Professional Documents
Culture Documents
Resna Elni
Abstrak
Latar belakang penelitian ini adalah belum maksimalnya pemanfaatan internet oleh guru
fisika di SMAN 53 Jakarta untuk digunakan sebagai media pembelajaran maupun
sebagai sumber belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
fisika siswa kelas XII IPA 2 dengan memanfaatkan Internet sebagai sumbel belajar
dalam model belajar mandiri terstruktur. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan dengan model yang dikembangkan oleh
Kemmis-Tagart, yakni perencanaan, pelaksanaan, analisis dan refleksi. Tindakan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah “Penggunaan Internet sebagai sumber belajar
dalam model Belajar Mandiri Terstruktur”. Hasil penelitian tindakan kelas menujukkan
adanya peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas XII IPA 2 yakni 60,6 % siswa
memperoleh skor di atas SKM. Saran yang diberikan berkaitan dengan pemanfaatan
Internet sebagai sumber belajar mandiri terstruktur bagi proses pembelajaran fisika
adalah perlunya penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi disesuaikan dengan
karateristik pokok bahasan yang dibahas oleh guru di kelas. Disamping itu guru tetap
melatih siswa dengan soal-soal yang bervariasi menjelang pelaksanaan ulangan harian.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu ciri dari kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan di seluruh jenjang pendidikan
mulai dari TK sampai SMA mulai ajaran 2007-2008 adalah ramping dalam
pengalokasian jam pelajaran untuk tiap-tiap mata pelajaran. Sebagai contoh untuk mata
pelajaran rumpun IPA seperti Fisika, Kimia dan Biologi masing-masing mengalami
pengurangan sejumlah satu jam pelajaran.
Untuk mata pelajaran Fisika jumlah jam pelajaran di kelas 10 sejumlah 3 jam
pelajaran, di kelas 11 IPA dan 12 IPA sejumlah 4 jam pelajaran, sedangkan pada
kurikulum terdahulu yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang lazim disebut
sebagai Kurikulum 2004 jumlah jam pelajaran untuk mata pelajaran Fisika di kelas 10
berjumlah 4 jam pelajaran, kelas 11 IPA sejumlah 5 jam pelajaran dan di kelas 12
1
sejumlah 6 jam pelajaran. Padahal jumlah materi yang tercamtum dalam kurikulum
tersebut tidak mengalami pengurangan.
Pengurangan jam pelajaran dalam KTSP bukan berarti mengurangi
ketercapaian materi, akan tetapi menekankan pada pendekatan proses dalam belajar
bermakna, sedikit materi yang disampaikan akan tetapi materi tersebut betul-betul
dikuasai oleh para siswa (Yamin martinis, 2007). Bagi siswa yang memiliki kemampuan
tinggi akan banyak menguasai materi pelajaran dan kepada mereka diberikan program
pengayaan, sedangkan bagi siswa yang kurang kemampuannya dalam menyerap materi
pembelajaran akan diberi pembelajaran tambahan dalam program remedial.
Akibat dari pengurangan alokasi jam pelajaran pada KTSP menuntut guru
untuk pandai-pandai menggunakan dan mengelola waktu yang tersedia seefektif
mungkin dalam melaksanakan proses pembelajaran tanpa harus mengurangi materi
pelajaran yang tertera dalam silabus untuk diinformasikan pada peserta didik.
Untuk dapat menggunakan waktu seefektif mungkin dalam proses
pembelajaran di kelas, ada banyak cara yang dapat ditempuh oleh guru Fisika. Pertama
hendaknya guru berperan sebagai mediator dan fasilitaor seperti yang diamanatkan oleh
KTSP.
Ke dua memilih strategi dan model pembelajaran yang dapat memacu siswa
untuk belajar secara sendiri atau berkelompok dengan memanfaatkan sumber-sumber
belajar yang bervariasi, bukan hanya mengandalkan guru sebagai salah satu sumber
belajar bagi mereka, terlebih bagi siswa kelas 12 IPA yang pada akhir tahun harus
menghadapi Ujian Nasional (UN) sebagai salah satu penentu kelulusan mereka dari
SMA.
