You are on page 1of 55

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Di era modern seperti saat ini orang-orang pada umumnya lebih cenderung menggunakan sesuatu yang otomatis dan cepat. Seperti pada contoh nyata orang-orang lebih cenderung menggunakan kendaraan bermotor untuk berpergian, terutama masyarakat yang tinggal di perkotaan. Disana semua orang menggunakan kendaraan bermotor untuk berpergian. Semakin banyak orang yang menggunakan kendaraan ini maka kecelakaan akan cenderung meningkat. Belum lagi para pengemudi kendaraan yang ugal-ugalan mengendarainya. Dan juga kecelakan itu akan menimbulkan cidera tulang atau sering disebut dengan fraktur. Menurut Mansjoer (2000 : 347) fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa atau benturan keras. Dari penelusuran yang didapat dari catatan medical bedah di RSUP DR. M. DJAMIL PADANG pada tahun 2009 terdapat 230 penderita fraktur femur, pada tahun 2010 terdapat 183 penderita fraktur femur, dan data yang terakhir pada tahun 2011 dari bulan januari sampai bulan oktober terdapat 138 penderita fraktur femur. Fraktur femur banyak terjadi dibawah usia 30 tahun dan juga banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki dari pada perempuan. Itu menandakan tingginya tingkat kecelakaan di Indonesia khususnya Padang baik kecelakaan akibat kendaraan maupun akibat lain. Penanganan segera fraktur femur ini adalah dengan cara meng-imobilisasi bagian fraktur yang mana ini adalah salah satu metode mobilisasi fraktur yaitu dengan cara melakukan fiksasi interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung pada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidiki untuk memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien fraktur melalui melalui metode ilmiah.
1

B. TUJUAN 1. Tujuan umum Mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada fraktur 2. Tujuaan khusus Mampu memperoleh gambaran tentang : Definisi dari fraktur Etiologi dari fraktur Patifisiologi dari fraktur Manifestasi klinik pada fraktur Pemeriksaan penunjang pada fraktur Pengobatan pada fraktur Asuhan keperawatan pada fraktur

C. RUMUSAN MASALAH 1. Apa anatomi dan fisiologi anggota gerak bawah ? 2. apa definisi dari fraktur? 3. Apa etiologi dari fraktur? 4. Apa patofisiologi dari fraktur? 5. Apa manifestasi klinik pada fraktur? 6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada fraktur? 7. Apa saja penatalaksanaan medis dan keperawatan pada fraktur? 8. Apa asuhan keperawatan pada fraktur?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI FISIOLOGI 1. Anatomi Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari embrionic hyalin cartilage yang mana melalui proses osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut osteoblast. Dalam tubuh manusia terdapat 206 tulang yang dapat diklasifikasikan dalam 5 kelompok berdasarkan bentuknya, antara lain : a. Tulang panjang ( femur, Humerus ) yang terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Disebelah proaksimal dari epifisis terdapat metafisis. Diantara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan dilempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari Spongy Bone ( cancellous atau trebecular ). Pada akhir-akhir tahun remaja tulang rawan habis, lempeng efisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang pertumbuhan tulang panajang. Estrogen bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng efisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanaalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang. b. Tulang pendek (carpals ) dengan bentuk yang tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat. c. Tulang pendek datar (tengkorak) d. Tulang yang tidak berurutan (vetebrata ) sama seperti dengan tulang pendek. e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak disekitar tulang yang berdekatan dengan persendiaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella.
3

2. Fisiologi Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh Melindungi organ tubuh ( misalnya jantung, otak, dan paru-paru ) dan jaringan lunak. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan ) Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema topoiesis) Menyimpan garam mineral, misalnya lasium, fosfor.

B. LANDASAN TEORI 1. Definisi Fraktur adalah terputusnya kontiniutas tulang dan ditentukan oleh jenis dan luasnya (Brunner &Suddarth, 2008) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang terjadi karena adanya tekanan pada tulang yang melebihi absorpsi tulang (Black, 1997) Fraktur adalah rusak kontinuitas yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang.( Linda Juall.C. Dalam Nursing Care Plans and Dokumentations ) Jadi Fraktur merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik yang menyebabkan terputusnya kontiniutas jaringan tulang. 2. Etiologi Menurut Barbara C.Long terdapat tiga penyebab fraktur, yakni : Frakur akibat peristiwa trauma ( jika kekuatan langsung mengenai tulang sehingga juga menyebabkan kerusakan jaringan lunak di sekitarnya) Trauma langsung, contohnya: benturan atau pukulan pada tulang yang menyebabkan fraktur Trauma tidak langsung, contohnya : pasien jatuh dengan lengan ekstensi sehingga terjadi fraktur pada pergelangan tangan, suprakondiskuler,klavikula. Trauma ringan,contohnya: fraktur karena oesteoporosis, infeksi, dan metastase dari tumor.
4

Fraktur patologis (fraktur yang terjadi karena adanya proses pelemahan tulang akibat suatu proses penyankit) Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan (hal ini terjadi karena tulang tidak bisa mengaabsorbsi kekuatan yang menimpanya)

3. Manifestasi Klinik Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas,krepitus, pembengkakan okal, dan perubahan warna (Smeltzer,2002). Gejala umum fraktur menurut Reeves (2001) adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan bentuk. Tanda dan gejala yang umum ditemukan antara lain : 1. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antarfragmen tulang. 2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot. 3. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi). 4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat. 5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

Tanda dan gejala menurut Joyce. M. Black, 1993 : 199 yaitu : 1. Deformitas Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti : Rotasi pemendekan tulang Penekanan tulang

2. Bengkak Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur 3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous 4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur 5. Tenderness/keempukan 6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan. 7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan) 8. Pergerakan abnormal 9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah 10. Krepitasi.

4. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam darah.

Radiologi : X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.

Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks
6

5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Prinsip Penatalaksanaan Dengan Konservatif & Operatif Penatalaksanaan Medis

Cara Konservatif Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi. a. Gips Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :

Immobilisasi dan penyangga fraktur Istirahatkan dan stabilisasi Koreksi deformitas Mengurangi aktifitas Membuat cetakan tubuh orthotik

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :


-

Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan Gips patah tidak bisa digunakan Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien Jangan merusak / menekan gips Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

b. Traksi (mengangkat / menarik)


7

Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain :

Traksi manual Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency

Traksi mekanik, ada 2 macam :


-

Traksi kulit (skin traction) Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.

Traksi skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal. Traksi skeletal terbagi pula menjadi beberapa metode: 1. Metode Perkin Pasien tidur telentang. Satu jari di bawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman pin, lalu ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3 4 bantal. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu lebih sampai terbentuk kalus yang cukup kuat. Sementara itu tungkai bawah dapat dilatih untuk gerakan ekstensi dan fleksi 2. Metode balance skeletal traction Pasien tidur telentang. Satu jari di bawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman pin. Paha ditopang dengan Thomas splint, sedang
8

tungkai bawah ditopang oleh Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu atau lebih sampai tulangnya membentuk kalus yang cukup. Kadang-kadang untuk mempersingkat waktu rawat, setelah ditraksi 8 minggu, di pasang gips hemispica atau cast bracing. 3. Traksi kulit Bryant. Klien tidur telentang di tempat tidur. Kedua tungkai dipasang traksi kulit, kemudian ditegakkan ke atas, ditarik dengan tali yang diberi beban 1 2 kg sampai kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur. 4. Traksi Russel Klien tidur telentang. Dipasang plester dari batas lutut. Dipasang sling di daerah popliteal, sling dihubungkan dengan tali yang dihubungkan dengan beban penarik. Untuk mempersingkat waktu rawat, setelah 4 minggu ditraksi, dipasang gips hemispica karena kalus yang terbentuk belum kuat benar.

