paling tua namun biasa dilakukan. Jarum yang sudah dimasukan benangnya, ditusukkan ke jaringan dan tiap jahitan tersebut, diikat dengan simpul ahli bedah dan diputus benangnya untuk jahitan selanjutnya. Jarak jarum disisipkan dari tepi jaringan dan jarak di antara jahitan tergantung dari individualnya tetapi tetap harus disesuaikan dengan ukuran luka dan ketegangan jaringan.

Jahitan Berlanjut (Continuous) Terlebih dahulu jarum ditusukkan dan diikat seperti pada simple sutures pada jahitan pertama. Kemudian tanpa pemutusan benang, dilakukan penjahitan secara diagonal seperti jahitan jelujur. Pada akhir jahitan baru dilakukan pengikatan benang menggunakan simpul ahli bedah. Jahitan jenis ini biasanya cukup menghemat waktu, akan tetapi akibat pengikatan yang tidak terlalu kuat, hal ini bisa menyebabkan keadaan yang ischemia pada tepi jaringan.

Jahitan Matras Vertikal Jahitan matras vertikal merupakan sebuah variasi dari jahitan simpul tunggal. Ini terdiri dari sebuah setik terputus sederhana yang dipasang lebar dan dalam ke dalam sisi luka dan sebuah setik terputus kedua yang lebih dangkal ditempatkan lebih dekat ke sisi luka dan dengan arah yang berlawanan. Lebar setik harus ditingkatkan sebanding dengan jumlah tensi pada luka. Yakni, semakin tinggi tensi, semakin lebar setik. Kegunaan Jahitan matras vertikal bermanfaat dalam memaksimalkan eversi luka, mengurangi ruang mati, dan meminimalisir tensi pada luka. Salah satu kekurangan dari jahitan ini adalah crosshatching. Risiko crosshatching lebih besar karena tensi yang meningkat diantara luka dan keempat titik masuk dan keluar

dari setik dalam kulit. Waktu yang direkomendasikan untuk pemindahan jahitan ini adalah 5-7 hari (sebelum pembentukan track permukaan epitlial sempurna) untuk mengurangi risiko scarring.

Jahitan Matras Horizontal Jaringan matras horizontal ditempatkan dengan memasuki kulit 5 mm sampai 1 cm dari sisi luka. Jahitan dilewatkan dalam dermis ke sisi yang berlawanan dari garis jahitan dan keluar dari kulit yang sama jaraknya dari luka (efeknya sama dengan setik terpotong sederhana). Jarum memasuki kembali kulit pada sisi yang sama dari garis jahitan 5 mm sampai 1 cm secara lateral dari titik keluar. Setik dilewatkan ke sisi berlawanan dari luka dimana dia keluar dari kulit dan simpul diikat. Kegunaan Jahitan matras horizontal bermanfaat untuk luka-luka yang memiliki tensi tinggi karena memberikan kekuatan dan eversi luka. Jahitan ini juga bisa menjadi setik tertinggal pada ujung luka secara sementara, sehingga memungkinkan pemasangan setik subkutikular atau setik tsimpul tunggal. Setik temporer dilepaskan setelah tensi terdistribusi merata pada luka. Jahitan matras horizontal bisa dibiarkan pada tempatnya selama beberapa hari jika tensi luka terus berlangsung setelah pemasangan setik yang tersisa. Pada bagian-bagian dimana tensi yang sangat tinggi berisiko untuk terbukanya jahitan, jahitan matras horizontal bisa dibiarkan tetap pada tempatnya bahkan setelah pengangkatan jahitan kulit permukaan. Akan tetapi, ini memiliki risiko untuk menghasilkan tanda jahitan jika dibiarkan lebih dari 7 hari.

Jahitan matras horizontal bisa ditempatkan sebelum ekscisi yang diusulkan sebagai sebuah teknik ekspansi kulit untuk mengurangi tensi. Pemulihan yang membaik bisa dicapai dengan setik ini pada luka tanpa tensi signifikan dengan menggunakan tusukan-tusukan kecil dan jahitan yang rapi. Selain risiko munculnya tanda jahitan, jahitan horizontal memiliki risiko tinggi untuk strangulasi jaringan dan nekrosis ujung luka jika disimpul terlalu ketat. Dengan melakukan banyak tusukan, penggunaan bolster, dan mengatur kekecanangan jahitan sesuai kebutuhan, bisa mengurangi risiko dan diupayakan menghilangkan jahitan sedini mungkin jika memungkinkan. Pemasangan jahitan dari sisi luka mempermudah pemindahannya.

Jahitan Lembert Jahitan Lembert digunakan untuk penjahitan daerah pembedahan di gastrointestinal. Penjahitan langsung pada jaringan yang dimulai dari luar bagian pemotongan dan masuk ke daerah pemotongan dan dilanjutkan jahitan dari dalam keluar kemudian dimatikan dengan menggunakan simpul bedah. Penjahitan yang dilakukan biasanya adalah untuk tunika serosa, muscularis, dan submukosa. Sedangkan untuk jaringan mukosa jahitan ini tidak dapat digunakan. Jahitan lembert juga dapat digunakan pada sayatan daerah uterus dan rumen pada hewan besar. Penjahitan lembert dilakukan sedemikian rupa sehingga bagian sayatan dapat bertemu, tidak terlalu renggang, dan tidak terlalu kencang. Keadaan yang demikian membuat jahitan kuat tidak terlepas ketika hewan bergerak dan mempercepat penyembuhan. Jahitan ini terletak sejajar dan tegak lurus dengan

arah sayatan. Jahitan ini terkadang menggunakan beberapa teknik yaitu jahitan lembert biasa, jahitan lembert sebelum tightening, dan jahitan lembert setelah tightening.

KESIMPULAN

You might also like