You are on page 1of 30

Ujian akhir Semester MATA KULIAH SOSIOANTROPOLOGI

Prof.DR.Dr.Rika Subarniati T,SKM.

ANALISIS PERMASALAHAN LEADERSHIP DI UGD RSIA NYAI AGENG PINATIH GRESIK

Oleh : MOH. AINUL YAQIN, dr

100944021

MINAT STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA 2010

Data Diri Nama NIM Tempat Tanggal Lahir Alamat Hobby Pekerjaan : Moh Ainul Yaqin : 100944021 : Gresik 23 Oktober 1973 : Giri Asri O/10 Gresik : Mamancing : RSIA Nyai Ageng Pinatih Gresik

The Reality is one part of our perceptions, and the perception is in the human mind, so the true reality is in God hand

Daftar Isi BAB I Pendahuluan 1.1. 1.2. Latar Belakang Tujuan UGD RSIA Nyai Ageng Pinatih Gresik BAB III Tinjauan Pustaka 2.1. 2.2. 2.3. Pengertian kepemimpinan Berbagai Teori Kepemimpinan Gaya Kepemimpinan 8 11 18 24 4 4 5 6

BAB II Dinamika Kepemimpinan

BAB IV Pembahasan Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Dari sudut manajemen, seorang pemimpin harus mampu menetapkan tujuan

yang hendak dicapai oleh organisasi atau perusahaan, dalam konteks ini seorang pemimpin harus mampu merancang taktik dan strategi dengan tepat. Dengan

terdapatnya taktik dan strategi yang tepat tersebut maka langkah yang akan ditempuh oleh organisasi akan berjalan efisien dan efektif dalam hal penggunaan anggaran, sehingga secara singkat dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang dalam hubungan antar manusia untuk mempengaruhi (influence) orang lain yang diarahkan melalui proses komunikasi dengan maksud mencapai tujan bersama. Yang dimaksud dengan komunikasi adalah setiap gerak-gerik, tatacara, bicara dan segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Definisi ini mengandung arti pula bahwa dalam kepemimpinan tercermin tadanya pendayagunaan pengaruh dan semua aspek hubungan antar manusia, dan mengandung unsur komunikasi yang akan berpengaruh terhadap pikiran, tingkah laku dan hasil kerja para pengikut (the follower). Berarti juga bahwa seorang pemimpin harus terampil dan mampu

menggali dan merealisasikan potensi-potensi yang dimiliki anggota organisasi secara ikhlas untuk keperntingan organisasi. Keterampilan itu mencakup keterampilan menganalisis kinerja, menciptakan iklim kerja yang kondusif serta keterampilan untuk mengubah perilaku anggota organisasi. Ketidakmampuan pemimpin dalam komunikasi merupakan kelemahan

yang serius bahkan kegagalan bekerja 70% diakibatkan karena ketidakmampuan berkomunikasi seorang pemimpin.

1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4

TUJUAN Memahami tentang Leadership dalam organisasi Mampu mengidentifikasi masalah kepemimpinan di organisasi Mampu menganalsis masalah kepemimpinan di RSIA Nyai Ageng Pinatih Mampu memberikan rekomendasi