Pada

traksi skeletal sering menggunakan metode Perkin dan

metode balance skeletal traction, pada anak di bawah 3 tahun digunakan traksi kulit Bryant, sedangkan pada anak usia 3 13 tahun dengan traksi Russell.

Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :


-

Mengurangi nyeri akibat spasme otot Memperbaiki & mencegah deformitas Immobilisasi Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi) Mengencangkan pada perlekatannya

Prinsip pemasangan traksi :


-

Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik

Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan

Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman

Cara operatif / pembedahan Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini

dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku. Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
-

Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya

Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasuskasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan dijalankan

Penatalaksanaan keperawatan 1. Mengelola fraktur tertutup:

10

Menginstruksikan pasien mengenai metode yang tepat untuk mengontrol edema dan nyeri (misalnya, meningkatkan ke tingkat ekstremitas jantung, mengambil analgesik yang diresepkan).

Mengambil exercisees untuk menjaga kesehatan otot terpengaruh dan memperkuat otot-otot yang dibutuhkan untuk mentransfer dan untuk menggunakan alat bantu (misalnya, kruk)

mengajarkan pasien bagaimana menggunakan alat-alat bantu dengan aman mengatur untuk membantu pasien memodifikasi lingkungan rumah mereka sesuai kebutuhan dan untuk mengamankan bantuan pribadi jika diperlukan.

memberikan pengajaran pasien, termasuk perawatan diri, informasi obat, pemantauan untuk komplikasi potensial, dan dibutuhkan untuk melanjutkan pengawasan kesehatan.

2. mengelola patah tulang terbuka

tujuan manajemen adalah untuk mencegah infeksi pada luka, jaringan lunak, dan tulang, dan untuk mempromosikan penyembuhan tulang dan jaringan lunak. dalam fraktur terbuka, ada risiko dari osteomyelitis, tetanus, dan gangren gas.

mengelola antibiotik IV segera setelah kedatangan pasien di rumah sakit bersama dengan toksoid tetanus jika diperlukan

melakukan irigasi luka dan debridement mengangkat ekstremitas untuk meminimalkan edema mengambil suhu pasien secara berkala, dan memantau tanda-tanda infeksi.

6. Komplikasi Komplikasi awal, setelah fraktur adalah : Syok, yang bisa berakibat fatal setelah beberapa jam setelah cidera Emboli lemak Sindrom kompartemen yang bisa berakibat kehilangan fungsi ekstimitas permanen jika tidak segera ditangani.

11

Komplikasi awal lainya yang berhubungan dengan fraktur adalah infeksi, tromboemboli (emboli paru), dan juga koagulopati intravaskuler diseminata (KID)

Komp1ikasi lambat Komplikasi lambat yang dapat terjadi setelah fraktur dan dilakukan tindakan adalah : Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan dapat dibantu dengan Stimulasi elektrik osteogenesis karena dapat mamodifikasi lingkungan jaringan membuat bersifat elektronegatif sehingga meningkatkan deposisi mineral dan pembentukan tulang. Nekrosis evaskuler tulang terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan mati. Reaksi terhadap alat fiksasi internal.

7. WOC
trauma
patologis Kecelakaan/tknaan

langsung

ringan

Tdk lngsng

Pelemahan tulang krna suatu penykit

Tulang tidak bisa mengabsorbsi kekuatan yang menimpanya

Benturan/pukulan

tulang

Trjatuh dg keadaan ektensi

Infeksi, metatase tumor

Pelemahan tulang

Diskontiniutas tulang

12

fraktur
Perub.jar sekitar Pergeseran fragmen tulang

MK nyeri

Laserasi kulit

Spasme otot

deformitas

Gg fungsi

MK gg integritas kulit

Putus vena/arteri

p tek kapiler

MK resiko cedera

pendarahaan

Pelepasan histamin

MK Gg mobilitas fisik

MK risiko infeksi

Kehlangn volume cairan

Protein plasma hilang

MK Shock hipovolemik

edema

Penekanan pmbuluh darah

Penekanan perfusi jar

MK gg perfusi jaringan

C. LANDASAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Pengkajian data klinis klien Tanggal masuk Tanggal pengkajian Ruang : : :
13

Pengkaji

b. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Pendidikan Agama Alamat Status : : : : : : : :

c. Identitas penanggung jawab Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Pendidikan Agama Alamat Status Hubungan dg klien d. Riwayat kesehatan Riwayat penyakit sekarang : biasanya klien masuk RS dengan : : : : : : : : :

mengeluhkan nyeri dan ngilu pada daerah yang mengalami fraktur. Riwayat penyakit dahulu : kaji klien apakah pernah masuk rumah sakit, atau pernah mengalami cedera pada anggota gerak. Riwayat penyakit keluarga : kaji riwayat kesehatan keluarga klien.

e. Pemeriksaan Vital sign TD Nadi : :


14

Suhu

Pernafasan :

Pemeriksaan fisik Kepala Inspeksi : lihat apabila kepala mengalami trauma,

pembengkakan, dan luka Palpasi : raba kepala rasakan apabila terjadi pembengkaka ketika terbentur. Mata Inspeksi : biasanya tidak terjadi kelainan pada mata apabila tidak mengalami benturan. Palpasi : biasany kedua bola mata memiliki kekenyalan yang sama, dan tidak terdapat pembengkakan. Leher Klien tidak mengalami kaku kuduk Inspeksi :tidak terdapat benjolan di leher klien Palpasi : tidak ada pembengkakan getah bening, dan JVP dalam batas normal. Kulit Biasanya kulit pasien akan pucat, di karena kehabisan darah maupun karena shock.

