You are on page 1of 4

KESIAPAN DUNIA KOPERASI MENGHADAPI PASAR BEBAS*)

Oleh Dr. Noer Soetrisno **)


PENDAHULUAN 1. Indonesia telah sepakat menyelesaikan kesepakatan liberalisasi perdagangan (WTO, APEC, ASEAN, AFTA, LOI, dll). Kesepakatan itu membawa konsekuensi berlakunya prinsip-prinsip dalam perdagangan bebas. Kata kuncinya adalah persaingan yang semakin ketat, kualitas produk dengan standarisasi mutu, dan berlakunya prinsip-prinsip perdagangan internasional. Terjadinya berbagai perubahan paradigma itu harus disikapi secara sadar oleh setiap pelaku ekonomi nasional. Dengan tantangan mendesak adalah pelaksanaan AFTA tahun 2003, NAFTA 2010 dan APEC tahun 2020 Sementara kita masih dihadapkan dengan kondisi ekonomi yang belum pulih dari krisis. Meskipun terdapat kenaikan angka PDB pada kuartal ini, namun harus disadari bahwa pergerakan PDB itu lebih disebabkan oleh prilaku konsumsi masyarakat pada akhir dan awal tahun. Karena itu segenap optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang banyak diperkirakan mencapai hingga 3 sampai 3,5 persen memperlukan perangkatperangkat pendorong yang lebih progresif. Terlebih tingkat inflasi masih mencemaskan yaitu berada pada kisaran dua digit yakni sekitar 12 persen. Di sisi lain pada tahun 2002 ini kita masih menghadapi tingkat kemiskinan yang relatif tinggi, walaupun telah menurun dari tahun-tahun sebelumnya, namun angka kemiskinan masih relatif besar yakni sekitar 70 juta orang atau 29 persen dari jumlah penduduk yang ada. Di samping itu, tingkat pengangguran juga masih tinggi, yaitu sebesar 40 juta orang atau sekitar 35 persen dari jumlah angkatan kerja yang ada. Peran intermediasi perbankan masih tersendat, sehingga pasar keuangan belum optimal. Proses penyehatan perbankan itu sendiri masih diliputi oleh berbagai kepentingan. Bahkan BPPN yang semula diharapkan dapat segera melakukan pembenahan hingga kini belum menunjukan kinerja yang optimal. Selain itu masih banyak permasalahan perbankan yang tidak dapat segera dituntaskan, termasuk dalam penyelesaian kredit macet. Infrastruktur fisik dan sosial mengalami kemerosotan perlu rehabilitasi besarbesaran. Bencana yang terjadi belakangan dan proses pembangunan infrastruktur yang telah berhenti selama krisis telah menggangu kelancaran kegiatan ekonomi. Perbaikan ini diperkirakan baru dapat dilakukan dalam jangka menengah dan panjang.
Disampaikan dalam seminar Kesiapan Dunia Koperasi di Indonesia Menghadapi Persaingan Pasar Bebas AFTA 2003 dan NAFTA 2010, diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Usaha Kecil dan Kewirausahaan Muhammadiyah, Jakarta, 21 Pebruari 2002 Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKM, Kantor Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
D/Maklaah waka/Kesiapan Dunia Koperasi Menghadapi Pasar Bebas

2.

3.

4.

5.

*)

**)

PEREKONOMIAN INDONESIA MENGHADAPI PERSAINGAN GLOBAL 6. Pelaku ekonomi di dominasi usaha kecil, terutama usaha mikro dan informal. Jumlah usaha ini mencapai hingga 99 persen dari jumlah total usaha di Indonesia. Kenyataan ini telah menyulitkan proses pembangunan karena ketimpangan dalam penguasaan aset secara nasional terjadi sangat lebar. Terlebih lagi ketimpangan itu terjadi sejak lama, dengan ciri kegiatan usaha besar yang bergerak dari hulu-hilir dan bukan ditopang oleh kegiatan usaha menengah dan kecil dalam bentuk sub-kontrak. Sumbangan terhadap pembentukan nilai tambah usaha kecil relatif kecil (41%), sementara harus menyediakan lapangan kerja yang besar (89%). Kondisi ini terjadi sebaliknya dengan usaha besar. Hal ini kecuali disebabkan karena tenaga kerja kebanyakan berpendidikan rendah, juga disebabkan oleh investasi yang rendah dengan hanya mengandalkan teknologi yang sederhana. Akibatnya produktivitas/tenaga kerja usaha kecil hanya sekitar 1/200 produktivitas/tenaga kerja dari usaha besar. Keadaan itu semakin melemahkan daya saing secara keseluruhan produk usaha kecil. Ketergantungan pada sektor tradisional bernilai tambah rendah penyerapan investasi rendah (pertanian dan perdagangan/eceran). Keterbatasan untuk melakukan perubahan dengan inovasi-inovasi termasuk dalam kemampuan alih usaha telah menyebabkan stagnasi usaha. Kelebihan tenaga kerja terdidik tetapi tidak terampil terus meningkat memerlukan penyediaan lapangan kerja dan mempersulit penempatan. Hal ini telah berakibat terjadinya peningkatan pengangguran berpendidikan dengan jenjang pendidikan yang semakin tinggi. Tiadanya dukungan sistem keuangan yang efisien untuk pengembangan ekspor dan investasi baru. Kebanyakan usaha yang ada tidak mengetahui dan tidak mampu memanfaatkan fasilitas dan sumber-sumber modal yang tersedia. Sementara itu keterbatasan pengetahuan dan akses pasar telah menutup berbagai kesempatan ekspor atau ekspansi untuk investasi baru.

