You are on page 1of 77

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Bahan Ajar Diklatpim Tk. III


(oleh: Eddy Warman S.H)
DAMPAK PELAKSANAAN HAN

LINGKU- KESEHA-
PERIZINAN PERUMA-
NGAN TAN
HAN

KEPEGA-
PER-
WAIAN SUMBER TANAHAN
SENGKETA
PER- TUN
JAMINAN
TARIFAN
SOSIAL

PENGATURAN PER-
LALU LINTAS DLL
PAJAKAN
Interaksi Sosial Politik antara
Pemerintah dan Masyarakat

PEMERINTAH

DINAMIS KOMPLEKS

BERAGAM

MASYARAKAT SWASTA
@ MENCARI
@ MEMPEROLEH
@ MEMBERI
 DAPAT LAYANAN
INFORMASI
YANG ADIL
PENYEL NEGARA
 DAPAT PERLIN
DUNGAN HUKUM

SAMPAIKAN :
• SARAN
• PENDAPAT ATAS
KP PENYELENGGARA
NEGARA
Akuntabilitas

Responsibility
Good
Governance
Transparancy

Aparatur
Efisien &
Pemerintah Efektive

Daerah yang
Dibutuhkan Adil

Adalah :
Clean Proporsional
Government
Profesional

Partisipatif
HAK DAERAH
 Mengatur & mengurus sendiri urusan
Pemerintahannya
 Memilih pemimpin daerah
 Mengelola aparatur daerah
 Mengelola kekayaan daerah
 Memungut pajak daerah & Retribusi
 Mendapatkan pembagian hasil dari pengelolaan
SDA & SD lainnya yg berada didaerah
 Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yg
sah
 Mendapatkan hak lainnya yg diatur dalam
peraturan perundang-undangan
KEWAJIBAN DAERAH
 Melindungi masy, menjaga
perasatuan kesatuan, dan kerukunan
nasional serta keutuhan NKRI
 Meningkatkan kualitas kehidupan
masy
 Mengembangkan kehidupan
demokrasi
 Mewujudkan keadilan & pemerataan
 Meningkatkan pelayanan dasar
pendudukan
 Menyediakan fasilitas pelayanan
kesehatan, sosial, dan fasilitas umum
yg layak
Batasan Hukum

§ E. Utrech : Hukum adalah Himpunan peraturan-


peraturan/larangan-larang-an) dan karena itu harus
ditaati oleh masyarakat itu.
§ E.M. Meyers (De Algemene Begrip-pen van het
Burgelijk Recht) : Hukum semua aturan yang
mengandung per-timbangan kesusilaan, ditujukan
kepa-da tingkah laku manusia dalam ma-syarakat,
dan menjadi pedoman bagi Penguasa Negara dalam
melakukan tugasnya.
§ Leon Duguit : Hukum ialah aturan tingkah laku para
anggota masyara-kat, aturan yang daya
penggunaan-nya pada saat tertentu diindahkan oleh
suatu masyarakat.
sebagai jaminan dari kepentingan bersama
dan yang jika dilanggar me-nimbulkan reaksi
bersama terhadap orang yang melakukan
pelanggaran itu.
n Immanuel Kant : Hukum ialah kese-luruhan
syarat-syarat yang dengan ini kehendak
bebas dari orang yang satu dapat
menyesuaikan diri dengan ke-hendak bebas
dari orang lain, menu-ruti peraturan hukum
tentang kemer-dekaan.
n S.M Amin (Bertamasya ke Alam Hukum) :
Hukum adalah kumpulan-kumpulan peraturan-
aturan yang ter-diri dari norma dan sanksi-
sanksi, tu-juan hukum adalah mengadakan ke-
tatatertiban dalam pergaulan manu-sia,
sehingga keamanan dan keter-tiban
u JCT Simorangkir dan Woerjono
Sastropranoto (Pelajaran Hukum Indonesia)
Hukum ialah peraturan-peraturan yang
bersifat memaksa, yang menentukan tingkah
laku manu-sia dalam lingkungan masyarakat
yang dibuat oleh Badan-badan resmi yang
berwajib, pelanggaran mana ter-hadap
peraturan-peraturan tadi ber-akibatkan
diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman
tertentu.
u M.H Tirtaatmidjaja (Pokok-pokok Hukum
Perniagaan) : Hukum ialah semua aturan
(norma) yang harus dituruti dalam tingkah
laku tindakan-tinda-kan dalam pergaulan
hidup dengan ancaman mesti mengganti
kerugian jika melanggar aturan-aturan itu
akan membahayakan diri sendiri/ harta.
NEGARA HUKUM
o Negara berdasarkan atas hukum yaitu segala
perbuatan / tindakan pemerin-tah didalam
menjalankan tugas dan fungsinya harus didasarkan
kepada hukum dan peraturan perundang-un-dangan
yang berlaku.
o Konsep negara hukum berkembang pada akhir abad
18 dan awal 19, di Eropa Kontinental dikembangkan
oleh Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl
yang lebih dikenal den-gan RECHTS STAATS,
sedangkan di negara-negara Anglo Saxon dikem-
bang oleh A.V Dicey yang lebih di-kenal dengan
RULE OF LAW.
Adapun unsur-unsur Rechtsstaats (Eropa) dan
Rule of Law (Anglo Saxon).

