Professional Documents
Culture Documents
LINGKU- KESEHA-
PERIZINAN PERUMA-
NGAN TAN
HAN
KEPEGA-
PER-
WAIAN SUMBER TANAHAN
SENGKETA
PER- TUN
JAMINAN
TARIFAN
SOSIAL
PENGATURAN PER-
LALU LINTAS DLL
PAJAKAN
Interaksi Sosial Politik antara
Pemerintah dan Masyarakat
PEMERINTAH
DINAMIS KOMPLEKS
BERAGAM
MASYARAKAT SWASTA
@ MENCARI
@ MEMPEROLEH
@ MEMBERI
DAPAT LAYANAN
INFORMASI
YANG ADIL
PENYEL NEGARA
DAPAT PERLIN
DUNGAN HUKUM
SAMPAIKAN :
• SARAN
• PENDAPAT ATAS
KP PENYELENGGARA
NEGARA
Akuntabilitas
Responsibility
Good
Governance
Transparancy
Aparatur
Efisien &
Pemerintah Efektive
Daerah yang
Dibutuhkan Adil
Adalah :
Clean Proporsional
Government
Profesional
Partisipatif
HAK DAERAH
Mengatur & mengurus sendiri urusan
Pemerintahannya
Memilih pemimpin daerah
Mengelola aparatur daerah
Mengelola kekayaan daerah
Memungut pajak daerah & Retribusi
Mendapatkan pembagian hasil dari pengelolaan
SDA & SD lainnya yg berada didaerah
Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yg
sah
Mendapatkan hak lainnya yg diatur dalam
peraturan perundang-undangan
KEWAJIBAN DAERAH
Melindungi masy, menjaga
perasatuan kesatuan, dan kerukunan
nasional serta keutuhan NKRI
Meningkatkan kualitas kehidupan
masy
Mengembangkan kehidupan
demokrasi
Mewujudkan keadilan & pemerataan
Meningkatkan pelayanan dasar
pendudukan
Menyediakan fasilitas pelayanan
kesehatan, sosial, dan fasilitas umum
yg layak
Batasan Hukum
4. TUJUAN:
Untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah
dengan negaranya yang ditimbulkan akibat
keputusan TUN yang diambil oleh Penjabat
Administrasi Negara.
BEBERAPA PENGERTIAN TENTANG PTUN
1. Tata Usaha Negara adalah Adminis-trasi Negara
yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan
urus-an pemerintah baik di pusat mau-pun daerah.
2. Badan atau Pejabat Tata Usaha Ne-gara adalah
Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan
pemerintah ber-dasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu
penetapan tertulis yang dike-luarkan oleh badan atau
Pejabat Tata Usaha yang berisi tindakan hukum Tata
Usaha Negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku,yang bersifat
konkret , indivi-dual.
Dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.
2. Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang
timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara
orang atau badan hukum perdata dengan Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara,baik di pusat
maupun di daerah sebagai akibat dikeluarkannya
Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa
Kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan
terhadap Badan / Pejabat Tata Usaha Negara dan
diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan
keputusan.
1. Tergugat adalah Badan / Pejabat Tata Usaha
Negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan
wewenang yang ada padanya atau yang dilim-
pahkan kepadanya, yang digugat oleh orang atau
badan hukum perdata.
YANG TIDAK TERMASUK DALAM
KEPUTUSAN TUN
1. Keputusan TUN yang merupakan per-buatan hukum
perdata.
2. Keputusan TUN yang merupakan pengaturan yang
bersifat umum.
3. Keputusan TUN yang masih memer-lukan
Persetujuan.
4. Keputusan TUN yang dikeluarkan berdasarkan
ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Pidana
atau Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
atau peraturan perundang-undangan lain yang
bersifat hukum pidana.
5. Keputusan TUN yang dikeluarkan atas dasar hasil
pemeriksaan badan peradilan berdasarkan
1. Keputusan TUN mengenai tata usaha ABRI.
2. Keputusan Panitia Pemilihan, baik di pusat maupun
di daerah, mengenai hasil pemilihan umum.
PUTUSAN PENGADILAN
1. Jenis Putusan :
a. Gugatan ditolak;
b. Gugatan dikabulkan;
c. Gugatan tidak diterima;
d. Gugatan Gugur.
