You are on page 1of 2

GAMBARAN IPTEKS

Struktur tanah atau pembentukan agregat, pada dasarnya terdiri dari butir-butir primer dapat digolongkan ke dalam agregat mikro dan agregat makro. Gaya intermolekuler merupakan gaya yang paling penting dalam proses pembentukan struktur mikro. Dalam hal ini butir-butir primer harus berdekatan satu sama lain. Untuk dapat berdekatan, pada butir-butir tersebut harus terjadi flokulasi atau koagulasi terlebih dulu. Peristiwa flokulasi terjadi apabila butir-butir primer yang berupa koloid dalam suatu larutan tertentu mengelompok atau bersatu, tetapi mudah terjadi despersi kembali, sedangkan dalam peristiwa koagulasi butir-butir primer tersebut sukar didispersikan lagi. Fenomena flokulasi dan dispersi koloid lempung penting dalam stabilitas struktur, perilaku sedimen tersuspensi dalam air permukaan, mobilitas koloid dalam tanah dan akuifer air tanah. Disamping itu aplikasi industri dari mineral lempung Konsentrasi elektrolit yang tinggi biasanya menghasilkan penekanan atas lapisan rangkap . Dengan meningkatkan konsentrasi elektrolit, jumlah kation meningkat pula. Peningkatan jumlah kation ini menurunkan gradien konsentrasi dalam antarmuka cairan antara permukaan koloid dan fase cairan di sekelilingnya. Oleh karena itu, kecenderungan kation untuk berbaur menjauhi permukaan koloid menurun, yang menyebabkan penurunan ketebalan lapisan rangkap. Pada kondisi pH suspensi <5 maka ion Al3+ yang berasal dari persenyawaan Al(OH)3 berada dalam kondisi larut sehingga merajai kompleks pertukaran. Pada saat konsentrasi elektrolit dalam larutan tinggi, pada tanah salin, maka lempung terflokulasi. Hal ini disebabkan oleh lapisan rangkap listrik yang termampatkan. Pada konsentrasi elektrolit rendah, lapisan rangkap termampatkan dan lempung terflokulasi jika kation tertukar adalah divalen (Ca2+, Mg2+) atau kation trivalen (Al+3). Lapisan rangkap mengembang menyebabkan lempung terdispersi jika aras Na tertukar tinggi (>10 20% dari kation tertukar). Karena komposisi kompleks pertukaran dipengaruhi konsentrasi berbagai ion dalam larutan yang secara normal berhubungan dengan pH. Dengan ini memungkinkan melihat hubungan antara pH tanah dan stabilitas lempung melawan dispersi. Pada pH <5, maka Al3+ terdapat dalam jumlah melimpah .

Hubungan tersebut dapat dijelaskan dengan reaksi berikut: Al(OH)3 + 3H+ ...............> Al3+ + 3H2O Dengan demikian pada kisaran nilai pH ini lempung terflokulasi walaupun Na dalam jumlah yang tinggi. Pada pH >5, kelarutan Al3+ menurun menyebabkan keberadaan kation Al+3 menurun. Akibatnya perannya dalam menunjang flokulasi menurun. Pada pH suspensi tanah 5 7 konsentrasi ion divalen umumnya rendah, kecuali ada gypsum. Sebagai akibatnya lempung dapat terdispersi dengan mudah. Pada pH suspensi tanah dalam kisaran 7 8,5 maka garam karbonat CaCO3 yang merajai. Dalam kondisi ini Ca2+ cukup banyak menjaga lempung terflokulasi. Pada pH >9 suspensi tanah mengandung soda (Na2CO3) yang mudah larut sehingga kelarutan garam CaCO3 tertekan. Sebagai akibat keseimbangan reaksi bergeser ke kanan : Ca2+ + CO32+ ..................> CaCO3 Pergeseran reaksi ini disebabkan oleh tingginya anion CO32+ yang dipasok dari Na2CO3, sebagai hasil kation Ca2+ diganti oleh Na+, dan Ca2+ mengendap sebagai CaCO3 (Tan, 1992). Fenomena dispersi dan flokulasi partikel halus khususnya lempung yang bersifat koloid, dapat digunakan untuk mensiasati kecepatan pengendapan partikel tersebut. Menurut hukum Stokes, zarah yang berukuran lebih besar akan lebih mudah jatuh dibandingkan zarah yang berukuran lebih kecil. Kecepatan pengendapan berbanding lurus dengan kuadrat diameter partikel, dan berbanding terbalik dengan viskositas cairan. Dari beberapa kali uji coba, maka dapat disimpulkan bahwa, penambahan pH suspensi dapat mempercepat pengendapan lempung. Sehingga jika teknologi ini diterapkan di kluster industri keramik Klampok banjar negara, maka akan membantu percepatan pengolahan bahan baku menjadi keramik.

You might also like