BAB II DINAMIKA KEPEMIMPINAN DI UNIT GAWAT DARURAT RSIA NYAI AGENG PINATIH GRESIK RSIA Nyai Ageng Pinatih adalah RS swasta sosio-ekonomi yang mengkhususkan diri dalam bidang pelayanan spesialistik kebidanan penyakit kandungan dan kesehatan anak, serta ditunjang dengan unit-unit pelayanan spesialistik lain. Dalam menjalankan fungsinya, RSIA Nyai Ageng Pinatih memberikan pelayanan kesehatan untuk wanita dan anak, pelayanan kesehatan diberikan secara optimal dan professional bagi pasien, keluarga pasien. Unit Gawat Darurat RSIA Nyai Ageng Pinatih Gresik di pimpin oleh seorang kepala Unit Ny. NZ yang mempunyai gaya kepemimpinan Memerintahkan (banyak detail tugas, sedikit hubungan sesama). Seorang pemimpin yang akan menentukan peranan para bawahan dan memerintahkan mereka untuk mengerjakan tugas-tugas apa, bagaimana, kapan, dan dimana. Jadi lebih menekankan pada perilaku direktif. Ny NZ mempunyai 8 anak buah dengan komposisi 7 paramedis, dan 1 non medis, Ny NZ juga harus bisa berkolaborasi dengan Para dokter UGD dengan berbagai tipe dan macam perilaku. Gaya kepemimpinan seperti ini tentu ada keuntungan dan kelebihannya terutama dalam proses pelaksanaan tugas sehari hari yang dituntut cepat, tepat, dan akurat sehingga tidak mengecewakan konsumen tapi dengan respons time yang bagus.

Karakter atau pembawaaan pemimpin tentu saja akan berimplikasi kepada seluruh anak buah yang dipimpinnya, dikarenakan seorang pemimpin dipastikan akan

mengeluarkan kebijakan-kebijakan baik bersifat praktis, strategis bahkan politis. Kebijakan-kebijakan inilah yang akan menjadi pedoman anak buah dalam melaksanakan penugasan. Apalagi dengan terjadinya perubahan-perubahan akibat era globalisasi ini menuntut pemimpin yang mampu membawa institusi untuk selalu update mengikuti perkembangan jaman yang disebut sebagai kepemimpinan tansformasional. RSIA Nyai Ageng Pinatih merupakan institusi kesehatan yang bertugas melaksanakan pelayanan kesehatan. Lembaga kesehatan ini merupakan organisasi yang sangat birokratis, sehingga kekuasaannya cenderung bersifat hirarkis. Pada tingkatan organisasi yang lebih tinggi akan memiliki kekuasaan yang lebih kuat, misalnya pada tingkat tinggi akan memiliki kekuasaan lebih tinggi daripada menengah dan seterusnya sampai pada tingkat terendah. Dalam organisasi kesehatan ini, sumber kekuasaan cenderung berasal dari coercive power, expert power dan legitimate power karena structural position. Karakteristik legitimate power ini sejalan dengan authority legal dari Max Weber yang lebih mendasarkan pada hak ( right ) pimpinan terhadap bawahannya. Variasi kekuasaan politik yang lain adalah kewenangan ( authority ), yaitu kemampuan untuk membuat orang lain melakukan suatu hal dengan dasar hukum atau mandat yang diperoleh dari suatu kuasa. Pemimpin menyadari bahwa orang yang memiliki power besar adalah orang yang menguasai sumber daya. Pemegang sumber daya yang penting akan berkuasa jika orang itu memang mau menggunakan kekuasaannya untuk memenangkan kepentingannya. Mengapa pemimpin harus paham terhadap peta kekuasaan di organisasi? Agar ia bisa bermain dengan cantik dalam meluncurkan gagasan-gagasan perubahan dan strategi yang sudah ia canangkan. Ketika ia tahu peta tersebut, ia sudah

memperhitungkan strategi-strategi untuk mengatasi hambatan yang mungkin timbul di masa depan.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN Semua organisasi apapun jenisnya pasti memerlukan dan harus memiliki seorang pemimpin yang mengarahkan jalannya organisasi dalam mencapai tujuannya. Ibarat sebuah kapal, pemimpin adalah nakoda kapal yang bertugas untuk mengarahkan jalannya kapal dalam suatu wadah yang disebut dengan organisasi. Sedangkan sejumlah orang lain dalam kapal khususnya anak buah kapal adalah sumber daya penggerak kapal ke arah yang diinginkan nakoda. Sejalan dengan kiasan diatas maka timbullah beberapa pengertian tentang kepemimpinan yang disampaikan oleh para ahli, diantaranya:

