You are on page 1of 29

TUGAS I PENGENDALIAN BISING

PENGENDALIAN BISING PADA PABRIK

OLEH:

KELOMPOK ANGGOTA

: :

III DYVA PRATIWI RAMADHANIL RAHMI NADIA PUTRI (0810942023) (0810942031) (0910942022) (1010941001)

DOSEN YOMMI DEWILDA, MT

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2012

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Di dunia yang modern ini, secara otomatis tidak bisa lepas dari suara kebisingan. Akan tetapi, sering muncul bunyi yang tidak dikehendaki yang biasanya disebut dengan tingkat kebisingan. Ada kalanya merasakan bising ketika di dalam rumah dan itu mungkin sangat mengganggu suasana ketenangan. Walaupun banyak metode yang tersedia, pemilihan metode yang digunakan untuk mengurangi kebisingan sangat dipengaruhi bentuk ruangan itu sendiri. Untuk memahami bagaimana sebuah penataan ruangan kedap suara, pertama-tama perlu memahami konsep tentang bunyi. Industrialisasi merupakan motor penggerak bagi peningkatan

kemakmuran dan menempati posisi sentral dalam kehidupan masyarakat modern terutama di negara maju. Di negara berkembang, industri sangat esensial untuk memperluas landasan pembangunan dan memenuhi kebutuhan masyarakat (Kristanto P, 2002). Adanya industrialisasi terjadi peningkatan kesejahteraan penduduk, hal ini dapat dilihat dengan pertumbuhan penduduk dunia yang semakin pesat. Dengan adanya teknologi/mesin-mesin yang semakin modern, meringankan dan mempermudah manusia dalam memenuhi

kebutuhannya. Namun di sisi lain, bila tidak dikelola dengan baik maka menimbulkan dampak yang membahayakan manusia antara lain keselamatan jiwa, kecacatan, penurunan kualitas lingkungan, penurunan derajat kesehatan dan kerugian ekonomi. Keuntungan besar yang didapat dari kegiatan industri, apabila tidak dikelola dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan maka keuntungan sering kali lebih sedikit bila dibandingkan biaya sosial yang dikeluarkan untuk mengatasi dampak negatif. Kerugian sosial ini sebagian besar merupakan kerugian yang ditimbulkan pada lingkungan karena lingkungan sebagai penopang kehidupan generasi sekarang dan

generasi penerus. Bila lingkungan rusak, efek negatif yang ditimbulkan tidak hanya dirasakan oleh generasi sekarang, tetapi juga dirasakan generasi mendatang bahkan efek ke generasi mendatang bisa lebih besar dibandingkan yang dialami generasi sekarang.Penggunaan mesin-mesin dalam proses industri akan menimbulkan kebisingan yang tidak dapat dihindari, namun demikian dapat dikontrol dan dilakukan upaya pengendalian agar tidak mempengaruhi kualitas hidup manusia. Kebisingan menyebabkan terganggunya kesehatan tenaga kerja, dampak tersebut dapat meluas sampai ke lingkungan sekitar perusahaan. Apabila banyak permukiman di sekitarnya, maka dampak terhadap manusia akan bertambah luas. Polusi akibat kebisingan ini mempunyai karakteristik khusus yaitu hanya dirasakan di sekitar industri (daerah penyebarannya lokal) dan akibat yang ditimbulkan sering diabaikan oleh masyarakat. Efek kebisingan lingkungan permukiman atau masyarakat pada kondisi tertentu tidak menyebabkan penurunan pendengaran, namun lebih kepada gangguan percakapan dan gangguan kenyamanan termasuk gangguan tidur terutama pada malam hari. Efek dari gangguan tidur ini dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular. Peningkatan industrialisasi sampai ke daerah-daerah perkotaan mengakibatkan dampak aktivitas industri makin meluas, termasuk kebisingan. Banyak terjadi keluhan kebisingan dari masyarakat yang berdekatan dengan daerah industri. Dalam melakukan proses produksi perusahaan tidak lepas dari penggunaan mesin-mesin yang mempunyai potensi timbulnya kebisingan di dalam lingkungan kerja dan memungkinkan dampak terhadap masyarakat sekitar perusahaan. 1.2 Batasan Masalah Batasan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan menjelaskan mengenai kebisingan dalam pabrik; 2. Mengetahui dan menjelaskan mengenai pengendalian bising pabrik dalam pabrik.

1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui sumber dan karakteristik bising pada kawasan pabrik/industri serta dampak-dampak yang dapat ditimbulkan dari kegiatan tersebut; 2. Mengetahui cara pengukuran kebisingan dan tingkat bising yang ditimbulkan dari suatu kegiatan operasional pabrik/industri; 3. Mengetahui kegiatan teknik pengendalian kebisingan dan penaatan peraturan penggunaan alat pelindung diri yang dapat diaplikasikan di lingkungan kerja dengan kebisingan tinggi terutama kawasan

pabrik/industri; 4. Mengetahui peraturan-peraturan terkait mengenai ambang batas bising di lingkungan kerja seperti kawasan pabrik/industri; 5. Memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Bising.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Kebisingan Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa, dan sistem alam. Kebisingan adalah bunyi yang tidak di inginkan karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia. Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul-molekul udara di sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambat energi mekanis dalam medium udara menurut pola rambat longitudinal. Rambatan gelombang di udara ini dikenal sebagai suara atau bunyi (Sasongko dkk., 2000). 2.2 Tekanan dan Daya Suara Respon suara di udara akan menimbulkan gangguan terhadap kondisi keseimbangan tekanan udara (tekanan atmosfer). Besarnya gangguan ini dinyatakan dalam besaran fisis tekanan suara (sound pressure). Respons telinga manusia terhadap tekanan suara memiliki jangkauan yang sangat lebar, yaitu antara 2105 Pa sampai 200 Pa. Pada frekuensi 1.000 Hz, tekanan suara terkecil yang masih dapat didengar oleh telinga manusia adalah sekitar 2105 Pa (kondisi tekanan suara ini disebut ambang pendengaran) dan tekanan suara terbesar yang masih dapat didengar telinga manusia tanpa menimbulkan rasa sakit adalah sekitar 200 Pa (kondisi tekanan suara ini disebut ambang rasa sakit).

