You are on page 1of 4

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya semakin bertambah dari tahun ke tahun. Pola penyebaran penyakit inipun semakin meluas. Penyakit DBD sebagian besar menyerang pada anak-anak, tetapi belakangan ini kecenderungan penderita DBD tidak didominasi oleh anak-anak saja, range umur 5 s/d 45 tahun menjadi usia yang dominan dari seluruh jumlah penderita DBD.1 Indonesia merupakan negara tropis dengan pola penyebaran virus DBD yang cenderung meluas. Banyaknya daerah endemik yang menjadi sumber penularan menjadikan semakin cepatnya penyakit ini menjadi wabah. Wabah ini hampir setiap tahun menjadi Kejadian Luar Biasa ( KLB ) yang ditandai dengan peningkatan jumlah kasus di wilayahnya. Banyak hl yang telah dilakukan dalam hal penanganan dan pencegahan penularan virus DBD ini. Diantaranya : Pengasapan (foggingisasi ) massal, Abatisasi ( penebaran larvasida ) dan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ) yang dilakukan secara terus menerus.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue merambah dengan cepatnya dan seringkali berakibat fatal karena keterlambatan dalam penanganannya.Demam Berdarah Dengue ( DBD ) sering disebut juga dengue hemorrhagic fever ( DHF ), dengue fever ( DF ), demam dengue ( DD ), dan dengue shock syndrome ( DSS ). B. Tujuan

BAB II STUDI PUSTAKA 1. Virus Dengue

Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue disebabkan virus yang termasuk kelompok B Arthropod borne virus (Arbovirus), kelompok Flavivirus dan keluarga Flaviridae. Virus Dengue dewasa terdiri dari genom asam ribo nukleat berserat tunggal yang dikelilingi oleh nukleo kapsid dengan diameter sekitar 30 nm. Nukleo kapsid dikelilingi oleh selubung lemak dengan ketebalan sekitar 10 nm. Diameter keseluruhan dari virion tersebut kira-kira 50 nm. Genom virus Dengue mempunyai berat molekul 11 Kb yang tersusun dari protein struktural dan protein non struktural. Protein strukturalnya yaitu protein core atau nukleo kapsid (C), protein envelove (E), dan protein pre membran (pre-M). Dalam merangsang pembentukan anti bodi diantara protein struktural, urutan imunogenitas tertinggi adalah protein E, kemudian diikuti protein pre-M dan C. Sedangkan pada protein non struktural yang paling berperan adalah protein NS-1 (Massi, et al, 2006). Hospes seluler untuk virus Dengue terutama sel-sel yang termasuk sistem retikulo endotelial, yaitu: sel monosit, sel endotel, sel kuppfer, sel limfosit B dan magropag. Infeksi dimulai dengan menempelnya virion pada reseptor virus yang ada di permukaan sel, ada 2 cara virus Dengue menempel pada sel yaitu virus terikat pada reseptor yang ada di permukaan sel atau melalui antibodi anti Dengue yang terikat pada sel. Setelah menempel, Virus masuk kedalam sel dengan cara endositosis dan Fusi selubung virus dengan membran plasma yang diikuti pelepasan nukleokapsid ke dalam sitoplasma sel dan terjadi proses replikasi virus (Kusumawati, 2005). 2. Peran Vektor Nyamuk terhadap Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue Infeksi Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk-nyamuk ini termasuk dalam famili Culicidae, sub genus Stegomyia yang tersebar secara kosmopolit. Epidemi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, tersebar di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan dan Pasifik. Di Indonesia, nyamuk tersebar di seluruh Indonesia (terutama pada musim penghujan), kecuali di daerah pada ketinggian di atas 1000 meter dari permukaan laut. Nyamuk betina menghisap darah vertebra sedangkan yang jantan menghisap air madu atau

