You are on page 1of 3

PEMBAHASAN Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi atau menghalau rasa sakit atau

nyeri. Pada prakttikum kali ini yaitu bertujuan untuk mengenal dan mempraktekkan pengujian daya analgetik dengan menggunakan metode rangsang kimia. Metode rangsang kimia digunakan berdasar atas rangsang nyeri yang ditimbulkan oleh zat-zat kimia yang digunakan untuk penetapan daya anlgetika. Percobaan ini dilakukan terhadap hewan percobaan yaitu mencit (Mua muscullus). Bahan yang digunakan sebagai perangsang kimia adalah steril asam asetat yang diberikan secara intra peritoneal. Asam asetat merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asam asetat terhadap hewan percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi. Prostaglandin meyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamine merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata. Akibat dari adanya rasa nyeri inilah hewan percobaan akan menggeliatkan kaki belakangnya saat efek dari penginduksi ini bekerja. Injeksi intra peritoneal tersebut merupakan injeksi pada bawah area perut. Dengan cara memegang hewan uji dengan benar, lalu melentangkannyanya sehingga terlihat area pwerut. Kemudian memasukkan jarum ke bawah lapisan perut ( jangan sampai terkena usus). Jika sudah berada di bawah area perut, maka kita dapat merasakan adanya rongga perut, sehingga larutan uji dapat segera diinjeksikan. Pada praktikum pemberian larutan steril Asam Asetat 1%v/v diberikan 5 menit setelah pemberian obat analgetik dan control, hal ini diharapkan agar obat yang diberikan belum bekerja sehingga Asam Asetat langsung berefek dan juga untuk mempermudah pengamatan onset dari obat itu. Pemberian dilakukan secara intraperitoneal karena untuk mencegah penguraian asam asetat saat melewati jaringan fisiologik pada organ tertentu. Dan larutan asam asetat dikhawatirkan dapat merusak jaringan tubuh jika diberikan melalui rute lain, misalnya per oral, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap pengaruh asam.

Obat analgetik yang digunakan adalah Paracetamol (0.5 ml suspense parasetamol dalam CMC 1% dan 1 ml suspensi parasetamol CMC 1 %). KENAPA HARUS DIJADIKAN SUSPENSI TERLEBIH DAHULU??? Parasetamol yang merupakan derivat-asetanilida adalah metabolit dari fenasetin. Parasetamol berkhasiat sebagai analgetik dan antipiretik. Umumnya parasetamol dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Percobaan menggunakan metode Witkins yang ditujukan untuk melihat respon mencit terhadap asam asetat yang dapat menimbulkan respon menggeliat dari mencit ketika menahan nyeri pada perut. Kelompok kontrol yang digunakan pada percobaan ini adalah CMC 1 %, sehingga hewan percobaan (mencit I) hanya diberikan CMC 1 % pada awal percobaan dan penginduksi asam asetat pada 5 menit setelah pemberian CMC 1 % tanpa pemberian sediaan analgesik. Kemudian mencit II dan III pemberian obat-obat analgetik (0.5 ml suspense parasetamol dalam CMC 1% dan 1 ml suspensi parasetamol CMC 1 %) pada tiap mencit secara peroral. Setelah 5 menit ke-1, mencit II, dan III disuntik secara intraperitoneal dengan larutan steril asam asetat 1 %. Dosis steril asam asetat yang digunakan berbeda-beda tergantung berat mencitnya. Mencit control (I) dengan berat 0.022 kg dosisnya 6.6 mg sehingga volume

pengambilannya 0.66 ml. Mencit II dengan berat 0.026 kg dosisnya 7.8 mg sehingga volume pengambilannya 0.78 ml. Dan mencit III dengan berat 0.021 kg dosisnya 6.3 mg sehingga volume pengambilannya 0.63 ml. Kemudian kita mencatat kumulatif geliat yang timbul setiap selang waktu 5 menit selama 30 menit. Dan selanjutnya menghitung % daya analgetik . Hasil yang diperoleh mencit control jumlah geliatnya 27, mencit II (dengan 0.5 parasetamol ) jumlah geliatnya 23, dan mencit III ( dengan 1 ml parasetamol) jumlah geliatnya 4. Dari hasil pengamatan yang diperoleh, bahwa jumlah geliat mencit kontrol lebih banyak daripada mencit yang diberikan obat. Hal ini disebabkan karena mencitn kontrol tidak memiliki perlindungan terhadap nyeri yang disebabkan karena pemberian asam asetat sebagai penyebab terjadinya nyeri. Sedangkan pada kelompok mencit yang diberi parasetamol, terlihat jumlah geliat yang ditunjukan mencit cukup sedikit dibandingkan dengan kontrol. Karena Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau ditempat cedera. Respon terhadap cedera

umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin. PG dan Brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa implus nyeri ke SSP. Parasetamol dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Karena mempunyai mekanisme kerja menghambat berbagai reaksi in-vitro.

You might also like