Laju rambat gelombang suara di udara sangat bergantung terhadap suhu sekitarnya. Pada suhu 20C laju rambat suara sekitar 344 m/dt. Setiap kenaikan 10C maka laju rambat suara di udara bertambah sekitar 0,61 m/dt. Dalam pengendalian kebisingan diasumsikan bahwa laju rambat suara di udara tidak bergantung pada frekuensi dan kelembaban udara (Sasongko dkk., 2000). Suara yang merambat melalui medium udara berlangsung melalui pola mampatan-regangan molekul udara yang dilalui. Banyaknya mampatan renggangan yang terjadi dalam suatu interval watku tertentu disebut frekuensi suara. Satuannya dinyatakan dalam hertz (Hz) jika interval waktu kejadian dinyatakan dalam detik (Sasongko dkk., 2000). 2.3 Satuan Tingkat Kebisingan Satuan tekanan suara sebagai satuan tingkat kebisingan atau suara kurang praktis karena daerah pendengaran manusia memiliki jangkauan yang sangat lebar ( 2105 Pa sampai 200 Pa) dan respon telinga manusia tidak linier tehadap tekanan suara, tetapi bersifat logaritmis. Berdasarkan alasan ini maka ukuran tingkat kebisingan biasanya dinyatakan dalam skala tingkat tekanan suara (sound pressure level=SPL) dengan satuan desibel (dB). 2.4 Kebisingan pada Pabrik Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan yang bersumber dari alat produksi dan atau alat yang pada tingkat tertentu akan menimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan (Noise) dapat juga diartikan sebagai sebuah bentuk getaran yang dapat berpindah melalui medium padat, cair dan gas. (Harris, 1991). Pada umumnya dalam dunia industri, sumber bunyi merupakan gabungan dari beberapa komponen sumber suara, yaitu antara lain (Quadrant Utama, 2002) : a. Fluid turbulence, bising yang terbentuk oleh getaran yang diakibatkan benturan antar partikel dalam fluida, misalnya terjadi pada pipa, valve, gas exhaust.

b. Moving and vibration part, bising terjadi oleh getaran yang disebabkan oleh gesekan, benturan atau ketidakseimbangan gerakan bagian. mesin / peralatan seperti bearing pada kompresor, turbin, pompa, blower . c. Temperature Difference, bising yang terbentuk oleh pemuaian dan penyusutan fluida, misalnya terjadi pada mesin jet pesawat. d. Eletrical equipment, bising yang disebabkan efek perubahan fluks elektromagnetik pada bagian inti yang terbuat dari logam, misalnya generator, motor listrik, transformator Kebisingan adalah produk samping yang tidak diinginkan dari sebuah lingkungan perindustrian yang tidak hanya mempengaruhi operator mesin dan kendaraan, tetapi juga penghuni lain tempat dalam gedung tempat mesin tersebut beroperasi, para penumpang dalam kendaraan dan terutama komunitas tempat mesin, pabrik, dan kendaraaan tersebut dioperasikan. Peningkatan tingkat kebisingan yang terus-menerus dari berbagai aktivitas manusia pada lingkungan industri dapat berujung kepada gangguan kebisingan. Efek yang ditimbulkan kebisingan adalah (Sasongko dkk., 2000): 1. Efek psikologis pada manusia (kebisingan dapat membuat kaget, mengganggu,mengacaukan konsentrasi); 2. Menginterferensi komunikasi dalam percakapan dan lebih jauh lagi akan menginterferensi hasil pekerjaan dan keselamatan bekerja. 3. Efek fisis (kebisingan dapat mengakibatkan penurunan kemampuan pendengaran dan rasa sakit pada tingkat yang sangat tinggi)

2.5 Kontrol Kebisingan Kontrol Kebisingan (Noise Control) mempunyai dua bagian yang sangat penting yaitu : 1. Menjaga keselamatan dan kesehatan pendengaran para pekerja 2. Mengurangi tingkat bising lingkungan (pabrik dan masyarakat sekitarnya) Dalam segi keselamatan dan kesehatan pekerja maka program pemantauan Penurunan Kemampuan Pendengaran (Hearing Loss) atau Kerusakan pendengaran (Hearing Defect) merupakan usaha yang kontinyu dan reguler harus dilakukan oleh divisi Industrial Hygene melalui tes Audiology untuk setiap pekerja. Pada umumnya setiap pekerja harus memiliki catatan historis tentang tingkat pendengaran atau Ambang Dengar (Threshold of Hearing) selama bekerja (Quadrant Utama, 2002). Kebisingan sebagai suara yang tidak dikehendaki harus dikendalikan agar tidak mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia. Tingkat kebisingan pada suatu titik yang berasosiasi dengan suatu peruntukan lingkungan yang tertentu disebut kebisingan ambien. Kontrol kebisingan dilakukan sebagai