A. James A.F. Stoner dan Charles Wankel Mengutip pendapat Churchil yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan mengarahkan. Pemimpin biasanya berjumlah

hanya seorang namum demikian pada prakteknya seiring ditemui bahwa dengan semakin besarnya organisasi yang diiringi dengan semakin meningkatnya volume, beban dan cakupan kerja seorang pemimpin puncak tidak dapat melaksanakan kepemimpinannya tanpa bantuan orang lain, sehingga dibutuhkan pimpinan pada jenjang yang lebih rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam mewujudkan kepmimpinan untuk mengefektifkan organisasi yang memiliki banyak pimpinan unit kerja, tidak sekedar menjadi tanggung jawab pimpinan puncak, tapi merupakan tanggung jawab bersama semua pimpinan yang ada di lingkungannya.

10

B. Robert G. Owens Robert G. Owens mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu interaksi antar suatu pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin. Hal ini dapat diterjemahkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses yang dinamis melalui hubungan timbal balik antara pemimpin dan yang dipimpin. Hubungan tersebut berlangsung dan berkembang melalui transaksi antar pribadi yang saling mendorong dalam mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain kepemimpinan adalah hubungan interpersonal berdasarkan keinginan bersama.

Dari berbagai teori yang disampaikan, akan terlihat paling sedikit tiga hal penting, yaitu: 1. Dari seseorang yang menduduki jabatan pemimpin dituntut kemampuan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain dalam organisasi. 2. Kepengikutan kepemimpinan. 3. Kemampuan untuk mengubah egosentrisme para bawahan menjadi organisasi sentrisme. Warren Bennis dalam bukunya berjudul On Becoming Leader, menjelaskan perbedaan peran antara manager dan pemimpin sebagai berikut :

sebagai

elemen

penting

dalam

menjalankan

Manager mengelola sedangkan pemimpin menginovasi Manager adalah tiruan sedangkan pemimpin orisinal Manager mempertahankan pemimpin mengembangkan Manager berfokus pada sistem dan struktur sedangkan pemimpin fokus kepada orang

11

Manager

bergantung

kepada

pengawasan

sedangkan

pemimpin

membangkitkan kepercayaan

Manager melihat jangka pendek sedangkan pemimpin melihat perspektif jangka panjang

Manager bertanya kapan dan bagaimana sedangkan pemimpin bertanya apa dan mengapa

Manager melihat hasil pokok sedangkan pemimpin menatap masa depan Manager meniru sedangkan pemimpin melahirkan Manager menerima status quo sedangkan pemimpin menantangnya Manager adalah prajurit yang baik sedangkan pemimpin adalah dirinya sendiri

Manager melakukan hal-hal dengan benar sedangkan pemimpin melakukan hal-hal yang benar

Dari perbedaan diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa seorang Manager hanya berurusan dengan benda-benda, struktur, sistem dan efisiensi. Sedangkan seorang Pemimpin berurusan dengan efektivitas, orang, memberdayakan dan menyalurkan potensi yang dimiliki oleh orang lain.

2.2.

BERBAGAI TEORI KEPEMIMPINAN

A. Teori Contigency dan Situasional Teori ini menekankan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang melaksanakan tugasnya dengan mengombinasi antara faktor bawaan, perilaku dan situasi. Tannenbaum & Schimd (1983) menekankan bahwa kombinasi antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis diperlukan oleh pemimpin dimana unsur

12

utama pemimpin adalah tergantung dari situasi organisasi, yaitu kemampuan pemimpin dan penghargaan kepada kelompok. Mouton dan Blake (1964) mengembangkan suatu bagan bahwa pemimpin mengendalikan produktivitas, tugas, orang dan hubungannya. Pada masing-masing bagan tersebut diberikan penilaian dari rentang yang sangat tinggi ke rentang sangat rendah seperti bagan di bawah ini:

ORANG-ORANG

9 1,9 8 7 6 5 4 3 2
1,9 - Saya mencoba sebagai teman kepada semua staf supaya mereka mendukung saya

9,9
9,9 - Saya bekerja dengan staf untuk mencapai tujuan bersama. Mereka mengerti tanggung jawabnya dan kami menyelesaikan masalah bersama

5,5

5,5 - Saya memilih pendekatan di tengahtengah dan menghindari kontroversi. Aturan RS sebagai model kepemimpinan 9,1 - Saya mengharapkan semua staf melaksanakan tugasnya dengan baik

1 1,1

1,1 - RS telah memberikan saya posisi sebagaimana yang saya harapkan. Saya mempunyai perhatian yang sedikit kepada staf lain

9,1 7 8 9 Tinggi

1 2 Rendah

4 5 6 PRODUKSI

13

Renda h Menurut managerial grid dari Mouton dan Blake tersebut, metode kepemimpinan dapat dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu : 1. Impoverished management (Metode Kepemimpinan 1.1); rendah sekali upaya yang dilakukan, baik untuk melakukan pekerjaan maupun membangun tim atau relasi sosial. Merupakan metode kepemimpinan yang buruk dan tidak akan membantu organisasi mencapai tujuannya. Gaya seperti management. 2. Country club management (Metode Kepemimpinan 1.9); memiliki perhatian yang tinggi pada orang-orang namun rendah terhadap pekerjaan. Mereka cocok untuk organisasi yang tidak terlalu menekankan pada pekerjaan akan tetapi lebih kepada membangun relasi dan hubungan sosial. Forum-forum informal cenderung menggunakan gaya seperti ini. 3. Middle of the road menagement (Metode Kepemimpinan 5.5); berada dalam posisi yang seimbang, dan cukup baik untuk digunakan dalam sebuah organisasi, karena memiliki orientasi yang cukup baik pada orang-orang maupun pada pekerjaan. Metode kepemimpinan seperti ini biasanya merupakan metode kepemimpinan yang umumnya dimiliki hampir oleh banyak orang. ini kadangkala dinamakan sebagai laissez-faire Tingg

14

4.

Authority compliance (Metode Kepemimpinan 9.1); merupakan kebalikan dari metode kepemimpinan Country club management

(Metode Kepemimpinan 1.9) dimana pemimpin atau manajer cenderung lebih berorientasi pada pekerjaan sangat mengabaikan pada orang-orang. Metode kepemimpinan ini sering kali dinamakan pula dengan gaya otoriter atau authoritarian manajemen style. 5. Team management (Metode Kepemimpinan 9.9); adalah manajer atau pemimpin yang ideal, mereka memiliki perhatian yang tinggi kepada pekerjaan sekaligus orang-orang. Tidak mudah untuk memiliki metode kepemimpinan seperti ini, dan dapat dikatakan cukup sedikit pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Sering kali metode kepemimpinan ini juga dinamakan sebagai democratic management style.

Fokus metode kepemimpinan ini menekankan pada perilaku pemimpin yang menekankan pada produksi dan manusia. Dalam kelompok, perlu adanya komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan organisasi, kompetisi antar anggota kelompok dapat dikurangi dan komunikasi serta adanya kebersamaan yang dapat ditingkatkan, sehingga akan dapat dicapai tujuan organisasi yang optimal.

B. Teori Kontemporer Teori ini menekankan terhadap empat komponen penting dalam suatu pengelolaan, yaitu: 1. Pemimpin 2. Staf dan atasan

15

3. Pekaryaan 4. Lingkungan Dia menekankan dalam melaksanakan suatu manajemen, seorang pemimpin harus mengintegrasikan keempat unsur tersebut untuk mencapai tujuan organisasi. Teori kontemporer tersebut juga perlu didukung oleh tori motivasi, interaksi dan teori transformasi.