air gula. Bila sudah dewasa nyamuk mempunyai sayap berwarna hitam, badan dan kaki berbercak putih, lalu bertelur di mana saja di wadah-wadah penampungan air. Nyamuk ini mempunyai jarak terbang kira-kira 50 meter dan menggigit terutama siang hari, di dalam rumah atau tempat-tempat yang tidak diterangi matahari (Siregar, 2004). 3. Manifestasi Klinik Infeksi virus Dengue sering kita salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tifus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus Dengue yang bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Manifestasi klinis infeksi virus yang sering terjadi pada pasien bisa berupa demam yang tidak khas, nyeri otot dan persendian, nyeri kepala, mual dan muntah. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu dan tifus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus Dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis (Hadinegoro, et al, 2006). a. Demam Dengue Demam Dengue biasanya timbul setelah melewati masa inkubasi infeksi virus sekitar 46 hari. Demam muncul dengan onset mendadak hingga suhu tubuh dapat mencapai 39 - 400 C. Serta demam berlangsung selama 5-6 hari. Kelainan kulit berupa bercak kemerahan menyeluruh dan erupsi berbentuk fleeting point/mottling dapat muncul secara sepintas dengan uji torniquet yang positif (Hadinegoro, et al,2006). b. Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue adalah infeksi virus Dengue dengan tanda-tanda seperti di atas, yang disertai: 1. Manifestasi perdarahan yang lebih nyata, seperti: uji torniquet positif, petechiae, echimosis atau purpura, Perdarahan mukosa, epistaksis atau perdarahan gusi. 2. Trombositopenia ( 100.000/mm3). 3. Kebocoran plasma yang disebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler dengan di tandai oleh: - Meningkatnya hematokrit 20%. 4. Efusi pleura atau acites (Hadinegoro, et al, 2006).

c.

Dengue Syok Sindrom

Dengue Syok Sindrom merupakan manifestasi klinis Demam Berdarah Dengue yang disertai tanda-tanda kegagalan sirkulasi berupa: 1. Penyempitan tekanan nadi ( 20 mmHg). 2. Frekwensi nadi cepat dan kecil. 3. Hipotensi. 4. Akral dingin. Beberapa karakteristik manifestasi klinis infeksi Dengue secara umum berupa: nyeri kepala 98%, lemah badan 88%, mual-muntah 84%, nyeri epigastrium 78%, nyeri sendi/otot 69%, petechia 64%, epistaksis/perdarahan gusi 36%, bercak darah (rash) 22%, nyeri retro orbital 17%, hematemesis, melena 14%, faringitis 12%, dan limfadenopati 12%. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis Demam Berdarah Dengue serta pemeriksaan penunjang (Laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinik kurang memadai. Manifestasi laboratorium dapat dilihat dari beberapa parameter seperti terjadinya leukopenia (neutrofil menonjol), limfosit atipikal (15%), trombositopenia ( trombosit 100.000/mm3) Hemokonsentrasi, abnormalitas pembekuan darah, hiponatremia, hipoalbuminemia dan peningkatan kadar SGOT/SGPT (Hadinegoro, et al, 2006). 4. Menegakkan Diagnosis Untuk menegakkan diagnosis digunakan kriteria WHO 1997 yaitu dijumpainya demam tinggi dengan onset akut, hemokonsentrasi (>20%), manifestasi hemoragis, hepatomegali, hipotensi dan syok. Diagnosis klinis Demam Berdarah Dengue dilakukan berdasarkan penetapan derajat tingkat keparahan penderita secara klinis dengan menggunakan kriteria WHO 1997 yang terbagi atas 4 tingkatan, yaitu: Derajat 1 : Ditandai dengan adanya demam mendadak, keluhan yang tidak spesifik dan uji tourniquet positif. Derajat 2: Terdapat seluruh manifestasi Demam Berdarah Dengue derajat 1 disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain. Derajat 3 : Terdapat seluruh manifestasi Demam Berdarah Dengue derajat 2 disertai kegagalan sistem sirkulasi yaitu; frekwensi nadi cepat, lemah, pulse pressure sempit (<20mmHg) atau hipotensi. Kulit teraba lembab, dingin dan penderita gelisah. Derajat 4 : Terdapat seluruh manifestasi Demam Berdarah Dengue derajat 3 disertai manifestasi syok, di mana tensi tidak terukur dan nadi tidak teraba (Hadinegoro, et al, 2006; Darmowandowo, 2006).

You might also like