You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN SUHU TUBUH DAN LABIRIN SEBAGAI RESEPTOR KESEIMBANGAN

Kelompok 7 1. Esihana Masrimuna 2. Lutfiyah 3. Septiany Dwi Hastuti 4. Yuni Rochmawati 3415102432 3415102430 3415101456 3415102435

Pendidikan Biologi Reguler 2010 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta 2013

A. HASIL PENGAMATAN
1. Regulasi Suhu Tubuh Katak (Suhu Tubuh Awal 290C) Menit ke1 2 3 4 5 Suhu Katak Saat di Rendam dalam Air Es (110C) 21 C 190C 18.50C 170C 170C
0

Suhu Katak Saat di Rendam dalam Air Ledeng (280C) 32 C 310C 300C 300C 29.50C
0

Suhu Katak Saat di Rendam dalam Air Panas (400C) 35 C 360C 360C 360C 360C
0

2. Subjektivitas Reseptor Suhu Tangan direndam selama 3 menit pada masing-masing air

Tangan di Rendam dalam Air Es (11 C) Tangan terasa sangat dingin, semakin lama terasa ngilu dan seperti kesemutan. Setelah 3 menit diangkat, tangan terlihat berwarna kemerahan.
0

Tangan di Rendam dalam Air Panas (40 C) Tangan terasa panas, namun semakin lama panasnya semakin berkurang. Setelah 3 menit diangkat, tangan terlihat berwarna lebih pucat.
0

Tangan di Rendam dalam Air Ledeng (280C) Tangan yang sudah direndam di air dingin, saat direndam di air ledeng terasa lebih panas. Tangan yang sudah direndam di air panas, saat direndam di air ledeng terasa lebih dingin.

3. Keseimbangan Pada Manusia Posisi Kepala Tegak Menunduk Dimiringkan ke Kanan Dimiringkan ke Kiri Arah dan Banyak Putaran Ke kanan, 10 x Ke kanan, 10 x Ke kanan, 10 x Ke kanan, 10 x Sensasi Saat Diputar Berputar ke kanan Berputar ke kanan Berputar ke kiri Berputar ke kanan Sensasi Saat Berhenti Berputar ke kiri Jatuh ke depan ke arah kiri Jatuh berguling-guling ke arah depan Jatuh ke belakang

4. Keseimbangan Pada Katak

Perlakuan Papan bedah diputar Papan naik turun

Arah dan Banyak Putaran Searah jarum jam, 10 x Searah jarum jam, 10 x

Efek yang Terjadi Berenang dengan posisi miring ke kiri berlawanan dengan arah diputar Melompat dengan posisi miring ke kiri Berenang dengan posisi miring ke kiri hingga memutar balikkan badan.

Otak ditusuk

Miring ke bawah

B. PEMBAHASAN 1. Regulasi Suhu Tubuh Katak Termoregulasi merupakan suatu mekanisme pada makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir (Campbell, 2004). Dalam termoregulasi, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoiterm berdasarkan pengaruh suhu lingkungan. Pada hewan poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan sehingga sering disebut hewan berdarah dingin. Sedangkan hewan homoiterm disebut sebagai hewan berdarah panas (Dukes, 1985). Hewan berdarah panas adalah hewan yang menjaga suhu tubuhnya, pada suhu- suhu tertentu yang konstan biasanya suhunya lebih tinggi dibandingkan suhu lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi ataupun berkeringat. Melalui evaporasi dapat menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Hewan berdarah dingin adalah hewan yang tubuhnya hampir sama atau mendekati suhu lingkungan sekitarnya. Contoh hewan berdarah panas adalah kelas aves dan mamalia sedangkan contoh hewan berdarah dingin adalah dari kelas pisces, amphibia, dan reptilian (Guyton, 2008)