upaya

pengendalian

kebisingan

ambient

untuk

lingkungan

dengan

peruntukan tertentu. Secara umum kontrol kebisingan diklasifikasikan atas tiga katagori yaitu : Kontrol kebisingan pada sumber kebisingan Kontrol kebisingan pada lintasan (medium propogasi) Kontrol kebisingan pada penerima dengan alat proteksi kebisingan. Ketiga kontrol di atas memerlukan metode kontrol berbeda (Sasongko dkk., 2000). 2.5 Pengendalian Kebisingan Upaya pengendalian kebisingan dilakukan melalui pengurangan dan pengendalian tingkat kebisingan sumber, pelemahan intensitas dengan memperhatikan faktor alamiah (jarak, sifat media, meknisme rambatan dan vegetasi) serta upaya rekayasa (reduksi atau isolasi getaran sumber, pemasangan penghalang, desain struktur dan pemilihan bahan peredam). Secara teknis pengendalian kebisingan terbagi menjadi 3 aspek yaitu: pengendalian kebisingan pada sumber kebisingan, pengendalian kebisingan pada medium propogasi, dan pengendalian kebisingan pada manusia (Sasongko dkk., 2000). Industri yang menimbulkan kebisingan harus memperhatikan kapan kebisingan terjadi pada tingkat tertinggi, siang atau malam. Juga bandingkan kebisingan lingkungan yang terjadi pada saat mesin dijalankan dan dimatikan. Kebisingan terjadi karena ada sumber bising, media pengantar (berbentuk materi atau udara), manusia yang terkena dampak. Pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap salah satu bagian di atas atau ketigatiganya (Imansyah dan Achmad, 2006). Pengaruh bising pada manusia mempunyai rentang yang cukup lebar, dari efek yang paling ringan (dissatisfaction = ketidak nyamanan) sampai yang berbahaya (hearing damage = kerusakan pendengaran) tergantung dari intensitas bising yang terjadi secara konseptual. Pengendalian bising bisa dilakukan pada 3 (tiga) sektor penting yaitu: 1. Pengendalian pada sumber bising, yaitu melakukan upaya agar tingkat bising yang dihasilkan oleh sumber dapat dikurangi atau dihilangkan sama

sekali. Beberapa usaha yang sering dilakukan antara lain menciptakan mesinmesin dengan tingkat bising yang rendah, menempatkan sumber bising jauh dari penerima (manusia atau daerah hunian), menutup sumber bising (acoustic ensclosure). 2. Pengendalian pada medium, yaitu melakukan upaya penghalangan bising pada jejak atau jalur propogasinya. Dalam bagian ini dikenal 2 (dua) jalur propogasi bising yaitu propogasi melalui udara (airbone noise) dan melalui struktur bangunan (structure borne noise). Gejala yang terjadi pada structure borne noise lebih kompleks dibandingkan dengan airbone noise karena adanya gejala propogasi getaran selain suara. Beberapa usaha pengendalian bising pada jejak propogasi ini antara lain merancang penghalang akustik (accoustic barrier),dinding insulasi (insulation walls) atau memutus jalur getaran melalui strukturdengan memasang vibration absorber. 3. Pengendalian pada Penerima, yaitu melakukan upaya perlindungan pada pendengar (manusia) yang terkena paparan bising (noise exposure) dengan intensitas tinggi dan waktu yang cukup lama. Biasanya pengendalian bising ini diperlukan pada lingkungan industri atau pabrik bagi para pekerja yang berhadapan dengan mesin mesin. Pengendalian bising disini dimaksudkan untuk melindungi para pekerja dari kemungkinan kerusakan pendengarannya sebagai akibat dari dosis bising (noise dose) yang diterimanya setiap hari kerja. Sesuai dengan peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia dipersyaratkan bahwa untuk tempat kerja dengan tingkat bising 85 dBA, maka pekerja diharuskan untuk memakai pelindung telinga (ear protector) seperti misalnya ear plug, ear muff atau kombinasi dari keduanya, selain mengatur waktu kerja untuk mengurangi dosis bising yang diterimanya setiap hari. Pengendalian Bising di Industri (Industrial Noise Control), dilakukan untuk menanggulangi bising mesin-mesin dan usaha melindungi para pekerja dari efek buruk paparan bising dengan intensitas tinggi. Beberapa teknik pengendalian yang sering digunakan antara lain menutup sumber bising (accoustic enclosure, parsial atau full), Penghalang akustik (accoustic barrier), penahan bising (noise shielding), Peredam Bising

(noise lagging) (Quadrant Utama, 2002). 2.6 Pengaruh Bising terhadap Tenaga Kerja Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja kelelahan dan stress. Lebih rinci lagi maka dapatlah digambarkan dampak bising terhadap kesehatan pekerja ialah sebagai berikut: 1. Gangguan Fisiologis Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, bangsal metabolism, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. 2. Gangguan Psikologis Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, emosidan lain-lain. Pemaparan dalam jangkan waktu yan lama dapat menimbulkan penyakit psikosomatik seperti gastristis, penyakit jantung koroner dan lain-lain. 3. Gangguan Komunikasi Gangguan komunikai ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja. 4. Gangguan Keseimbangan Gangguan Keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing, mual dan lain-lain. 5. Gangguan terhadap Pendengaran

Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap pendengaran ialah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalny dapat bersifat sementara tapi bila bekerja terus-menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli. Menurut defenisi kebisingan, apabila suatu suara mengganggu orang yang sedang membaca atau mendengarkan musik, maka suara itu ialah kebisingan bagi orang itu, meskipun orang lain mungkin tidak terganggu oleh suara tersebut. Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan fakor-faktor psiklogis dan emosional, ada kasus-kasus dimana akibat-akibat serius seperti kehilangan pendengaran terjadi akibat tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan suara berbobot A atau karena lamanya telinga terpasang terhadap kebisingan tersebut.
Tabel 2.1 Jenis-jenis Dari Akibat Kebisingan
Tipe Akibat-akibat fisiologis Kehilangan pendengaran Uraian Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, Perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan. Akibat-akibat fisiologis Rasa tidak nyaman atau stress

meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering

Akibat-akibat psikologis

Gangguan emosional Gangguan gaya hidup

Kejengkelan, Emosi Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca dsb.