Paru-paru Inspeksi : dada simetris dan tidak ada kelainan di dada klien Palpasi : getaran ke dua belah dada klien sama, nafas klien tidak terasa sesak. Perkusi : ketika tangan kiri diletakan di atas dada,dan dimulai dari daerah yang terjauh, setelah di ketuk dengan jari tengah dan didengarkan bunyi yang ada. Terdengar bunyi sonor. Tapi

15

apabila terdengar bunyi pekak kemungkinan terjadi pendarahan di paru. Auskultasi : ketika stestoskop di letakan di daerah lapang paru, suara nafas normal, tapi apbila terjadi benturan di dada akan terdengar suara berat dan sulit untuk bernafas. Jantung Inspeksi : ictus tidak terlihat. Palpasi : setelah di raba denyutan ictus terasa . Perkusi : ketika dilakukan pengetukan pada daerah jantung, terdengar bunyi normsl Auskultasi : irama dan fruekuensi jantung tedengar teratur. Abdomen Inspeksi : biasanya keadaan perut klien akan normal seperti biasa. Auskultasi : dengarkan fruekuensi bising uus, biasanya fruekeunsi dalam batas normal. Palpasi : palpasi ginjal dengan cara tangan dikepal kaki pasien ditekuk dan palpasi di titik eatburney. Biasanya ginjal akan teraba dan tidak ada pembesaran atau pengerasan. Ektremitas atas dan bawah Biasanya daerah yang mengalami fraktur akan mengalami edema, nyeri tekan, suhu jaringan akan meningkat, luka robek. 2. NANDA, NIC, NOC No Diagnosa 1. NOC (Kriteria Hasil) Menilai penyebab Gunakan pencegahan Penggunaan ukuran NIC (Interfensi) -Manajemen Nyeri factor Lakukan penilaian nyeri secara dimulai komprehensif dari lokasi, durasi, kualitas,

Nyeri b/d pergeseran -Kontrol Nyeri fragmen tulang

karakteristik, frekuensi,

16

mengurangi

nyeri

intensitas penyebab.

dan

dengan non analgesic Penggunaan analgesic yang tepat Gunakan tanda tanda vital perawatan Laporkan gejala tenaga professional Menilai nyeri Gunakan catatan nyeri Laporkan bila nyeri terkontrol -Tingkat Kenyamanan Melaporkan Perkembangan Fisik Melaporkan perkembangan psikologi Mengekspresikan perasaan lingkungan sekitar Mengekspresikan perasaan dengan gejala dari tanda / memantau

Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal,

terutama untuk pasien yang tidak bisa

mengkomunikasikanny a secara efektif Pastikan mendapatkan perawatan analgesic Gunakan komunikasi agar dapat dengan pasien

nyeri

pada

kesehatan

yang terapeutik pasien menyatakan pengalamannya terhadap dukungan merespon nyeri Pertimbangkan pengaruh nyeri

serta dalam

budaya

terhadap respon nyeri

dengan -Pemberian Analgesik Tentukan lokasi fisik

karakteristik, mutu, dan intensitas nyeri sebelum mengobati pasien Periksa medis dosis, order/pesanan untuk dan obat,

hubungan social Mengekspresikan

frekuensi
17

perasaan spiritual

secara

yang analgesik

ditentukan

Melaporkan kepuasan dengan mandiri Mengekspresikan kepuasan Kontrol nyeri dengan tingkatan

Cek riwayat alergi obat Evaluasi pasien pemilihan kemampuan dalam obat

penghilang sakit, rute, dan dosis, serta pasien pemilihan

melibatkan -Tingkatan Nyeri Melaporkan Nyeri Persen respon tubuh Frekuensi nyeri Panjangnya nyeri Ekspresi nyeri lisan Ekspresi wajah nyeri Melindungi Kegelisahan Ketegangan Otot Perubahan pernapasan Perubahan nadi Perubahan darah Perubahan pupil ukuran Tekanan frekuensi frekuensi bagian saat episode dalam tersebut Tentukan analgesik digunakan non

jenis yang (narkotik, atau

narkotik

NSAID)

berdasarkan

tipe dan tingkat nyeri. Tentukan yang analgesik rute

cocok,

tubuh yang nyeri

pemberian dan dosis optimal. Utamakan pemberian

secara IV dibanding IM sebagai penyuntikan, mungkin Hindari narkotik terlarang pemberian dan obat lainnya, lokasi jika

menurut agen protokol

18

Berkeringat Hilangnya makan Nafsu

Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian obat narkotik dengan dosis pertama atau jika ada catatan luar biasa.

Ajari

tentang

penggunaan analgesik, strategi ke menurunkan efek samping, dan untuk dalam keputusan manajemen

harapan keterlibatan membuat dalam nyeri.

-Pemberian obat penenang Intervensi yang dilakukan : Kaji riwayat kesehatan pasien dan riwayat pemakaian obat penenang Tanyakan kepada pasien atau keluarga tentang pengalaman pemberian obat penenang sebelumnya lihat kemungkinan alergi obat tinjau apakah pasien telah mentaati pembatasan berkenaan dg aturan makan,
19

seperti yang ditentukan tinjau ulang tentang contraindikasi pemberian obat penenang Beritahu keluarga dan/atau pasien tentang efek pemberian obat penenang evaluasi tingkatan kesadaran pasien dan refleks normal sebelum pemberian obat penenang periksa TTV dalam batas normal Pendokumentasian respon klien

2.

Resiko Cedera b/d fraktur

-Status Keamanan Cedera -Pencegahan Jatuh Fisik Kekerasan cedera dari kecelakaan trauma Kulit lecet Memar Terkoyak Keseleo alat gerak Fraktur alat gerak Terganggunya dan Identifikasi kognitif atau defisit fisik

pasien yang berpotensi untuk jatuh Identifikasi karakteristik lingkungan yang

menungkatkan potensi jatuh ( seperti lantai yang licin )

20

mobilitas Terganggunya kesadaran -Prilaku Keamanan Pribadi Pasen diharapkan prilaku untuk yang

Monitor

gaya,

keseimbangan berjalan dan kelemahan daya

ambulasi Berikan peralatan yang menunjang ( seperti alat bantu jalan ) untuk mengokohkan jalan Pertahankan penggunaan alat bantu jalan Kunci tempat korsi tidur roda, selama

mengontrol

menyebabkan cedera fisik Keseimbangan tidur

dan istirahat dengan aktivitas Pemilihan pakaian yg tepat utk beraktivitas Kebenaran penggunaan alat bantu Pengaturan lingkungan Hindari perilaku yg berisiko tinggi -Status Keamanan Mencegah Jatuh Perbaiki cara

pemindahan pasien Tempatkan benda-

benda di sekitar pasien untuk mudah dijangkau Instruksikan pasien

untuk meminta bantuan dengan gerakan Ajarkan bagaimana untuk trauma Gunakan tkhnik yang tepat memindahkan untuk pasien pasien berpindah menggunakan

penggunaan alat bantu Penempatan pelindung untuk mencegah jatuh Gunakan secara tepat bangku yang

meminimalisir

bersandar dan tangga Penyesuaian tempat tidur tinggi jika

dari dank ke tempat tidur , toilet, kursi roda

dibutuhkan

21

Kontrol keadan goyah atau diam Gunakan pencegahan ketika dapat pengobatan menyebabkan

dan sebagainya Tempatkan tanda untuk mengingatkan staf jika pasien sedang dalam resiko jatuh Kolaborasi dengan tim

resiko jatuh Gunakan pemindahan aman Kompensasi untuk prosedur yang

kesehatan lain untuk mengurangi efek

samping obat yang bisa mengakibatkan jatuh Ajar keluarga tentang factor tanda dan yg resiko yang pada

keterbatasan fisik -Deteksi Resiko Kenali gejala mengindikasikan risiko Identifikasi risiko

berkontribusi

jatuh dan bagaimana mengurangi jatuh Kaji keluarga dalam resiko

kesehatan potensial Lakukan pemeriksaan sendiri sesuai interval Dapatkan pengetahuan ttg riwayat keluarga Pertahankan terbaru riwayat pribadi Gunakan sumber info tentang

mengidentifikasi bahaya dirumah dan

bagaimana memodifikasikannya -manajemen lingkungan Pantau keamanan alat alat yang dibawa

pengunjung ke sekitar klien Instruksikan pengunjung dan

informasi ttg risiko potensial Gunakan kesehatan pelayanan sesuai

petugas kesehatan yang lain informasi mengenai keamanan


22

kebutuhan

klien -kewaspadaan malingna Intervensi yang dilakukan : Sediakan perlengkapan emergensi untuk hipertemia malignan, setiap protocol, di area operasi Tinjau perawatan emergensi hipertemi malignan dengan staf, setiap protocol Tanyakan pasien tentang sejarah individu atau keluarga dari hipertemi malignan, unexpected kematian dari anestesi, ketidakmampuan otot, atau demam postoperatif yang tidak dijelaskan Sediakan pendidikan pasien dan keluarga tentang pencegahan yang dibutuhkan untuk administration anestesi yang akan datang hipertermi

23

3.

