You are on page 1of 24

Makalah Agama Islam

Nama: Indah Dwi Yulianti Dude Kelas: VIII2

A. Sejarah Nabi Muhammad Saw. Dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan. Muhammad adalah putra Abdullah Bin Abdul Muttalib dan Siti Aminah. Dalam sejarah tercatat bahwa Abdul muttalib adalah salah seorang pedagang Arab yang sangat terkenal dan sukses. Ia merupakan satu dari empat putra Abdul Manaf yang selalu mengadakan perniagaan ke tempat-tempat penting di wilayah Arabia. Kakek nabi Muhahammad berniaga ke Yaman, dua kakaknya berniaga ke Syam , sedangkan Abdu Syam ke Habsyi, sedangkan Naufal adiknya berdagang ke Persia. Kegiatan perdagangan suku Quraisy sangat teratur dalam melakukan perjalanannya. Pada musim panas mereka melakukan perjalanan ke utara, sedangkan musim dinginan ke arah selatan. Tradisi ini diabadikan di dalam Al-Quran surat Quraisy (106 ; 1-2).

1. Meneladani perjuangan Nabi dan para Sahabat di Madinah Nabi Muhammad saw. Tiba di kota Madinah pada hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, yakni bertepatan dengan tanggal 24 September 622 M. Kedatangan Nabi sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat Madinah. Selain ingin melihat dari dekat , mereka juga ingin mengikuti ajaran Nabi Muhammad sebagai nabi akhir zaman. Masyarakat Madinah berbondong-bondong menyambut kedatangan Nabi. Orang-orang terkemuka di madinah berebut menawarkan diri supaya Nabi berkenan tinggal bersama mereka dengan segala persediaan dan persiapa yang ada. Tapi Nabi menolak dengan

halus. Beliau menyusuri jalan-jalan di Yastrib di tengah kaum muslimin yang ramai menyambutnya. Penduduk Yatsrib menyaksikan hadirnya pendatang baru, orang besar yang telah mempersatukan suku Aus dan Khazraj yang selama ini saling bermusuhan dan saling berperang. Ahirnya unta Nabi Muhammad berhenti disebuah tempat penjemuran korma milik dua orang anak yatim dari Bani najjar. Ketika itulah Rasul turun dari untanya dan berkata: kepunyaan siapa tempat ini? . Kepunyaan Sahal dan Suhail bin Amr, jawab Maadh bin Afra. Dia adalah wali dari kedua anak yatim itu. Maadh Bin Aframeminta Nabi Muhammad supaya mendirikan mesjid dan rumahnya di tempat itu. Hal-hal yang dapat diteladani dari perjuangan Nabi dan sahabat di Madinah adalah: 1. Bersikap baik kepada semua masyarakat Madinah Dalam perjalanannya menuju kota Madinah, Nabi Muhammad selalu di minta masyarakat untuk singgah dirumah mereka. Tetapi nabi selalu menolak dengan halus. Nabi hanya menjawab,saya akan menginap di mana untaku akan berhenti. Namun demikian sikap Nabi tetap ramah dan baik kepada setiap masyarakat kota Madinah. 2. Mendirikan Masjid di Madinah Hal yang pertama yang dipikirkan oleh nabi adalah bagaimana usaha untuk mendirikan mesjid. Nabi tidak memikirkan bagaimana membangun rumahnya sendiri, karena yang terpenting adalah masjid. Mesjid yang dibangun Nabi di Madinah inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan mesjid Nabawi. Didirkan di atas tanah milik anak yatim Sahal dan Suhail. Nabi tidak menerima tanah itu dengan Cuma-Cuma

