You are on page 1of 5

Kalimat Efektif

Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca, seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat efektif juga merupakan kalimat yang padat, singkat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat. Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata. Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis dan kalimat dikatakan efektif apabila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna. Ciri-Ciri Kalimat Efektif 1. Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur subyek dan predikat. 2. Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku. 3. Menggunakan diksi yang tepat. 4. Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa, jalan pikiran yang logis dan sistematis. 5. Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai. 6. Melakukan penekanan ide pokok. 7. Mengacu pada kehematan penggunaan kata. 8. Menggunakan variasi struktur kalimat. Syarat-syarat Kalimat Efektif 1. Koherensi Yaitu hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kata itu. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan yang lebih erat sehingga tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang kedudukannya sehingga boleh ditempatkan dimana saja, asal jangan disisipkan antara kata-kata atau kelompokkelompok kata yang rapat hubungannya. 2. Kesatuan Syarat kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus memiliki unsure-unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan unsure-unsur subyek, predikat, obyek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpautan arti yang merupakan ciri keutuhan kalimat. Contoh: Ibu menata ruang tamu tadi pagi Dari contoh tersebut, kalimat ini jelas maknanya, hubungan antar unsur menjadi jelas sehingga ada kesatuan bentuk yang membentuk kepaduan makna. Jadi, harus ada keseimbangan antara pikiran atau gagasan dengan struktur bahasa yang digunakan. 3. Kehematan Kehematan yang dimaksud berupa kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan. Berikut unsur-unsur penghematan yang harus diperhatikan: Frase pada awal kalimat Contoh: Sulit untuk menentukan diagnosa jika keluhan hanya berupa sakit perut, menurut para ahli bedah. Pengurangan subyek kalimat

Contoh: Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan. 4. Paralelisme Paralelisme atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga. Contoh: Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif) Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif) Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif) Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif) Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif) 5. Penekanan Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi. Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberikan penekanan yaitu : Posisi dalam kalimat Untuk memberikan penekanan dalam kalimat, biasanya dengan menempatkan bagian itu di depan kalimat. Pengutamaan bagian kalimat selain dapat mengubah urutan kata juga dapat mengubah bentuk kata dalam kalimat. Contoh: Salah satu indikator yang menunjukkan tak efesiennya Pertamina, menurut pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak. Urutan yang logis Sebuah kalimat biasanya memberikan sebuah kejadian atau peristiwa. Kejadian yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis. Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting atau dengan menggambarkan suatu proses. Contoh: Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis. 6. Kevariasian Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang. a) Cara memulai Subyek pada awal kalimat. Contoh: Bahan biologis menghasilkan medan magnetis dengan tiga cara. Predikat pada awal kalimat (kalimat inversi sama dengan susun balik) Contoh: Turun perlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu. Kata modal pada awal kalimat Dengan adanya kata modal, maka kalimat-kalimat akan berubah nadanya, yang tegas menjadi ragu tau sebaliknya dan yang keras menjadi lembut atau sebaliknya. Untuk menyatakan kepastian digunakan kata: pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali, dan sebagainya. Untuk menyatakan ketidakpastian digunakan : mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya, tampaknya, dan sebagainya. Untuk menyatakan kesungguhan digunakan: sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya, benar, dan sebagainya. Contoh: Sering mereka belajar bersama-sama.

b) Panjang-pendek kalimat. Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau efektif, kalimat panjang tidak selalu rumit. Akan sangat tidak menyenangkan bila membaca karangan yang terdiri dari kalimat yang seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan menggabung beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara terasa hubungan antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami sehingga keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang utuh. c) Jenis kalimat. Biasanya dalam menulis, orang cenderung menyatakannya dalam wujud kalimat berita. Hal ini wajar karena dalam kalimat berita berfungsi untuk memberi tahu tentang sesuatu. Dengan demikian, semua yang bersifat memberi informasi dinyatakan dengan kalimat berita. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa dalam rangka memberi informasi, kalimat tanya atau kalimat perintah tidak dipergunakan, justru variasi dari ketiganya akan memberikan penyegaran dalam karangan. d) Kalimat aktif dan pasif. Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk dan setara, maka pada kalimat aktif dan pasif dapat membuat tulisan menjadi bervariasi. e) Kalimat langsung dan tidak langsung. Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah ucapan-ucapan yang bersifat ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan paragraf. Kalimat langsung dapat diambil dari hasil wawancara, ceramah, pidato, atau mengutip pendapat seseorang dari buku. 7. Logis/Nalar Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang dipaparkan dalam kalimat. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal. Contoh kalimat salah nalar: a. Waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan) b. Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan) Kalimat dengan Beberapa Pola Kesalahan Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan sertaperbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif: 1. Penggunaan dua kata yang sama artinya. a) Sejak dari usia delapan tahun ia telah di tinggal kan ayahnya. (Sejak usia delapan tahun ia telah di tinggalkan ayahnya.) b) Hal itu di sebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan. (Hal ini di sebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.) c) Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup. (Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.) 2. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku: a) Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk. (Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.) b) Gereja itu di lola oleh para rohaniawan secara professional. (Gereja itu di kelola oleh para rohaniawan secara professional.) 3. Penggunaan tidak tepat kata di mana yang tidak tepat a) Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik. (Saya menyukainya karena sifatsifatnya sangat baik)

b) Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih. (Rumah sakit tempatorang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih). 4. Pilihan kata yang tidak tepat. Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat.(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat). 5. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti. Sopir bus Santoso yang masuk jurang melarikan diri. (Bus Santoso masuk jurang,sopirnya melarikan diri.) 6. Pengulangan kata yang tidak perlu: Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun. (Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku)

TUGAS
BAHASA INDONESIA KALIMAT EFEKTIF

OLEH :
NAMA NIM JURUSAN KELAS : ARYANI ELSA ROSALIN : 1203025006 : ADM BISNIS :A

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2013

You might also like