* Disampaikan pada acara Dharma Tula dalam rangka Hari Suci Saraswati di Pura Kahyangan
Jagad Kendalisodo, Desa Karangpandan, Pakisaji, Malang pada Saniscara Umanis
Watugunung, tanggal 19 Nopember 2011. ** Penulis adalah Guru SMPN 4 dan SMAN 2 Batu, Dosen STHD Klaten, Koresponden Media Hindu, Duta Dharma dan Penulis buku-buku Hindu. Untuk menjawab tantangan global dan demi penentuan nasib tersebut maka tidak ada jalan lain kecuali setiap manusia harus menjadi insan yang mandiri. Hindu mengajarkan kepada umatnya tentang kemandirian ini melalui ajarannya tentang karma. d d H d Qd l = F{"d ll Terjemahan: (Lakukanlah karma yang diperuntukkan bagimu, karena ber-karma lebih baik daripada tidak ber-karma. H~F~ l d'F ll Terjemahan: (Tekunlah dan tetaplah berbuat. Hanya orang-orang yang bersungguh-sungguh yang berhasil di dunia ini) Umat Hindu harus bisa membangun kemandirian dalam dirinya untuk bisa berkarya di dunia ini. Jika Sang Hyang Prajapati telah melaksanakan kurban suci guna menciptakan alam semesta ini untuk manusia (Bhagawad Gt III.10). Maka sebaliknya, sudah seharusnya manusia pun harus bisa menciptakan karya- karyanya sebagai suatu kurban suci kepada Sang Hyang Prajapati F F_ H= l FH_9 H'FH8d'd ll ! ll Semua yang ada ini bekerja. Bahkan Tuhan pun bekerja. Menghidupi dunia ini tanpa henti. Matahari, bulan, angin, bumi, air dan api semua bekerja demi kelangsungan hidup, dan tanpa pamrih. Dasarnya hanyalah merasa wajib. Alam adalah ilmu nyata. Kita wajib meniru dharmanya Untuk membentuk suatu kemandirian pada diri generasi muda Hindu diperlukan kesadaran pribadi para generasi muda dan kerja sama dari semua pihak terutama orang tua, guru (sekolah/pasraman) dan umat/masyarakat sebagai Tri Pilar Pendidikan. Jika dalam ketiga pilar pendidikan itu tidak ada koordinasi yang baik maka akan sangat sulit untuk membangun insan generasi muda Hindu yang mandiri. ASI (Agama, Seni dan Ilmu) diperlukan untuk menjadikan anak-anak bangsa menjadi anak-anak yang cerdas, terampil dan berbudaya. Anak-anak harus mendapatkan ASI yang baik dari para gurunya. Sebaliknya guru pun juga harus memberikan ASI tersebut dengan kasih sayang sebagaimana seorang ibu yang menyusui anaknya dengan penuh cinta. Dengan kandungan gizi-gizi kebudayaan dalam ASI itulah maka anak-anak bangsa tersebut dapat tumbuh menjadi manusia yang sehat dan kuat baik secara jasmani dan rohani Akhirnya, melalui perayaan Hari Suci Saraswati ini penulis mengajak kepada seluruh umat Hindu untuk dapat berkarya dengan landasan raddha- Bhakti, dengan perilaku Wiweka-Wicakana dan dengan semangat Sura-Dhira-Dharaka guna mewujudkan Jnam-Prajm agar dapat menjadi seorang Dharmika. "HFFH HHH 'HH