Rechtsstaat Rule of Law


Perlindungan Supremasi aturan
terhadap HAM. hukum
Pemisahan/pem- Kedudukan yang
bagian kekuasaan sama dihadapan
negara untuk hukum.
menjamin HAM.
Pemerintah ber- Adanya jaminan
dasarkan PUU. terhadap HAM.
Adanya Peradilan
Administrasi.
INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM

a. Penjelasan UUD 1945 mengenai Sistem


Pemerintahan Negara RI:
1. Indonesia Ialah negara berdasar-kan atas hukum
(Rechtsstaat), ti-dak berdasarkan pada
kekuasaan belaka (Machtsstaat).
2. Pemerintah berdasarkan sistem konstitusi (hukum
dasar) tidak ber-sifat absolutisme (Kekuasaan
yang tidak terbatas).
b. Pasal 1 ayat (3) Amandemen Ketiga UUD 1945:
Negara Indonesia adalah negara hukum.
PRINSIP NEGARA HUKUM
Negara berdasarkan atas hukum harus didasarkan atas
hukum yang baik dan adil. Hukum yang baik adalah
hukum yang demokratis yang didasarkan atas
kehendak rakyat, sedangkan hukum yang adil adalah
hukum yang sesuai dan memenuhi maksud dan
tujuan setiap hukum, yakni keadilan.
PENGERTIAN HUKUM ADMINISTRASI
NEGARA
Ø E. Utrecht mengetengahkan “HAN (hukum
pemerintahan) adalah men-guji hubungan hukum
istimewa yang diadakan akan memungkinkan para
pejabat (Ambsdrager) administrasi negara
melakukan tugas mereka yang khusus”. Selanjutnya
E, Utrecht men-jelaskan bahwa “HAN adalah yang
mengatur sebagian lapagan pekerja-an administrasi
negara.
Ø Cornelis Van Vollenhouven : HAN ialah kesemua
kaidah-kaidah hukum yang bukan hukum tata
negara mate-riil, bukan hukum perdata materiil dan
bukan hukum pidana materiil (Teori residu).
u J.M Baron de Gerando : hukum administrasi
adalah peraturan-pera-turan yang mengatur
hubungan timbal balik antara pemerintah dan
rakyat (Le droit administratif a pour object le
regles qui regissent les rapports recip-roques
de I’administration avec les administres).
u Prof. Mr.J. Oppenheim : Hukum ad-
ministrasi negara adalah keseluruhan aturan-
aturan hukum yang harus menjalankan
kekuasaannya. Jadi pa-da asasnya mengatur
negara dalam keadaan bergerak (staat in
beweging).
u Dr.Mr.H.J Romijn : Hukum admini-strasi
negara adalah keseluruhan aturan-aturan
hukum yang mengatur negara dalam keadaan
bergerak.
n Prajudi Atmosudirdjo : HAN adalah hukum
mengenai seluk beluk adminis-trasi negara
(HAN heteronom) dan hukum yang dicipta
atau merupakan hasil buatan administrasi
negara (HAN otonom).
HAKEKAT DAN CAKUPAN HAN

Hakekat HAN mengatur hubungan hukum


antara Pemerintah dengan war-ganya serta
memberikan perlindungan hukum kepada
masyarakat atau warga negaranya dari
tindakan sewenang-wewenang aparatur
Pemerintah.

Cakupan HAN (Prajudi Atmo-sudirdjo) :


adalah HAN mengatur we-wenang, tugas,
fungsi, dan tingkah laku para Pejabat
Administrasi Negara.
Van Wijk-Konjnenbelt dan P. de Haan Cs.
Mengatakan HAN meliputi :
Mengatur sarana bagi penguasa untuk
mengatur dan mengendali-kan
masyarakat;
Mengatur cara - cara partisipasi warga
negara dalam proses pen-gaturan dan
pengendalian tersebut;
Perlindungan hukum (rechtsbe-
sherming);
Menetapkan norma-norma fundamental
bagi penguasa untuk pemerintahan yang
baik (algemene beginselen van behoorlijk
bestuur).
PENGERTIAN HUKUM TATA NEGARA

§ Prof. Mr.J. Oppenheim :