Ke tiga, guru dalam berinteraksi dengan siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan pendekatan proses yang dapat melibatkan aktivitas siswa sehingga terjadi
proses belajar yang bermakna dan tuntas yang memungkinkan siswa betul-betul
menguasai permasalahan yang dipecahkan bersama.
Ke empat, untuk dapat lebih memaksimalkan peran guru sebagai fasilitator dan
mediator, maka sebaiknya guru dalam proses pembelajaran menggunakan bahan ajar
yang telah dirancang atau didisain sedemikian rupa untuk dapat dijalankan dengan
media komputer. Disamping merancang bahan ajar sendiri, guru juga dapat memilih
bahan ajar yang telah dirancang oleh institusi lain sesuai dengan mata pelajaran yang
diampunya dengan cara membuka situs Internet yang tersambung ke komputer tersebut.
2
Penggunaan Komputer sebagai media pembelajaran memiliki format
penyajian yang terdiri atas; 1) tutorial terprogram, yakni seperangkat tayangan baik
statis maupun dinamis yang telah lebih dahulu diprogramkan, 2) tutorial intelijen, dalam
tutorial ini ada dialog antara siswa dan komputer , 3) drill and practice, disini komputer
digunakan sebagai alat untuk melatih siswa mengerjakan soal-soal latihan dari bank soal
yang tersedia di situs internet yang dapat diakses menggunakan komputer dimana saja
tidak mesti di ruang kelas, dan 4) simulasi, memberikan kesempatan untuk belajar secara
dinamis, interaktif dan perorangan (Arsyad Azhar, 2006).
Komputer juga merupakan alat yang dapat digunakan sebagai metode
pembelajaran yang dikenal dengan metode computer asssisted learning (CAL). Metode
ini digunakan untuk kegiatan belajar yang berstruktur, dimana komputer diprogramkan
dengan permasalahan-permasalahan yang terstruktur sesuai dengan konsep-konsep yang
telah ditetapkan dalam kurikulum tiap-tiap mata pelajaran.
Siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut atau mencari jawaban
dengan mempergunakan komputer dan seketika itu juga jawaban siswa akan diproses
secara elektronik dan dalam beberapa detik siswa sudah dapat mengetahui jawaban atau
umpan balik jawaban tersebut. Dalam hal ini metode CAL dapat membuat siswa maju
dalam penguasaan materi yang dipelajarinya sesuai dengan kecepatan dan kemampuan
masing-masing dalam memahami pelajaran yang dipelajarinya (Yamin Martinis, 2007).
Berdasarkan kegunaan komputer seperti yang telah diuraikan di atas, maka
sudah sepantasnya komputer dapat dimanfaatkan oleh guru untuk membantu
pemercepatan proses pembelajaran fisika baik di kelas dalam bentuk program
pembelajaran terstruktur maupun di luar kelas dalam bentuk program pembelajaran
mandiri. Apabila hal ini yang ditempuh oleh guru, maka sebaiknya guru memanfaatkan
Internet sebagai sumber belajar bagi siswa secara mandiri.
Saat ini keberadaan internet belum umum dan belum banyak dipilih oleh para
guru untuk digunakan secara rutin dan maksimal bagi keperluan pembelajaran. Padahal
ada banyak situs di Internet yang dapat digunakan bagi keperluan pembelajaran fisika
baik sebagai media pembelajaran, sumber belajar maupun sebagai tutorial mandiri.
Sebagai contoh ; invir.com, e-dukasi.net , /www.scribd.com,
http://id.wordpress.com/tag/soal-soal/, dan lain-lain.