Gangguan pendengaran

Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telfon dsb.

Sumber: Buchari, Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007

Jenis ketulian ada dua yaitu sebagai berikut: 1. Tuli sementara (Temporary threshold Shift = TTS) Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi, tenaga kerja akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara.

Biasanya waktu pemaparannya terlalu singkat. Apabila kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar semula dengar sempurna. 2. Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift = PTS) Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: a. Tingginya level suara; b. Lama pemaparan; c. Spektrum suara; d. Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadinya TTS akan lebih besar; e. Kepekaan individu; f. Pengaruh obat-obatan; Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh synergistic) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara. Misalnya quinine, aspirin, streptomycin, kansmycin dan beberapa obat lainnya. g. Keadaan kesehatan. 2.7 Teknik Pengendalian Kebisingan Pada Pabrik Pengendalian kebisingan ialah suatu hal yang wajib diterapkan dalam suatu pabrik yang menghasilkan kebisingan pada level tertentu. Namun, pengendalian kebisingan tersebut tidak boleh bertentangan dengan prinsipprinsip dasar perancangan pabrik, yaitu faktor kelayakan ekonomi, kemudahan operasi alat, kemudahan maintenance, dan faktor safety. Permasalahan yang berkaitan dengan kebisingan dapat dikendalikan dengan melakukan pendekatan sistematik dimana sistem perpindahan semua suara dipecah menjadi tiga elemen yaitu sumber suara, jalur transmisi suara, dan penerima akhir. Metode yang umumnya digunakan untuk mengendalikan kebisingan dengan dengan mengendalikan sumber suara antara lain ialah menggunakan peralatan kebisingan rendah, menghilangkan sumber

kebisingan, melengkapi alat dengan insulasi, silencer, dan vibration damper. Jalur transmisi suara juga dapat dimodifikasi agar kebisingan berkurang. Hal

itu dapat dilakukan dengan cara pengadaan penghalang dan absorpsi oleh peredam. Kebisingan juga dapat dikendalikan dengan memodifikasi elemen penerima akhir. Hal itu dapat dilakukan dengan improvisasi sistem operasi, improvisasi pola kerja, dan pengunaan pelindung pendengaran. Prinsip Pengendalian Bising

Pengendalian bising di pabrik dilakukan untuk menanggulangi bising mesinmesin serta usaha untuk melindungi para pekerja dari efek buruk dari paparan bising dan intensitas tinggi. Beberapa teknik pengendalian yang sering digunakan antara lain dengan cara menutup sumber bising (acoustic enclosure), penahan bising (noise shielding) serta peredam bising (noise lagging). Selain itu pengendalian bising dapat dilakukan pada sektor penting yaitu: 1. Pengendalian pada sumber bising, yaitu melakukan upaya agar tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh sumber kebisingan dapat dikurangi ataupun dihilangkan sama sekali. Sebagai contoh usaha yang dapat dilakukan antara lain menciptakan mesin-mesin dengan tingkat kebisingan yang di bawah standar kebisingan, menempatkan sumber kebisingan jauh dari penerima khususnya pada para pekerja, menutupi sumber kebisingan (acoustic ensclosure).

2. Pengendalian pada medium, yang mana pada pengendalian ini ada 2 macam medium yaitu udara serta struktur bangunan. Beberapa usaha pengendalian kebisingan pada medium ini antara lain merancang penghalang akustik (acoustic barrier),dinding insulasi (insulation walls)serta memutus jalur getaran melalui pemasangan vibration absorber. 3. Pengendalian pada penerima, yaitu melakukan upaya perlindungan pada pendengar (manusia) yang terkena paparan bising (noise exposure) dengan intensitas tinggi dan waktu yang cukup lama. Biasanya pengendalian bising ini diperlukan pada lingkungan industri atau pabrik bagi para pekerja yang berhadapan dengan mesin-mesin. Pengendalian bising disini dimaksudkan untuk melindungi para pekerja dari kemungkinan kerusakan pendengarannya sebagai akibat dari dosis bising (noise dose) yang diterimanya setiap hari kerja. Sesuai dengan peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia dipersyaratkan bahwa untuk tempat kerja dengan tingkat bising = 85 dBA, maka pekerja diharuskan untuk memakai pelindung telinga (ear protector) seperti misalnya ear plug, ear muff atau kombinasi dari keduanya, selain mengatur waktu kerja untuk mengurangi dosis bising yang diterimanya setiap harinya. 2.8 Teknologi Pengendalian Bising Teknologi pengendalian bising (noise control technique) adalah teknik mengendalikan gelombang suara berupa noise (bising) untuk mereduksi bahkan menghilangkan bising. Secara konsep, cara menghilangkan kebisingan adalah dengan terlebih dahulu mengetahui karakteristik propagasi gelombang akustik sendiri, yang terdiri atas refleksi, refraksi, absorpsi, dan transmisi. Refleksi adalah peristiwa pemantulan gelombang bunyi saat ia bertumbukan dengan sebuah permukaan. Misalkan kita tinjau sebuah titik permukaan yang ditumbuk gelombang akustik. Jika gelombang datang dengan sudut datang i maka akan dipantulkan dengan sudut r dengan i = r, sesuai hukum pemantulan.