Hukum Tata Negara ialah keseluruh-an aturan-
aturan hukum yang meng-adakan alat-alat
perlengkapan dan mengatur kekuasaannya.
§ Fritz Flener :
Hukum Tata Negara mengatur negara dalam
keadaan pasif, sedangkan HAN mengatur negara
dalam keada-an aktif.
§ Dr.Mr.H.J.Romijn:
Hukum Tata Negara ialah keseluruh-an aturan -
aturan hukum yang meng-atur negara dalam
keadaan statis sedangkan Hukum Administrasi
negara ialah aturan-aturan hukum yang mengatur
negara dalam keadaan dinamis.
Van Vollenhouven : Hukum Tata Negara adalah
sekumpulan peraturan - peraturan hukum yang
menentukan badan-badan kenegaraan serta mem-
beri wewenang itu kepada badan - badan tersebut
dari yang tertinggi sampai yang terendah
kedudukannya.
Djokosutono : Hukum Tata Negara sebagai hukum
mengenai organisasi jabatan-jabatan di dalam
rangka pan-dangan mereka terhadap “Negara se-
0bagai organisasi”.
TUJUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA:
1. Memberikan batasan dan ke-wenangan
terhadap Pejabat Administrasi Negara;
2. Memberikan perlindungan terhadap rakyat atau
badan hukum perdata dari tindakan sewenang-
wenang Pejabat Administrasi Negara.

TUJUAN PERADILAN ADMINIS-TRASI NEGARA :


• Prayudi : Tujuan Peradilan Administrasi adalah
mengem-bangkan dan memelihara ad-
ministrasi negara yang menurut hukum
(rechtmatig) atau tepat menurut UU ( wetmatig)
atau tepat secara fungsional (efektif) dan atau
berfungsi secara efisien.
n Sachran Basah: Tujuan Peradilan Administrasi adalah
untuk memberi-kan pengayoman hukum dan kepas-
tian hukum, baik bagi rakyat maupun bagi administrasi
negara dalam arti terjaganya keseimbangan
kepenting-an masyarakat dengan kepentingan
individu.
n S.F Marbun: Tujuan Peradilan Admi-nistrasi dapat
dirumuskan secara preventif untuk mencegah
tindakan-tindakan administrasi negara yang melawan
hukum dan merugikan, se-dangkan secara represif
ditujukan terhadap tindakan-tindakan adminis-trasi
negara yang melawan hukum dan merugikan rakyat
perlu dan harus dijatuhi sanksi.
BENTUK PERBUATAN PEMERINTAH
a. Jenis-jenis perbuatan pemerintah
n Perbuatan non yuridis
n Perbuatan yuridis (rechtshan-deling)
b. Perbuatan pemerintah yang ber-sifat
hukum publik
1) Perbuatan hukum publik yang bersegi dua,
dan
2) Perbuatan hukum publik yang bersegi satu.
c. Perbuatan Pemerintah yang ber-sifat
hukum privat.
PERBUATAN PEMERINTAH
(Perbuatan Yang Dilaksanakan Pejabat
Administrasi
a. PERBUATAN PEMERINTAH DILAK-SANAKAN
BERDASARKAN:
1. Peraturan Perundang-undangan yang ada;
2. Belum ada Peraturan Perun-dangannya
(Freies Ermessen / Discretion).
b. Freies Ermessen / Discretion /Kebijakan:
– Sjachran Basah : Freies Ermessen adalah
keleluasan dalam menen-tukan kebijakan-
kebijakan melalui sikap tindak administrasi
negara yang harus dapat dipertanggung-
jawabkan.
n AV. DICEY (Bagir Manan) discreationary power adalah
berisi kebebasan Mahkota atau aparat-nya untuk
melaksanakan suatu tin-dakan tanpa terlebih dahulu
harus meminta persetujuan/pengatur oleh parlemen.
n S.F Marbun Freies Ermessen adalah kebebasan untuk
bertindak atas inisiatif sendiri menyelesaikan persoalan-
persoalan penting dan mendesak yang muncul secara
tiba-tiba, dimana hukum tidak mengaturnya.
a. TOLAK UKUR PENGGUNAAN FREIES
ERMESSEN / DISCRETION/ KEBIJAKAN:
1. Adanya kebebasan yang dimung-kinkan
oleh hukum kepada admini-strasi negara
untuk bertindak atas inisiatif sendiri;
2. Terdapat persoalan yang penting dan
segera mendesak untuk se-gera
diselesaikan;
3. Harus dapat dipertanggungjawab-kan
secara moral dan hukum.
HARUS DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN
SECARA MORAL DAN HUKUM