Ganguan Mobilitas Fisik -Ambulansi : Berjalan b/d kerusakan tulang femur Pertahanan berat dan nyeri

-Posisi Klie diharapkan mampu untuk

Berjalan dengan langkah : efektif Berjalan dengan langkah lambat Berjalan dengan langkah sedang Berjalan dengan cepat Berjalan dengan langkah naik Berjalan dengan langkah turun -Ambulansi : Kursi Roda Berpindah ke dan dari kursi roda Mendorong dengan aman Mendorong kursi roda jarak pendek Mendorong kursi roda jarak sedang Maneuvers curbs Maneuvers pintu jalan kursi roda Sediakan tidur terapeutik Pelihara kenyamanan tempat tidur Tempatkan posisi terapeutik Posisi dalam dalam yang tempat yang

mempersiapkan kesajajaran tubuh. Hindari amputasi posisi fleksi Posisikan mengurangi dyspnea (mis. posisi semi melayang), untuk terjadinya dalam

jika diperlukan Fasilitasi pertukaran udara yang bagus

-Pergerakan Sendi Aktif Rahang Leher Jari kanan Jari kiri -Terapi

untuk bernafas sarankan untuk

peningkatan rentang latihan Latihan Mobilitas

24

Ibu jari kanan Ibu jari kiri Pergelangan kanan Pergelangan kiri Siku kanan Siku kiri Bahu kanan Bahu kiri Mata kaki kanan Mata kaki kiri Lutut kanan Lutut kiri Pinggang kanan Pinggang kiri

Sendi Tentukan dari batasan

perpindahan

sendi dan dampak dari fungsinya Kolaborasi dengan dokter terapi dalam perkembangan dan memutuskan sebuah program latihan Tentukan motifasi untuk dan tingkat pasien perawatan pemulihan

perpindahan sendi -Posisi Tubuh Inisiatif Sendiri Telentang ke telentang Telentang ke duduk Duduk ke telentang Duduk ke berdiri Berdiri ke duduk Berdiri ke berlutut Berlutut ke berdiri Berdiri ke jongkok Jongkok ke berdiri Melengkungkan punggung Sisi ke sisi Jelaskan kepada

pasien/keluarga tujuan dan rencana dari latihan sendi Kontrol lokasi dan ketidaknyamanan dan nyeri selama beraktifitas/berpind ah Mulai pengontrolan ukuran sebelum nyeri memulai

latihan sendi Kenakan pasien pakaian dengan

25

pakaian nonresriktif Lindungi pasien

dari trauma selama latihan -terapi aktivitas Intervensi yang dilakukan : Kolaborasi terapis merncanakan memonitor aktivitas Tingkatkan pasien beraktivitas Bantu aktivitas mengekplorasi yang komitmen dalam dengan dalam dan program

bemanfaat bagi pasien Bantu mengidentifikasi sumberdaya dimiliki beraktivitas Bantu mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu pasien/keluarga dalam beradaptasi yang dalam

dengan lingkungan

4.

Ganguan integritas kulit -Integritas Jaringan : Kulit -Pemeriksaan Kulit b/d laserasi kulit dan Membran Mukosa Observasi warna,

26

Menilai kelengkapan struktur dan fungsi fisiologi normal kulit dan membran mukosa Suhu Jaringan Sensasi Elastisitas Hidrasi Pigmentasi Respirasi Warna Tekstur Ketebalan Jaringan yang tak luka Jaringan Perfusi Pertumbuhan rambut di kulit Kelengkapan kulit -Penyembuhan Primer Menilai tingkat regenerasi sel dan jaringan secara alami Skin approximation Pengeringan Purulensi Pengeringan dari luka Pengurangan drainase dari luka Pengeringan seroanginosa dari luka Pengurangan area serosa Luka

kehangatan, pembengkakan, denyut nadi, teksture, edema, dan ulserasi pada

ekstremitas. Inspeksi kulit dan

membran mukosa dari adanya kemerahan,

panas yang luar biasa, atau drainase. Pantau area kulit yang kemerahan dan rusak. Pantau adanya sumber penekanan friksi/pergeseran. Pantau kulit dari adanya infeksi, Pantau khususnya dan

didaerah yang edema. kulit dan

membran mukosa dari adanya perubahan

warna dan memar. Pantau kulit dari adanya ruam dan lecet. Catat perubahan pada kulit dan membran

mukosa. Ajarkan keluarga / anggota pemberi

asuhan tentang tanda

27

yang kemerahan Penguranagn luka Tingginya temperatur kulit Bau luka -Penyembuhan Tujuan Sekunder Menilai tingkat regenerasi sel dan jaringan pada luka luka : edema

kerusakan diperluka

kulit,

jika

-Perawatan Daerah Insisi jelaskan prosedur pada pasien inspeksi daerah insis, adanya bengkak eviscerasi catat monitor penyembuhan daerah insisi bersihkan daerah sekitar insisi dengan larutan pembersih yang tepat seka dari daerah bersih kearah daerah kurang bersih area kulit monitor insisi untuk karakteristik kemerahan, atau tanda

terbuka Granulasi Epitelisasi Pengeringan purulensi Pengeringan serosa Pengurangan drainase Pengeringan Seroanginosa Pengurangan kemerahan Edema Pengurangan yang abnormal Pelepuhan kulit Maserasi kulit Nekrosis Pengelupasan Bau Luka Ukuran Luka area kuit

sejumlah drainase proses pada

tanda dan gejala infeksi gunakan teknik steril, aplikator dengan ujung katun, lilitan dalam dan tipis -Manajemen sensasi perifer Intervensi yang dilakukan : Pantau ketajaman/ ketumpulan atau panas

28

/ dingin bagian perifer pasien ( kulit ) Pantau adanya Parasthesia : kebas , kesemutan , hiperparasthesia dan hipoparasthesia Instruksikan kepda

pasien / keluarga untuk selalu memeriksa /

memantau

integritas

kulit yang mengalami cedera / gangguan

sensasi setiap hari

5.