Selanjutnya kita tinjuan permukaan secara lebih besar. Kita akan melihat bahwa pemantulan yang terjadi akan dipengaruhi oleh tingkat kekasaran permukaan tersebut. Permukaan yang rata sempurna menghasilkan pemantulan yang teratur. Sebaliknya, permukaan yang kasar akan memamtulkan gelombang secara baur/difus. Refraksi atau pembiasan, adalah fenomena gelombang akustik saat ia melewati medium yang memiliki kerapatan yang berbeda. Akibatnya, terjadi pembelokan arah rambat gelombang berdasarkan persamaan Snellius. Absorpsi adalah peristiwa konversi energi akustik menjadi energi termal pada zat permukaan, sehingga akan terjadi pengurangan intensitas bunyi setelah ia melewati permukaan tersebut. Sementara transmisi berarti diteruskannya gelombang akustik saat ia melewati sebuah lapisan permukaan. Dari keempat pola propagasi di atas, yaitu refleksi, refraksi, absorpsi, dan transmisi, rekayasa pengendalian bising dapat disusun dengan salah satu atau beberapa dari pola tersebut. 1. Beban Akustik Struktur (Structure-Borne Sound) Gelombang bunyi atau akustik mempengaruhi medium propagasinya melalui perubahan tekanan terhadap ruang dan waktu. Semua medium, baik gas maupun padat, akan mengalami regangan/kompresi torsional akibat perubahan tekanan ini. Struktur padat yang umumnya dianalisis beban akustiknya adalah plat dan batang/tiang. Pengaruh penting pada analisis beban akustik pada struktur adalah gejala gelombang berupa pembelokan gelombang yang dapat terjadi pada plat dan batang. Berlawanan dengan ketergantungannya saat propagasi dalam gas dan

cairan, panjang gelombang flexure pada struktur padat bergantung pada frekuensi, tepatnya proporsional terhadap akar frekuensi. Untuk sinyal gelombang mekanik yang terdiri atas beberapa frekuensi, setiap komponen spektral merambat pada cepat rambat berbeda yang kemudian menentukan profil sinyal gelombang setelah terjadi dispersi. Pada dispersi ini, panjang gelombang yang dibelokkan berbanding terbalik dengan akar kuadrat frekuensi. Hasilnya, panjang gelombang bias di bawah frekuensi kritis bernilai lebih kecil daripada panjang gelombang suara di udara. Sebaliknya, > adalah benar untuk semua nilai f di atas . Fakta ini memainkan peranan penting dalam peristiwa pembiasan gelombang, terutama gelombang bunyi, saat melewati lapisan pelat seperti dinding, atap, jendela, dan sejenisnya. Ambang frekuensi pada material berbanding terbalik dengan ketebalannya. Frekuensi kritisnya akan tinggi untuk pelat yang tebal dan akan rendah untuk pelat yang tebal. 2. Isolasi Elastis (Elastic Isolation) Dengan sistem elastis menggunakan pegas atau material lunak, isolasi elastis antara sumber bunyi dan fondasi bangunan akan benar-benar mereduksi penjalaran bising menuju struktur fondasi bangunan. Di bawah frekuensi resonansi, insertion loss pada sistem massa-pegas dapat mencapai 0 dB. Pada frekuensi resonansi, perlakuan insertion loss akan memiliki nilai negatif, bergantung pada kerugian pada pegas. Efek peredamah hanya akan terjadi di atas frekuensi resonansi material fondasi bangunan. Di sini, perlakuan insertion loss sebesar 12 dB per oktaf. Sasaran utama pengontrolan bising pada kasus ini adalah bagaimana mengadakan resonansi pada frekuensi rendah dengan pegas seempuk mungkin. Kita lakukan pendekatan bahwa fondasi struktur hanya dipengaruhi oleh jumlah insertion loss. Jika fondasinya berupa karakter massa, frekuensi resonansi bergeser ke tas. Jika fondasinya berupa karakter pegas, insertion loss mencapai ketidakterikatan pada frekuensi saat melebihi frekuensi resonansi. Nilai ini didefinisikan sebagai perbandinga kekakuan fondasi