Pada praktkum kali ini dilakukan percobaan regulasi suhu tubuh pada katak. Secara teoritis, katak merupakan salah satu jenis hewan yang termasuk ke dalam kelas amphibia yang termasuk ke dalam kelompok hewan berdarah dingin atau poikiloterm. Katak diberi tiga perlakuan berbeda yang representatif terhadap 3 kondisi lingkungan yang berbeda yaitu dengan meletakannya dalam air es bersuhu 11C, air ledeng bersuhu 28C, dan air hangat dengan suhu 48C. Masing- masing perlakuan dilakukan selama 5 menit dan kemudian diukur suhunya setiap 1 menit. Suhu awal katak sebelum diberikan perlakuan adalah 29C. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan ketika katak diletakkan di dalam air dingin bersuhu 11C selama 5 menit, terjadi penurunan suhu dari suhu tubuh awal 29C menjadi 21C pada menit pertama, dan pada menit- menit selanjutnya suhu pun semakin turun (dapat dilihat pada tabel. 1). Jika dirata- rata maka suhu tubuh katak yang diletakkan di dalam air es selama 5 menit adalah sebesar 18,5C. Percobaan kedua dengan perlakuan di dalam air ledeng bersuhu 28C selama 5 menit, suhu katak mulai kembali meningkat dibandingkan saat berada di dalam air es. Pada menit pertama suhu katak meningkat hingga mencapai 32C dan pada menit menit selanjutnya tidak berkisar jauh dari suhu tersebut (tabel.1). Jika dirata- rata maka didapatkan hasil suhu tubuh katak yang diletakkan di dalam air ledeng bersuhu 28C selama 5 menit adalah sebesar 30,5C. Pada percobaan ketiga yaitu dengan meletakkan katak ke dalam air hangat bersuhu 40C selama 5 menit, terjadi peningkatan suhu menjadi berisar antara 35C hingga 36C. Jika dirata- rata maka suhu tubuh katak yang diletakkan di dalam air hangat bersuhu 40C selama 5 menit adalah sebesar 35,8C. Merujuk pada data hasil percobaan tersebut terlihat bahwa dengan cepat suhu tubuh katak dapat berfluktuasi sesuai dengan kondisi lingkungannya. Hal ini dapat terjadi karena katak merupakan salah satu hewan poikiloterm yang dapat mengubah suhu dalam tubuhnya sesuai dengan suhu lingkungan. Pengaturan suhu untuk menyesuaiakan terhadap suhu lingkungan yang dingin (ketika berada dalam air es) dilakukan dengan cara memanfaatkan input radiasi sumber panas yang ada di sekitarnya sehingga suhu tubuh di atas suhu lingkungan dan pengaturan untuk menyesuaiakan terhadap suhu lingkungan panas (ketika berada di air hangat) dengan penguapan air melalui kulit dan organ-organ respiratori menekan suhu tubuh beberapa derajat di bawah suhu lingkungan. Oleh karena itu, ketika suhu lingkungan turun, suhu tubuh katak juga ikut turun menyesuaikan dengan lingkungannya. Demikian halnya pada suhu lingkungan yang panas.