C. Teori Motivasi Teori motivasi dikembangkan oleh beberapa ahli yaitu Maslow, Aldefer, Herzberg, Mc Celland, Adams dan Vroom. Tabel dibawah ini menggambarkan

perbandingan beberapa teori meotivasi yang diyakini dapat membantu dalam meningkatkan kinerja dan kualitas layanan kesehatan.

Perbandingan beberapa teori motivasi berdasarkan isinya (contens): TEORI A. The Need Hierarchy (Maslow) 2. Aman 3. Kasih sayang 4. Harga diri B. ERG Theory (Clayton C. Arderfer) Two-factors Theory (Frederich 16 5. Aktualisasi 1. Existence 2. Relatedness 3. Growth 1. Motivators 2. Hygiene = Perencanaan reguler = Teamwork = Pencapaian posisi = Tantangan pekerjaan = Fisiologi + Aman = Kasih sayang = Harga diri + Aktualisasi = Kepuasan kerja = Lingkungan kondusif PENJELASAN 1. Fisiologi = Gaji pokok

D.

Herzberg) Learned Theory 1. Affiliation (Mc Celland) 2. Power 3. Achievement

= Bersahabat = Memerintah orang = Suka tantangan Kompetisi Menyelesaikan masalah dengan efektif

Perbandingan beberapa teori motivasi berdasarkan prosesnya: TEORI A. Equity Theory (Adams) B. Expectancy Theory (Georgropoulos, Moheny, Jones dan Vroom) PENJELASAN Berdasarkan nilai-nilai keadilan terhadap karyawan M=JXVXEXI 1. J = Job Outcomes = Penghargaan (Promosi, Pengakuan, Kenaikan Gaji) 2. V = Valence = Keinginan / Perasaan berhasil 3. E = Expectancy = Kemungkinan berhasil dengan kerja keras 4. I = Instrumentality = Keyakinan akan berhasil berdasarkan kerja keras dan C. Reinforcement Theory (BF Skinner) D. Goal Setting (Locke) situasi Stimulus - Respons Konsekuensi Tujuan yang harus dicapai oleh organisasi

D. Teori Z

17

Teori Z dikemukakan oleh Ouchi (1981). Teori ini merupakan pengembangan dari Teori Y dari Mc Gregor (1460) dan mendukung gaya kepemimpinan demokratis. Komponen Z meliputi pengambilan keputusan dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai dengan keahliannya, menekankan pada keamanan pekaryaan, promosi yang lambat dan pendekatan yang holistik terhadap staf. Teori ini lebih menekankan pada staf dibanding dengan kualitas produksi, sehingga di Amerika teori ini masih banyak diperdebatkan.

E. Teori Interaktif Schein (1970) menekankan bahwa staf atau pegawai adalah manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan sekitarnya dan berkembang secara dinamis. Sistem tersebut dianggap suatu sistem yang terbuka, jika terjadi adanya perubahan energi dan informasi dengan lingkungan. Asumsi teori ini sebagai berikut: 1. Manusia memiliki karakteristik yang sangat kompleks. Mereka

mempunyai motivasi yang bervariasi dalam melakukan suatu pekaryaan. 2. Motivasi seseorang tidak tetap, tetapi berkembang sesuai perubahan waktu. 3. Tujuan bisa berbeda pada situasi yang berbeda pula. 4. Penampilan seseorang dan produktivitas dipengaruhi oleh tugas yang harus diselesaikan, kemampuan seseorang, pengalaman dan motivasi. 5. Tidak ada strategi yang paling efektif bagi pemimpin dalam setiap situasi.

18

2.3.

GAYA DAN TIPE KEPEMIMPINAN

A. Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya

membentuk suatu pola atau bentuk tertentu.

Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi dimana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan.

Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai

keterampilan yang berbeda, seperti ketrampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seseorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati

bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab

19

itu, seorang pimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.

