You are on page 1of 2

BAB I PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indera penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan anggota tubuh yang sangat peka. Trauma sekecil apapun yang masuk ke dalam mata sudah cukup dapat menimbulkan gangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.1 Sejak tahun 1967, kebutaan telah dideklarasikan sebagai masalah nasional, dimana kebutaan dapat berdampak pada masalah sosial, ekonomi, dan psikologi bukan hanya bagi penderita melainkan juga masyarakat dan Negara.2 Berdasarkan survei WHO tahun 2000, dari sekitar 45 juta penderita kebutaan, 16% diantaranya disebabkan karena glaukoma dan sekitar 0,2% kebutaan di Indonesia disebabkan oleh penyakit ini. Sedangkan survei Departemen Kesehatan RI 1982-1996 melaporkan bahwa glaukoma menyumbang 0,45% atau sekitar 840.000 orang dari 210 juta penduduk penyebab kebutaan.1,2 Glaukoma kongenital adalah glaukoma yang terjadi pada beberapa tahun pertama kehidupan. Masalah utama pada glaukoma kongenital adalah aliran humor aqueus humor dari bilik mata depan yang terjadi akibat kelainan bentuk jaringan trabekula, jalan utama aliran humor aqueus. Hal ini akan meningkatkan tekanan intraokuler, pada glaukoma kongenital (40% dari kasus), terjadi selama kehidupan intrauterine dan glaukoma infantile atau primer (55% dari kasus), peningkatan terjadi sebelum anak berusia 3 tahun. Dan selebihnya menjadi glaukoma juvenil yang bermanifestasi setelah 3 tahun tetapi sebelum berusia 16 tahun.3 Angka kejadian glaukoma kongenital primer merupakan glaukoma kongenital yang sering terjadi, 50-70% pada semua glaukoma kongenital, walaupun kasusnya masih sangat jarang, yaitu 1 dari 10.000 kelahiran. Pasien laki-laki ditemukan memiliki insidensi tertinggi pada penyakit ini, kira-kira 65 %. Pada kebanyakan kasus (75%) bilateral dan rata-rata asimetris. Setengah dari pasien memiliki tajam penglihatan lebih dari 20/50. Tetapi 2 15 % pasien mengalami kebutaan.3 Pada kasus yang tidak diobati, kebutaan timbul dini. Mata mengalami peregangan hebat dan bahkan dapat ruptur hanya akibat trauma ringan. Pencekungan diskus optikus khas glaukoma
1

timbul relatif cepat, yang menekankan perlunya terapi dengan segera. Penegakan diagnosis dan terapi secara dini terhadap glaukoma secara signifikan dapat meningkatkan penglihatan untuk jangka panjang.4

You might also like