tetapi beliau beli dengan harga yang layak. Pembangunan mesjid nabawi dikerjakan secara gotong royong dengan seluruh masyarakat, baik kaum Anshar dan Muhajirin. Nabi sendiri ikut terjun langsung untuk membantu pembangunan mesjid Nabawi. Setelah mendirikan mesjid, Nabi dibantu oleh para sahabat membangun rumahnya disekitar mesjid, selama pembangunan itu, Nabi tinggal di rumah Abu ayyub. 3. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan Anshar Kaum Anshar merupakan penduduk madinah yang memiliki tempat tinggal dan harta benda. Berbeda dengan kaum Muhajirin, mereka mencari selamat dan pergi ke Madinah tanpa ada tempat untuk berteduh, tiada lapangan pekerjaan dan tiada harta untuk mempertahankan hidup. Jumlah kaum Muhajirin selalu bertambah sementara madinah bukanlah suatu daerah yang memiliki kekayaan yang melimpah. Akan tetapi keadaan tersebut tidaklah memperburuk keadaan hubungan antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin. Justru keadaan itulah yang semakin mempererat hubungan keduanya. Tujuan mereka sama berjuang dalam menjalankan agama. Kaum Anshar telah menolong kaum Muhajirin dengan ikhlas dan tidak memperhitungkan keuntungan materi, melainkan hany mencari keridhaan Allah. Kaum Muhajirin yang jauh dari keluarga dipersaudarakan oleh Rasululllah dengan kaum Anshar. Dengan demikian, kaum Muhajirin merasa aman dan tentram dalam menjalankan syariat islam. 4. Memberikan kebebasan penduduk Madinah. beragama bagi seluruh

Nabi Muhammad tidak pernah memikirkan kekuasaan, harta benda atau perniagaan. Seluruh tujuannya hanyalah memberi ketenagan jiwa, bagi mereka yang menganut ajaran Islam, dan menjamin kebebasan penganut kepercayaan agama lain. Baik bagi seorang muslim, seorang yahudi atau seorang kristen masing-masing mempunyai kebebasan yang sama dalam menganut kepercayaan, menyatakan pendapat dan mendakwahkan agama. Hanya kebbebasanlah yang menjamin dunia ini mencapai kemajuan. Oleh karena itu Nabi Muhammad selalu cinta damai. Nabi tidak akan memilih jalan perang kalau tidak terpaksa karena membela kebebasan, agama dan kepercayaan. Nabi Muhammad membuat suatu perjanjian tertulis antara kaum Kuhajirin dan Anshar dengan orang-orang Yahudi yang terkenal dengan nama Piagam madinah. Dianatara isi perjanjian itu adalah sama-sama mengakui agama, menjaga harta benda, dan menjaga Madinah dari serangan musuh. Kesimpulan. Nabi Muhammad saw. Tiba di kota Madinah pada hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama Hijriah, yakni bertepatan dengan tanggal 24 September 622 M. Kaum Anshar adalah umat Islam di Madinah yang membantu meringankan beban Nabi dan para sahabatnya ketika Hijrah. Kaum Muhajirin adalah umat Islam dari Mekkah yang berhijrah ke Madinah untuk menghindari kezaliman penduduk kafir Mekkah. Untuk mempererat kesatuan umat islam,Nabi Muhammad saw. mempersaudarakan kaum Anshar dengan kaum muhajirin.

Nabi Muhammad membangun masyarakat Islam di Madinah melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan. Selain berdagang, para sahabat juga menekuni sektor pertanian seperti sahabat Abu bakar, Umar dan Ali Bin Abu Thalib. Hal pertama yang diperhatikan setelah Nabi tiba di Madinah adalah membangun mesjid, memperbaiki kondisi ekonomi dan menjaga keamanan.Muhammad Pada Priode Mekkah. Rasulullah saw. lahir dan berkembang di Mekkah yang masyarakatnya sedang mengalami masa transisi yang hebat dalam berbagai bidang, seperti sosial, agama dan politik. Ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad pada umumnya merupakan keinginan untuk memperbaiki dan menyelamatkan masyarakat Mekkah dalam menjalani masa transisi ini. Dalam faktanya, Muhammad saw. tidak bisa menjalankan dakwahnya secara efektif yang membuahkan hasil yang memuaskan. Beberapa kondisi ikut melatari ketidak efektifan dakwah Muhammad di Mekkah. Penganut yang berhasil dipengaruhi oleh Muhammadpun tidak seberapa jumlahnya karena memang beliau tidak bisa melaksanakan dakwahnya secara terang-terangan. Ada beberapa fase yang dijalani oleh nabi Muhammad dalam memulai dan mengembangkan ajaran yang beliau bawa. Fase Dakwah Sembunyi-sembunyi. Pada fase ini Rasul hanya mengajak kerabat-kerabatnya untuk ikut memelukm agama Islam yang beliau bawa. Mereka diseru