Oleh karena itu penulis mencoba mempopulerkan penggunaan “Internet” bukan
saja sebagai ajang mencari berbagai informasi, tetapi lebih dititik beratkan
pemanfaatannya sebagai media pembelajaran baik di kelas maupun di luar sekolah ,
3
dan sebagai sumber belajar bagi siswa dalam Model Belajar Mandiri Terstruktur. Untuk
mengetahui seberapa efektif internet dapat meningkatkan hasil belajar fisika, maka perlu
dilakukan penelitian tindakan kelas
Identifikasi Masalah
Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, maka dapatlah diidentifikasi
beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Sejauh mana siswa memanfaatkan internet dalam model belajar mandiri
Terstruktur?
2. Sejauh mana guru fisika memanfaatkan internet dalam penerapan Model
Belajar Mandiri Terstruktur?
3. Apakah pemanfaatan Internet dalam penerapan Model Belajar Mandiri
Terstruktur dapat meningkatkan hasil belajarar fisika siswa kelas 12 IPA. 2 di
SMAN 53 Jakarta pada semester I tahun pelajaran 2008-2009?
Pembatasan Masalah
Mengingat waktu dan dana yang terbatas maka masalah penelitian ini dibatasi
hanya untuk meneliti : pemanfaatan internet dalam penerapan model belajar mandiri
terstruktur untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas 12 IPA.2 SMAN 53
Jakarta pada semester I tahun pelajaran 2008-2009.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran fisika dan
meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas 12 IPA.2 dengan memanfaatkan
internet dalam ”model belajar mandiri terstruktur” di SMAN 53 Jakarta tahun
pelajaran 2008-2009.
4
Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan profesionalisme
guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas dengan melakukan inovasi
pembelajaran fisika menggunakan teknologi imformatika (IT).
Batasan Istilah
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda, maka istilah-istilah
yang digunakan dalam penelitian ini akan diberi batasan sebagai berikut:
1. Internet adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan saling
hubungan antar jaringan-jaringan komputer yang disebut sebagai “antar-jaringan
besar” yang terorganisasi longgar menghubungkan antara universitas-universitas,
institusi-institusi riset, pemerintah, bisnis-bisnis serta organisasi lainnya sehingga
mereka dapat saling tukar-menukar pesan serta saling berbagi informasi (Ned
Snell, 1997).
2. Sumber Belajar adalah tempat atau lokasi yang dapat ditemukan ataupun diakses
oleh siswa maupun guru sebagai rujukan untuk memperoleh berbagai bahan
5
belajar yang dapat dipergunakan dalam proses pembelajaran baik di kelas, di
perpustakaan , di rumah ataupun dimana saja yang dapat dijangkau oleh mereka.
3. Hasil belajar Fisika (HBF) dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh
siswa dalam ulangan harian di setiap akhir siklus penelitian tindakan kelas ini.
4. Model Belajar Mandiri adalah suatu cara belajar aktif dan partisipatif untuk
mengembangkan diri masing-masing individu yang tidak terikat dengan kehadiran
guru, pertemuan tatap muka di kelas, ataupun kehadiran teman sekolah dan lebih
memfokuskan peran guru sebagai konsultan dan fasilitator. Dalam model belajar
mandiri penekanan lebih pada keleluasaan siswa dalam memilih dan menentukan
waktu dan sumber belajar yang mereka sukai berdasarkan tingkat kemampuan dan
gaya belajarnya masing-masing.
5. Model Belajar Mandiri Terstruktur adalah suatu pengembangan model belajar
mandiri yang disertai penugasan dari guru berupa pokok-pokok bahasan yang
harus dipelajari dan diunduh oleh siswa baik secara berkelompok ataupun
mandiri dari internet. Tugas-tugas yang dipelajari oleh siswa tersebut secara
manidiri dipresentasikan di kelas dan guru akan memberikan perbaikan akan
konsep yang belum dikuasai oleh siswa dan apabila siswa telah menguasai
konsep-konsep tersebut guru memberikan pengayaan.
KAJIAN PUSTAKA
Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Fisika
Belajar menurut Gage yang dikutip oleh Yamin Martinis didefinisikan sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman
(Yamin Martinis, 2004), sedangkan belajar menurut Howard L.Kingsley dalam kutipan
Djamarah Syaiful Bahri adalah “proses dimana tingkah laku (dalam arti luas)
ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan” (Djamarah Syaiful Bahri, 2002).