Resiko Infeksi b/d robeknya kulit hingga menyebabkan perubahan epidermis/dermis kulit

-Deteksi Resiko

-Monitor keabnormalan level Dapatkan specimen lab untuk memonitor level cairan/ tanda dan yg seperti BUN,sodium, potassium Beri cairan risiko Promosikan intake oral Pasang infuse IV Monitor hasil lab yang relevan dengan retensi cairan -Proteksi Infeksi elektrolit ( Ht, protein,

Mengetahui tindakan yang untuk serum diambil mengidentifikasi kesehatan diri Kenali gejala mengindikasikan risiko Identifikasi Cari untuk ancaman

kesehatan potensial validasi dari

risiko yg dirasakan Lakukan pemeriksaan sendiri sesuai interval

29

Ikut serta dlm skrining sesuai interval Dapatkan pengetahuan ttg riwayat keluarga Pertahankan terbaru Pertahankan terbaru riwayat pribadi Gunakan sumber info tentang

Monitor

tanda-tanda

dan gejala sistemik dan local dari infeksi. Monitor daerah yang mudah terinfeksi. Batasi pengunjung. Lakukan info tentang perawatan

riwayat keluarga

kulit untuk area yang oedem Inspeksi membran kulit dan

mukosa

informasi ttg risiko potensial Gunakan kesehatan kebutuhan -Kontrol Resiko Menyatakan resiko Memantau Memantau faktor pelayanan sesuai

yang memerah, panas, atau kering. Inspeksi kondisi dari luka operasi Tingkatkan intake

nutrisi yang cukup. Anjurkan intake cairan. Laporkan kemungkinan adanya infeksi dalam upaya infeksi. -perawatan luka perubahan pengendalian

resiko lingkungan faktor

resiko perilaku pribadi Mengembangkan

strategi kontrol risiko Intervensi yang dilakukan : yg efektif Pantau Bersihkan balutan yang melekat dan debris Cukur rambut sekitar area yang rusak

status kesehatan -Status Nutrisi Asupan zat gizi Asupan makanan dan

30

cairan Energi Indeks masa tubuh Berat badan Biochemical measures

Catat karakteristik luka Catat karakteristik drainase Bersihkan dengan sabun antibakterial

Syok

hipovolemik

b/d -Deteksi resiko Indikator : Kenali tanda dan gejala yg mengindikasikan risiko Cari validasi dari risiko yg dirasakan Pertahankan info terbaru tentang riwayat keluarga Pertahankan info terbaru tentang riwayat pribadi Gunakan sumber informasi ttg risiko potensial -keseimbangan dan asam basa Indikator : Denyut jantung : DBH* Irama jantung : DBH Pernapasan : DBH elektrolit

-manajemen syok :volume Intervensi yang dilakukan : Monitor tanda dan gejala perdarahan yang konsisten. Catat pendarahan tertutup pada pasien. Cegah kehilangan darah

kehilangan vol cairan

(ex : melakukan penekanan pada tempat terjadi

perdarahan) Berikan cairan IV, yang tepat/ Catat Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah sesuai indikasi. Berikan tambahan darah (ex : platelet, plasma) yang sesuai.

-manajemen cairan Intervensi yang dilakukan: Pertahankan intake yang akurat

31

Irama napas : DBH pH Urine DBN Status kesadaran Orientasi kognitif Kekuatan otot -status infeksi Indikator : Ruam Gelembung pada kulit yang tidak keras Demam Nyeri Gangguan kognitif yang tidak dapat dijelaskan

Pasang kateter urin Monitor status hidrasi

(seperti :kelebapan mukosa membrane, nadi) Monitor hemodinamik CVP,MAP, PAP Monitor hasil lab. terkait retensi cairan (peningkatan BUN, Ht ) Monitor TTV Monitor adanya indikasi retensi/overload (seperti :edem, cairan asites, status termasuk

distensi vena leher) -manajemen elektrolit Intervensi yang dilakukan : Monitor serum elektrolit abnormal Monitor manifestasi imbalance cairan Pertahankan kepatenan akses IV Berikan kebutuhan Catat intake serta output secara akurat. Berikan suplemen elektrolit (oral, anjuran NG, IV) sesuai cairan sesuai

32

Gg perfusi jaringan b/d -integritas jaringan: kulit -pemantauan TTV penurunan perfusi jaringan dan membran mukosa Indikator : Suhu Jaringan Sensasi Elastisitas Hidrasi Pigmentasi Respirasi Warna Tekstur Ketebalan Jaringan yang tak luka Jaringan Perfusi Pertumbuhan rambut di kulit Kelengkapan kulit Intervensi yang di lakukan : Ukur denyut tekanan darah, nadi,

temperature, dan status pernafasan, diperlukan Catat gejala dan turun naiknya tekanan darah Ukur tekanan darah jika

ketika pasien berbaring, duduk, dan berdiri, jika diperlukan Auskultasi darah pada tekanan kedua

lengan dan bandingkan, jika diperlukan Ukur tekanan darah,

-perfusi jaringan Indikator : TTV Output urine Keseimbangan elektrolit asam basa

nadi, dan pernafasan sebelum, selama, dan setelah beraktivitas,

jika diperlukan -kewaspadaan sirkulasi Intervensi yang dilakukan : Lakukan penilaian

terhadap sirkulasi perifer (seperti cek nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna dan temperatur

ekstremitas) Jangan lakukan IV pada


33

ekstremitas yang punya masalah sirkulasi Hindari pada mengukur TD yang

ekstremitas

punya masalah sirkulasi Hindari pemakaian

tourniket pada ekstremitas yang sirkulasi Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mencegah peningkatan darah Hindari injury pada area yang bermasalah Cegah infeksi pada luka viskositas punya masalah

-manajemen cairan Intervensi yang dilakukan: Pertahankan intake yang akurat Pasang kateter urin Monitor status hidrasi

(seperti :kelebapan mukosa membrane, nadi) Monitor hemodinamik CVP,MAP, PAP Monitor hasil lab. terkait retensi cairan (peningkatan BUN, Ht ) Monitor TTV
34

status termasuk

Monitor adanya indikasi retensi/overload (seperti :edem, cairan asites,

distensi vena leher

35

BAB III PEMBAHASAN KASUS

Tn. Budi (25 th) masuk RSUP M. DJAMIL Padang karena mengalami kecelakaan lalu litas dan mengalami fraktur femur distal sinistra tertutup. Saat ini Tn. Budi dirawat diruang TC dengan kondisi terpasang parkin traksi dengan beban 7 kg. Tn. Budi mengeluh nyeri dan ngilu pada daerah fraktur, skala nyeri 5, terbangun pada malam hari karena nyeri. Semua aktifitas dan pemenuhan kebutuhan Tn. Budi oleh kelarga dan perawat. A. PENGKAJIAN KESEHATAN DAN 11 FUNGSIONAL GORDON Pengkajian data klinis klien Tanggal masuk Tanggal pengkajian Ruang Pengkaji : 01 Januari 2013 : 02 Januari 2013 : Trauma Centre : Ns. A

Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Pendidikan Agama Alamat Status : Tn. B : 25 tahun : laki-laki : Swasta : SLTA : Islam : Pauh : Belum kawin

Identitas penanggung jawab Nama Umur Jenis kelamin : Tn. Abu Bakar : 65 tahun : Laki - laki
36

Pekerjaan Pendidikan Agama Alamat Status Hubungan dg klien

: Wiraswasta : SLTP : Islam : Pauh : Kawin : Ayah Klien

Riwayat kesehatan Riwayat penyakit sekarang : klien mengeluhkan nyeri dan ngilu pada daerah yang mengalami fraktur dan klien sering terbangun pada malam hari karena nyeri. Riwayat penyakit dahulu : Sebelumnya Tn. B belum pernah mengalami kecelakaan dan fraktur. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada riwayat penyakit keluarga dari klien yang indikasinya berhubungan dengan fraktur.

