You are on page 1of 5

Anatomi dan Fisiologi Saluran Pencernaan Saluran pencernaan atau systema digestiva dibagi menjadi 2 bagian yaitu systema

digestiva propius dan systema digestiva accessoria. Systema digestiva propius merupakan saluran yang dilewati oleh makanan. Sedangkan systema digestiva accessoria merupakan organorgan yang tidak dilewati makanan, namun dibutuhkan dalam proses pencernaan. Organ-organ tersebut adalah hepar, vesica fellea, lien dan pancreas. Makanan masuk ke dalam tubuh manusia melalui rima oris, lalu menuju ke cavum oris. Dicavum oris, makanan mengalami 2 jenis pencernaan, yaitu pencernaan kimiawi dan mekanik. Pencernaan mekanik dilakukan oleh dentes. Berfungsi untuk memperkecil ukuran makanan sehingga luas permukaan semakin besar dan memperbesar kemungkinan kontak dengan enzim saat pencernaan kimiawi berlangsung di saluran selanjutnya. Pencernaan kimiawi dilakukan oleh enzim ptialin yang terdapat di saliva. Enzim ini dihasilkan oleh kelenjar saliva, terutama glandula submandibularis. Selanjutnya makanan akan ditelan. proses menelan terdiri dari 3 tahap, yaitu fase volunter, fase pharyngeal dan fase oesophageal. Fase volunter adalah fase sadar ketika kita dengan sadar melakukan proses menelan. Pada fase pharyngeal, makanan sampai di bagian posterior oropharynx dan akan menyentuk epitel reseptor menelan yang terdapat di sekitar pintu pharynk. Hal ini akan merangsang proses berikut, 1) palatum molle menutup nares posterioses, agar tidak terjadi reflux makanan ke nasus, 2) plica palatopharingeal menyempit sehingga selektif untuk makanan yang telah siap ditelan, 3) epiglottis menutup, 4) sprinter faringoesophageal relaksasi. Masuknya makanan ke oesophagus menunjukkan dimulainya fase oesophageal. Di dalam oesophagus, makanan tidak mengalami pencernaan, namun hanya lewat dengan dibantu gerakan peristaltik. Pada oesophagus terdapat 3 penyempitan, yaitu saat pharynx bersatu dengan ujung atas oesophagus, saat terjadi persilangan antara arcus aorta dengan bronchus primarius sinister dam saat oesophadus memasuki hiatus oesophagus setinggi VT 10. Makanan masuk ke dalam gaster melalui ostium cardiacum. Gaster memiliki bagianbagian yaitu cardiac, fundus, corpus, dan anthrum piloricum. Sebelah dexter dan sinister, dibentuk oleh curvatura minor dan curvatura mayor. Pada minor terdapat pembuluh darah a.v gastrica sinistra, a.v gastrica dextra dan limfonodi. Pada kurvatura mayor terdapat a.v gastrica breves dan a.v gastro epiploica dexta et sinistra. Dalam gaster, makanan khususnya protein

dicerna secara kimiawi. Protein dicerna oleh pepsin menjadi pepton. Disekresikan oleh chief sel dalam bentuk pepsinogen. Pepsinogen ini akan diaktivkan oleh asam lambung menjadi pepsin. Gaster memiliki keasaman yang sangat tinggi, yaitu 1-2. Keasaman ini disebabkan oleh adanya asam lambung yang disekresikan oleh sel parietal. Asam lambung berfungsi diantaranya untuk membunuh kuman dan untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Setelah selesai dengan pencernaan di gaster, makanan akan masuk ke intestinum tenue melalui pylorus. Pada pylorus, terjadi penebalan musculus obique sehingga membentuk sprinter gastroduodenale. Intestinum tenue terdiri dari 3 bagian, yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum terdiri dari pars superior, pars descendens, pars horizontale dan pars ascendens. Pada pars descendens terdapat muara dari ductus pancreaticus dan ductus choledocus hepar yaitu papilla duodeni mayor. Mulai dari gaster hingga pars superior duodenum diperdarahi oleh arteri yang berasal dari truncus coeliacus. Pada duodenum terjadi pencernaan kimiawi maksimal. Di sini terjadi pencernaan lemak, karbohidrat dan protein. Enzim-enzim yang digunakan berasal dari pancreas dan mucosa duodenum. Pencernaan lemak dibantu oleh empedu yang dihasilkan oleh hepar. Empedu membantu menurunkan tegangan permukaan lemak sehingga lebih mudah dicerna oleh lipase. Dalam empedu terdapat pigmen empedu yaitu bilirubin. Bilirubin dihasilkan dari pemecahan eritrosit. Eritrosit yang sudah tua akan dipecah di lien menjadi haem dan globin. Haem diubah menjadi bilirubin indirect yang larut lemak namun tidak larut air. Sehingga agar bisa menuju ke hati untuk proses selanjutnya, biliribin harus berikatan dengan globulin. Selanjutnya bilirubin indirect diuban menjadi bilirubin direct dan disalurkan ke duodenum bersama dengan empedu. Gangguan pada metabolisme bilirubin ini dapat menyebakan ikterus. Oleh flora normal, bilirubin akan diubah menjadi sterkobilin dan urobilin. Sterkobilin dieksresikan melalui saluran pencernaan bersama feses, sedangkan urobilin diekskresikan bersama urin. Setelah mengalami pencernaan di duodenum, makanan akan menuju ke jejunum. Di sini terjadi pencernaan maksimal bahan makanan yang telah dicerna. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, protein diserap dalam pentuk asam amino, lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol. Selanjutnya makanan menuju ke ileum. Di sini terjadi pembersihan kuman-kuman oleh limfonodi di submucosa ileum. Proses selanjutnya, makanan menuju ke caecum dilanjutkan ke colon. Colon memiliki 4 bagian, yaitu colon dextra, colon media, colon sinistra dan colon sigmoid. Pada colon, sisa

makanan mengalami penyimpanan dan reabsorbsi air. Sisa makanan akan dikumpulkan di rectum. Jika rectum telah penuh dan terjadi dorongan dari colon, maka akan terjadi rangsangan defekasi. Feses akan keluar melalui anus. Anus memiliki 2 sphincter, yaitu sphincter ani interna yang dibentuk oleh otot polos dan sphincter ani externa yang dibentuk oleh otot lurik. Adanya sphincter ani externa memungkinkan manusia untuk menahan defekasi.