terhadap pegas. Pemanfaatan efek elastis ini juga sangat dipengaruhi oleh profil dinamis getaran dari sumber bunyi/bising. Sebelum mengimplementasikan reduksi elastis ini, sangat disarankan untuk melakukan pengecekan terhadap transmisi gelombang bising yang merambat dari titik koneksi sumber bising dengan fondasi, apakah jalur transmisinya menuju ke daerah isolasi atau jalan lain. Ada beberapa yang harus diperhatikan: a. Vibrasi struktur padat tidak dibatasi hanya pada satu derajat kebebasan (gerak translasi pada satu sumbu). Objek sumber getaran dapat dipastikan membentuk getaran translasional dan rotasional pada tiap sumbu ruang. Untuk menghindari gerak paralel terhadap fondasi atau getaran mengayun, pusat gravitasi yang rendah akan sangat baik, yang dapat dicapan dengan tambahan massa. b. Mesin, peralatan, dan sebagainya, tidak selalu dalam bentuk massa yang padat. Sebaliknya, benda-benda tersebut pun dapat mengalami deformasi elastik saat terjadi fenomena resonansi pada dirinya sendiri. Massa yang dinamis (selalu bergerak), berlaku untuk frekuensi resonansi beban, karena itu dapat lebih didekati daripada massa yang diam. c. Pada kenyataannya, pegas dapat membentuk alunan gelombang pada dirinya sendiri, dimana gelombang berdiri dapat terjadi pada frekuensi tinggi. 3. Penyerap Bunyi (Sound Absorbers) Saat mendesain ruangan, masalah akustik yang sering terjadi adalah pengaruh pantulan bunyi pada dinding yang tidak diinginkan. Di bangunan pabrik, contohnya, sangat penting untuk mencegah bising yang dipancarkan oleh mesin ke daerah sekitar yang lebih jauh lewat transmisi atau refleksi. Ada ide tentang pembuatan dinding yang dapat menyerap hingga seluruh gelombang akustik yang menumbuknya. Di sisi yang lain, suara pembicara pada ruang pertemuan terkadang memang dirancang agar hanya refleksi tertentu yang diizinkan sampai pada

pendengar. Pantulan kedua atau pemantulan tak langsung akan dicegah agar tidak terjadi gaung pada jumlah yang diatas batasnya. Perhitungan tingkat penyerapan bunyi bergantung pada sebuah koefisien absorpsi. Koefisien ini bergantung pada dua hal, yaitu frekuensi bunyi dan struktur permukaan dinding. Permukaan yang kasar dan lunak akan baik menyerap gelombang bising.. Fakta ini memainkan peranan penting dalam peristiwa pembiasan gelombang, terutama gelombang bunyi, saat melewati lapisan pelat seperti dinding, atap, jendela, dan sejenisnya. Ambang frekuensi pada material berbanding terbalik dengan ketebalannya , . Frekuensi kritisnya akan tinggi untuk pelat yang tebal dan akan rendah untuk pelat yang tebal. Resonansi dapat terjadi pada struktur batang dan pelat yang memiliki panjang terbatas, dengan kondisi hanya sedikit energi yang hilang pada daerah sekitar permukaan material. Frekuensi resonansi bergantung pada beban material (material bearing). Pada batang, selisih antara peningkatan frekuensi resonansi sebanding dengan peningkatan frekuensi, yang akan mengurangi kerapatan resonansi. Pada struktur pelat, kerapatan resonansi adalah konstan, tidak terikat terhadap frekuensi. Pola vibrasi resonansi akan tergantung pada profil gelombang yang mengenainya. 4. Peredam (Silencer) Pembuluh peredam (duct silencer) bekerja berdasarkan prinsip pemantulan dan penyerapan. Semua gelombang bising diarahkan pada pembuluh ini, kemudian memantul dibarengi dengan pengurangan intensitas energinya karena penyerapan, terus menerus hingga teredam. 5. Penghalang Bising (Noise Barriers) Penghalang bising biasa diaplikasikan pada tempat tempat umum dengan tujuan menghalangi transmisi bising akibat sumber bising. Derajat absorbsi dan keterhalangan bising dengan adanya penghalang bising (noise barriers) ini bergantung pada ketebalan, ketinggian, dan koefisien absorbsi dinding. Namun, faktor lain yang juga mempengaruhi transmisi bising ini adalah: a. Pemantulan dan transmisi lewat tanah;

b. Angin dan cuaca; c. Pembelokan arah rambat pada jarak jauh; d. Geometri wilayah. 6. Active Noise Control Active Noise Control atau pengendalian bising aktif adalah metode yang memanfaatkan prinsip interferensi gelombang yang hanya cocok untuk aplikasi pengendalian bising apabila properti ruang atau time dependent pada gelombang akustik dapat direduksi secara rasional dalam bentuk yang sederhana. Aplikasi active noise control ini dilakukan pada kehidupan seharihari, di mana dibutuhkan daerah sempit yang bebas dari bising. Contohnya adalah pada pendengaran pilot atau pengendara sepeda motor. Bising yant terjadi di luar dihilangkan secara interferensi destruktif. Caranya dapat seperti ini: gelombang suara yang ditangkap oleh sensor diproses seketika kemudian direplikasi dan dibalikkan amplitudonya, dan dilepaskan kembali. Walaupun tidak dapat benar-benar menghilangkan bising, namun dengan tambahan penghilang bising seperti lapisan earphone dan pemantulan bunyi pada permukaan alat tersebut, maka bising dapat diredam dengan baik. Peristiwa ini lebih jauh dipelajari dalam elektro-akustik. 2.9 Jenis Bagunan Pengendali Bising Bangunan dan peralatan yang digunakan untuk pengendalian bising : 1. Enclosure Merupakan bangunan pengendal dan peredam bising , dimana sumber bising diisolasi dari wilayah luar. Merupakan sarana yang sangat efektif untuk pengendalian kebisingan untuk peralatan industri dan mekanik. Terdiri dari akustik baja yang direkayasa untuk mengontrol tingkat kebisingan yang tinggi pada suatu objek bising namun memungkinkan untuk akses mudah untuk kedua ventilasi dan pemeliharaan.

macam macam enclouser: a. Acoustic courtain Merupakan alat suara menyerap bunyi yang berbentuk selubung yang menyerupai tirai biasanya digunakan pada praktek musik dan ruang resital, studio tari, teater dan bioskop, drama ruang latihan, bahkan di mana saja bahwa ada kebutuhan untuk mengurangi gema suara.

b. partial enclouser Merupakan bangunan atau alat yang digunakan untuk meredam bunyi yang berbentuk sselubung terdapat atap atau langit-langit yang dapat melakuka penyerapan bunyi dengan kemampuan pengurangan bising mencapai 12db.