Disamping itu ada pendapat tentang gaya kepemimpinan yang berkaitan dengan tugas dan perilaku yang berkaitan dengan hubungan sesama, yaitu : a. Memerintahkan (banyak detail tugas, sedikit hubungan sesama). Seorang pemimpin yang akan menentukan peranan para bawahan dan memerintahkan mereka untuk mengerjakan tugas-tugas apa,

bagaimana, kapan, dan dimana. Jadi lebih menekankan pada perilaku direktif. b. Menawarkan (banyak detail tugas, banyak hubungan sesama). Seorang pemimpin tidak hanya memberikan perilaku direktif tapi juga memberikan perilaku supportif. c. Meminta partisipasif (sedikit detail tugas, banyak hubungan sesama). Seorang pemimpin dan bawahannya saling berbagi dalam pengambilan keputusan dimana peran utama si pemimpin dikomunikasikan dan difasilitasikan. d. Mendelegasikan (sedikit detail tugas, sedikit hubungan sesama). Seorang pemimpin hanya memberikan sedikit arahan dan support.

Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.

20

B. Tipologi Kepemimpinan Dalam praktiknya, dari berbagai gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe kepemimpinan; diantaranya adalah sebagian berikut (Siagian, 1997) 1. Tipe Otokratis. Seorang pemimpin otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut : a. Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; c. Mengganggap bawahan sebagai alat semata-mata; d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; e. Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; f. Dalam tindakan penggerakkanya sering mempergunakan

pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum. 2. Tipe Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militeristis berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : a. Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; b. Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya;

21

c. Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan; d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; e. Sukar menerima kritikan dari bawahannya; f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan. 3. Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang

paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : a. Mengganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; b. Bersikap terlalu melindungi (overly protective); c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif; e. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya; f. Sering bersikap maha tahu. 4. Tipe Karismatik. Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan

22

bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Ghandi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah orang yang sehat fisik, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki

karisma meskipun umurnya msih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ganteng. 5. Tipe Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki kararteristik sebagai berikut : a. Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia; b. Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; c. Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; d. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; e. Ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki

23

agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; f. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; g. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

24

BAB IV PEMBAHASAN

Terdapat beberapa pendapat tentang fungsi kepemimpinan dimana hal tersebut menunjukkan relevansi dari kepemimpinan dalam manajemen. Menurut pendapat Charles J. Keating, fungsi kepemimpinan yang berhubungan dengan manajemen adalah tugas untuk: Memulai (initiating), Mengatur (regulating), Memberitahu (informing), Mendukung (supporting), Menilai (evaluating) dan Menyimpulkan (summering).

Dijelaskan pula secara lengkap oleh Nawawi dan Edi Sutrisno bahwa fungsi kepemimpinan adalah: A. Fungsi Pengambil Keputusan Organisasi hanya akan bergerak secara dinamis apabila pemimpin memiliki kemampuan dalam melaksanakan wewenangnya sebagai pengambil keputusan yang akan dilaksanakan oleh anggota organisasi. Fungsi pengambilan keputusan sebagai strategi kepemimpinan sangat penting peranannya karena tanpa kemampuan dan keberanian tersebut pemimpin tidak mungkin dapat menggerakkan organisasi. Kemampuan ini berarti juga bahwa sorang pemimpin harus mampu menyampaikan keputusan secara jelas agar dapat dimengerti oleh anggota yang akan menjalankannya. Kemampuan melaksanakan fungsi pengambilan keputusan untuk mengefektifkan organisasi mengharuskan seorang pemimpin tidak saja memiliki kecerdasan intelektual namun memerlukan juga kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial yang prima, bahkan