1. Secara moral : berdasarkan Pancasila dan


Sumpah/Janji;
2. Secara Hukum:
– Batas atas: wajib taat asas ter-hadap tata urutan
peraturan per-undang-undangan Indonesia, baik
secara vertikal maupun secara horizontal dan
tidak melanggar hukum;
– Batas bawah: tidak boleh me-langgar hak warga
negara atas pe-kerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
PERSOALAN YANG PENTING DAN MENDESAK
(Marcus Lukman) adalah :
1. Persoalan yang muncul harus men-yangkut
kepentingan umum;
2. Munculnya secara tiba-tiba dan be-rada diluar
rencana;
3. Untuk mengatasi hal tersebut PUU-nya secara
khusus belum ada;
4. Penyelesaiannya tidak bisa memakai prosedur
Administrasi biasa (Normal);
5. Jika tidak cepat diselesaikan persoal-an tersebut
menimbulkan kerugian bagi kepentingan umum.
KEPUTUSAN (BESHIKKING)
§ E.Utrecht : Beshikking/Ketetapan ialah suatu
perbuatan hukum publik yang bersegi satu yang
dilakukan oleh alat-alat pemerintah berdasarkan
suatu kekuasaan istimewa.
§ W.F Prins : Beshikking/Ketetapan ialah suatu
tindakan hukum sepihak dalam lapangan
pemerintahan yang dilakukan oleh alat pemerintahan
berdasarkan wewenang yang ada pada alat satu
organ itu.
§ Van der Pot : Beshikking/Ketetapan ialah suatu
perbuatan yang dilakukan oleh alat-alat
pemerintahan dan per-nyataan-pernyataan alat-alat
pemerin-tahan dalam menyelenggarakan hal
istimewa dengan maksud mengada-kan perubahan
dalam perhubungan-perhubungan hukum.
§ Sjachran Basah : Beshikking/Ketetapan ialah
keputusan tertulis dari administrasi negara yang
mempunyai akibat hukum untuk me-nyelenggarakan
pemerintahan (dalam arti kata sempit).
§ UU No.5 Tahun 1986 :Keputusan ialah suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan/Pejabat TUN, yang berisi tindakan hukum
TUN, yang berdasarkan PUU yang berlaku, yang
bersifat konkrit, individual dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang/Badan
Hukum Per-data.
§ Yang dapat disebut sebagai Badan / Pejabat
Administrasi Negara adalah :
a. Instansi resmi pemerintah dibawah Presiden
a. Instansi resmi diluar pemerintahan (Badan
Negara)
b. Badan Hukum Perdata yang didirikan oleh
Pemerintah;
c. Instansi Swasta yang bekerja sama dengan
Pemerintah;
d. Lembaga Swasta yang melaksana-kan tugas
pemerintahan.
JENIS KEPUTUSAN
1. Keputusan yang bersifat Positif :
a. Keputusan yang umumnya menim-bulkan
/melahirkan keadaan hukum baru.
b. Keputusan mendirikan / membubar-kan suatu
badan hukum.
c. Keputusan yang menimbulkan hak baru yang
menguntungkan.
d. Keputusan yang membebankan ke-wajiban baru.
2. Keputusan yang bersifat Negatif: Ke-putusan untuk
tidak melakukan suatu perbuatan dalam suatu
hubungan hukum/penolakan terhadap suatu
permohonan untuk melakukan / mengubah suatu
keadaan hukum tertentu yang telah ada.
Bentuk Keputusan negatif :
a. Suatu pernyataan tidak berwenang;
b. Suatu pernyataan tidak diterima;
c. Suatu penolakan;
2. Keputusan yang bersifat Konstitutif: Keputusan yang
menimbulkan hak baru bagi seorang yang namanya
tercantum dalam keputusan itu.
3. Keputusan yang bersifat Deklaratoir: Keputusan
untuk mengakui suatu hak yang telah ada dan
diberikan karena telah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan.
4. Keputusan menurut isinya :
a. Keputusan kilat;
KEPUTUSAN YANG SAH
2. Keputusan harus dibuat oleh Badan / Organ yang
berwenang;
3. Keputusan harus diberi bentuk dan harus memenuhi
prosedur pembuatannya;
4. Keputusan tidak boleh memuat keku-rangan yuridis;
5. Isi dan tujuan harus sesuai dengan isi dan tujuan
peraturan dasarnya.

KEPUTUSAN YANG TIDAK SAH


8. Keputusan yang batal karena hukum;
9. Keputusan yang batal mutlak;
10. Keputusan yang batal nisbi;
11. Keputusan yang dapat dibatalkan;
SUMBER HUKUM
Pengertian
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang
menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan
memaksa, sehingga apabila aturan-aturan tersebut
di-langgar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan
nyata bagi pelanggarnya.
Sumber hukum sendiri menurut Prof. Dr. Sudikno,
SH sering dipergunakan dalam beberapa arti seperti
berikut ini:
– Sebagai asas hukum, yaitu sesuatu yang
merupakan permulaan hukum, misalnya kehendak
Tuhan, akal manusia, jiwa bangsa.
– Menunjukan sumber hukum ter-dahulu yang
memberikan bahan-bahan kepada hukum yang
sekarang berlaku.
a. Sebagai sumber berlakunya yang memberikan
kekuatan penguasa, masyarakat.
b. Sebagai sumber dari mana hukum dapat diketahui
misalnya dokumen dokumen, undang-undang,
batu bertulis.
c. Sebagai sumber terbentuknya hukum atau
sumber yang menimbulkan hukum.

Sumber hukum pada hakekatnya


dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Sumber hukum materiil
b. Sumber hukum formal

Sumber hukum materiil adalah faktor-faktor yang


mempengaruhi isi hukum
Sumber hukum formal adalah sumber hukum
dengan bentuk tertentu yang merupakan dasar
berlakunya hukum secara formal.