untuk meyakini ajaran-ajaran pokok yang terkandung dalam wahyu yang ia terima. Pada fase ini, beliau berhasil mengajak beberapa orang untuk 006Demeluk agama Islam, seperti Istrinya, Ali b. Abi Thalib, Zaid, Abu Bakar. Tidak lama setelah mereka menganut agama Islam, barulah kemudian beberapa orang dengan jumlah yang lebih banyak mau menerima ajakan Muhammad untuk memeluk agama Islam.4 Fase Dakwah Terang-Terangan. Ada dua fase yang dijalani oleh Rasulullah pada saat itu, yang pertama adalah menjalankan dakwah dengan mengajak kerabatnya dengan terang-terangan. Setelah menerima perintah untuk berdakwah secara terang-terangan kepada kerabatnya, maka Rasulpun lalu menyeru mereka di bukit Shafa.1 Fase selanjutna adalah menyeru tidak hanya kerabatnya akan tetapi semua orang. Fase ini dimulai dengan turunnya ayat Alquran surah al-Hijr; 94. Setelah turunnya ayat ini, mulailah Rasulullah saw. menyerukan agama Islam kepada semua orang, hingga penduduk luar Mekkah yang datang untuk mengunjungi Kabah.6 B. MENELADANI PERJUANGAN NABI MUHAMMAD SAW DAN PARA SAHABAT DI MADINAH Nabi Muhammad SAW penuh dengan teladan yang luhur baik di mata Allah maupun para sahabat.Beliau mencurahkan seluruh

hidupnya hanya untuk menyebarkan ajaran tauhid,walaupun engan rintangan yang tak usai.demikina pula sahabatnya,baik kaum muhajirin maupun kaum anshar.Kaum Muhajirin berhijrah dengan meninggalkan keluarga , kehidupan , mata pencaharian , dan harta benda,mereka hanya membawa iman islam dam kaum muhajirin memulai hidup di Madinah untuk menyebarkan agama islam.Sedangkan kaum anshar menerima kedatanga saudara seimanya dengan ikhlas.Kaum Anshar menyediakan tempat tinggal , kebunya , maupun usahanya untuk dikelola secara bersama.Dalam menyebarkan agama islam di Madinah mendapatkan musuh yang lebih berat daripada kaum quraisy,yaitu kaum yahudi yang tidak senang dengan keberhasilan umat islam dan kaum munafik yang ingin menusuk kaum muslimin dari belakang.Ajaran yang di sampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya yaitu : 1.Aqidah,keberhasilan perjuangan nabi Muhammad SAW selama 23 tahun bukan dengan kekerasan dan pemaksaan tetapi dengan keteladanan nabi Muhammad SAW.Ajaran yang di sampaikan yaitu ajaran tauhid dan Nabi memerintahkan agar selalu beribadah kepada Allah SWT. 2.Akhlaq,Nabi Muhammad SAW memiliki akhlaq yang begitu tinggi karena akhlaq beliau bersumber langsung kepada alquran.nabi memiliki pribadi yang santun,menghargai orang lain , hormat kepada yang lebih tua dan sayang terhadap orang yang lebih muda darinya.Perbuatan yang dilakukan oleh nabi diteladani oleh sahabat-sahabatbya,Maka dari itu , kita patut mencontoh perbuatan Nabi Muhammad. 3.Muamalah,sebagaimana diketahui masyarakat Madinah pada saat Nabi hijrah terdiri sari kaum anshar.kaum muhajirin,kaum yahudi,kaum Nasrani,dan kaum penganut agama nenek moyang.Kondisi masyarakat yang beragam rawan terhadap