Pemeriksaan Pada daerah yang mengalami fraktur tidak ada luka. Akan tetapi klien merasakan nyeri.dan terdapat pembekakan pada daerah yang patah. Gaya bicara klien masih normal, dan kesadarannya composimetris. Selain itu tidak ada masalah yang terjadi pada kulit, kepala, rambut, telinga, hidung, tenggorokan, kelenjer getah bening, mata, leher, gigi dan mulut. Akan tetapi kebersihan diri klien agak kurang, hal tersebut disebabkan karna jangkauan pergerakannya terbatas.

Vital sign TD Nadi Suhu : 110/70 mmhg :90 x/mnt :37,7 oc

Pernafasan : 24 x/mnt
37

Pemeriksaan fisik Kepala Inspeksi : kepala simetris dan tidak terdapat memar. Palpasi : tidak terdapat benjolan dan pembengkakan di kepala klien Mata Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva anemis dan pupil isokor, bagian bawah mata menghitam dan cekung karena kurang tidur. Palpasi : kedua mata memiliki kekenyalan yang sama. Leher Klien tidak mengalami kaku kuduk Inspeksi :tidak terdapat benjolan di leher klien Palpasi : tidak ada pembengkakan getah bening, dan JVP dalam batas normal. Kulit Wajah klien terlihat meringis karena menahan rasa nyeri. Paru-paru Inspeksi : dada simetris dan tidak ada kelainan di dada klien Palpasi : getaran ke dua belah dada klien sama, nafas klien tidak terasa sesak. Perkusi : paru- paru dalam batas normal, terdengar bunyi sonor Auskultasi : suara dan fruekuensi nafas normal. Jantung Inspeksi : ictus tidak terlihat. Palpasi : denyutan ictus terasa . Perkusi : ketika dilakukan pengetukan pada daerah jantung, terdengar bunyi normal Auskultasi : irama dan fruekuensi jantung tedengar teratur. Abdomen
38

Inspeksi : tidak terdapat memar pada perut dan tidak terdapat pembengkakan pada perut klien. Auskultasi : fruekuesi bising usus dalam batas normal Palpasi : tidak terjadi pengerasan dan pembesaran pada organorgan yang terdapat di abdomen. Ektremitas atas Terdapat beberapa luka ringan pada siku dan pergelangan tangan klien, dan tidak adak tulang yang patah. Ektremitas bawah Paha bagian kiri klien bengkak, tidak terdapat luka, tapi pada tulang fermur klien patah. Dan juga terdapat luka lecet di beberapa bagian kaki.

11 Fungsional Gordon 1. Pola Presepsi - Menajemen Kesehatan Tn B dan keluarga mengetahui tentang fraktur yang dideritanya, terbukti tentang penerangan keluarga tentang sakit yang sakit yang diderita Tn.B. Tapi keluarga dan Tn B terkendala dalam pengetahuan perawatan fraktur yang diderita Tn. B. Sehingga tenaga perawat sangat dibutuhkan dalam kasus ini. 2. Pola Nutrisi Metabolik Sebelum mengalami kecelakaan pola makan pasien baik, tapi setelah kecelakaan terjadi penurunan nafsu makan pasien. Sehingga pasien harus diinfus untuk membantu asupan Nutrisi dan metabolik pasien. 3. Pola Eliminasi Pasien mengalami kendala saat BAB. Pasien mengeluhkan tidk teraturnya BAB setelah terjadi kecelakaan karena pola nutrisinya terganggu. Selain itu, pasien juga kesusahan dalam mobilisasi saat BAB. 4. Pola aktivitas latihan Pasien terganggu dalam aktivitasnya kearena Fraktur yang dideritanya. Pasien hanya bisa berbaring ditepat tidur, karena apabila bergerak sedikit lansung terasa nyeri pada fraktur yang dideritanya.
39

5. Pola Kognitif dan Konseptual Pasien tidak mengalami kondisi yang abnormal pada alat indranya. Pasien cuman mengeluh pada daerah fraktur yang duderitanya. 6. Pola Istirahat Tidur Pasien mengeluh pola tidurnya terganggu, karena rasa nyeri dan posisi yang tidak nyaman karena pemasangan prakin traksi. Sehingga pasien merasa lemas dan kurang segar karena kurang tidur. Selain itu ada lingkaran mata pasien dan cekung pada mata akibat kurang tidur dan waktu tidur yang tidak teratur. 7. Pola konsep diri Pasien merasa HDR, karena pasien menganggap menjadi beban terhadap keluarganya. Semua aktivitas pasien dibantu oleh kelurga dan pasien beranggapan tidak bisa pulih seperti sediakala. Sehingga pasien merasa hidupnya tak berguna lagi. Pasien membutuhkan dorongan dan semangat dari orang terdekat. 8. Pola Peran dan hubungan Pasien tidak terlalu berperan dalam keluarganya dalam pemenuhan ekonomi keluarga. Karena kepala keluarga dalam keluarga pasien masih hidup. Dalam kehidupan sehari-hari pasien dikenal baik dan rajin dalam bekerja dan belajar. Pergaulan dilingkungannya juga tergolong baik. Tapi sejak kecelakaan pasien cendrung menutup diri dan pendiam. 9. Pola Seksualitas Tidak terkaji karena status pasien belum kawin. 10. Pola koping / toleransi stres Pasien stres dalam menjalani perawatan dalam penyakitnya. Pasien stres karena takut tak bisa menjalni aktivitas sehari-hari seperti biasa lagi. Adakalanya pasien menangis karena merasa terbaring tak berdaya di rumah sakit. 11. Pola Nilai / kepercayaan Pasien beragama Islam dan taat dalam menjalankan agamanya. Walapun dalam keadaan sakit, pasien selalu menjalankan shalat dengan posisi shalat sambil tidur. Adakalanya ketika shalat, pasien menangis dan meratapi sakit yang dideritanya.

