Professional Documents
Culture Documents
B-7600
UNIT 6
ELECTRONIC KOMPONEN
PENDAHULUAN
Pada session ini dibahas mengenai komponen-komponenelektronik, meliputi input, proses dan output yang digunakan oleh Caterpillar. Dan pembahasannya meliputi cara kerja komponen, cara mendiagnosa serta menentukan baik tidaknya komponen-komponen tersebut. Session ini akan dengan mudah dipahami jika partisipan pada session sebelumya cukup mengerti dalam praktek dan teorinya.
SASARAN
Setelah mengukuti session ini partisipan diharapkan dapat : 1. Menjelaskan perbedaan dan cara kerja dari masing-masing komponen input, output serta komponen proses/kontrol. 2. Melakukan pengetesan/pengukuran dalam mendiagnosa komponen-komponen tersebut serta menyimpulkannya. 3. Menentukan baik tidaknya komponen-komponen tersebut.
Electrical Komponen
Electronic Komponen
B-7600
ELECTRICAL KOMPONEN
Gb. 6.1 Komponen-komponen Elektronik Sistem elektronik pada hampir semua mesin caterpillar mempunyai cara operasi yang relatif sama. Meskipun Caterpillar menggunakan berbagai macam elektronik kontrol, pada prinsipnya teknologinya adalah sama. Setiap elektronik kontrol pasti memerlukan input komponen untuk merasakan informasi secara elektronik untuk data proses di dalam kontrol. Kontrol kemudian memproses data input tersebut, kemudian mengirimkan sinyal elektronik yang sesuai ke variasi type output seperti solenoid, lampu indikator ataupun alarm. Seorang teknisian hanya perlu kemampuan untuk mengidentifikasi type kontrol yang dipakai pada mesin Caterpillar. Semua kontrol di buat di pabrik dan tidak dapat dilihat/diakses bagian dalamnya. Teknisian perlu memahami secara terperinci dan menyeluruh perbedaan typetype input dan type output divice supaya dapat melakukan troubelshooting dengan baik.
Electrical Komponen
Electronic Komponen
B-7600
Gb. 6.2 Schema Monitoring System pada OHT tipe kecil Gambar diatas menunjukkan contoh variasi : Input Komponen Output Komponen Kontrol/ Proses
Electrical Komponen
Electronic Komponen
B-7600
Input device yang banyak dipakai oleh Caterpillar adalah Switch, Sender, dan sensor. Teknisi harus dapat mengidentifikasi, memahami sistem operasi dan tahu bagaimana cara mendiagnosa/mengetest komponen tsb untuk menentukan apakah beroperasi dengan baik ataupun tidak. 1. Switch Type switch dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu : Uncommitted Switch/ Switch Status Contoh switch : - Coolant Flow Switch - Oil Presure Switch - Breaker Switch
Gb. 6.3 : - Sketsa sederhana Switch coolant, terdiri 2 kabel - Bersifat 2 kondisi, Open / close, On/Off Programming Switch Contoh switch : - Lever Posisition Switch (OHT) - Actual Gear Switch (OHT)
Electronic Komponen
B-7600
Service Switch Contoh switch : - Upshift/ Downshift Switch (Dozer) - Service Tool (Tool Untuk mengakses Mode pada CatMS)
2. Sender
Sender digolongkan menjadi 2 type, yaitu : 0 240 Biasa dipakai untuk menyensing Level
Electrical Komponen
Electronic Komponen
B-7600
Contoh aplikasi : Fuel Level Sender, Hydraulik Oil Level Sender, dll
Electrical Komponen
Electronic Komponen
B-7600
Electrical Komponen
Electronic Komponen
B-7600
Sensor digunakan untuk mengukur parameter seperti, Kecepatan/speed, temperatur, presure dan posisi. Sensor elektronik mengkonversikan parameter tersebut ke dalam sinyal elektrik. Sinyal elektrik bekerja proporsi terhadap parameter yang diukur. Pada caterpillar eletronik sistem, sensor dipakai untuk memonitor sistem mesin/unit yang secara terus-menerus selalu berubah-ubah. Sinyal elektrik tersebut mewakili parameter yang diukur. Sinyal electric termodulasi menjadi beberapa type, Frekuensi mewakili parameter frekuensi, Pulse Width Modulation (digital) mewakili parameter sebagai Duty Cycle antara 0 %-100 %, dan Analog modulation mewakili parameter sebagai voltage. Session ini membahas tipe-tipe input sensor : Frekuensi Sensor Analog Sensor Digital Sensor Kombinasi AnalogDigital Sensor
1. Sensor Frekuensi