Dengan hal tersebut maka pada percobaan ini dapat membuktikan bahwa hewan poikiloterm yakni katak dapat menyesuaikan suhu tubuhnya sesuai dengan suhu lingkungannya. 2. Subjektivitas Reseptor Suhu Kulit sebagai indera peraba yang terdiri dari 3 lapisan (epidermis, dermis, dan subkutan) memiliki banyak reseptor, salah satunya termoreseptor. Termoreseptor merupakan reseptor yang berfungsi mendeteksi perubahan suhu dan terletak di lapisan kulit dermis. Termoreseptor terdiri dari reseptor ruffini untuk reseptor panas dan reseptor end Krause reseptor untuk mendeteksi dingin. Berdasarkan hasil percobaan yang ditunjukkan pada tabel subjektivitas reseptor suhu, tangan yang di rendam dalam air es terasa dingin dan semakin lama terasa nyeri dan seperti kesemutan. Sensasi dingin dapat dirasakan karena ada reseptor suhu dingin, krause. Saraf krause di dermis kulit tangan merespon suhu mulai 200 C atau dibawahnya. Suhu air es yang digunakan ialah 110 C sehingga tangan merasakan sensasi dingin. Selain merespon suhu rendah (dingin) reseptor krause juga menyumbang sensasi nyeri-dingin jika suhu turun sampai dibawah 100 C atau terlalu lama terpapar benda dengan suhu rendah. Oleh karena itu, praktikan merasakan nyeri setelah direndam air es selama 3 menit. Sensasi kesemutan dirasakan karena aliran darah tidak mengalir lancar sebagai akibat vasokontriksi pembuluh darah dan adanya bagian darah yang membeku. Untuk tangan yang di rendam air hangat, praktikan merasakan sensasi panas di tangannya namun semakin lama semakin berkurang. Sensasi panas tersebut berasal dari respon saraf Ruffini di dermis kulit tangan. Saraf ruffini mulai merespon suhu diatas 45 0 C. Waktu awalnya praktikan akan merasakan panas namun panas tersebut mulai berkurang karena banyaknya tangan praktikan lain sehingga panas berpindah ke tangan dan lingkungan dengan cepat. Sementara itu, masing-masing tangan yang telah direndam air panas atau air dingin direndam kembali di air ledeng (280 C ) dan merasakan sensasi berlawanan. Tangan yang telah direndam di air es akan terasa panas ketika direndam di air ledeng sebaliknya tangan yang direndam air hangat terasa dingin saat direndam di air ledeng. Hal ini karena ada perpindahan panas (kalor) pada tangan yang direndam di air hangat ke air ledeng dan saraf krause mulai merespon suhu yang lebih rendah di air ledeng. Pada tangan yang di rendam air es, terjadi

perpindahan panas dari air ledeng ke tangan karena suhu air ledeng yang lebih tinggi sehingga tangan terasa hangat. 3. Keseimbangan Pada Manusia Salah satu reseptor pengatur keseimbangan rotasi dan gravitasi tubuh manusia adalah kanalis semisirkularis yang berupa 3 saluran setengah lingkaran. Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi tegak dan kepala tegak, dan tubuh diputar ke kanan, melibatkan kanalis semisirkularis lateral. Mata OP ditutup agar kesadaran visual terhadap kondisinya tidak bekerja sehingga OP hanya dapat mendeteksi kondisi keseimbangannya tanpa kesadaran indera penglihatannya. Pada bagian dasar kanalis semisirkularis terdapat struktur yang disebut ampula. Di dalam ampula terdapat reseptor sistem vestibular yang disebut Krista ampularis. Rambutrambut sensorik krista atau stereosilia ini tertanam pada gelatin yang memanjang, disebut kupula. Di dalam ampula terdapat cairan endolimfe. Ketika tubuh dan kepala dalam posisi tegak diputar serta mata dipejamkan kemudian tubuh diputar ke arah kanan sebanyak 10 kali, maka kanalis semisirkularis lateral akan ikut bergerak ke arah kanan. Namun cairan endolimfe akan bergerak sebaliknya yaitu ke arah kiri. Stereosilia juga akan bergerak ke kiri karena mengalami depolarisasi ketika stereosilia bergerak ke arah kinosilium. Sensasi yang diakibatkan adalah tubuh terasa bergerak ke arah kanan. Namun saat putaran dihentikan, cairan endolimfe akan bergerak ke arah kanan, yang menyebabkan stereosilia bergerak ke kanan, untuk mempertahankan kelembamannya. Karena itu saat mata masih tertutup (kesadaran penglihatan tidak ada), OP akan merasa bergerak kea rah kiri. Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi badan dan kepala merunduk, dan tubuh diputar ke kanan, melibatkan kanalis semisirkularis superior. Mata OP ditutup agar kesadaran visual terhadap kondisi keseimbangannya tidak bekerja sehingga OP hanya dapat mendeteksi kondisi keseimbangannya tanpa kesadaran indera penglihatannya. Pada saat kepala merunduk, posisi kanalis semisirkularis superior akan menjadi horizontal. Pada bagian dasar kanalis semisirkularis ini juga terdapat struktur yang disebut ampula. Di dalam ampula terdapat reseptor sistem vestibular yang disebut Krista ampularis. Rambut-rambut sensorik krista atau stereosilia ini tertanam pada gelatin yang memanjang, disebut kupula. Di dalam ampula terdapat cairan endolimfe. Ketika tubuh dalam posisi tegak dan kepala dalam posisi merunduk diputar serta mata dipejamkan kemudian tubuh diputar ke arah kanan sebanyak 10 kali, maka kanalis