Sejalan dengan kedua pendapat di atas, Hamalik menyatakan bahwa : “Belajar
adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan
dalam cara-cara bertingkah laku yang baru akibat dari pengalaman dan latihan”
(Hamalik, 2001).
Perubahan tingkah laku dalam belajar itu diperoleh melalui pengalaman individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya seperti yang dikemukakan oleh Slameto
berikut ini: “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
6
pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya” (Slameto,
1991).
Perubahan-perubahan dalam diri siswa tersebut dalam konteks belajar : “dapat
bersifat fungsional struktural, material dan tingkah laku yang disengaja, positif dan
efektif, dimana perubahan itu bermakna dalam diri si pelajar dan pengetahuan dari
belajar tersebut dapat direproduksi dan dipergunakan untuk pemecahan masalah, baik
dalam ujian, ulangan mapun penyesuaian diri dalam rangka mempertahankan
kelangsngan hidupnya” (Makmun, 2000).
Dari berbagai batasan di atas bila diterapkan dalam suatu institusi sekolah,
maka dapatlah disimpulkan bahwa “hakikat belajar” adalah suatu usaha sadar yang
dilakukan oleh guru (pengajar) terhadap siswa (pelajar) dalam suatu proses
pembelajaran yang memberikan sebanyak-banyaknya pengalaman melalui latihan yang
sistematis agar terdapat perubahan dalam diri siswa.
Perubahan tingkah laku yang terjadi akibat proses pembelajaran oleh Usman
dan Setiawati dinyatakan sebagai salah satu kriteria keberhasilan belajar (Usman dan
Setiawati, 1993). Secara implisit pernyaan ini menunjukan bahwa perubahan tingkah
laku dalam diri sipelajar merujuk pada pengertian “hasil belajar”.
Hasil Belajar adalah : “kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima
pengalaman belajar” (Sujana, 1992). Sedangkan Soedijarto menyatakan hasil belajar
adalah : “tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar
mengajar sesuai dengan pendidikan yang ditempuh (Soedijarto, 1993).
Tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar ini merupakan ukuran
kemampuan yang dinyatakan dalam bentuk perolehan “skor” Belajar. Pernyataan ini
bersesuaian dengan definisi Purwadarminta dalam kamus Besar Bahasa Indonesia yang
menyatakan bahwa : “Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes, atau angka
yang diberikan guru “ (Purwadarminta, 1989).
Nilai tes yang diberikan guru merupakan bukti institusional yang dapat
diketahui sesuai dengan proses belajar mengajar. Ukurannya adalah skor yang diperoleh
siswa setelah proses pembelajaran (Muhibbin, 1995).
Dari beberapa definisi mengenai belajar yang telah dikemukakan para ahli di
atas, hasil belajar mengandung pengertian sebagai suatu kemampuan siswa dalam
menyerap pengetahuan yang telah diberikan kepadanya yang diukur melalui suatu
evaluasi.
7
Evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa setelah siswa menjalani proses
pembelajaran di kelas meliputi tiga ranah menurut taxonomi Bloom yaitu: 1) ranah
kognitif (pemahaman), meliputi: pengetahuan, pemahaman penerapan, analisis, sintesis
dan evaluasi. 2) ranah afektif (sikap dan perilaku), meliputi: menerima, tanggapan,
menilai, mengorganisasi dan karakteristik. 3) ranah psikomotorik (keterampilan), yakni
suatu keterampilan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan (Yamin
Martinis, 2007).
Pengukuran untuk mengetahui hasil belajar tersebut dapat dilakukan dalam
bentuk ujian lisan, kuis, ulangan harian, pekerjaan rumah, ulangan semester, dan ujian
akhir atau biasa disebut Ujian Nasional (UN).