konflik sosial,oleh karena itu nabi segera mempersatuka mereka melalui Piagam Madinah.secara umum piagam ini berisi tentang aturan kehidupan sebagai warga Madinah sampai hak asasi manusia secara umum
1. pengalaman nabi Muhammad saw dan para sahabat Para sahabat menjuluki sahabat Rasul yang satu ini sebagai orang yang biasanya paling pertama memacu kudanya maju dalam medan perang dan pemberani dalam berjuang di jalan Allah. Sahabat yang mendapat julukan tersebut adalah Miqdad bin al-Aswad. Penisbatan nama tersebut karena beliau pernah menjadi anak angkat dari seorang bernama al-Aswad 'Abdi Yaghuts. Nama Miqdad bin at-Aswad tersemat terus dalam dirinya sampai turunnya ayat yang menghapus status hukum anak angkat. Allah SWT berfirman: "Dia tidak menjadikan anak-anak angkat kamu sebagai anak kandungmu, yang demikian itu (hanyalah) perkataan kamu dari mulut kamu. Dan Allah berkata yang sebenar-benarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar). Panggilah mereka dengan nama ayah-ayah mereka, itulah yang lebih adi ldisisi Allah" (QS.Al-Ahzaab, 33:4-5). Setelah turunnya ayat ini maka nama beliau dinisbatkan kepada ayah kandungnya yang bernama 'Amr bin Sa'ad. Hal demikian pernah terjadi dalam diri Rasulullah Saw terhadap Zaid bin Haritsah.

Diakui atau tidak, bahwa permasalahan "status hukum anak angkat" ini yang merupakan bagian dari hukum Islam masih banyak dilanggar oleh sebagian saudara-saudara kita. Permasalahan "status hukum anak angkat" akan menimbulkan permasalahan yang berkepanjangan "tatkala" seorang anak angkat "distatus hukumkan" sebagai anak kandung yang memperoleh hak seperti anak kandung, terutama sekali yang menyangkut hukum pernikahan dan waris.

Jika si anak angkat itu wanita maka ayah angkatnya "tidak bisa menjadi wali dalam status ayah kandung" dalam pernikahannya. Apabila hal ini dilanggar dengan tetap menikahkan putri angkatnya sebagai putri kandungnya, maka kalimat "ijab dan kabulnya tidak sah" yang berarti pula "pernikahannya tidak sah" karena yang bersangkutan bukan anak kandungnya. Akibatnya, anak tersebut akan zina seumur hidup yang kemudian jika ditakdirkan-Nya melahirkan anak, maka anak-anak hasil zina secara hukum akan bermuculan. Dan, kemudian mereka nanti akan dinikahkan lagi oleh yang bukan ayahnya karena secara Yuridis anak zina tidak punya ayah. Betapa kacaunya kehidupan seperti ini, karenanya kita tidak bisa main-main dengan hukum ini.

Demikian pula yang menyangkut hak waris, jika anak angkat tersebut laki-laki atau wanita yang kemudian mendapatkan hak waris sebagaimana anak kandung, maka dia akan termasuk ke dalam ancaman Allah dalam firman-Nya: "Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara aniaya, sebenarnya yang mereka makan dalam perut mereka adalah api, dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka) (QS. An Nisaa; 4:10).

Miqdad bin 'Amr termasuk kelompok yang pertama masuk Islam, konon beliau urutan ketujuh yang memproklamirkan secara terang-terangan pada zamannya. Karenanya, beliau pernah merasakan siksaan dari orang-orang musyrikin pada waktu itu. Satu hal yang tidak bisadi lupakan oleh para sahabat dari diri Miqdad, sehingga selalu menjadi kenangan terutama sikapnya saat menjelang perang Badar. Sikapnya inilah yang membuat seorang sahabat yang sangat terkenal, Abdullah bin Mas'ud yakni sahabat dekat Rasul menyatakan: "Saya pemah menyaksikan Miqdad menjelang perang Badar dengan kegigihannya berjuang di jalan Allah, hal tersebut membuat saya mencintai Miqdad melebihi cinta saya kepada dunia dan segala isinya". Maksud Abudullah bin Mas'ud,

tentu saja setelah cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya maka yang ketiga adalah Miqdad.