semisirkularis superior akan ikut bergerak ke arah kanan. Namun cairan endolimfe di dalamnya akan bergerak sebaliknya yaitu ke arah kiri. Stereosilia juga akan bergerak ke kiri karena mengalami depolarisasi ketika stereosilia bergerak ke arah kinosilium. Sensasi yang diakibatkan adalah tubuh terasa bergerak ke arah kanan. Namun saat putaran dihentikan, kepala ditegakkan (kanalis semisirkularis superior kembali tegak), maka cairan endolimfe akan bergerak searah jarum jam (dalam posisi tegak), yang menyebabkan stereosilia bergerak searah jarum jam, untuk mempertahankan kelembamannya. Karena itu saat mata masih tertutup (kesadaran penglihatan tidak ada), OP akan merasa bergerak seperti jatuh ke arah depan sebelah kiri. Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi badan dan kepala dimiringkan ke kanan, dan tubuh diputar ke kanan, melibatkan kanalis semisirkularis posterior. Mata OP ditutup agar kesadaran visual terhadap kondisi keseimbangannya tidak bekerja sehingga OP hanya dapat mendeteksi kondisi keseimbangannya tanpa kesadaran indera penglihatannya. Pada saat kepala dimiringkan ke kanan, posisi kanalis semisirkularis posterior akan menjadi horizontal. Pada bagian dasar kanalis semisirkularis ini juga terdapat struktur yang disebut ampula. Di dalam ampula terdapat reseptor sistem vestibular yang disebut Krista ampularis. Rambut-rambut sensorik krista atau stereosilia ini tertanam pada gelatin yang memanjang, disebut kupula. Di dalam ampula terdapat cairan endolimfe. Ketika tubuh dalam posisi tegak dan kepala dalam posisi miring ke kanan diputar serta mata dipejamkan kemudian tubuh diputar ke arah kanan sebanyak 10 kali, maka kanalis semisirkularis posterior akan ikut bergerak ke arah kanan. Namun cairan endolimfe di dalamnya akan bergerak sebaliknya yaitu ke arah kiri. Stereosilia juga akan bergerak ke kiri karena mengalami depolarisasi ketika stereosilia bergerak ke arah kinosilium. Sensasi yang diakibatkan adalah tubuh terasa bergerak ke arah kanan. Namun saat putaran dihentikan, kepala ditegakkan (kanalis semisirkularis porterior kembali tegak), maka cairan endolimfe akan bergerak ke depan (dalam posisi tegak), yang menyebabkan stereosilia bergerak ke depan, untuk mempertahankan kelembamannya. Karena itu saat mata masih tertutup (kesadaran penglihatan tidak ada), OP akan merasa bergerak seperti jatuh ke arah depan. Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi badan dan kepala dimiringkan ke kiri, dan tubuh diputar ke kanan, melibatkan kanalis semisirkularis posterior. Mata OP ditutup agar kesadaran visual terhadap kondisi keseimbangannya tidak bekerja sehingga OP hanya dapat mendeteksi kondisi keseimbangannya tanpa kesadaran indera penglihatannya. Pada saat kepala