Termasuk dalam sumber hukum formal adalah :


• Undang-undang
• Kebiasaan
• Yurisprodensi
• Traktat (perjanjian antar negara)
• Perjanjian
• Doktrin
UNDANG-UNDANG
Undang-undang adalah peraturan negara yang
dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang
berwenang dan mengikat masyarakat. Undang-
undang dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Undang-undang dalam arti materiil Adalah setiap


peraturan perundang-undangan yang isinya
mengikat langsung kepada masyarakat umum.
b. Undang-undang dalam arti formal Adalah setiap
peraturan perundang yang dibentuk oleh alat
perlengkap-an negara yang berwenang melalui
tata cara dan prosedur yang ber-laku. Undang-
undang dalam arti formal pada hakikatnya adalah
keputusan alat perlengkapan negara yang karena
cara pem-bentukannya disebut undang-undang.
Asas berlakunya undang-undang:
– Undang-undang tidak boleh berlaku surut;
– Undang-undang yang berlaku kemudian
membatalkan undang-undang terdahulu sejauh
undang-undang itu mengatur hal yang sama (lex
posterior derogat legi priori).
– Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang
lebih tinggi mem-punyai derajat yang lebih tinggi,
sehingga apabila ada dua macam undang-undang
yang tidak se-derajat mengatur obyek yang sama
dan saling bertentangan maka hakim harus
menerapkan undang-undang yang lebih tinggi dan
me-nyatakan undang-undang yang lebih rendah
tidak mengikat (lex superior derogat legi inferiori).
§ Undang-undang yang khusus menge-sampingkan
undang-undang yang bersifat umum (lex specialis
derogat legi generali)
§ Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.
KEBIASAAN
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang
dilakukan berulang-ulang. Ke-biasaan tersebut
diterima oleh masya-rakat sehingga masyarakat ber-
anggapan memang harus berlaku demikian kalau
tidak berbuat demikian merasa berlawanan dengan
kebiasa-an dan merasa melakukan pelang-garaan
terhadap hukum. Beberapa syarat tertentu, yaitu :

a. Adanyan perbuatan tertentu yang dilakukan


secara berulang-ulang dalam masyarakat tertentu.
b. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang
bersangkutan.
Contoh : kebiasaan perjanjian bagi hasil antara
pemilik sawah dengan penggarapnya.
YURISPRUDENSI
Menurut ketentuan pasal 22 AB jo pasal 14 Undang-
undang Nomor 14 tahun 1970 bahwa seorang hakim
tidak boleh menolak jika diminta memutuskan suatu
perkara dengan alasan karena belum ada aturan
hukumnya.
Dari kenyataan yang demikian dapat dimengerti
dalam praktek peradilan bahwa hakim adalah
pembentuk undang-undang.
Ada dua macam yurisprodensi yaitu :
a. Yurisprudensi tetap ialah keputusan hakim yang
terjadi karena rangkai-an keputusan serupa dan
dijadikan dasar atau patokan untuk memutuskan
suatu perkara (standar arresten);
a. Yurisprudensi tidak tetap ialah ke-putusan hakim
terdahulu yang bukan standar arresten.
TRAKTAT
Traktat sebagai hukum formal harus disetujui oleh
DPR kemudian baru diratifikasi oelh Presiden dan
setelah itu baru mengikat terhadap negara peserta
dan warga negaranya.

Traktat yang memerlukan persetujuan DPR adalah


traktat yang mengandung materi sebagai berikut :

a. Soal-soal politik atau soal-soal yang dapat


mempengaruhi haluan politik luar negeri misalnya
perubahan wilayah.
b. Perjanjian kerjasama ekonomi,pinjaman.
c. Soal-soal yang menurut UUD dan sistem
perundang-undangan kita harus diatur dengan
bentuk undang-undang misalnya soal
kewarganegaraan,kehakiman.
PERJANJIAN
Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa
dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk
mela-kukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu.
Perjanjian adalah sah apabila meme-nuhi syarat-
syarat sebagaimana ditetapkan dalam pasal 1320
KUH Perdata, yaitu :
a. Orang yang mengadakan perjanjian garus cakap
dalam arti mampu membuat perjanjian (orang
dewasa, tidak sakit ingatan);
b. Ada kata sepakat atau persesuaian kehendak
antara para pihak yang bersangkutan;
c. Mengenai obyek tertentu;
d. Dasar yang halal atau kausa.
Disamping unsur-unsur yang harus dipenuhi ada
juga asas-asas dalam perjanjian, yaitu :