40

B. ANALISA DATA NO 1 DO: Klien terlihat meringis Klien terlihat kesakitan ketika area fraktur dipegang Keringat klien keluar dan wajah terlihat pucat Skala nyeri 5 Edema pada area fraktur TD Nadi : 110/70 mmhg : 90 x/mnt DATA DIAGOSA Nyeri b/d pergeseran fragmen tulang

Suhu : 37,7 oc Pernafasan DS: Klien mengeluh area fraktur terasa sangat sakit dan ngilu Keluarga klien mengatakan klien sering : 24 x/mnt

berteriak secara tiba-tiba dan sewaktu-waktu 2 DO: 3 Kulit klien terlihat lecet dan memar Klien terlihat susah bergerak Area sekitar fraktur terlihat bengkak Resiko Cedera b/d fraktur

DS; Klien mengatakan area fraktur sangat sakit kerika disentuh Klien mengatakan susah bergerak Ganguan Mobilitas Fisik b/d

DO:

Klien tidak bisa atau susah menggerakkan tubuh kerusakan tulang femur dan nyeri pada area fraktur Klien tidak bisa berjalan
41

Segala aktifitas klien dibantu oleh keluarga atau perawat Pada area fraktur terpasang parkin traksi seberat 7 kg Adanya edema pada area fraktur

DS: Klien mengatakan susah bergerak pada area fraktur Klien mengatakan bahwa kakinya susah

digerakkan karena nyeri yg dialami Keluarga mengatakan segala aktivitas klien dibantu oleh keluarga

C. NANDA, NIC, NOC No Diagnosa 1. NOC (Kriteria Hasil) Menilai penyebab Gunakan pencegahan Penggunaan mengurangi nyeri ukuran NIC (Interfensi) -Manajemen Nyeri factor Lakukan penilaian nyeri secara dimulai komprehensif dari lokasi, durasi, kualitas, dan

Nyeri b/d pergeseran -Kontrol Nyeri fragmen tulang

karakteristik, frekuensi, intensitas penyebab.

dengan non analgesic Penggunaan analgesic yang tepat Gunakan tanda tanda vital perawatan Laporkan tanda / memantau

Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal,

terutama untuk pasien yang tidak bisa

mengkomunikasikanny a secara efektif

42

gejala tenaga

nyeri

pada

Pastikan mendapatkan perawatan

pasien

kesehatan

professional Menilai nyeri Gunakan catatan nyeri Laporkan bila nyeri terkontrol -Tingkat Kenyamanan Melaporkan Perkembangan Fisik Melaporkan perkembangan psikologi Mengekspresikan perasaan lingkungan sekitar Mengekspresikan perasaan dengan gejala dari

dengan

analgesic Gunakan komunikasi agar dapat

yang terapeutik pasien menyatakan pengalamannya terhadap dukungan merespon nyeri Pertimbangkan pengaruh nyeri

serta dalam

budaya

terhadap respon nyeri

dengan -Pemberian Analgesik fisik Tentukan lokasi , karakteristik, mutu, dan intensitas nyeri sebelum mengobati pasien Periksa medis dosis, yang analgesik Cek riwayat alergi obat Evaluasi pasien pemilihan kemampuan dalam obat order/pesanan untuk dan obat,

hubungan social Mengekspresikan perasaan spiritual Melaporkan kepuasan dengan mandiri Mengekspresikan kepuasan Kontrol nyeri dengan tingkatan secara

frekuensi ditentukan

penghilang sakit, rute,

43

dan -Tingkatan Nyeri Melaporkan Nyeri Persen respon tubuh Frekuensi nyeri Panjangnya nyeri Ekspresi nyeri lisan Ekspresi wajah nyeri Melindungi Kegelisahan Ketegangan Otot Perubahan pernapasan Perubahan nadi Perubahan darah Perubahan pupil Berkeringat Hilangnya makan Nafsu ukuran Tekanan frekuensi frekuensi bagian saat episode

dosis,

serta pasien

melibatkan dalam tersebut Tentukan analgesik digunakan non

pemilihan

jenis yang (narkotik, atau

narkotik

NSAID)

berdasarkan

tipe dan tingkat nyeri. Tentukan yang analgesik rute

tubuh yang nyeri

cocok,

pemberian dan dosis optimal. Utamakan pemberian

secara IV dibanding IM sebagai penyuntikan, mungkin Hindari narkotik terlarang pemberian dan obat lainnya, lokasi jika

menurut agen protokol Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian obat narkotik dengan dosis pertama atau jika ada catatan luar biasa. Ajari tentang

penggunaan analgesik, strategi ke menurunkan


44

efek

samping,

dan untuk dalam

harapan keterlibatan membuat dalam nyeri.

keputusan manajemen

-Pemberian obat penenang `````````````````````````````````Inte rvensi yang dilakukan : Kaji riwayat kesehatan pasien dan riwayat pemakaian obat penenang Tanyakan kepada pasien atau keluarga tentang pengalaman pemberian obat penenang sebelumnya lihat kemungkinan alergi obat tinjau apakah pasien telah mentaati pembatasan berkenaan dg aturan makan, seperti yang ditentukan tinjau ulang tentang contraindikasi pemberian obat penenang Beritahu keluarga dan/atau pasien tentang
45

efek pemberian obat penenang evaluasi tingkatan kesadaran pasien dan refleks normal sebelum pemberian obat penenang periksa TTV dalam batas normal Pendokumentasian respon klien

2.

Resiko Cedera b/d fraktur

-Status Keamanan Cedera -Pencegahan Jatuh Fisik Kekerasan cedera dari kecelakaan trauma Kulit lecet Memar Terkoyak Keseleo alat gerak Fraktur alat gerak Terganggunya mobilitas Terganggunya kesadaran -Prilaku Keamanan Pribadi Pasen diharapkan prilaku untuk yang dan Identifikasi kognitif atau defisit fisik

pasien yang berpotensi untuk jatuh Identifikasi karakteristik lingkungan yang

menungkatkan potensi jatuh ( seperti lantai yang licin ) Monitor gaya,

keseimbangan berjalan dan kelemahan daya

ambulasi Berikan peralatan yang menunjang ( seperti alat bantu jalan ) untuk

mengontrol

menyebabkan cedera fisik

46

Keseimbangan

tidur

mengokohkan jalan Pertahankan penggunaan alat bantu jalan Kunci tempat korsi tidur roda, selama

dan istirahat dengan aktivitas Pemilihan pakaian yg tepat utk beraktivitas Kebenaran penggunaan alat bantu Pengaturan lingkungan Hindari perilaku yg berisiko tinggi -Status Keamanan Mencegah Jatuh Perbaiki cara

pemindahan pasien Tempatkan benda-

benda di sekitar pasien untuk mudah dijangkau Instruksikan pasien

untuk meminta bantuan dengan gerakan Ajarkan bagaimana untuk trauma Gunakan tkhnik yang tepat memindahkan untuk pasien pasien berpindah menggunakan

penggunaan alat bantu Penempatan pelindung untuk mencegah jatuh Gunakan secara tepat bangku yang

meminimalisir

bersandar dan tangga Penyesuaian tempat tidur tinggi jika

dari dank ke tempat tidur , toilet, kursi roda dan sebagainya Tempatkan tanda untuk mengingatkan staf jika pasien sedang dalam resiko jatuh Kolaborasi dengan tim

dibutuhkan Kontrol keadan goyah atau diam Gunakan pencegahan ketika dapat pengobatan menyebabkan

resiko jatuh Gunakan prosedur

kesehatan lain untuk

47

pemindahan aman Kompensasi

yang

mengurangi

efek

samping obat yang bisa untuk mengakibatkan jatuh Ajar keluarga tentang factor tanda dan yg resiko yang pada

keterbatasan fisik -Deteksi Resiko Kenali gejala mengindikasikan risiko Identifikasi risiko

