You are on page 1of 5

Peran Kewirausahaan dalam Agro-Food Complex

Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis-IPB (MB-IPB) Oleh: Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec.

S elama dua minggu pada bulan


Mei kemarin, saya berkesempatan mempelajari Agro-Food Complex System di negara kincir angin Belanda. Tidak seperti negaranegara maju lainnya, struktur pertanian di Belanda terfokus pada produk-produk pertanian bernilai tinggi dan olahan yang diekspor ke berbagai negara. Produk-produk pertanian yang diekspor dari negara ini antara lain adalah bunga, sayursayuran dan produk-produk peternakan. Sementara itu, Belanda masih mengandalkan pasokan impor untuk komoditas bijibijian (cereals) dan soy beans. Negara ini berkeyakinan tidak harus berswasembada untuk semua komoditas. Peningkatan nilai tambah (value added) dalam pertanian di negara ini dikelola dengan sistem yang disebut Agro-Food Complex (AFC) yang mengandalkan pengetahuan (knowledge). AFC dikelola dengan sangat moderen dan efisien. AFC mencakup seluruh aktivitas yang mencakup kegiatan produksi, penyimpanan, distribusi dan pengolahan bahan dasar yang diproduksi dari kegiatan usahatani, suplai input (benih, bibit dan sarana produksi pertanian lainnya), market

intelligence, penelitian dan pengembangan (R&D) dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang kondusif terhadap pengembangan pertanian. AFC merupakan rangkaian kegiatan from farm to table business yang terintegrasi dengan sangat baik, efisien dan tidak tersekat (disconnected). Khusus untuk bisnis di bidang peternakan, permintaan produk

54 TROBOS Juni 2009

peternakan primer dan olahan yang bernilai tinggi yang dihasilkan oleh peternak-peternak Belanda diyakini akan meningkat dengan pesat. Hal ini didorong oleh pendapatan masyarakat dunia yang semakin meningkat, liberalisasi perdagangan yang semakin intensif, investasi asing (foreign direct investment) dan kemajuan teknologi yang pesat. Perkembangan-perkembangan ini tentu saja memperluas kesempatan pasar yang penting untuk mempercepat pertumbuhan peternakan, pengolahan dan jasa peternakan, perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan di daerah perdesaan. Namun, pasar baru tersebut menuntut kualitas, pasokan yang tepat waktu dan skala ekonomis tinggi serta peraturan pemerintah yang lebih ketat terkait dengan animal-friendly surroundings, genetic modification dan pelestarian lanskap perdesaan (sustainable livestock development). Tantangan ke depan adalah bagaimana mempersiapkan para peternak untuk menghadapi tantangan perubahan yang lebih kompleks. Salah satu kuncinya adalah bagaimana menciptakan pendidikan kewirausahaan pertanian (agro-entrepreneurship) yang moderen dan sesuai dengan tuntutan perubahan bagi para peternak di negara Belanda. Belajar dari pengalaman negara kincir angin dalam menciptakan nilai

tambah di peternakan, maka pengembangan sektor peternakan di Indonesia ke depan juga harus didukung oleh adanya para peternak yang memiliki jiwa kewirausahaan yang moderen dan selalu berusaha untuk mengikuti

dinamika perubahan yang dihadapinya.

Complex
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan untuk menciptakan dan menyediakan produk yang bernilai tambah (value added) dengan menerapkan cara kerja yang efisien, melalui keberanian mengambil risiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen untuk mencari dan membaca peluang. Kewirausahaan menuntut semangat yang pantang menyerah, berani mengambil risiko, kreatif, dan inovatif untuk dapat memenangkan persaingan usaha. David McClelland, seorang ilmuwan dari Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa suatu negara dapat dikatakan makmur apabila minimal harus memiliki jumlah entrepreneur atau wirausaha sebanyak dua persen dari jumlah populasi penduduknya. Kewirausahaan memiliki peranan yang strategis dalam menciptakan pelaku bisnis dan perusahaan yang baru. Kewirausahaan juga memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Global Entrepreneurship Monitor (GEM), yang mempelajari dampak kegiatan kewirausahaan pada pertumbuhan ekonomi di 132 negara, menemukan bukti bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara tingkat kegiatan kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi.