c. Asas konsensualisme adalah perjanji-an itu telah


terjadi apabila telah ada konsensus antara pihak-
pihak yang mengadakan perjanjian.
d. Asas kebebasan berkontrak artinya seseorang bebas
untuk mengadakan perjanjian bebas mengenai apa
yang diperjanjikan bebas pula menentukan bentuk
perjanjiannya.
e. Asas pacta sunt servanda maksudnya adalah bila
perjanjian telah disepakati berlaku mengikat para
pihak yang bersangkutan sebagai undang-undang.
DOKTRIN
Pendapat para sarjana hukum yang merupakan
doktrin adalah sumber hukum, tempat hakim dapat
menemuk-an hukumnya. Ilmu hukum adalah sum-ber
hukum tetapi ilmu hukum bukan hukum karena tidak
mempunyai kekuat-an mengikat sebagai hukum
seperti undang-undang.
SUMBER HUKUM ADMINISTRASI HEGARA
Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945
perihal sistem Pem-erintahan Negara ditegaskan
bahwa Indonesia adalah negara yang berdasar atas
hukum (Rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan
belaka (Machtsstaat).
Sumber hukum formal yang dijadikan sebagai dasar
hukum nasional adalah sebagai berikut :
1. Pancasila;
2. Undang-Undang Dasar 1945;
3. Ketetapan MPR;
4. Undang-Undang;
5. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
1. Peraturan Pemerintah;
2. Keputusan Presiden;
3. PERMEN/KEPMEN
4. Peraturan Daerah (PERDA);
5. Yurisprudensi;
6. Hukum Tidak Tertulis;
7. Hukum Internasional;
8. Keputusan TUN;
9. Doktrin.
Sedangkan Tata Urutan dan Sumber Peraturan
Perundang-undangan sebagaimana diatur di dalam
Ketetap-an MPR No. III/MPR/2000, sebagai berikut :
– Undang-Undang Dasar 1945;
– Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
– Undang-undang;
– Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-
Undang (PERPU);
– Peraturan Pemerintah;
– Keputusan Presiden;
– Peraturan Daerah.
PERADILAN TATA USAHA NEGARA

1. ALASAN PENDIRIAN PTUN


a. Landasan Filosofis :
1) Mencapai suatu masyarakat adil dan makmur;
2) Negara Indonesia adalah Negara Hukum;
3) Menghindari adanya kese-wenang-wenangan
aparatur pemerintah terhadap rakyat;
4) Menciptakan aparatur pemerin-tah yang efisien,
efektif, bersih dan berwibawa.
b. Landasan Yuridis:
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
1) UU No. 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok
Kekuasaan Ke-hakiman sebagaimana telah di-
ubah dengan UU No. 4 Th. 2004;
2) UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 5 Th 2004.
a. Landasan Sosiologis :
Memberikan Perlindungan dan ke-pastian hukum
terhadap masyarakat.

4. TUJUAN:
Untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah
dengan negaranya yang ditimbulkan akibat
keputusan TUN yang diambil oleh Penjabat
Administrasi Negara.
BEBERAPA PENGERTIAN TENTANG PTUN
1. Tata Usaha Negara adalah Adminis-trasi Negara
yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan
urus-an pemerintah baik di pusat mau-pun daerah.
2. Badan atau Pejabat Tata Usaha Ne-gara adalah
Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan
pemerintah ber-dasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu
penetapan tertulis yang dike-luarkan oleh badan atau
Pejabat Tata Usaha yang berisi tindakan hukum Tata
Usaha Negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku,yang bersifat
konkret , indivi-dual.
Dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.
2. Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang
timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara
orang atau badan hukum perdata dengan Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara,baik di pusat
maupun di daerah sebagai akibat dikeluarkannya
Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa
Kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan
terhadap Badan / Pejabat Tata Usaha Negara dan
diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan
keputusan.
1. Tergugat adalah Badan / Pejabat Tata Usaha
Negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan
wewenang yang ada padanya atau yang dilim-
pahkan kepadanya, yang digugat oleh orang atau
badan hukum perdata.
YANG TIDAK TERMASUK DALAM
KEPUTUSAN TUN
1. Keputusan TUN yang merupakan per-buatan hukum
perdata.
2. Keputusan TUN yang merupakan pengaturan yang
bersifat umum.
3. Keputusan TUN yang masih memer-lukan
Persetujuan.
4. Keputusan TUN yang dikeluarkan berdasarkan
ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Pidana
atau Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
atau peraturan perundang-undangan lain yang
bersifat hukum pidana.
5. Keputusan TUN yang dikeluarkan atas dasar hasil
pemeriksaan badan peradilan berdasarkan
1. Keputusan TUN mengenai tata usaha ABRI.
2. Keputusan Panitia Pemilihan, baik di pusat maupun
di daerah, mengenai hasil pemilihan umum.
PUTUSAN PENGADILAN