Gb. 6.8 Frekuensi sensor : Ket. Gb : A. Magnetic Pick-up sensor B. Hall effect sensor
Electrical Komponen
Electronic Komponen
B-7600
Tipe-tipe sensor ditentukan oleh Engineering. Di dalam sistem dimana kecepatan rendah tidak begitu diperhitungkan, maka magnetik-pickup adalah pilihannya. Namun apabila kecepatan rendah sangat berarti, maka Hall-effect sensorlah yang dipilih. Sebagai contoh, sistem yang menggunakan magnetik-pickup sensor mengukur kecepatan engine untuk kecepatan engine diatas 600 rpm yang akan didisuplaikan ke tachometer. Sementara sistem yang membutuhkan penguluran rpm rendah (dari 0 rpm up), maka hall-effect lah yang dipakai. A. Magnetic Pick-up sensor
Electronic Komponen
B-7600
Sensor engine speed berlokasi di flywheel housing. Sementara sensor mesin speed berada di output transmisi housing. Magnetik pickup dapat dicek baik tidaknya melalui 2 cara , statis dan dinamis. Cara Statis Mpu dilepas connektor harnessnya, kemudian diukur menggunakan Fluxe/Dmm pembacaan resisten coil harus berkisar 100 200 . Untuk beberapa Mpu mungkin akan terbaca lebih tinggi sekitar 1200 . Pembacaan resistence yang tinggi (melebihi 5 K) diindikasikan open, sementara pembacaan nilai +/- 0 menunjukkan terjadinya short pada coilnya. Cara Dinamis Sambil terpasang diengine diukur pada konektornya (pin A dan B) engine berputar (crank atau running) maka apabila menunjukkan nilai Hz berarti sensor tersebut bagus. Selain itu perlu diyakinkan jarak antara Mpu dengan gear teeth.
Electronic Komponen
B-7600
TOS
konektor pin C berupa gelombang square/ persegi. Sensor memrlukan power dari kontrol sebesar +/- 10 VDC pada pin A, dan biasa disebut sebagai suplai voltage dari kontrol. Troubleshooting Hall Effect sensor ini agak sukar dilakukan karena type konektornya adalah MS type (Military Spesifikasi). Disarankan menggunakan 7X1710 probe group untuk mengetest baik tidaknya sensor secara dinamis. Prosedur yang direkomendasikan untuk mengecek sensor adalah dengan sistem On Board Diagnostik, untuk memastikan apakah kontrol mendapat input sinyal speed yang benar. Apabila tidak ada input sinyal speed maka lepas sensor dari mesin, kemudian visual cek terhadap kerusakan Tip self-Adjusting. Jika perbaikan pada sensor tidak bisa maka disarankan ganti sensor Tos. Adalah penting untuk meyakinkan bahwa Slip head pada sensor tertarik keluar penuh, dan kontak pada top atau peak pada gear tooth pada saat memasang sensor. Sebab apabila tidak tertarik penuh maka akan ada gap yang lebar antara sensor dengan gear tooth yang akan menyebabkan tidak keluarnya sinyal pada saat gear berputar
Sensor Speed/Timing
Gb A
Gb B
Electrical Komponen
11
Electronic Komponen
B-7600
Speed sensor pada Elektronik Kontrol Engine bertugas mengukur Engine speed dan Timing . Speed/kecepatan dari gear disensing dengan mengukur perubahan magnetik filed ketika dipotong oleh gear tooth. Sementara Engine Timing ditenti\ukan oleh bagian terpotongnya sensor oleh bagian tepi gigi Gear (Gear Tooth edge). Gambar A Menunjukkan 2 type speed /Timing yang berbeda, namun karekteristiknya sama. Speed/Timing sensor didisain secara kusus untuk penentuan Timing atau saat. Bagi kontrol untuk menginjeksi fuel ke engine. Karena begitu pentingnya fungsi untuk Timing, maka kontrol electronik tahu saat yang tepat gear memotong bagian depan slip head dari sensor tersebut. Gambar B Menunjukkan posisi Timing Wheel dan Sensor. Sebagaimana setiap gear tooth memotong cell, sensing element akan mengirimkan sinyal kecil/lemah ke amplifier DI dalam sensor. Internal elektronik kemudian menghitung ratarata sinyal dan mengirimkan sinyal tersebut ke Comparator. Jika sinyal di bawah rata-rata (gap) output akan rendah, jika nilai sinyal di atas rata-rata (tooth di bawah cell) maka output akan tinggi. Circuit di dalam sensor speed/timing didesain sangat presisi dan standar sehingga kontrol engine dapat menentukan posisi yang pasti gear train di engine.