Dari uraian di atas hakikat “Hasil Belajar” adalah skor yang diperoleh siswa
yang diukur melalui suatu teknik evaluasi terhadap ranah kognitif, afketif dan
psikomotorik.
Mengacu pada hakikat “Hasil Belajar” ini, maka hakikat “Hasil Belajar
Fisika” dalam karya tulis ini adalah skor yang diperoleh siswa setelah menjalani proses
pembelajaran fisika yang meliputi ranah kognitif melalui mekanisme ulangan harian
pada setiap akhir siklus penelitian tindakan kelas yang tengah dilakukan oleh peneliti
bersama tim pengajar di SMAN 53.
Pengukuran hasil belajar fisika yang meliputi ranah afektif dan psikomotorik
tetap dilakukan dalam keseluruhan kegiatan atau proses pembelajaraan, namun skor
yang diperoleh tidak dianalisis dan dimasukkan dalam pembahasan karya tulis ini.
Kerangka Berpikir
Banyak cara yang dapat ditempuh oleh seorang guru fisika untuk
meningkatkan hasil belajar fisika, diantaranya adalah memilih strategi, pendekatan
dan model belajar yang cocok disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang tertuang
dalam Rencana Pembelajaran dalam suatu silabus mata pelajaran fisika.
Disamping itu penting juga mempertimbangkan berbagai sumber belajar yang
dapat ditemukan dan diakses dengan mudah oleh peserta didik baik saat mereka
berada di kelas dalam suatu proses pembelajaran ataupun saat mereka berada di ljuar
12
kelas, seperti di rumah, perpustakaan, atau bahkan di supermall sekalipun asalkan
mereka memiliki alat dan fasilitas untuk mengakses sumber belajar tersebut.
Salah satu sumber belajar yang menyediakan berbagai informasi yang kaya
akan aneka ragam kalangan dengan berbagai keperluan dan kepentingannya adalah
“Internet”. Internet dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran bagi siswa dan
media pembelajaran bagi guru. Alur kerangka berpikir yang penulis kembangkan
dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Siklus I:
Guru - Guru memberikan tugas secara
Tindakan memanfaatkan kelompok diunduh dari internet.
internet dalam - Siswa mempresentasikan di kelas,
model belajar - Guru memberikan UH I.
mandiri
terstruktur Siklus II.
- Guru memilih 6 orang siswa untuk
dijadikan sebagai tutor sebaya dalam
kelompok belajar mandiri.
- Guru memberikan tugas
menggunakan LKS
- Guru memberikan UH 2.
Siklus III
- Siswa mempresentasikan tugas-
tugas yang diberikan oleh guru.
- Guru memberikan reward pada
kelompok yang berhasil
mempresentasikan tugas mandiri
dengan benar.
- Guru memberikan UH III
Indikator
Keberhasilan
- SKM ≥ 65
Hasil Akhir
- Terpenuhi Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas
oleh 60,6 % XII IPA.2mengalami peningkatan
siswa kelas
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan, Jenis dan Prosedur Penelitian
Pendekatan dari penelitian ini adalah pendekatan kualitatif , jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus. Prosedur penelitian ini dirancang
dengan menggunakan model penelitian tindakan Kemmis-Taggart, yang terdiri dari
empat komponen tindakan yakni ; perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi
dalam suatu system spiral yang saling terkait yang disebut satu siklus atau daur.
Desain Penelitian
Di bawah ini diberikan bagan kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan kelas
ini yang terdiri atas tiga siklus. Siklus dalam bagan terdiri atas permasalahan yang
melatar belakangi dilakukannya kegiatan penelitian tindakan kelas, kemudian
perencanaan tindakan 1, melakukan pengamatan dan pengumpulan data keberhasilan
penggunaan Internet dalam meningkatkan hasil belajar fisika, dilanjutkan dengan
refleksi kegiatan.
Jika siklus pertama belum berhasil menunjukkan adanya kenaikan hasil
belajar fisika siswa kelas 12 IPA.2 , maka perlakuan akan dilanjutkan dengan siklus
ke dua dan ke tiga.