2. Pelaksanaan Putusan:
a. Putusan Pengadilan harus diucap-kan dalam
sidang terbuka untuk umum (Ps. 108 ayat 1);
b. Hanya Putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap yang dapat
dilaksanakan (Ps.115);
dengan surat tercatat oleh Panitera Pengadilan
setempat atas perintah Ketua Pengadilan yang
mengadili dalam tingkat pertama selambat-lambatnya
dalam waktu 14 hari (Ps.116 ayat 1);
b. Dala, hal 4 bulan setelah putusan Pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap telah
dikirimkan, tergugat tidak melaksanakan kewajib-
annya, maka Keputusan Tata Usaha Negara yang
disengketakan itu tidak mempunyai kekuatan hukum
lagi (Ps.116 ayat 2);
c. Dalam hal tergugat ditetapkan harus melaksanakan
kewajibannya, dan kemudian setelah tiga bulan
ternyata kewajiban tersebut tidak dilaksanakan-nya,
maka penggugat mengajukan permohonan kepada
Ketua Peng-adilan, agar Pengadilan memerintah-kan
tergugat melaksanakan putusan Pengadilan tersebut
(Ps. 116 ayat 3);
a. Jika tergugat masih tetap tidak mau
melaksanakannya, Ketua Pengadilan mengajukan
hal ini kepada instansi atasannya menurut jenjang
jabatan (Ps 116 ayat 4);
b. Instansi atasan dalam waktu 2 bulan setelah
menerima pemberitahuan dari Ketua Pengadilan
harus sudah meme-rintahkan pejabat untuk
melaksanakan putusan Pengadilan tersebut (Ps. 116
ayat 5);
c. Dalam hal instansi atasan, tidak mengindahkan
maka Ketua Pengadil-an mengajukan hal ini kepada
Presi-den sebagai pemegang kekuasaan pemerintah
tertinggi untuk memerin-tahkan pejabat tersebut
melaksanakan putusan Pengadilan tersebut (Ps. 116
ayat 6).
1. Ganti Rugi :
a. Salinan putusan Pengadilan yang berisi kewajiban
membayar ganti rugi dikirimkan kepada
penggugat dan tergugat dalam waktu tiga hari
setelah putusan Pengadilan mem-peroleh
kekuatan hukum tetap (Ps. 120 ayat 1);
b. Salinan Putusan Pengadilan yang berisi
kewajiban membayar ganti rugi dikirimkan pula
oleh pengadil-an kepada Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara yang dibebani kewajiban untuk
membayar ganti rugi tersebut dalam waktu 3 hari
setelah keputusan pengadilan memperoleh
kekuatan hukum tetap(Ps. 120 ayat 2);
a. Besarnya ganti rugi beserta tata cara pelaksanaan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
(Ps. 120 Ayat 3).
1. Rehabilitasi :
a. Dalam hal gugatan yang berkaitan dalam bidang
kepegawaian di-kabulkan sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 97
ayat (11), salinan putusan Pengadilan yang berisi
kewajiban tentang rehabilitasi dikirimkan ke-pada
penggugat dan tergugat da-lam waktu tiga hari
setelah putusan itu memperoleh kekuatan hukum
tetap (Ps. 121 ayat 2);
b. Salinan putusan Pengadilan yang berisi kewajiban
tentang rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dikirmkan pula oleh Pengadilan
kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
yang dibebani kewajiban melaksanakan.
Rehabilitasi tersebut dalam waktu tiga hari setelah
putusan itu memperoleh kekuatan hukum tetap
(Ps. 121 ayat 2).
3. Upaya Administratif :
Upaya Administratif adalah suatu prosedur yang
dapat ditempuh oleh seorang atau badan hukum
perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu
Keputusan Tata Usaha Negara.
ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAH-AN YANG BAIK
Asas-asas umum pemerintahan yang baik
(behoorlijkheid), G.J Wiarda mengusulkan lima
asas-asas umum pemerintahan yang baik, yaitu:
– Asas “fair play” (het beginsel van fair play);
– Asas kecermatan (zorgvuldigheid);
– Asas sasaran yang tepat (zuverheid van
oogmerk);
– Asas keseimbangan (ovenwichtig-heid)
– Asas kepastian hukum (rechts-zekerheid)
Sedangkan dalam yurisprudensi AROB (Peradilan
Administrasi Belanda) menyebutkan bahwa asas-
asas umum pemerintah baik meliputi:
§ Asas pertimbangan (motiveringsbeginsel);
§ Asas kecermatan (zorgvuldigheidsbeginsel);
§ Asas kepastian hukum (rechtszekerheidsbeginsel);
§ Asas kepercayaan atau asas menanggapi harapan
yang telah ditimbulkan (vertrouwensbeginsel of
beginsel van opgewekte verwachtingen)
§ Asas persamaan (gelijkheidsbeginsel)
§ Asas keseimbangan (ovenwichtigheidsbeginsel);
§ Asas kewenangan (behoegheidsbeginsel);
§ Asas fair play (beginsel van fair play)
§ Larangan “detournement de pouvoir” (het verbod
detornement de pouvoir);
§ Larangan bertindak sewenang-wenang (het verbod
van willekeur).
S.F Marbun merinci asas-asas umum pemerintahan
yang baik ke dalam 17 (tujuh belas) asas, yaitu :
1) Asas persamaan;
2) Asas keseimbangan,keserasian dan keselarasan;
3) Asas menghormati dan memberikan haknya
setiap orang;
4) Asas ganti rugi karena kesalahan;
5) Asas kecermatan;
6) Asas kepastian hukum;
7) Asas kejujuran dan keterbukaan;
8) Asas larangan menyalahgunakan wewenang;
9) Asas larangan sewenang-wenang;
10) Asas kepercayaan atau pengharapan;
11) Asas motivasi;
12) Asas kepantasan dan kewajaran;
13) Asas pertanggung-jawaban;
1) Asas penyelenggaraan kepentingan umum;
2) Asas kebijaksanaan;
3) Asas itikad baik.