2. Barrier Merupakan bangunan peredam bising yang dibangun antara sumber bisisng dan penerima untuk memposisikan penerima pada daerah bayangan suara Atau merupakan Sebuah penghalang kebisingan (juga disebut soundwall, tanggul suara, penghalang suara, atau penghalang akustik) dimana struktur eksterior yang dirancang untuk melindungi tanah yang peka menggunakan dari polusi suara. Barrier adalah metode yang paling efektif mengurangi kebisingan pada jalan, kereta api, dan sumber kebisingan industri - selain penghentian aktivitas sumber atau penggunaan kontrol sumber. Dalam kasus kebisingan permukaan transportasi, metode lain untuk mengurangi intensitas kebisingan sumber termasuk mendorong

penggunaan kendaraan hibrida dan listrik, meningkatkan aerodinamis mobil dan desain ban, dan memilih low-noise bahan paving. Adapun pertimbangan- pertimbangan dalam merancang dan membuat barrier yang dapat digunakan sebagai peredam bising secara maksimal, antara lain: 1. Faktor Posisi Bunyi yang merambat dari sumber bunyi menyebar ke segala arah. Namun bunyi yang diterima oleh bangunan umumnya adalah bunyi yang merambat secara horizontal menuju bangunan atau pada sudut kemiringan tajam. Perambatan ini terjadi melalui medium rambat udara di sekitar bangunan. Ada juga perambatan yang melalui tanah dapat juga

terjadi tetapi nilai perambatannya sangat kecil karena tanah memiliki nilai tingkat atenuasi yang besar. Oleh karena itu, perambatan bunyi yang merambat dengan arah horizontal atau merambat dengan sudut tajam akan dapat diredam oleh penghalang bising yang berbentuk vertical Bunyi dengan frekuensi yang amat rendah akan disertai dengan getaran hebat karena kuatnya amplitudo yang dimiliki. Jika terjadi keadaan yang demikian maka tidak hanya elemen vertikal bangunan yang akan berperan dalam menghambat perambatan, amun juga elemen horizontal. Hal ini terjadi karena getaran yang cukup kuat yang menyertai bunyi tidak mampu diredam sepenuhnya oleh tanah. 2. Faktor Peletakan Proses peletakan sebuah penghalang kebisingan sangat mempengaruhi besarnya peredaman yang dihasilkan untuk menahan laju gelombang bunyi. Ada beberapa kemungkinan peletakan yang dapat dipakai dalam mendesain barrier sebagai peredam kebisingan, antara lain: a. Cenderung lebih mendekati sumber bunyi Suatu penghalang kebisingan diletakkan dengan jarak tertentu dan berdiri sejajar dengan pemukiman. Pada pemukiman yang mempunyai luas tanah yang luas, dapat dimungkinkan penghalang tersebut diletakkan cukup jauh dari jarak barrier terhadap pemukiman. Jika keadaannya seperti ini, maka gelombang bunyi yang merambat pada ujung barrier sebagian akan didifraksikan lurus ke atas atau sebagian ke bawah. Karena letak penghalang kebisingan yang berada jauh di depan pemukiman, maka difraksi gelombang setelah mengenai penghalang tersebut tidak langsung merambat menuju pemukiman. Meskipun tetap ada gelombang bunyi yang merambat menuju pemukiman tetapi dengan intensitas tingkat bunyi yang relatif kecil. (Gambar 2.2a) b. Jika posisi letak yang terjadi pada point (a) Tidak dapat terlaksana karena terbatasnya lahan yang dimiliki, posisi letak pada point (c) lebih disarankan dengan ketinggian barrier jauh melebihi tinggi rumah di daerah pemukiman. Letak barrier yang lebih

dekat dengan pemukiman (c) dapat lebih baik dibandingkan dengan posisi barrier yang berada di tengah-tengah antara jalan dan pemukiman (posisi b). Pada keadaan ini, difraksi gelombang bunyi sebagian besar langsung mengarah ke pemukiman, walaupun dimensi barrier sudah ditinggikan. 1. Faktor Bentuk Elemen vertikal bangunan yang letaknya terpisah dengan bangunan dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai peredam gelombang bunyi jika didukung tertentu tentang bentuk.Umumnya elemen tersebut dibuat dengan bentuk pipih tanpa lubang atau celahsupaya rambatan gelombang bunyi tidak dapat menembus celah celah dinding pagar tersebut. Sehingga dapat berfungsi sebagai peredam bising secara maksimal. Selain itu juga memiliki ketinggian tertentu. Biasanya terbuat dari material bata merah atau batako yang direkatkan dengan campuran pasir, semen, kapur dan air. Selain pembatas yang bentuknya pipih, ada juga pembatas yang bentuknya menyerupai gundukan tanah membentuk bukit kecil atau semacamnya. Dengan bentuk yang demikian, efektifitas peredaman sumber bunyi bisa lebih maksimal terutama jika meredam frekuensi rendah disertai getaran hebat. Ukurannya yang lebih besar daripada pagar dengan bentuk pipih memungkinkan untuk dapat lebih stabil dalam menahan resonansi. Bila resonansinya dapat diredam, maka perambatan bunyi dengan getaran besar akan semakin kecil. 2. Faktor Kerapatan Material Material alam atau material bangunan yang memiliki berat tertentu lebih baik dalam meredam bunyi. Berat yang dimiliki tiap-tiap material mendukung material tersebut untuk bertahan pada posisi untuk tidak mudah mengalami resonansi sehingga bunyi yang merambat dari sumber tidak dapat diteruskan ke posisi penerima. Semakin berat dan lapisan tebal material maka kemampuannya dalam meredam bunyi sangat baik. Disamping itu juga bisa menekan terjadinya resonansi karena dapat menyerap gwlombang bunyi yang masuk ke pori-pori dibandingkan dengan material yang tipis dan rungan.