Electrical Komponen
12
Electronic Komponen
B-7600
Gb. 6.12 Speed Timing Sensor Pada sistem Electronic Unit Injektor (EUI) adanya pola gigi yang unik pada gear timing membuat Control Elektronik mampu menentukan posisi crankshaft, arah rotasi dan rpm, Sinyal elektrik dapat dihasilkan selama tepi gigi (Tooth Edge) gear timing hampir menyentuh hall cell. Elektronik Kontrol menghitung setiap pulsa dan menentukan speed, menyimpan pola unik dari pulsa yang dihasilkan dan membandingkan pola tersebut dengan disain standart untuk menentukan posisi crankshaft dan arah rotasi. Gambar di atas menggambarkan sinyal speed/Timing yang berupa sinyal digital yang ditentukan oleh pola gigi gear timing pada saat gear tersebut berputar. Speed/Timing sensor berbeda dari sinyal model hall effect TOS karena sensitivitas terhadap perubahan/perbedaan menentukan timing pada saat Fuel injeksi. waktu yang tepat sangat untuk diperhitungkan dan diprogram di dalam Kontrol Elektronik
Electrical Komponen
13
Electronic Komponen
B-7600
Gb. 6.13 Sepasang Mpu pada 3406E dan 3456 Engine Gambar A Sensor speed/timing diatas bertipe Magnetik pickup dan selalu berpasangan. Satu sensor berfungsi untuk menyensor speed rendah(Rpm rendah) yang terjadi selama Crangking speed dan selama engine start awal, sementara sensor lainnya didisain menyensor normal operasi engine speed. Mounting kedua sensor berbeda satu sama lain, dan saling tidak dapat ditukar. Gambar B Speed sensor pada 3456 EUI engine, sensor terpasang tegak lurus terhadap gear speed timing. Kedua sensor tersebut sering disebut sensor Upper atau Lower, sensor Atas atau Bawah, mengacu kepada disain range operasi. Namun begitu apabila ada salah satu sensor yang rusak maka sensor lainnya atomatis akan membackup/ menggantikan fungsinya. Cara diagnostik sensor ini sama dengan Magnetik pickup seperti penjelasan sebelumnya.
Electrical Komponen
14
Electronic Komponen
B-7600
2. Sensor Digital
Gb. 6.14 Sensor Digital Digital sensor pada Catererpillar elektronik sistem menghasilkan sinyal Pulse Width Modulation (PWM) untuk menyediakan variable elektronik input ke Kontrol elektronik. Digital sensor dipakai untuk menentukan beberapa aplikasi seperti Posisi, Velocity (kecepatan), Force (Gaya), Presure dan Temperatur. Pada diskusi kali ini PWM dipakai untuk sensing temperatur. Semua sensor PWM melakukan fungsi dasar yang sama. Secara fisik sensor digital mempunyai bentuk yang lebih besar dibanding Analog sensor. Karena didalamnya terdapat lebih banyak komponen electronik. Pada skematik, untuk beberapa kontrol electronik didisain mempunyai jalur Return/ground yang berbeda antara digital dan analog sensor, demikian juga dengan suplai powernya. Engien ECM biasanya mempunyai dua suplai satu untuk analog dan lainnya untuk digital.
