You are on page 1of 3

Fadhli Rajif Tangke

Graves Disease
Penyakit ini adalah salah satu thyrotoxicosis (suatu clinical syndrome sebagai akibat dari jaringan yg terekspos hormone tiroid dalam level yang tinggi). Prevalensi Terjadi empat kali lebih tinggi pada wanita dibanding pria. Penyakit ini dapat terjadi di semua usia, dengan insiden tersering terjadi pada kelompok usia 20-40 tahun. Syndrome ini terdiri dari satu atau lebih manifestasi klinis berikut : (1)thyrotoxicosis, (2)goiter, (3)opthalmopathy/exopthalmos, dan (4)dermopathy/pretibial myxedema. Etiology Graves Disease dikenal sebagai penyakit autoimun dengan penyebab yang tidak diketahui. Beberapa factor lingkungan yang diketahui dapat memicu immune response dari Graves Disease, yaitu : (1)pregnancy, khususnya pada postpartum period, dimana fungsi imun meningkat. (2)iodide excess (3)infeksi virus atau bakteri. (4)psychological stress. Gambaran klinis Palpitasi Heat intolerance dan lebih suka yang dingin Berat badan menurun, tanpa disertai hilangnya nafsu makan Cemas, mudah lelah Diare, Keringat berlebih Pada anak-anak terjadi pertumbuhan yang cepat dengan percepatan pematangan tulang Pada usia diatas 60 tahun terjadi gangguan pada jantung dan otot Pathogenesis Dalam Graves Disease T lymphocytes menjadi peka/sensitif terhadap antigen dalam kelenjar tiroid dan menstimulasi B lymphocytes untuk mensintesis antibodi untuk antigen tersebut. Suatu jenis antibodi akan menyerang TSH reseptor pada membrane sel tiroid, menstimulasi fungsi dari kelenjar tiroid. Antibody tsb adalah thyroid-stimulating antibody (TSAb), atau TSI. Saat antibody tersebut menempel direseptor, akan mengaktifkan adenylate cyclase kemudian akan merangsang tiroid untuk mengeluarkan hormone (T3 & T4). Melalui negative feedback, maka TRH dan TSH, masing-masing di hipotalamus dan hipofisis akan tertahan pengeluarannya. Pathogenesis dari ophthalmopathy melibatkan cytotoxic lymphocyte (killer cells) dan cytotoxic antibodies yang sensitive terhadap antigen, seperti TSH reseptor pada orbital fibroblast, orbital muscle, dan jaringan thyroid. Cytokine dari limphocytes yang sensitif ini dapat menyebabkan inflamasi dari orbital fibroblasts dan extraocular muscles, sehingga terjadi swelling pada orbital muscles; proptosis dari bola mata (pergeseran/penonjolan kedepan); diplopia(persepsi adanya dua bayangan dalam satu objek) dan redness, congestion(terjadi akumulasi darah yang abnormal), conjunctival dan periorbital edema (thyroid ophthalmopaty). Orbit adalah sesuatu yang berbentuk kerucut yang diselubungi oleh tulang, swelling/pembesaran dari extraocular muscles didalam