25

sikap berani mengambil keputusan dikatakan merupakan satu-satunya hal yang membedakan seorang pemimpin dengan pemimpin lainnya. Keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh keterampilan dalam mengambil keputusan terutama disaat kritis. Seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan karena seorang pemimpin merupakan orang yang telah dianggap sangat memahami peta perjalanan organisasi dan juga hal-hal yang menyangkut: 1. 2. 3. 4. 5. Pemahaman tentang seluk beluk pekerjaan yang ditanganinya; Pemahaman tentang hal-hal yang menjadi sasaran unit kerjanya; Pemahaman tentang karakter rekan kerja dan bawahannya; Pemahaman tentang tata hubungan organisasi yang dipimpinnya dengan lingkungan sekitarnya; Pemahaman tentang peraturan yang berlaku terkait dengan materi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan B. Fungsi Instruktur Seorang pemimpin pada peringkat manapun ia berada, sebenarnya pada jabatan yang diembannya melekat pula tugas sebagai instruktur atau sebagai pengajar yang baik bagi rekan kerja atau bawahannya. Instruktur yang baik mempunyai peran sebagai guru yang bijaksana, yang memungkinkan setiap rekan kerja/bawahan semakin lama semakin pintar dan professional dalam menjalankan tugasnya. Untuk menjadi seorang instruktur yang baik tentu diperlukan pula keterampilan dalam berkomunikasi yang harus pula berjalan secara dua arah dalam suasana kondusif yang dapat diciptakan oleh instruktur. Proses pemberian materi oleh seorang instruktur bukanlah merupakan penyampaian perintah yang harus dilaksanakan, namun merupakan proses belajar-mengajar yang akan dijalankan dengan penuh kesabaran dan ketekunan, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. C. Fungsi Konselor Konselor merupakan salah satu fungsi seorang pemimpin dalam suatu unit kerja dengan membantu orang lain mengatasi masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Dalam 26

pengertian ini maka pekerjaan seorang konselor disebut sebagai konseling. Dengan pemberian konseling diharapkan rekan kerja/bawahan dapat memecahkan masalah yang dihadapinya serta dapat menolong dirinya sendiri keluar dari permasalahan. Kegiatan konselor pada sebagian orang kurang disenangi karena dengan kegiatan ini mengharuskan seseorang untuk selalu berhubungan langsung dengan banyak orang yang bermasalah. Untuk menjadi konselor yang baik diperlukan keterampilan berkomunikasi yang baik disamping pengetahuan tentang konseling itu sendiri. Beberapa rintangan yang sering terjadi dalam proses konseling adalah: 1. Perbedaan status antara konselor dengan orang yang bermasalah; 2. Perbedaan budaya dan nilai hidup; 3. Pemimpin kurang mempunyai cukup waktu untuk melakukan konseling; 4. Pemimpin cenderung memberikan nasihat dan mengarahkan sehingga pemecahannya ditentukan oleh pemimpin bukan ditentukan sendiri oleh orang yang mempunyai masalah; 5. Sering terjadi prasangka negatif sebelum persoalan terpecahkan. Dengan keterampilan konseling maka seorang pemimpin yang juga menjadi sebagai seorang konselor akan lebih mumpuni dalam memberikan bantuan untuk pemecahan masalah, baik masalah pekerjaan, pengembangan karir bahkan masalah pribadi sekalipun. Ada beberapa persyaratan yang perlu dimiliki seorang pemimpin yang berfungsi pula sebagai seorang konselor, yaitu: 1. Memiliki kesadaran diri yang tinggi; 2. Mempunyai sikap yang cocok antara kata dan perbuatan; 3. Menghormati orang lain; 4. Bersikap jujur; D. Fungsi Partisipatif Fungsi partisipatif sebagai strategi kepemimpinan ibaratkan pisau bermata dua yang berarti bahwa disamping seorang pemimpin harus mampu untuk mengikutsertakan anggota organisasi sesuai dengan posisi dan 27