Electrical Komponen
15
Electronic Komponen
B-7600
Gb. 6.15 Sensor Digital Gambar A Menunjukkan digital temperatur sensor. ISO simbol mengindikasikan bahwa sensor ini dapat dipakai untuk memonitor variasi kondisi mesin Powertrain, Coolant, dll). Kelebihan pada gambar diatas adalah adanya skematik simbol yang sangat informatif dan sangat membantu seorang teknisi dalam troubleshooting. Suplai ----Input voltase yang diperlukan oleh sensor dalam operasi. Dan diformulasikan dalam beberapa cara : B+, +B, + Batery , yaitu Suplai voltase dari batery mesin. + 8 , menunjukkan suplai voltase sebesar 8 volt DC dari kontrol ke sensor V+, Suplai voltase ke sensor dari sumber lain selain mesin batery dan teknisi harus men-trace sensor suplai tersebut ke kontrol elektronik Ground ---Sinyal ----Beberapa digital sensor di-ground-kan ke digital return di ECM dan beberapa lainnya terhubung di ground frame mesin . Menunjukkan Output Lead dari sensor, kabel sinyal menyediakan informasi tentang nilai suatu parameter pada Kontrol Modul untuk diproses. Output sinyal PWM /digital berupa % (Duty cycle), walaupun juga dihasilkan VDC namun yang dipakai adalah % atau V PWM. (Hidraulik,
Electrical Komponen
16
Electronic Komponen
B-7600
Gambar B Menunjukkan internal komponen di dalam sensor digital Temperatur. Komponen yang ada di dalam sensor : Suplai Sensor untuk input voltase dari ECM Osilator berfungsi menyediakan sinyal frekuensi, pada aplikasi tertentu internal osilator menghasilkan frekuensi sekitar 5 khz. Thermistor (sensor) menyensing Parameter yang dimonitor dan menyediakan input resisten ke amplifier. Output amplifier mengontrol base pada transistor yang akan menghasilkan duty cycle yang diukur dalam persentase waktu transistor ON adan OFF.
3. Sensor Analog
Gb. 6.16 Sensor Analog Analog sensor berbeda dengan type lain dari sensor, tidak hanya dalam fungsi dan bentuk,tetapi juga dalam cara pengetesannya. Suplai sensor analog dari ECM adalah 5 VDC pada Pin A (connector). Ground sensor pada Pin B di identifikasikan sebagai Analog Return atau Return, hal ini berarti sensor di-ground-kan kembali ke ECM (Control Modul) dan tidak di-ground-kan ke Frame seperti halnya digital sensor.
Electrical Komponen
17
Electronic Komponen
B-7600
Definisi Analos Sensor adalah : Sinyal elektrik yang bervariasi sepanjang waktu, dan proporsional terhadap parameter yang diukur. Output dari sensor analog adalah DC voltase, proporsional terhadap parameter, beberapa analog sensor outputnya antara 0.2 sampai 4.8 VDC , lainnya antara 2.0 4.8 VDC. Secara fisik bentuk analog sensor lebih kecil dibandingkan digital sensor. Dibagian dalam sensor analog ada sedikit komponen electronik (lebih sedikit dibanding Digital). Analog sensor banyak dipakai di engine dan hampir semua sensor tipe ini mempunyai return/ground kembali ke ECM. Pull Up voltase untuk sensor type ini berkisar 6 VDC. Catatan : Apabila sensor dipakai untuk menyensor parameter berlokasi jauh (misal untuk mesin), maka penggunaan digital sensor akan lebih baik. Harness yang terlalu panjang dapat menyebabkan Voltase Drop sepanjang harness sehingga dapat merusak sinyal output.
Electrical Komponen
18
Electronic Komponen
B-7600
Gambar diatas menunjukkan internal komponen dari analog temperatur sensor. Terdiri dari : Thermister --------------------- mengukur temperatur. Operasional Amplifier ------- menyediakan output sinyal yang bervariasi dari 0.2 4.8 VDC dan proporsional terhadap temperatur. Cara troubelshooting type analog : Seorang teknisi sebaiknya menggunakan rusak, maka dia Sistem informasi diagnostik elektronik. Apabila teknisi mencurigai (berdasarkan diagnostik Informasi) bahwa ada sensor harus dapat memverifikasi apakah sensor problem ataukah harness/konektor problem. Dengan Digital multimeter, probe Gb 7X1710 dan service manual yang sesuai, DC output voltase pada kabel sinyal (Pin C) dapat diukur dan diperbandingkan dengan spesifikasi manual. Apabila tidak ada sinyal, penting untuk kemudian meyakinkan adanya suplai voltase dan ground tersambung bagus. Apabila suplai voltase ada dan ground juga bagus tetapi sinyal tidak ada, maka disarankan mengganti sensor. Catatan : Semua sambungan pada konektor harus dalam keadaan bagus. Nilai Pengukuran berikut ini adalah specifikasi pada analog temperature sensor , dengan sensor terkoneksi ke ECM dan Key switch ON : Pin A ke Pin B ------5 VDC (input dari Kontrol / ECM). Pin C ke Pin B ----- 1.99 4.46 VDC (sinyal dari sensor). Sinyal voltase pada pin C akan berbeda tergantung type sensor yang digunakan. Output proporsional terhadap parameter yang diukur (temperature, presure).