14
Tahapan-tahapan Penelitian
Tahap Perencanaan :
Merancang proses pembelajaran fisika menggunakan Internet sebagai
sumber belajar bersama tim teaching dan membuat instrumen pengumpul
data penelitian tindakan kelas pada siklus I.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tim teaching melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
Siklus I rancangan yang telah dibuat dan disepakati bersama.
Tahap Analisis
Peneliti melakukan analisis data yang diperoleh selama pelaksanaan
kegiatan siklus I.
Tahap Refleksi
Melakukan refleksi berdasarkan analisis data untuk perbaikan pada
pelaksanaan siklus II
Tahap Perencanaan :
Merancang proses pembelajaran fisika menggunakan Internet sebagai
sumber belajar bersama tim teaching dan membuat instrumen pengumpul
data penelitian tindakan kelas pada siklus II.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Siklus II Tim teaching melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rancangan
yang telah dibuat dan disepakati bersama.
Tahap Analisis
Peneliti melakukan analisis data yang diperoleh selama pelaksanaan
kegiatan siklus II.
Tahap Refleksi
Melakukan refleksi berdasarkan analisis data untuk perbaikan pada
pelaksanaan siklus III
Tahap Perencanaan :
Merancang proses pembelajaran fisika menggunakan Internet sebagai
sumber belajar bersama tim pengajar dan membuat instrumen pengumpul
data penelitian tindakan kelas pada siklus III.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tim pengajar melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rancangan
yang telah dibuat dan disepakati bersama.
Siklus III Tahap Analisis
Peneliti melakukan analisis data yang diperoleh selama pelaksanaan
kegiatan siklus III.
Tahap Refleksi
• Melakukan refleksi berdasarkan analisis data untuk mendapatkan hasil
dan kesimpulan penelitian tindakan yang telah dilakukan secara
keseluruhan.
15
Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
b. Data Kualitatif
• Data berupa catatan lapangan yang memuat aktivitas guru dalam proses
pembelajaran tiap siklus
• Data berupa catatan lapangang yang memuat aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran tiap siklus
2. Instrumen Penelitian
b. Lembar tes hasil belajar siswa pada ulangan harian tiap siklus.
16
1. Data tes kemampuan awal diberikan di awal pertemuan proses pembelajaran
pertatap muka.
2. Data hasil belajar diperoleh dengan memberikan ulangan harian tiap-tiap siklus.
3. Data skor aktivitas kegiatan guru dan siswa pada proses pembelajaran di kelas
diperoleh dengan melakukan observasi menggunakan lembar observasi dan
catatan lapangan.
4. Wawancara dengan siswa dan guru fisika yang mengajar di kelas 12 IPA untuk
mengetahui sikap mereka terhadap tindakan pelaksanaan “peneltian tindakan
kelas” yang dilakukan oleh peneliti.
5. Data aktivitas dan kegiatan proses pembelajaran diperoleh dengan membuat
dokumentasi dalam bentuk foto.
Validitas Data
Validitas data dilakukan dengan melakukan triangulasi untuk mendapatkan
data yang benar dan valid. Triangulasi dilakukan dari berbagai sudut pandang yang
fungsinya untuk meningkatkan ketajaman hasil pengamatan melalui berbagai cara
dalam pengumpulan data.
Triangulasi sumber dilakukan dengan menyertakan pengamat dan tim pengajar
fisika di kelas 12 IPA. Hal ini dilakukan untuk pengecekan silang hasil pengamatan
peneliti dan hasil observasi pengamat agar diperoleh hasil dan kesimpulan penelitian
yang lebih lebih akurat dan valid.
Validitas data dilakukan secara kontinyu dengan menganalisis hasil refleksi
dan temuan penelitian tiap-tiap siklus.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dalam dua tahap. Analisis tahap pertama dilakukan
setelah data pengamatan diperoleh pada setiap akhir siklus penlitian berlangsung.
Analisis tahap kedua dilakukan setelah seluruh siklus yang terdiri dari tiga siklus
selesai dilakukan.