kewenangannya agar berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan yang relevan, seorang pemimpin juga harus bersedia berpartisipasi membantu anggota organisasi menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Fungsi partisipatif ini tidak saja akan menempatkan pemimpin sebagai orang dalam (in group) namun juga akan diiringi dengan sikap percaya, dihormati dan disegani tanpa rasa takut diantara anggota organisasi. Satu hal yang penting untuk diwaspadai adalah kendali tentang batas-batas partisipasi yang dilaksanakan, agar selain tidak kehilangan peranan dan kewibawaan sebagai pemimpin, juga anggota organisasinya tetap berfungsi dan mampu bertanggung jawab atas pekerjaan dan hasil kerja yang menjadi tugas pokoknya. E. Fungsi Delegatif Fungsi pendelegasian harus dilaksanakan untuk mewujudkan organisasi yang dinamis dalam mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi dibidangnya, karena tidak mungkin seluruh pekerjaan dilaksanakan sendiri oleh pemimpin. Pemimpin harus mampu mendayagunakan orang lain agar dapat bekerja untuk dirinya dan organisasinya, sehingga pemimpin harus mampu membagi pekerjaan dan melimpahkan wewenang dan tanggung jawab pelaksanaan suatu tugas. Pelimpahan tugas sangat bermafaat dan penting artinya bagi pemimpin dan anggota karena: 1. Pemimpin akan mempunyai cukup waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan dan masalah yang lebih besar dan penting 2. Memperpendek birokrasi sehingga keputusan dapat ditetapkan secara lebih cepat pada jenjang kepemimpinan yang tepat 3. Setiap tugas sesuai dengan berat ringan tanggung jawabnya dapat diselesaikan pada jenjang kepemimpinan yang tepat 4. Memperbesar partisipasi dan menumbuhkan tanggung jawab pimpinan tingkat menengah dan bawah serta anggota organisasi dalam melaksanakan tugas sebagai kontribusi pada pencapaian tujuan organisasi sebagai tujuan bersama 5. Memberikan peluang yang besar untuk mengembangkan inisiatif, kreativitas dan inovasi pimpinan tingkat menengah dan bawah serta anggota organisasi di bidang kerjanya masing-masing 28

6. Menghilangkan kebiasaan, sifat dan sikap bekerja dengan menunggu perintah sehingga menjadikan organisasi lebih dinamis 7. Pekerjaan tetap berlangsung meskipun seorang pimpinan tidak hadir karena berhalangan 8. Memberikan pengalaman dan pelatihan langsung serta praktis bagi semua jenjang untuk mengembangkan kepemimpinannya dalam mempersiapkan diri menjadi pemimpin masa depan Dari berbagai fungsi kepemimpinan yang telah dijelaskan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kepemimpinan merupakan sebuah komponen dalam manajemen, dimana dijelaskan dalam buku-buku teks tentang sebuah pendekatan yang integral dalam masalah ini. A. Empat fungsi yang dilakukan oleh kedua-duanya, yaitu : 1. 2. 3. 4. Planning : goal setting Organizing : coordination of human capital resources Motivating Controlling

B. Kemampuan umum yang dibutuhkan oleh kedua-duanya, yaitu : 1. Technical skills: using data, adopting innovation 2. Human skills: the ability to work with people 3. Conseptual skills: ability to see the big picture C. Seorang pemimpin yang kharismatik tanpa memiliki orientasi manajemen akan menjadi sekedar cosmetic dan kosong dari substansi.

29

DAFTAR PUSTAKA

Greenberg, Jerald dan Robert A Baron, Behaviour in Organizations, Understanding and Managing The Human Side of Work, New Jersey, Prentice Hall inc, 1997

http // id.wikipedia.org /wiki / kekuasaan politik

Pace.R. Wayne dan Faules. Don F, Komunikasi Organisasi. Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2006

Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi. Kekuasaan dan Politik, 10thed , PT Indeks, Kelompok Gramedia , 2006

Yayat Hayat Djatmiko, Perilaku Organisasi, Alfabeta Bandung, 2004

30

You might also like