Electrical Komponen
19
Electronic Komponen
B-7600
Gb. 6.18 Sensor Analog to Digital Sensor type ini adalah gabungan antara sensor analog dan sensor digital. Kegunaan sensor tersebut adalah untuk elektronik kontrol yang tertentu/kusus yang memproses informasi. Terpasang pada engine/mesin tertentu. Gambar A Menunjukkan sensor analog to digital. Presure diukur oleh bagian analog dan sinyal dikirim ke konverter sinyal tersebut diproses dan dikonversikan ke digital (PWM) yang kemudian outputnya dikirim ke kontrol (ECM) Gambar B Menunjukkan 2 bagian penampang sensor analog to digital. Bagian analog mengukur parameter presure dan mengirim sinyal ke bagian digital (konverter). Output dari bagian digital adalah PWM yang kemudian diproses oleh kontrol dan dikirim ke output divice seperti lampu, gauge, dll. Simbol grafik displai dipakai untuk mengidentifikasi system parameter yang di monitor, dalam hal ini Brake Air Presure.
Electrical Komponen
20
Electronic Komponen
B-7600
Sensor Ultrasonic
Gb. 6.19 Sensor Ultrasonic Gambar A Menunjukkan sensor ultrasonik Gambar B Menjelaskan gambaran skematik dari sensor tersebut. Fuel level sensor (4) menyensing level fuel pada fuel tank. Sensor tersebut (4) memancarkan ultrasonik sinyal. Sinyal dipancarkan sepanjang guide tube (3). Sinyal ultrasonik kemudian dipantulkan oleh float (2) dan sinyal kembali ke sensor. Sensor mengukur waktu perjalanan yang diperlukan Dari sensor ke float- kembali kesensor. Sensor juga megukur temperatur dari fuel. Open status ataupun close status dari kontact no 3 menentukan dimana sensor tersebut dipasang. Apabila kontact no 3 open terhadap Ground maka sensor terpasang untuk Deep tank (2286 mm). Sebaliknya apabila kontact no 3 DI grounkan maka sensor tersebut terpasang untuk shallow tank (1150 mm). Sensor menerima suplai dari kontrol ECM sedangkan output sinyal dari sensor berupa PWM (%). Sinyal akan berubah sepanjang level fuel juga berubah. Main displai module mengukur PWM untuk menentukan level dari fuel.
Electrical Komponen
21
Electronic Komponen
B-7600
Gb. 6.20 Sensor Posisi Throtle Posisition Sensor mengontrol engine speed untuk operator. Pada saat engine start-up, engine rpm diset pada low idle selama 2 detik untuk menaikkan presure oli sebelum engine di akselerasi/dinaikkan rpmnya. Throtle posisi sensor menerima suplai voltase sebesar 8 VDC dari digital suplai ECM. Untuk meyakinkan berfungsi tidaknya throtle sensor ini, dapat dilakukan dengan menghubungkan Elektronik Teknisi (ET) dan memantau status posisi throtle sambil menggerakkan throtle tersebut pelan-pelan. Status screen akan menunjukkan posisi 0%-100%. (jangan dibingungkan dengan Duty Cycle) Throtle posisi adalah persentase posisi (%) sementara Duty Cycle adalah PWM sinyal (%).
