You are on page 1of 2

EWUH AYA ING PAMBUDI

Pujangga besar Ronggowarsito pada suatu saat akan diangkat jadi pejabat tinggi. Ternyata pengangkatan itu batal karena ada pihak yang memfitnah beliau kepada raja. Tentu Ronggowarsitu kecewa dan marah dalam hati. Beliau kemudian bertafakur sejenak lalu berkata kepada dirinya sendiri: Ah dari pada menuruti hati yang kecewa lebih baik saya gunakan energi untuk berkarya. Beliau kemudian menulis sebuah tembang yang disebut Serat Kalatidha. Tembang ini berisikan gambaran di lingkungan kraton yang sedang mengalami kebobrokan moral yang kemudian menciptakan krisis di masyarakat yang disebut Kalabendhu. Tembang ini berupa syair yang disusun menurut aturan macapat. Salah satu bait (atau podo) saya kutip di bawah ini: Amenangi jaman edan (mengalami jaman edan) Ewuh aya ing pambudi (terjadi pergulatan batin) Melu edan nora tahan (ikut edan tidak tahan) Yen tan melu haanglakoni (kalau tidak ikut edan) Boya kaduman melik (tidak mendapat bagian harta) Kaliren wekasanipun (akhirnya akan kelaparan) Dilalah karsa Allah (sudah menjadi kehendak Allah) Beja bejane kang lali (seuntung-untung yang lupa) Luwih beja kang eling lawan waspada (masih lebih untung yang sadar dan wapada). Banyak orang menganggap tembang tersebut ramalan yang terwujud jaman ini. Sebagaimana saya katakan di atas, tembang ini bukan ramalan tetapi gambaran keadaan pada waktu itu yang diprihatinkan oleh Ronggowarsito. Kesimpulan saya adalah bahwa jaman edan itu merupakan siklus jaman. Pertanyaannya adalah, apakah jaman edan (kalabendhu atau krisis multi dimensi) yang terjadi di Indonesia sekarang ini akan dapat diatasi dan siapa yang dapat mengatasi? Kunci untuk mengatasi jaman edan atau kalabendhu terletak di kalimat ewuh aya ing pambudi dalam tembang di atas. Dalam pergumulan batin untuk ikut atau tidak ikut dalam jaman edan harus dimenangkan oleh orang-orang yang eling lan waspada. Siapa yang harus eling lan waspada? Bukan hanya para pemimpin tetapi seluruh bangsa ini harus eling lan waspada. Di bawah ini saya akan mengingatkan kembali makna ajaran eling lan waspada (yang sudah saya uraikan di posting yang lalu). Eling artinya sadar bahwa manusia itu diciptakan oleh Allah dan diciptakan bukan asal diciptakan tetapi diciptakan untuk mengemban misi dari Allah. Selain itu manusia juga harus sadar bahwa dia tidak sendiri di dunia tetapi bersama dengan manusia lain. Terakhir manusia juga harus sadar bahwa untuk mengemban misi tadi, Allah telah menyediakan segalanya di dunia untuk digunakan bersama.

Waspada merupakan kemampuan manusia untuk membedakan yang baik dari yang buruk, yang benar dari yang salah, yang hak dan yang bukan, dan sebagainya. Jelaslah bahwa dewasa ini manusia Indonesia banyak yang tidak eling dan tidak waspada. Orang lupa siapa dirinya sehingga proses ewuh aya ing pambudi tidak berlangsung. Orang langsung mengikuti jaman edan tanpa eling lan waspada. Batin orang sudah demikian tumpul sehingga tidak terjadi lagi pergolaan batin untuk mempertimbangkan apakah akan ikut atau tidak ikut dalam jaman edan. Kesimpulannya, untuk mengatasi krisis, seluruh bangsa ini harus memperkuat batinnya agar tidak terhanyut dalam jaman edan.

You might also like