3. Faktor Dimensi Ukuran atau dimensi sebuah pembatas Sangat menentukan seberapa besar gelombang bunyi yang dapat diredam oleh pembatas tersebut. Semakin menyeluruh dalam melingkupi bangunan maka kemampuan perlindungannya terhadap gangguan bunyi akan semakin baik. Tetapi jika semua pagar melingkupi bangunan, kesan estetika yang ditampilkan sangat kurang. Malah, bangunan tersebut terkesan tertutup dari lingkungan sekitarnya. Selain itu juga laju aliran udara luar menuju ke bangunan juga terbatas. Kekurangan Barrier meliputi: * Estetika dampak bagi pengendara dan tetangga, terutama jika pemandangan indah yang diblokir. * Biaya desain, konstruksi pemeliharaan, dan. * Kebutuhan untuk merancang drainase kustom yang dapat mengganggu Penghalang. manfaat dari pengurangan kebisingan jauh lebih besar daripada dampak estetika bagi warga dilindungi dari suara yang tidak diinginkan. Manfaat ini termasuk gangguan tidur berkurang, meningkatkan kemampuan untuk menikmati hidup di luar ruangan, gangguan bicara berkurang, pengurangan stres, penurunan risiko gangguan pendengaran, dan penurunan tekanan darah (kesehatan jantung membaik). 3. Cladding merupakan bangunan yang digunakan untuk meredam kebisingan dengan cara dengan membentuk dinding cladding pada system sistem PORETON Welle dimana salah satu sisi merupakan bagian penyerapan bunyi yang tinggi, bahan yang digunakan dalam proses pembuatan

cladding ini merupakan Bahan berkualitas tinggi menyerap tunggalbutir beton dengan ketebalan 13 cm kuat . atau cladding dapat juga terbentuk dari bahan terbuat dari kayu-beton penyerapan, dengan ketebalan 24 cm.

4. Silencer Jenis jeni Silencer berdasarkan fungsi nya : a. silenser dapat berbentuk knalpot diamana digunakan untuk

mengurangi jumlah suara yang dipancarkan oleh knalpot dari mesin pembakaran internal b. silenser dapat berbentuk Peredam (DNA), urutan DNA mampu faktor regulasi transkripsi mengikat disebut represor. c. atau pun Suppressor, perangkat yang melekat pada atau bagian dari laras senjata api yang mengurangi jumlah suara dan flash d. fan silencer merupakan alat yang digunakan untuk membungkam sisi kipas yang terbuka ke atmosfer, yang membutuhkan penggunaan peredam fan inlet atau outlet.

e. vent silencer merupakan alat yang digunakan untuk meredam kebisingan untuk meredam bising pada ventilasi untuk ventilasi dan blowdown aplikasi dalam berbagai industri. vent silencer dapat digunakan untuk

mengurangi kebisingan yang dihasilkan oleh uap bertekanan, gas alam, karbon dioksida, serta gas-gas lain, termasuk udara bertekanan. Aplikasi yang paling umum adalah untuk: a. vent silencer untuk peredam uap b. vent silencer untuk gas alam

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Dari uraian di atas ada beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu:
1. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan karena tidak sesuai dengan

konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia;
2. Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti

gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja kelelahan dan stress;
3. Pada umumnya bising di pabrik bersumber dari mesin-mesin yang

bekerja;
4. Pengendalian bising pada pabrik dapat dilakukan pada sektor penting

yaitu pada sumber, media penyebaran, dan pada penerima sendiri. 3.2 Saran Adapun saran dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Dalam pengendalian kebisingan tersebut sebaiknya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar perancangan pabrik, yaitu faktor kelayakan ekonomi, kemudahan operasi alat, kemudahan maintenance, dan faktor safety; 2. Kebisingan yang terjadi di lingkungan kerja, terutama pabrik/industri diharapkan dapat ditanggulangi dengan cara teknik-teknik pengendalian kebisingan karena apabila terpapar terus-menerus akan menimbulkan dampak yang permanen yaitu ketulian.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous A. 2009. Kebisingan. http://library.usu.ac.id/. Tanggal akses: 5 November 2012 Anonymous B. 2010. Pengendalian Kebisingan Generator Pada Industri. http://digilib.its.ac.id/undergraduate/. Tanggal akses: 5 November 2012 Gunawan. 2010. Kebisingan pada Pabrik. http://www.Gunawan Fis 07 WebBlog.htm/. Tanggal akses: 9 November 2012 Hutagalung, Maichel. 2009. Kebisingan. http://www.majari_magazine.com/. Tanggal akses: 9 November 2012 Saputra, Agus Jaya. 2010. Analisis Kebisingan Peralatan Pabrik. http://eprints.undip.ac.id/. Tanggal akses: 5 November 2012 Sunjaya, Yusal. 2011. Teknik Pengendalian Kebisingan (Noise Control Technology). http://www.scribd.com/. Tanggal akses: 9 November 2012

You might also like