Data-data kualitatif yang berasal dari hasil observasi, wawancara dari sumber
siswa maupun para guru yang tergabung dalam tim pengajar dipilah-pilah dan
dianalisa untuk melengkapi data kuantitatif agar diperoleh kesimpulan yang tingkat
keilmiahannya dapat dipercaya.
17
Target Penelitian
Target penelitian ini adalah sampai 60 % siswa berhasil memperoleh skor hasil
belajar fisika sama dengan atau lebih besar dari 65, yakni skor Standar Ketuntasan
Minimal (SKM) yang telah di tetapkan di awal tahun ajaran 2008-2009.
Jika skor tersebut belum juga tercapai saat penelitian sudah mencapai tiga
siklus, maka perlu di tinjau dan dikaji ulang efektifitas pemanfaatan internet dalam
model belajar mandiri untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas XII IPA.
2 di SMAN 53 Jakakarta.
HASIL PENELITIAN
a. Hasil Tindakan Siklus I
Tindakan pada siklus I belum berhasil meningkatkan hasil belajar fisika siswa
kelas XII IPA 2 SMAN 53 Jakarta.
20
Frequency
10
0
60 65 70 80
Tabel 1
Distribusi Nilai Ulangan Harian 1, Siklus I
Skor UH I Frekuensi Prosentase Keterangan
(%)
60 25 65,8 Di bawah SKM
65 11 28,9 Sesuai SKM
70 1 2,6 Di atas SKM
80 1 2,6 Di atas SKM
Total 38 100
18
Ulangan Harian II, Siklus II
12
10
Frequency
2
0
25 30 35 40 45 50 55 65 70 75 80
Tabel 2
Distribusi Nilai Ulangan Harian 2 , Siklus II
19
Ulangan Harian III, Siklus III
16
14
12
10
6
Frequency
0
60 65 70 75 80
Tabel 3
Distribusi Nilai Ulangan Harian 3 , Siklus III
TEMUAN PENELITIAN
a. Situasi Siswa setelah menggunakan Internet sebagai sumber belajar fisika
20
Temuan Penelitian
Siklus Positif Negatif
I Siswa terlatih menggunakan Internet Penggunaan Internet semata belum dapat
sebagai sumber belajar. meningkatkan hasil belajar fisika siswa
kelas XII IPA.2
II Penggunaan Internet oleh guru sebagai Penggunaan persamaan matematis dalam
sumber belajar dan media pembelajaran menurunkan rumus-sumus fisika
telah menarik minat siswa terhadap membosankan siswa.
proses pembelajaran fisika.
III • Pemberian contoh-contoh soal dan Tidak ditemukan hal-hal negatif pada
latihan untuk menentukan besaran- pelaksanaan tindakan siklus III.
besaran fisika telah mampu
meningkatkan kemampuan siswa
dalam menjawab soal ulangan yang
diberikan oleh guru.
• Pemberian tugas oleh guru berupa uji
kompetensi dan pencarian materi dari
pokok bahasan yang akan diajarkan
oleh guru pada pertemuan berikutnya
telah mampu membuat siswa untuk
termotivasi dalam menggunakan
internet sebagai sumber belajar
alternatif.
92
90
88
86
84
82
80
SiklusI SiklusII SiklusIII
21
Dari Tabel dan grafik di atas dapat diperoleh bahwa aktifitas guru dari siklus I
sampai III menunjukkan peningkatan yang stabil. Bahkan terjadi peningkatan yang
cukup berarti pada pertemuan ke-3.
Tabel 4
SIKAPSISWA TERHADAP
PENGGUNAANINTERNETSEBAGAI
SUMBERBELAJARFISIKA
25
20
15 ss
10 s
ts
IW
M
5
H
JU
A
S
L
0 sts
pert pert pert pert pert pert pert pert pert pert
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dari tabel 4 tersebut terlihat bahwa bagi siswa kelas XII IPA.2, Internet tidak dapat
membantu mereka dalam berlatih mengerjakan soal-soal fisika, peran guru masih sangat
dominan untuk melatih siswa dalam mengerjkan soal-soal fisika. Hal ini bersesuaian dengan
jawaban siswa untuk butir pertanyaan 8, semua siswa tidak ada yang setuju untuk menjadikan
internet sebagai pengganti peran guru dalam proses pembelajaran fisika di kelas XII IPA.2.