dimiringkan ke kiri, posisi kanalis semisirkularis posterior akan menjadi horizontal. Pada bagian dasar kanalis semisirkularis ini juga terdapat struktur yang disebut ampula. Di dalam ampula terdapat reseptor sistem vestibular yang disebut Krista ampularis. Rambut-rambut sensorik krista atau stereosilia ini tertanam pada gelatin yang memanjang, disebut kupula. Di dalam ampula terdapat cairan endolimfe. Ketika tubuh dalam posisi tegak dan kepala dalam posisi miring ke kanan diputar serta mata dipejamkan kemudian tubuh diputar ke arah kanan sebanyak 10 kali, maka kanalis semisirkularis posterior akan ikut bergerak ke arah kanan. Namun cairan endolimfe di dalamnya akan bergerak sebaliknya yaitu ke arah kiri. Stereosilia juga akan bergerak ke kiri karena mengalami depolarisasi ketika stereosilia bergerak ke arah kinosilium. Sensasi yang diakibatkan adalah tubuh terasa bergerak ke arah kanan. Namun saat putaran dihentikan, kepala ditegakkan (kanalis semisirkularis porterior kembali tegak), maka cairan endolimfe akan bergerak ke belakang (dalam posisi tegak), yang menyebabkan stereosilia bergerak ke belakang, untuk mempertahankan kelembamannya. Karena itu saat mata masih tertutup (kesadaran penglihatan tidak ada), OP akan merasa bergerak seperti jatuh ke arah belakang. Pada saat mata terbuka OP tidak akan mengalami sensasi seperti yang terjadi pada table pengamatan karena sensasi sadarnya telah bekerja dan tubuhnya telah menyadari bahwa ia tidak lagi bergerak. Sensasi sadar lebih kuat daripada sensasi saat mata tertutup sehingga sensasi tersebut dapat menggantikan sensasi saat mata tertutup. 4. Keseimbangan Pada Katak Telinga dalam memiliki komponen khusus, yakni apparatus vestibularis, yang memberikan informasi yang penting untuk sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan-gerakan kepala dengan gerakan mata dan postur tubuh. Apparatus vestibularis terdiri dari dua set struktur yang terletak di dalam tulang temporalis di dekat koklea kanalis semisirkularis dan organ otolit, yaitu utrikulus dan sakulus. Semua komponen apparatus vestibularis mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Komponen vestibuler masing-masing mengandung selsel rambut yang berespons terhadap perubahan bentuk mekanis yang dicetuskan oleh gerakangerakan spesifik endolimfe. Sel sel reseptor vestibularis dapat mengaami depolarisasi atau hiperpolarisasi, bergantung pada arah gerakan cairan. Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler atau rotational kepala. Sel-sel rambut reseptif di setiap kanalis

semikularis terletak di suatu bumbungan ampula. Rambut-rambut terbenam dalam suatu lapisan gelatinosa seperti topi di atasnya, yaitu kupula. Kupula bergoyang sesuai arah gerakan cairan. (Sherwood, 2001) Berdasarkan pengamatan didapatkan hasil bahwa dalam keadaan normal saat papan bedah diputar searah jarum jam sebanyak 10x dan dinaikturunkan, Rana sp memperlihatkan caraberenang dengan posisi miring ke kiri berlawanan dengan arah diputar. Hal ini disebabkan karena pada struktur telinga dalam terdapat macula akustika (organ keseimbangan statis) dan krista akustika (organ keseimbangan dinamis) melakukan koordinasi penyampaian impuls sarafnya masing-masing. Sel reseptor pada macula akustika yang berupa sel-sel rambut dan selsel penunjang melekat pada membran yang mengandung butir-butiran kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolith. Macula di sakulus dan utrikulus peka terhadap gaya berat otolith ini. Perubahan posisi kepala menimbulkan tarikan gravitasi yang menyebabkan pergerakan otolith dan otolith merangsang sel-sel rambut sehingga menyebabkan depolarisasi sel reseptor yang berjalan ke otak kecil sebagai organ keseimbangan. Sedangkan sel-sel reseptor dalam krista akustika yang juga berupa sel-sel rambut dan sel-sel penunjang tidak melekat pada otolith. Selsel reseptor disini distimulasi oleh gerakan endolimfe. Ketika kepala Rana sp bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimfe yang berasal dari saluran membranosa (labirin) akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima rangsangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkontraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru. Namun saat diberi perlakuan yang kedua yaitu dirusak bagian otak besar (cerebrum), Rana sp memperlihatkan respon yang berbeda. Kepalanya menunduk dengan mata yang terpenjam dan tidak melakukan gerakan apapun. Hal ini disebabkan karena cerebrum sebagai pusat penglihatan mengalami kerusakan sehingga menyebabkan terganggunya penglihatan Rana sp. Cerebrum selain sebagai pusat penglihatan, juga sebagai pengendali gerak tubuh khususnya gerak volunter (gerak sadar) sehingga apabila otak ini rusak maka katak tidak dapat mengendalikan gerak tubuhnya. Inilah yang menyebabkan Rana sp tidak bergerak dengan kepala yang menunduk Selanjutnya saat otak belakang dirusak, Rana sp melompat dan berenang dengan posisi miring ke kiri hingga memutarbalikkan badan berulang-ulang. Hal ini disebabkan karena batang otak di otak belakang yang terdiri dari medulla, pons dan otak tengah merupakan organ