Terungkap dalam sejarah, bahwa perang Badar merupakan perang antara hidup dan mati bahkan lebih dominan terbayang matinya daripada hidupnya. Ketika itu orang-orang musyrikin telah menyiapkan segala sesuatunya untuk perang menghadapi orang-orang mu'min dengan semangat yang menggelora untuk menghabisi kekuatan umat Islam dalam sekejap. Jika dilihat dari segi jumlah, kemampuan, peralatan dan keahlian perang wajar mereka punya keyakinan seperti itu.

Menghadapi situasi perang yang sangat luar biasa ini Rasulullah Saw mencoba untuk menguji keimanan para sahabatnya, apakah mereka siap menghadapi kekuatan musuh. Rasul mengajak beberapa sahabat bermusyawarah. Sikap beliau ini sesuai perintah Allah dalam firman-Nya: "Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam sesuatu urusan" (QS. AH Imran, 3:159). Juga dalam firman-Nya: "Sedang urusan mereka (adalah) dengan musyawarah antara mereka" (QS. Asy Syuuraa, 42:38). Menjadi sebuah pelajaran berharga bagi kita untuk menghargai pendapat orang lain. Bahkan

Rasul pun diriwayatkan pernah meminta pandangan kepada seorang Yahudi perihal strategi perang.

Dalam diri Miqdad sempat timbul kekhawatiran melihat kondisi umat Islam yang terlalu hati-hati menghadapi peperangan, maka beliau pun bermaksud ingin menyampaikan "orasi" pembangkit semangat umat Islam agar tidak gentar. Tetapi belum lagi kedua bibirnya begerak untuk menyampaikan orasinya tersebut, beliau sudah didahului oleh Abu Bakar Ash Shidiq dan Umar bin Khathab yang menyampaikan orasinya membakar semangat umat Islam pada waktu itu. Dalam orasinya Umar menyatakan: "Andaikata bukan karena keyakinan kita bahwa Allah pasti akan membela dan menolong kita, siapa di antara kalian yang siap masuk ke medan perang?" Mendengar orasi tersebut Miqdad semakin bersyukur, karena pernyataan Umar telah membangkitkan semangat umat Islam saat itu. Hal ini harusnya menjadi prinsip hidup kita ketika kita menghadapi suatu masalah dan kita yakin benar menurut Allah, maka tidak ada alasan bagi kita untuk takut menghadapi kekuatan lawan, sebaliknya jika kita pada posisi yang salah menurut Allah maka menghadapi siapa pun kita harus takut karena pasti Allah bersama pihak yang benar.

Setelah Umar bin Khathab maka giliran Miqdad menyampaikan orasinya: "Ya Rasulullah, laksanakan apa yang Allah telah perintahkan kepadamu untuk menghadapi orang-orang musyrikin, maka kami akan bersamamu. Demi Allah, kami tidak akan pemah mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Nabi Musa, pergilah engkau bersama Tuhanmu, maka berperanglah kamu berdua sesungguhnya kami duduk di sini (menanti) (QS.Al Maidah, 5:24). Tetapi kami akan menyatakan kepadamu Ya Rasulullah, pergilah engkau bersama Tuhanmu berperanglah dan kami akan bersamamu untuk berperang. Demi yang telah mengutusmu dengan kebenaran, seandainya engkau mengajak kami untuk mengarungi lautan luas niscaya kami akan mengarunginya bersamamu, dan kami akan berperang melawan orang musyrikin itu balk berada di sebelah kanan atau sebelah kirimu, di depan atau di belakangmu, sampai Allah memberikan kemenangan kepadamu".

Digambarkan oleh para sahabat ucapannya tersebut meluncur dengan kalimat-kalimat semangat menggelora bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya. Rasul menyambut ucapan Miqdad dengan wajah berseri-serti sambil kedua bibirnya

berkomat-kamit sehingga terdengar oleh sahabat di sebelahnya beliau mendoakan keselamatan bagi Miqdad.