sumber: Guyton, C. Arthur. Hall, E. John. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC Asisten Lab. Anatomi UNS. 2013. Handout Anatomi Sistema Digestiva

PENCERNAAN, NEONATUS

ABSORBSI,

METABOLISME

ENERGI

MAKANAN

PADA

Pada umumnya, kemampuan neonates untuk mencernakan makanan, mengabsorbsi, dan memetabolisir makanan tidak berbeda dengan kemampuan anak yang lebih tua, dengan tiga perkecualian berikut ini. 1. Sekresi amylase pancreas pada neonates kurang, sehingga bayi menggunakan zat tepung secara kurang adekuat dibandingkan anak yang lebih tua. 2. Absorpsi lemak dari saluran pencernaan dalam beberapa hal kurang dari anak yang lebih tua. Akibatnya, susu dengan kandungan lemak yang tinggi, seperti susu sapi, sering diabsorpsi kurang adekuat. 3. Karena fungsi hati belum sempurna paling sedikit selama minggu pertama kehidupan, konsentrasi glukosa dalam darah tidak stabil dan biasanya rendah. Neonates secara khusus mampu mensintesis dan menyimpan protein. Ternyata, denga diet yang adekuat, sebanyak 90 persen asam amino yang dicerna akan digunakan untuk pembentukan protein tubuh. Persentase ini lebih tinggindari orang dewasa.

sumber: Ibrahim, Ellyta Aizar. 2006. Adaptasi Sistem Gastrointestinal Bayi Baru Lahir dan Feeding Setelah Kelahiran. www.repository.usu.ac.id/.../ruf-mei2006-2%20(2).pdf diakses 1 Mei 2013 Perbedaan reaksi tiap org thd konsumsi susu Kemampuan seseorang untuk menangkal gangguan kesehatan akibat susu dipengaruhi oleh enzim laktase. Orang-orang kulit putih termasuk golongan yang tahan terhadap susu. Lain halnya dengan orang kulit berwarna seperti Asia, umumnya mereka tergolong yang tidak tahan susu. Pada orang kulit berwarna, kadar enzim laktase mereka umumnya menurun setelah berusia 3 tahun. Rendahnya enzim laktase ini pun tetap bertahan sampai dewasa. Lain halnya dengan orang kulit putih, mereka tetap dapat mempertahankan kada enzim laktase yang tinggi sampai mereka dewasa. Berdasarkan teori, ketidakmampuan orang kulit berwarna memiliki enzim laktase rendah karena mereka tidak mendapatkan susu tambahan setelah mereka disapih. Akibatnya, tubuh mereka tidak dirangsang untuk cukup memproduksi enzim laktase. Dan karena terjadi setelah bertahun-tahun, dari generasi ke generasi, maka terjadilah perubahan genetik. Hasilnya, saat ini orang kulit berwarna akan sakit perut dan mencret kalau minum susu. Memang tidak semua orang, sebagian kecil orang kulit berwarna dapat tetap memiliki kadar enzim laktase tinggi. Walaupun kada enzim laktase di dalam tubuh rendah, sebagian besar dari kita masih dapat mengkonsumsi susu dengan toleransi baik. Asal, susu yang kita minum tidak terlalu banyak, misalnya hanya sekitar 200 sampai 400 cc sehari. Penyakit kurang gizi (malnutrisi) juga dapat membuat anak tidak tahan susu. Sebab, dalam keadaan gizi buruk, jumlah jonjot usus berkurang. Akibatnya kadar enzim laktase pun berkurang. sumber: http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=1998413152151 diakses 1 Mei 2013

Penanganan intoleransi laktosa Walaupun laktosa sangat dibutuhkan oleh tubuh karena ketidakmampuan tubuh menerimanya terpaksa susu harus diganti dengan susu khusus. Tetapi susu ini juga bisa digunakan oleh penderita diare pada saat serangan saja, untuk kemudian kembali pada susu biasa. Hal ini mengingatkan laktosa sangat dibutuhkan bayi. Komposisi susu khusus ini disesuaikan dengan keadaan penderita diare. Disesuaikan dengan berkurangnya laktase dalam tubuh penderita, maka jumlah laktosa tersebut dikurangi dan diganti dengan jenis karbohidrat lain atau jenis glukosa polimer. Bisa juga laktosa tersebut dihilangkan dan diganti dengan jenis glukosa lain. Berikut ini golongan susu yang dapat dikonsumsi:

Formula susu sapi rendah laktosa Pada jenis susu ini kadar laktosa susu normal yaitu 7 gram/100 milimeter diturunkan menjadi kira-kira 1 gram/100 milimeter. Contoh susu : LLM dan Almiron

Formula susu sapi bebas laktosa Laktosa yang ada pada susu dihilangkan dan diganti dengan gula lain. Contoh susu : Bebelac FL dan Pregetismil

Formula susu kedele Formula ini terbuat dari kedele sehingga tidak mengandung susu sapi. Otomatis susu ini tidak mengandung laktosa. Contoh: Nursoy, nutrisoya, dan Prosobee

sumber: http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=1998413152151 diakses 1 Mei 2013

You might also like