1. Jenis Putusan :
a. Gugatan ditolak;
b. Gugatan dikabulkan;
c. Gugatan tidak diterima;
d. Gugatan Gugur.
2. Pelaksanaan Putusan:
a. Putusan Pengadilan harus diucap-kan dalam
sidang terbuka untuk umum (Ps. 108 ayat 1);
b. Hanya Putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap yang dapat
dilaksanakan (Ps.115);
dengan surat tercatat oleh Panitera Pengadilan
setempat atas perintah Ketua Pengadilan yang
mengadili dalam tingkat pertama selambat-lambatnya
dalam waktu 14 hari (Ps.116 ayat 1);
b. Dala, hal 4 bulan setelah putusan Pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap telah
dikirimkan, tergugat tidak melaksanakan kewajib-
annya, maka Keputusan Tata Usaha Negara yang
disengketakan itu tidak mempunyai kekuatan hukum
lagi (Ps.116 ayat 2);
c. Dalam hal tergugat ditetapkan harus melaksanakan
kewajibannya, dan kemudian setelah tiga bulan
ternyata kewajiban tersebut tidak dilaksanakan-nya,
maka penggugat mengajukan permohonan kepada
Ketua Peng-adilan, agar Pengadilan memerintah-kan
tergugat melaksanakan putusan Pengadilan tersebut
(Ps. 116 ayat 3);
a. Jika tergugat masih tetap tidak mau
melaksanakannya, Ketua Pengadilan mengajukan
hal ini kepada instansi atasannya menurut jenjang
jabatan (Ps 116 ayat 4);
b. Instansi atasan dalam waktu 2 bulan setelah
menerima pemberitahuan dari Ketua Pengadilan
harus sudah meme-rintahkan pejabat untuk
melaksanakan putusan Pengadilan tersebut (Ps. 116
ayat 5);
c. Dalam hal instansi atasan, tidak mengindahkan
maka Ketua Pengadil-an mengajukan hal ini kepada
Presi-den sebagai pemegang kekuasaan pemerintah
tertinggi untuk memerin-tahkan pejabat tersebut
melaksanakan putusan Pengadilan tersebut (Ps. 116
ayat 6).
1. Ganti Rugi :
a. Salinan putusan Pengadilan yang berisi kewajiban
membayar ganti rugi dikirimkan kepada
penggugat dan tergugat dalam waktu tiga hari
setelah putusan Pengadilan mem-peroleh
kekuatan hukum tetap (Ps. 120 ayat 1);
b. Salinan Putusan Pengadilan yang berisi
kewajiban membayar ganti rugi dikirimkan pula
oleh pengadil-an kepada Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara yang dibebani kewajiban untuk
membayar ganti rugi tersebut dalam waktu 3 hari
setelah keputusan pengadilan memperoleh
kekuatan hukum tetap(Ps. 120 ayat 2);
a. Besarnya ganti rugi beserta tata cara pelaksanaan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
(Ps. 120 Ayat 3).
1. Rehabilitasi :
a. Dalam hal gugatan yang berkaitan dalam bidang
kepegawaian di-kabulkan sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 97
ayat (11), salinan putusan Pengadilan yang berisi
kewajiban tentang rehabilitasi dikirimkan ke-pada
penggugat dan tergugat da-lam waktu tiga hari
setelah putusan itu memperoleh kekuatan hukum
tetap (Ps. 121 ayat 2);
b. Salinan putusan Pengadilan yang berisi kewajiban
tentang rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dikirmkan pula oleh Pengadilan
kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
yang dibebani kewajiban melaksanakan.
Rehabilitasi tersebut dalam waktu tiga hari setelah
putusan itu memperoleh kekuatan hukum tetap
(Ps. 121 ayat 2).
3. Upaya Administratif :
Upaya Administratif adalah suatu prosedur yang
dapat ditempuh oleh seorang atau badan hukum
perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu
Keputusan Tata Usaha Negara.
ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAH-AN YANG BAIK
Asas-asas umum pemerintahan yang baik
(behoorlijkheid), G.J Wiarda mengusulkan lima
asas-asas umum pemerintahan yang baik, yaitu:
– Asas “fair play” (het beginsel van fair play);
– Asas kecermatan (zorgvuldigheid);
– Asas sasaran yang tepat (zuverheid van
oogmerk);
– Asas keseimbangan (ovenwichtig-heid)
– Asas kepastian hukum (rechts-zekerheid)
Sedangkan dalam yurisprudensi AROB (Peradilan
Administrasi Belanda) menyebutkan bahwa asas-
asas umum pemerintah baik meliputi:
§ Asas pertimbangan (motiveringsbeginsel);
§ Asas kecermatan (zorgvuldigheidsbeginsel);
§ Asas kepastian hukum (rechtszekerheidsbeginsel);
§ Asas kepercayaan atau asas menanggapi harapan
yang telah ditimbulkan (vertrouwensbeginsel of
beginsel van opgewekte verwachtingen)
§ Asas persamaan (gelijkheidsbeginsel)
§ Asas keseimbangan (ovenwichtigheidsbeginsel);
§ Asas kewenangan (behoegheidsbeginsel);
§ Asas fair play (beginsel van fair play)
§ Larangan “detournement de pouvoir” (het verbod
detornement de pouvoir);
§ Larangan bertindak sewenang-wenang (het verbod
van willekeur).
S.F Marbun merinci asas-asas umum pemerintahan
yang baik ke dalam 17 (tujuh belas) asas, yaitu :
1) Asas persamaan;
2) Asas keseimbangan,keserasian dan keselarasan;
3) Asas menghormati dan memberikan haknya
setiap orang;
4) Asas ganti rugi karena kesalahan;
5) Asas kecermatan;
6) Asas kepastian hukum;
7) Asas kejujuran dan keterbukaan;
8) Asas larangan menyalahgunakan wewenang;
9) Asas larangan sewenang-wenang;
10) Asas kepercayaan atau pengharapan;
11) Asas motivasi;
12) Asas kepantasan dan kewajaran;
13) Asas pertanggung-jawaban;
1) Asas penyelenggaraan kepentingan umum;
2) Asas kebijaksanaan;
3) Asas itikad baik.