PEMBAHASAN
Berdasarkan paparan dan temuan pelaksanaan tindakan di atas dapatlah dilakukan
pembahasan dan kajian pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, sebagai berikut :
1. Peranan guru fisika dalam menumbuhkan minat siswa untuk memanfaatkan internet
sebagai sumber belajar telah berhasil hal ini terbukti pada tugas-tugas yang mereka
kumpulkan pada guru.
22
2. Peranan guru fisika dalam meningkatkan hasil belajar fisika menggunakan Internet
terlihat telah berhasil menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk menggunakan
Internet sebagai sumber belajar .
3. Guru fisika telah dan berhassil memotivasi siswa dalam menggunakan internet
sebagai sumber belajar fisika.
4. Pemanfaatan Internet dalam ”model belajar mandiri” dapat meningkatkan hasil
belajar fisika siswa kelas 12 IPA.2 di SMAN 53 . Hal ini tercermin dari hasil ulangan
harian 3 pada siklus III.
5. Internet digunakan oleh guru fisika sebagai sumber belajar dan media pembelajaran
fisika yang terbukti efektif menuntaskan materi ajar sesuai denagn alokasi yang
diberikan yakni 2 x 45 menit per tatap muka. Apakah guru fisika memotivasi siswa
kelas 12 IPA.2 untuk menggunakan Internet sebagai sumber belajar fisika?
6. Peran guru sebagai pelatih dan sumber belajar utama tetap masih belum tergantikan
oleh Internet.
Saran-saran
Berdasarkan temuan dan pembahasan pada bab terdahulu, saran yang dapat penulis
berikan adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya penggunaan Internet sebagai sumber belajar dalam model belajar
mandiri disertai dengan uji kompetensi untuk tiap-tiap pokok bahasan secara
on-line yang dilakukan setiap akhir siklus.Hal ini diperlukan untuk melihat
kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep yang telah dipelajarinya
dari internet tersebut.
2. Metode yang digunakan oleh guru sebaiknya bervariasi disesuaikan dengan
karakteristik pokok bahasan yang akan disajikannya dalam proses
pembelajaran.
3. Siswa diberikan soal-soal latihan ulangan dengan porsi alokasi waktu yang
lebih banyak menjelang pelaksanaan ulangan harian. Hal ini perlu dilakukan
mengingat umumnya siswa kelas XII IPA.2 tergolong memiliki kemampuan
matematik yang kurang memadai sehingga pemberian latihan akan mendorong
siswa untuk berlatih secara mandiri dalam kelompoknya.
23
DAFTAR PUSTAKA
PT Rineka Cipta
Djamarah, Bahri Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Kanginan Marthen. 2007. Fisika untuk SMA jilid 3A. Jakarta : Erlangga.
Jurnal Ilmu Pendidikan Nomor 2 tahun ke 27. Universitas Negeri Malang, Juli 2000.
Nana Sudjana dan Rivai Ahmad. 1997.Teknologi Pengajaran. Bandung : Sinar Baru.
Reddick, Randy dan King Elliot. 1996. Internet untuk Wartawan. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia.
Sadiman, Arief S., Rahardjo, R. Haryono, Anung., Rahrdjito. 2006. Media Pendidikan
Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Snell, Ned. 1996. Menjelajah Internet dan Windows 95. Jakarta : Andi.
24
Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan yang Relevan dan Bermutu. Jakarta : Balai
Pustaka.
Sudjana, Nana., Rivai, Ahmad. 1997. Teknologi Pengajaran. Bandung : Sinar Baru.
Usman dan Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Uzer, Usman Moch. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya.
25
26