closed space ini dapat menyebabkan proptosis dari bola mata dan pergerakan bola mata yang lemah, sehingga menyebabkan diplopia. Pathogenesis dari thyroid dermophaty (pretibial myxedema) dan juga subperiosteal inflammation pada phalanges tangan dan kaki (thyroid osteopathy atau acropachy) melibatakan stimulasi lymphocyte cytokine dari fibroblast di lokasi tersebut. Pada thyroid dermophaty terjadi penebalan kulit, khususnya pada over the lower tibia., hal ini akibat akumulasi glikosaminoglikan, namun ini sangat jarang hanya terjadi pada 2-3% pasien Graves disease. Kulitnya ditandai dengan penebalan dan tidak dapat di picked up between the fingers. Terkadang dermophaty terjadi pada keseluruhan lower leg dan meluas ke kaki. Pada osteopathy/thyroid acropachy, terjadi pembentukan subperiostal bone, clubbing dari jari. Namun jarang ditemukan. Yang paling sering ditemukan adalah berpisahnya kuku jari dari tempatnya (onycholisis), disebabkan oleh pertumbuhan kuku yang cepat. Patofisiologi Efek Hormone Thyroid Efek pada metabolisme karbohidrat. Hormone tiroid merangsang hampir semua aspek pada metabolisme karbohidrat, termasuk penggunaan glukosa yang cepat oleh sel, meningkatkan glikolisis, meningkatkan glukoneogenesis, meningkatkan absorpsi dari saluran cerna, dan bahkan juga meningkatkan sekresi insulin. Efek pada metabolisme lemak. Pada dasarnya semua aspek metabolisme lemak juga ditingkatkan dibawah pengaruh hormone tiroid. Secara khusus, lemak secara cepat diangkut dari jaringan lemak, yang menurunkan cadangan lemak tubuh. Menurunkan berat badan. Bila produksi hormone tiroid sangat meningkat maka hampir selalu menurunkan berat badan, dan bila produksinya berkurang maka hampir selalu timbul kenaikan berat badan; efek ini tidak selalu terjadi karena hormone tiroid juga meningkatkan nafsu makan, dan keadaan ini dapat menyeimbangkan kecepatan perubahan metabolisme. Efek Kardiovaskular. T3 menstimulus transkripsi Ca-ATPase pada sarcoplasmic reticulum, meningkatkan kecepatan relaksasi diastolic pada myocardium. Ia juga meningkatkan ekpresi isoform dari myosin heavy chain yang bersifat lebih cepat berkontraksi sehingga mempercepat fungsi sistolik. Dalam myocardium, T3 juga mengubah ekspresi gen Na-K-ATPase, meningkatkan ekspresi reseptor beta-adrenergic dan menurunkan konsentrasi Gi dan meningkatkan kecepatan depolarisasi dan repolarisasi dari SA node sehingga mempercepat heart rate. Meningkatkan Pernapasan. Meningkatnya kecepatan metabolisme akan meningkatkan pemakaian oksigen dan pembentukan karbondiokasida; efek-efek ini mengaktifkan semua mekanisme yang meningkatkan kecepatan dan kedalaman pernapasan. Efek pada fungsi otot. Bila jumlah hormone ini berlebihan, maka otot-otot malahan menjadi lemah oleh karena berlebihannya katabolisme protein.

Tremor otot. Salah satu gejala yang paling khas dari hipertiroidisme adalah timbulnya tremor halus pada otot. Tremor ini bukan merupakan tremor kasar seperti yang timbul pada penyakit Parkinson atau pada waktu menggigil, sebab tremor ii timbul dengan frekuensi cepat yakni 10-15 kali per detik.tremor ini dengan mudah dapat dilihat dengan cara menempatkan sehelai kertas diatas jari-jari yang diekstensikan dan perhatikan besarnya getaran kertas tadi. Tremor ini disebabkan oleh bertambahnya kepekaan sinaf saraf didaerah medula yang mengatur tonus otot. Tremor ini merupakan cara yang penting untuk memperkirakan tingkat pengaruh hormone tiroid pada system saraf pusat. Komplikasi Thyrotoxic crisis (thyroid storm), adalah suatu reaksi akut dengan memburuknya sign & symptom dari thyrotoxicosis. Sering muncul sebagai sindrom yang berbahaya, hal ini dapat terjadi setelah radioactive iodine therapy, parturition pada pasien tirotoksikosis, atau pada diabetes, trauma, acute infection, severe drug reaction, myocardial infarction. namun adakalanya dapat muncul ringan sebagai unexplained febril reaction setelah thyroid surgery yang kurang baik. Manifestasi klinis : hypermetabolism, excessive adrenergic response, demam antara 38-40 derajat celcius disertai flushing and sweating, takikardia, dan terkadang menyebabkan gagal jantung. Pada CNS : agitation, restlessness, coma Pada GI : nausea, vomiting, diare Laboratory Findings

You might also like