Electrical Komponen
22
Electronic Komponen
B-7600
Gb. 6.21 Pulse with Modulated Signals Pulse Width Modulation (PWM) sinyal output dikirim ke kontrol dari throtle posisi sensor pada kabel C (sinyal). Apabila terjadi problem pada sinyal, kontrol men-default/ menggunakan set standart engine speed ke low idle. Jika ecm mendeteksi sinyal diluar range sinyal maka ecm mengabaikan sinyal throtle dan men-default ke engine speed low idle. Output sensor mempunyai sinyal frekuensi PWM konstan. Sebagai contoh : Sensor throtle pada Off Highway Truck menghasilkan duty cycle dari 10 %-22 % pada kondisi low idle dan 44% - 52% pada high idle. Duty cycle dapat dibaca dengan diagnostik tool Fluxe 87, Mam, Scopemeter 123 dll. Persen duty cycle di terjemahkan menjadi throtle posisi 0% - 100% oleh ecm, dan dapat dilihat di status screen ET. Aplikasi lain untuk sensor posisi semacam throtle dapat dijumpai pada hoist lever sensor (OHT), Lever posisi sensor untuk steering (Doser), Forward-Revers posisi sensor (Doser), dll Nilai PWM berbeda sesuai aplikasi masing-masing dan dapat dilihat di troubleshooting guide yang bersangkutan.
Electrical Komponen
23
Electronic Komponen
B-7600
OUTPUT KOMPONEN
Output konponen yang berasosiasi dengan sistem monitoring digunakan untuk memberitahu operator terhadap kondisi mesin normal dan abnormal. Output konponen untuk monitoring meliputi Main diplay module, diplay data link, alert indikator, action lamp/alarm. Sementara ada satu lagi jenis output yang berasosiasi dengan engine maupun transmisi sistem yaitu solenoid.
Electronic Komponen
B-7600
Main display module mempunyai kapasitas untuk mendisplai 10 alert indikator untuk memberitahu operator terhadap abnormal kondisi. Indikator alert menggunakan data yang diterima dari uncommited switch input, sensor, maupun sender atau Cat Data link untuk menentukan apakah ada kondisi-kondisi yang abnormal. Flasing indikator merefleksikan sistem yang dimonitor. Display area pada main display module menyediakan dua informasi yaitu: Data text dan data digital. Informasi yang muncul pada displai tergantung pada mode operasi yang terprogram. Type informasi yang terdisplay meliputi : Sederet angka 8 digit. 6 text simbul (o C, kPa, miles, km, rpm, liter) Display SERV CODE Angka digit Rpm (X10) Service meter simbul (Hourglass/ jampasir)
Gb. 6.23 Display Data Link Gauge Cluster dan Speedometer/Tachometer module menerima output dari Main Module/ Message center Module.
Electrical Komponen 25
Electronic Komponen
B-7600
Kedua module ini terhubung ke main module dengan menggunakan Display Data Link, Setip module terhubung ke main module oleh 6 kabel dengan menggunakan Cat DT konektor. Berikut ini nomer kontak pada display data link : Kontak 1 : +9 DCV input Kontak 2 : Ground Kontak 3 : Clock Kontak 4 : Data dari main module Kontak 5 : Module/ Display Load dari main module Kontak 6 : Harness Code (opsional)
3. Action Lamp
Gb. 6.24 Action Lamp Caterpillar Monitoring Sistem mempunyai Action Lamp yang mirip seperti pada EMS dan CMS. Fungsi Action Lamp ini sama yaitu untuk kondisi kategori level 2 dan level 3. Gambar diatas menunjukkan Action Lamp pada 777D OHT.
Electrical Komponen
26
Electronic Komponen
B-7600
4. Action Alarm Fungsi Action Alarm pada Caterpillar Monitoring System sama dengan di EMS maupun CMS. Lokasi di mesin biasanya pada bagian belakang dashboard atau unit dibagian belakang. Alarm ini hanya akan diaktifkan untuk kategori level 3 saja.
5. Solenoid
Gb. 6.25 Solenoid Sebagai tambahan informasi tentang output komponen terlihat gambar diatas adalah Solenoid untuk Injector pada Engine 3412E. Injektor ini disuplai sebesar 105 Volts oleh ECM Engine. 2 suplai power terpisah untuk dua injektor, dan Satu Return untuk 2 injektor. Apabila ada Open atau Short pada injektor sirkuit ECM akan mematikan power ke Injektor tersebut. ECM secara periodik akan meng-actuate/mengaktifkan injektor, hal ini dimaksudkan untuk menentukan jika ada problem yang masih terjadi dan kemudian akan men-disconect atau meng-conect injektor seperlunya.
Electrical Komponen
27