Peranan Kewirausahaan dalam Agro -Food

Laporan GEM menyadari bahwa kehadiran wirausaha mampu membuat perekonomian negara akan semakin sejahtera dan kuat karena seorang wirausaha unggul dalam kualitas untuk mengorganisir sumberdaya yang diperlukan dalam menciptakan nilai tambah. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Dapat dikatakan bahwa kewirausahaan merupakan identitas masyarakat moderen. Kegiatan AFC dari hulu sampai hilir sarat dengan pengetahuan dan teknologi. Mulai dari pra panen, pasca panen (pengolahan produk) sampai pada penjualan produk akhir, menuntut adanya inovasi teknologi. Teknologi peternakan tidak akan memberikan makna manakala tidak mampu untuk memberikan nilai tambah suatu produk, dan agar teknologi memberikan makna diperlukan inovasi agar teknologi tersebut dapat masuk ke dalam jalur supply chain. Inovasi teknologi dalam bidang peternakan dapat terbentuk melalui upaya-upaya kreatif untuk mengubah persepsi bahwa bisnis peternakan tidak hanya sekadar berkutat pada kegiatan on -farm, namun kegiatan usaha from farm to table business yang membutuhkan jiwa kewirausahaan. Tugas utama seorang wirausaha menurut Schumpeter adalah melakukan perubahan kreatif (creative destruction). Kewirausahaan dapat dipelajari dari berbagai sudut pandangan (viewpoints). Beberapa studi menunjukkan bahwa karakteristik personal merupakan elemen

Implikasi Kebijakan
Tidak dipungkiri, dengan perkembangan globalisasi ekonomi yang semakin nyata, kondisi di berbagai pasar dunia makin ditandai dengan kompetisi yang sangat tinggi (hyper-competition), tiap keunggulan daya saing usaha di bidang peternakan yang terlibat dalam permainan global (global game) menjadi bersifat sementara (transitory). Karena itu, pelaku usaha dalam bidang bisnis peternakan sebagai pemain dalam permainan global harus terus menerus mentransformasi seluruh penting dalam kewirausahaan. Brockhaus dan Horwitz (1986) menekankan pentingnya perspektif lingkungan dalam mempelajari kewirausahaan. Dalam hal ini, social networks menjadi elemen yang penting bagi keberhasilan wirausaha. Bosma et al. (2000) yang mempelajari elemen-elemen penting yang mempengaruhi keberhasilan kewirausahaan di Belanda menegaskan bahwa social capital, human capital, financial capital, strategi menghadapi dinamika bisnis dan penggunaan infrastruktur pengetahuan yang tepat merupakan elemen-elemen penting dalam kewirausahaan. Satu lagi elemen penting dalam kewirausahaan adalah daya penciptaan inovasi (innovativeness). Innovativeness merupakan salah satu

kehadiran wirausaha mampu membuat perekonomian negara akan semakin sejahtera dan kuat karena seorang wirausaha unggul dalam kualitas untuk mengorganisir sumberdaya yang diperlukan dalam menciptakan nilai tambah
faktor kunci untuk kewirausahaan yang berhasil. aspek manajemen internal usaha peternakan agar selalu relevan dengan kondisi persaingan baru. Dengan jiwa kewirausahaan, para pengusaha akan mampu terus menerus meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan inovasi usaha guna meningkatkan dayasaing dalam dunia yang lebih bersaing. Kewirausahaan memiliki peran penting dalam mewujudkan daya saing peternakan yang berkelanjutan. Namun, menumbuhkan kewirausahaan dalam peternakan membutuhkan pendekatan yang holistik, komperhensif dan terintegrasi. Maka, kerjasama yang harmonis antara entrepreneur di bidang bisnis, pemerintahan, akademik dan sosial (non-profit organization) merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam mewujudkan kewirausahaan dalam peternakan. Perlu dicatat disini bahwa keahlian kewirausahaan (entrepreneurial skills) tidak hanya dimiliki oleh pengusaha semata, tetapi harus pula dimiliki oleh akademisi, birokrat dan pegiatpegiat sosial. Jika mereka masingmasing memiliki kecakapan kewirausahaan yang sama, maka dayasaing negara dapat ditingkatkan dengan lebih mudah. Mereka bisa saling mendukung dan melengkapi. Belajar dari pengalaman negara yang telah sukses dengan kewirausahaannya menjadi poin penting untuk mewujudkan kewirausahaan dalam bidang peternakan di Indonesia. Bila kewirausahaan peternakan tidak segera diupayakan, pasar domestik kita yang sangat potensial hanya akan menjadi pasar bagi produk yang dihasilkan oleh negara-negara maju. Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan semangat kebangkitan nasional yang barubaru ini kita rayakan pada 20 Mei 2009.TROBOS

TROBOS Juni 2009

55

You might also like