Orasi Miqdad disambut oleh Sa'ad dan Mu'adz, dengan menyatakan: "Ya Rasulullah, sungguh kami telah mengimani ajaran yang telah engkau bawa dan kami telah bersyahadat di hadapan Allah, bahwa ajaran yang engkau bawa itu adalah sebuah kebenaran dan kami telah berikan kepadamu janji setia kami, maka lakukan apa yang seharusnya engkau lakukan dan kami pasti bersama engkau, Demi yang telah yang mengutusmu dengan kebenaran, jika engkau ajak kami mengarungi lautan kami akan arungi lautan itu bersamamu, saya jamin tidak akan pernah ada seorang pun yang mundur dari perang ini, tidak akan pernah ada seorang pun yang khianat terhadapmu, dan tidak ada sedikit pun rasa takut kami untuk menghadapi musuh besok hari". Rasulullah Saw menyambut dengan rasa kebahagiaan melihat semangat sahabat seperti itu lasu beliau berkata kepada para sahabat: "Mari kita berangkat menuju medan perang, besarkan Jiwa dan hati kalian dalam menghadapi musuh-musuh Allah SWT".

Maka bertemulah dua kekuatan yang sangat tidak seimbang.

Pasukan ummat Islam yang berkuda hanya tiga orang, yaitu Martsad bin Abi Martsad, Zubair bin Awwam dan Miqdad bin 'Amr, selebihnya pasukan berjalan kaki. Di sinilah Allah membuktikan bahwa yangg menentukan kemenangan adalah Allah SWT. Jangankan perbandingan 1:3 jika Allah menghendaki 1:10 pun dapat mencapai kemenangan (OS. Al Anfaal, 8:65). Tentu tidak lepas dari usaha maksimal untuk rnempersiapkan segala sesuatunya dalam peperangan (QS. Al Anfaal, 8:60).

Diriwayatkan suatu ketika Miqdad diangkat oleh Rasul menjadi Amir pemimpin di sebuah wilayah dan ketika usai masa jabatannya beliau kembali pulang, Nabi bertanya: "Apa hikmah yang kamu dapatkan sebagai Amir?" Jawab Miqdad: "Jabatan yang engkau berikan kepadaku telah mengantarkan aku untuk melihat diriku jauh lebih mulia dari orang yang kupimpin, jabatan telah mengantarkan aku menganggap diriku adalah orang yang terbaik yang termulia sementara masyarakat yang kupimpin semua berada di bawahku. Demi yang telah mengutus engkau dengan kebenaran aku bersumpah atas nama Allah, aku tidak akan pernah mau menjadi pemimpin untuk kedua kalinya walaupun hanya untuk memimpin dua orang".

Menurut Miqdad, jabatan telah mengantarkannya sebagai orang yang sombong, orang yang merasa dirinya lebih dibanding orang lain. Seorang manusia yang tidak pemah bisa menipu dirinya akan menyadari tentang kelemahan dirinya bahwa jabatan telah mengantarkan dirinya untuk menjadi orang yang merasa istimewa dibanding orang lain. Padahal, menurut Miqdad tidak ada seorang sahabat pun yang penah minta diistimewakan.

Prinsip hidup Miqdad inilah yang menyebabkan beliau selalu mendendangkan hadits Rasulullah Saw, yang menyatakan: "Manusia yang berbahagia di dunia dan akhirat adalah manusia yang dijauhkan dari fitnah". Beliau melihat bahwa jabatan tersebut sebagai fitnah yang telah mengantarkan dirinya merasa diri lebih dari yang lain, maka beliau berusaha menjauhi semua fitnah. Inilah sebuah pelajaran berharga yang diajarkan oleh Rasul. Demikian pula Miqdad senantiasa ingat akan pesan Rasulullah Saw: "Bahwa hati setiap manusia bisa cepat berubah lebih cepat berubahnya dibanding sesuatu yang sedang mendidih dalam periuk". Hati manusia cepat berubah termasuk mengubah idealismenya. Satu kelebihan Miqdad lainnya, beliau tidak pernah mau menilai seseorang kecuali

sampai yang bersangkutan diambang sakaratul rnaut, khawatir yang bersangkutan berubah di akhir hayatnya. Jika beliau ditanya tentang pendapatnya terhadap si fulan maka beliau tidak mau berkomentar.