Sedangkan di Indonesia asas-asas umum pemerintahan


yang baik sebagaimana dikemukakan Prof.Kuntjoro
Purbopranoto adalah sebagai berikut:
– Asas kepastian hukum (principle of lergal security);
– Asas keseimbangan (principle of proportionality);
– Asas kesamaan (dalam mengambil keputusan pangreh/
principle of equality);
– Asas bertindak cermat (principle of carefulness);
– Asas motivasi untuk setiap keputusan pangreh (principle of
motivation).
§ Asas jangan mencampuradukan kewenangan
(principle of non misuse of competence);
§ Asas permainan yang layak (principle of fair play);
§ Asas keadilan atau kewajaran (principle of
reasonableness or prohibition of arbitrariness);
§ Asas menanggapi pengharapan yang wajar (principle
of meeting raised expectation);
§ Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan
yang batal (principle of undoing the qonsequences of
annulled decision);
§ Asas perlindungan atas pandangan hidup (cara
hidup) pribadi (principle of protection the personal
way of life);
§ Asas kebijaksanaan (sapientia);
§ Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle
of public service).
UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN disebutkan
bahwa asas-asas umum penyeleng-garaan negara
yang baik meliputi :
1) ASAS KEPASTIAN HUKUM,yaitu asas dalam
negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan,kepatuhan dan
keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara
Negara;
2) ASAS TERTIB PENYELENGGARA-AN NEGARA
,yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyeleng-garaan negara;
3) ASAS KEPENTINGAN UMUM,yaitu asas yang
mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
aspiratif,akomodatif, dan selektif;
1) ASAS KETERBUKAAN, yaitu membuka diri terhadap
hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan, dan rahasia negara;
2) ASAS PROPORSIONALITAS, yaitu asas yang
mengutamakan kese-imbangan antara hak dan
kewajiban Penyelenggara Negara;
3) ASAS PROFESIONALITAS, yaitu asas yang
mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode
etik dan ke-tentuan peraturan perundang-undang-an
yang berlaku; dan
1) ASAS AKUNTABILITAS yaitu asas yang
menentukan setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan Penyeleng-gara Negara harus dapat
dipertang-gungjawabkan kepada masyarakat atau
rakyat sebagai pemegang ke-daulatan tertinggi
negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
PENYELESAIAN SENGKETA KEPEGAWAIAN

a. UU No.43 Tahun 1999, Pasal 35 :


1) Sengketa kepegawaian diselesai-kan melalui
Peradilan Tata Usaha Negara.
2) Sengketa Kepegawaian sebagai akibat
pelanggaran terhadap peraturan disiplin PNS
diselesaikan melalui upaya banding administratif
kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian.
b. UU No. 5 Tahun 1986 Pasal 1 Butir 4:
Sengketa TUN adalah sengketa yang timbul dalam
bidang TUN antara Orang/Badan Hukum Perdata
dengan Badan/Pejabat TUN, baik di Pusat
maupun Daerah sebagai akibat di-keluarkanya Kep.
TUN, termasuk sengketa kepegawaian berdasar-kan
PUU yang berlaku.
KESIMPULAN

§ Kekuasaan tanpa hukum adalah kezaliman, hukum


tanpa kekuasaan adalah angan-angan (Mochtar
kusuatmadja);
§ HAN sangat penting dalam penye-lenggaraan
kekuasaan Negara oleh Administrasi Negara.
§ HAN Berfungsi dua sisi :
a. HAN berperan mengatur wewe-nang, tugas dan
fungsi Administrasi Negara;
b. HAN membatasi kekuasaan Ad-ministrasi Negara.
4. HAN mengakibatkan sikap tindak Ad-ministrasi
Negara harus sesuai recht-matige dan wetmatige;
1. HAN berperan seluruh sikap tindak dan penggunaan
kekuasaan oleh Administrasi Negara.
2. KAPAN AKAN DIMULAI PENEGAK-KAN HUKUM
DEMI TERCAPAINYA SUPREMASI HUKUM GUNA
ME-WUJUDKAN MASYARAKAT ADIL DAN
MAKMUR.
TERIMA KASIH

You might also like