berkontribusi

jatuh dan bagaimana mengurangi jatuh Kaji keluarga dalam resiko

kesehatan potensial Lakukan pemeriksaan sendiri sesuai interval Dapatkan pengetahuan ttg riwayat keluarga Pertahankan terbaru riwayat pribadi Gunakan sumber info tentang

mengidentifikasi bahaya dirumah dan

bagaimana memodifikasikannya -manajemen lingkungan Pantau keamanan alat alat yang dibawa

pengunjung ke sekitar klien Instruksikan pengunjung dan

informasi ttg risiko potensial Gunakan kesehatan kebutuhan pelayanan sesuai

petugas kesehatan yang lain informasi klien -kewaspadaan malingna Intervensi yang dilakukan : Sediakan perlengkapan emergensi untuk hipertemia malignan,
48

mengenai keamanan

hipertermi

setiap protocol, di area operasi Tinjau perawatan emergensi hipertemi malignan dengan staf, setiap protocol Tanyakan pasien tentang sejarah individu atau keluarga dari hipertemi malignan, unexpected kematian dari anestesi, ketidakmampuan otot, atau demam postoperatif yang tidak dijelaskan Sediakan pendidikan pasien dan keluarga tentang pencegahan yang dibutuhkan untuk administration anestesi yang akan datang

3.

Ganguan Mobilitas Fisik -Ambulansi : Berjalan b/d kerusakan tulang femur Pertahanan berat dan nyeri

-Posisi Klie diharapkan mampu untuk

Berjalan dengan langkah : efektif Berjalan dengan langkah lambat Sediakan tidur terapeutik Pelihara
49

tempat yang

Berjalan dengan langkah sedang Berjalan dengan cepat Berjalan dengan langkah naik Berjalan dengan langkah turun -Ambulansi : Kursi Roda Berpindah ke dan dari kursi roda Mendorong dengan aman Mendorong kursi roda jarak pendek Mendorong kursi roda jarak sedang Maneuvers curbs Maneuvers pintu jalan kursi roda

kenyamanan tempat tidur Tempatkan posisi terapeutik Posisi dalam dalam yang

mempersiapkan kesajajaran tubuh. Hindari amputasi posisi fleksi Posisikan mengurangi dyspnea (mis. posisi semi melayang), untuk terjadinya dalam

jika diperlukan Fasilitasi pertukaran udara yang bagus

untuk bernafas -Pergerakan Sendi Aktif Rahang Leher Jari kanan Jari kiri Ibu jari kanan Ibu jari kiri Pergelangan kanan Pergelangan kiri Siku kanan Siku kiri -Terapi Sendi Tentukan dari batasan sarankan untuk

peningkatan rentang latihan Latihan Mobilitas

perpindahan

sendi dan dampak dari fungsinya Kolaborasi dengan dokter terapi dalam

50

Bahu kanan Bahu kiri Mata kaki kanan Mata kaki kiri Lutut kanan Lutut kiri Pinggang kanan Pinggang kiri -Posisi Tubuh Inisiatif Sendiri Telentang ke telentang Telentang ke duduk Duduk ke telentang Duduk ke berdiri Berdiri ke duduk Berdiri ke berlutut Berlutut ke berdiri Berdiri ke jongkok Jongkok ke berdiri Melengkungkan punggung Sisi ke sisi

perkembangan dan memutuskan sebuah program latihan Tentukan motifasi untuk dan tingkat pasien perawatan pemulihan

perpindahan sendi Jelaskan kepada

pasien/keluarga tujuan dan rencana dari latihan sendi Kontrol lokasi dan ketidaknyamanan dan nyeri selama beraktifitas/berpind ah Mulai pengontrolan ukuran sebelum nyeri memulai

latihan sendi Kenakan pasien pakaian dengan

pakaian nonresriktif Lindungi pasien

dari trauma selama latihan -terapi aktivitas Intervensi yang dilakukan : Kolaborasi dengan

51

terapis merncanakan memonitor aktivitas Tingkatkan pasien beraktivitas Bantu aktivitas

dalam dan program

komitmen dalam

mengekplorasi yang

bemanfaat bagi pasien Bantu mengidentifikasi sumberdaya dimiliki beraktivitas Bantu mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu pasien/keluarga dalam beradaptasi yang dalam

dengan lingkungan

52

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN Fraktur merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik yang menyebabkan terputusnya kontiniutas jaringan tulang. Menurut Barbara C.Long terdapat tiga penyebab fraktur, yakni : Frakur akibat peristiwa trauma ( jika kekuatan langsung mengenai tulang sehingga juga menyebabkan kerusakan jaringan lunak di sekitarnya) Fraktur patologis (fraktur yang terjadi karena adanya proses pelemahan tulang akibat suatu proses penyankit) Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan (hal ini terjadi karena tulang tidak bisa mengaabsorbsi kekuatan yang menimpanya) Tanda dan gejala menurut Joyce. M. Black, 1993 : 199 yaitu :

Deformitas Bengkak Echumosis dari Perdarahan Subculaneous Spasme otot spasme involunters dekat fraktur Tenderness/keempukan Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan) Pergerakan abnormal Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah Krepitasi.

Penatalaksanaan medis a. Cara Konservatif

Gips
53

Traksi (mengangkat / menarik)

b. Cara operatif / pembedahan Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Penatalaksanaan keperawatan 1. Mengelola fraktur tertutup 2. mengelola patah tulang terbuka Komplikasi Komplikasi awal, setelah fraktur adalah : Syok, yang bisa berakibat fatal setelah beberapa jam setelah cidera Emboli lemak Sindrom kompartemen yang bisa berakibat kehilangan fungsi ekstimitas permanen jika tidak segera ditangani. Komplikasi awal lainya yang berhubungan dengan fraktur adalah infeksi, tromboemboli (emboli paru), dan juga koagulopati intravaskuler diseminata (KID)

Komp1ikasi lambat Komplikasi lambat yang dapat terjadi setelah fraktur dan dilakukan tindakan adalah : Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan dapat dibantu dengan Stimulasi elektrik osteogenesis karena dapat mamodifikasi lingkungan jaringan membuat bersifat elektronegatif sehingga meningkatkan deposisi mineral dan pembentukan tulang. Nekrosis evaskuler tulang terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan mati.
54

Reaksi terhadap alat fiksasi internal.

Diagnosa klien fraktur 1. Nyeri b/d pergeseran fragmen tulang 2. Resiko Cedera b/d fraktur 3. Ganguan Mobilitas Fisik b/d kerusakan tulang femur dan nyeri 4. Ganguan integritas kulit b/d laserasi kulit 5. Resiko Infeksi b/d robeknya kulit hingga menyebabkan perubahan epidermis / dermis kulit 6. Syok hipovolemik b/d kehilangan vol cairan 7. Gg perfusi jaringan b/d penurunan perfusi jaringan

B. SARAN Semoga dengan makalah ini memberi manfaat kepada yang membacanya, terutama untuk mahasiswa keperawatan, supaya mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang,penatalaksanaan medis dan keperawatan, dan asuhan keperawatan bagi klien yang mengalami fraktur.

55

You might also like