Pada kisah lain, suatu ketika para sahabat sedang dudukduduk bersama Miqdad, tiba-tiba lewatlah seorang laki-laki, lalu dia berkata kepada Miqdad: "Berbahagialah kedua matamu Wahai Miqdad karena dua matamu pemah melihat Rasulullah Saw. Demi Allah, seandainya kami bisa melihat seperti engkau melihat Rasulullah, tentu kami pun akan berbahagia seperti engkau merasakannya". Kemungkinan yang bersangkutan orang yang tidak pernah melihat Rasul dan tidak hidup sezaman dengan Rasul, Pernyataan sahabat tersebut dinafikan oleh Miqdad: "Hendaknya seseorang di antara kalian tidak berangan-angan untuk menyaksikan yang memang Allah ghaibkan untuk dia, sementara dia tidak tahu andaikata dia menyaksikan apa yang akan terjadi dengan dirinya". Dalam hal ini Migdad ingin mengingatkan bahwa tidak semua orang yang hidup bersama Rasul akhirnya menjadi orang-orang yang mulia di sisi Allah. Contohnya, Abu Jahal dan Abu Lahab. Maka Rasul mengatakan: "Orang yang tidak pernah berjumpa denganku, lalu dia mengikuti

sunnahku seperti para sahabat yang mengikuti sunnahku maka orang itu lebih mulia disisi Allah".

Akhir kisahnya, gambaran pribadi seorang Miqdad digambarkan oleh para sahabatnya sangat luar biasa cinta beliau kepada Islam, cinta beliau kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi cinta beliau kepada dirinya sendiri. Dampak dari cintanya beliau kepada Rasul membuat beliau setiap kali mendengar berita yang tidak menyenangkan yang menimpa diri Rasul, maka beliau segera naik ke atas kudanya lalu memecutnya dengan keras agar segera bisa sampai di depan rumah Rasul, dengan pedang terhunus beliau siap menjaga apa pun yang akan dapat menciderai Rasul. Beliau juga punya prinsip dan semboyan yang selalu disenandungkan: "Saya tidak ingin mati sebelum saya melihat Islam itu agung". Itulah cita-cita dan keinginan Miqdad bin 'Amr, beliau wafat ketika Islam sudah agung di mata manusia. Keimanan dan kecintaan Miqdad seperti inilah yang akhirnya berujung dengan kemuliaan Miqdad disisi Allah seperti disampaikan Rasul yang membuat Miqdad sujud karenannya. Rasul menyampaikan kepada Miqdad: "Allah telah memerintahkan kepadaku untuk mencintaimu dan menyampaikan kepadamu bahwasanya Allah mencintaimu". Maka sujud syukurlah

Miqdad karena dia telah berhasil dicintai Allah dan RasulNya.

Wallah u a'lam bish-shawab. 2. keteladanan nabi Muhammad dan para sahabatnya

3. Para sahabat radhiyallahu anhum ajmain- mendapatkan kemuliaan karena bertemu langsung dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Mereka memiliki kesempurnaan cinta dan pengagungan yang mengungguli manusia lainnya. Belum ada dan tidak akan pernah ada orang-orang sesudah para sahabat ini yang menyamai kecintaan mereka terhadap Rasulullah. Syayidina Ali bin Abi Tholib radhiyallah u anhu- pernah ditanya, Bagaimana cinta kalian kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam? Ia menjawab, Demi Allah, beliau lebih kami cintai daripada harta, anak-anak, ayah, dan ibu kami serta kami juga lebih mencintai beliau daripada air dingin pada saat dahaga. Abu Sufyan bin Harb saat ia masih kafir- pernah bertanya kepada Zaid bin ad-Datsinah radhiyallahu anhu-, (ketika dia dikeluarkan penduduk Mekkah dari al-Haram untuk dibunuh dan dia menjadi tawanan mereka): Katakanlah, demi Allah, wahai Zaid! Apakah kamu suka apabila Muhammad sekarang menggantikan kedudukanmu lalu kami memukul lehernya, sedangkan kamu berada di tengah keluargamu? Dia menjawab,Demi Allah, aku tidak rela bila Muhammad sekarang berada di tempatnya saat ini