penghubung penting bagi otak lainnya dengan medulla spinalis. Kerusakan ini mengakibatkan sistem spinal tidak berfungsi lagi dan mengakibatkan terjadinya disorientasi posisi pada Rana sp dan kompikiasi lain seperti terganggunya mekanisme denyut jantung, dan pernapasan sehingga Rana sp mengalami kematian akibat kerusakan total pada sistem koordinasi tersebut. C. KESIMPULAN 1. Katak termasuk hewan poikiloterm, dimana suhu tubuhnya ditentukan oleh keseimbangannya dengan kondisi lingkungannya, dan berubah-ubah seperti berubah-ubahnya kondisi suhu lingkungan. 2. Labirin berfungsi sebagai alat keseimbangan tubuh karena memiliki organ-organ vestibular (sakulus,utrikulus, dan kanalis semisirkularis). 3. Sakulus dan utrikulus dikhususkan untuk mendeteksi posisi kepala terhadap arah tarik gravitasi bila kepala dalam posisi hampir vertikal. 4. Kanalis semisirkularis berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan akibat percepatan sudut. 5. Pada saat objek berotasi dengan cepat terjadi nistagmus karena terjadi gerakan endolimfe yang berlawanan arah dengan arah percepatan sudut. 6. Salah satu reseptor pengatur keseimbangan rotasi dan gravitasi tubuh manusia adalah kanalis semisirkularis yang berupa 3 saluran setengah lingkaran. 7. Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi tegak dan kepala tegak melibatkan kanalis semisirkularis lateral. 8. Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi tegak dan kepala merunduk melibatkan kanalis semisirkularis superior. 9. Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi tegak dan kepala miring ke kanan atau kiri melibatkan kanalis semisirkularis posterior. 10. Tangan dapat merasakan suhu panas atau dingin karena terdapat termoreseptor yang berada di lapisan demis.

11. Tangan akan merasakan sensasi dingin ketika direndam dari air hangat (400C )ke air ledeng (280C) karena adanya perpindahan panas dari tangan ke air ledeng yang di rasakan oleh saraf krause. 12. Tangan akan merasakan sensasi panas ketika direndam dari air es (110C) ke air ledeng (280C) karena adanya perpindahan panas dari air ledeng ke tangan. DAFTAR PUSTAKA Campbell,Neil A., Jane B. Reece dan lawrence G.Mitchell.2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga: Jakarta Duke,NH.1995.The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing: New York Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 20). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Guyton,D.C.1993.Fisiologi Hewan.EGC: Jakarta Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta:Kanisius. Pinel,J.P.J.1993. Biopsycology.2nd ed. Massachusetts:Allyn and Bacon. Puspita, I.1999. Psikologi faal.Depok: Universitas Gunadarma. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Jawaban Pertanyaan Mekanisme jalannya impuls dari reseptor panas sampai integrasi korteks sensoris tempat terbentuknya sensasi dan di area asosiasi tempat terbentuknya persepsi telapak tangan merasakan panas: Ketika memasuki medula spinalis, sinyal akan menjalar dalam traktus Lissauer sebanyak beberapa segmen di atas atau di bawah dan selanjutnya akan berakhir di a. Area reticular batang otak b. Kompleks ventrobasal talamus Beberapa sinyal termal dari kompleks ventrobasal akan dipancarkan menuju ke korteks somatosensorik. Adakalanya dengan penelitian mikroelektroda ditemkan adanya suatu neuron ada area somatosensorik I yang dapat langsung berespon terhadap stimulus panas pada daerah kulit yang spesifik. Selanjtnya telah diketahui bahwa pembuangan girus postsentralis pada manusia dapat mengurangi kemampuan untuk membedakan gradasi suhu.

You might also like