terkena sebuah duri yang menyakitinya, sedangkan aku duduk di tengah keluargaku. Abu Sufyan berkata, Aku tidak pernah melihat seorang pun yang mencintai seseorang seperti kecintaan para sahabat Muhammad kepada Muhammad. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu-, dia menuturkan, Tatkala perang Uhud, para penduduk Madinah melarikan diri sambil berteriak, Muhammad terbunuh sehingga banyak teriakan di penjuru Madinah, maka keluarlah seorang perempuan dari Anshar dengan berikat pinggang. Kemudian ia diberi kabar mengenai kematian anak, ayah, suami, dan saudaranya. Saya tidak tahu siapakah di antara mereka yang terbunuh terlebih dahulu. Ketika perempuan ini melewati salah seorang dari mereka, ia bertanya, Siapakah yang mati ini? Mereka menjawab, Ayahmu, saudaramu, suami, anakmu! Namun dia malah bertanya, Apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam? Mereka menjawab, Majulah ke depan. Setelah sampai kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ia memegang ujung baju beliau kemudian mengatakan, Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah. Aku tidak peduli, asal engkau selamat dari orang yang jahat. Dalam sebuah riwayat, ia mengatakan,Setiap musibah terasa ringan setelah melihatmu selamat. Amr bin al-Ash radhiyallahu anhu- berkata, Tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai daripada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan tidak ada yang lebih mulia di mataku dibandingkan beliau. Aku tidak mampu menatap beliau demi mengagungkannya.

Seandainya aku ditanya, tentang sifat-sifat beliau, tentu aku tidak sanggup menyebutkannya, karena aku tidak pernah menatap beliau dengan pandangan yang tajam. Di antara keinginan menggebu-gebu para sahabat radhiyallahu alaihim ajmain- untuk memuliakan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan tidak menyakiti beliau ialah perkataan Anas bin Malik: Sungguh, pintu-pintu Nabi shallallahu alaihi wa sallam dahulu diketuk dengan kuku. Tatkala turun firman Allah Taala:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. (QS. Al Hujurat: 2) Ibnu az-Zubair berkata, Umar tidak pernah memperdengarkan suaranya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam sesudah turun ayat ini, kecuali bila ingin meminta penjelasan pada beliau. Sementara Tsabit bin Qais, orang yang suaranya sangat keras, pernah mengeraskan suaranya di sisi Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu dia duduk di rumahnya dengan kepala tertunduk karena dirinya merasa sebagai

ahli neraka dengan sebab kerasnya suara tersebut, sehingga Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberikan kabar gembira kepadanya dengan surga. Lihatlah bagaimana teladan dari para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam memuliakan beliau! Sudah sepantasnya kita bisa meneladani hal ini. Ketika beliau telah wafat, maka bentuk pengagungan kita adalah dengan memuliakan hadits beliau dan memperjuangkannya dari berbagai bentuk penyimpangan. Hanya Allah yang memberi taufik (belajar ilmu hadits)

sumber: http://aguskusuma.blogdetik.com/mutiaranasehat/keteladanan-sahabat-dalam-mencintai-nabinya/ http://www.riwayat.web.id/2009/11/memahamisejarah-nabi-muhammad-saw_30.html http://komed45.blogspot.com/2012/04/membangunmasyarakat-melalui-kegiatan.html http://dc159.4shared.com/img/DsUFgUIz/preview.htm l http://komed45.blogspot.com/2012/04/perjuangannabi-muhammad-saw-dan-para.html https://www.facebook.com/note.php?note_id=1015017 8773800570 http://iqbalagamaislam.blogspot.com/2012/02/perjuang an-nabi-muhammad-dan-para.html http://toyibuter.blogspot.com/2011/12/keteladananrasulullah-saw-dalam.html

You might also like