7.

8.

9.

10.

11.

PDB PER TENAGA KERJA PENGUSAHA KECIL, MENENGAH DAN BESAR MENURUT SEKTOR EKONOMI TAHUN 1999
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8 9 SEKTOR Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Jumlah KECIL MENENGAH 5.58 48.94 23.83 39.32 6.15 10.89 15.04 14.26 72.86 60.86 9.00 25.99 12.31 82.73 186.08 169.36 12.56 9.52 7.75 25.92 BESAR 188.79 8,008.69 908.23 1,442.41 4,652.89 276.98 2,206.46 3,767.47 2,267.18 1,314.85

D/Maklaah waka/Kesiapan Dunia Koperasi Menghadapi Pasar Bebas

POSISI KOPERASI DALAM MENYIASATI PERSAINGAN 12. Dilihat dari pertambahan jumlah koperasi, jumlah anggota, aktiva dan volume usaha dapat dikatakan bahwa pembangunan koperasi menunjukkan kemajuan yang cukup berarti. Namun demikian perlu dicermati karena peningkatan jumlah dan anggota koperasi tanpa diikuti oleh volume usaha, misalnya, itu berarti terjadi penurunan akselerasi ekonomi. Dan jika volume usaha yang lain mengalami peningkatan atau setidaknya konstan maka ini berarti terjadi penurunan peran koperasi sebagai pelaku ekonomi. Dalam perkembangannya usaha koperasi telah mengalami pergeseran dari koperasi produsen ke arah koperasi konsumen atau pedagang eceran. Proses pergeseran ini terjadi dalam kondisi transisi untuk peningkatan efisiensi usaha. Sedangkan menurut jenis keluaran yang dihasilkan, kebanyakan koperasi menjalankan usaha jasa dan sebagian usaha industri kecil. Sementara kegiatan-kegiatan produksi biasanya dikerjakan oleh individu-individu para anggotanya. Sedang sebagian koperasi bergerak dalam bidang jasa keuangan bukan bank, demikian juga di bidang tersier. Dengan memperhatikan jenis usaha di atas sebenarnya secara umum kegiatan koperasi masih sangat terbatas dan pada lingkup yang masih sempit. Penjabaran lebih lanjut tentang koperasi Indonesia, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya koperasi Indonesia adalah koperasi kredit. Karena dilihat dari struktur aset yang ada 53% di antaranya merupakan Usaha Simpan Pinjam (USP) atau Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Sedangkan koperasi yang bergerak dalam industri dan jasa hanya memiliki aset 35%. Sementara di sektor pertanian hanya sebesar 12% saja. Koperasi pertanian menghadapi transisi berat karena proses liberalisasi pertanian. Akibatnya kebanyakan produk pertanian dalam negeri tidak mampu menghadapi membanjirnya produk-produk pertanian asing yang lebih bermutu dan kompetitif. Sementara pemerintah tidak dapat lagi memberikan kemudahan dan proteksi karena hal itu akan ditentang melalui OPD. Koperasi susu adalah model terbaik untuk koperasi pertanian, tetapi pola ini tidak dapat digeneralisir untuk semua jenis koperasi. Model koperasi susu ini dapat berkembang karena adanya jaminan terhadap kelangsungan koperasi yang mekanismenya ditentukan secara terbuka dan bersama-sama oleh anggota-anggotanya. Koperasi Indonesia masih dalam persimpangan antara konsep perusahaan milik koperasi dan organisasi koperasi. Konsepsi perusahaan untuk koperasi berarti koperasi diperbolehkan memiliki perusahaan yang profitable dengan prinsip-prinsip umum sebuah perusahaan. Sedangkan sebagai organisasi koperasi, koperasi hanya menempatkan kepentingan anggota dengan fungsi menjalankan pelayanan. Dalam konteks ekonomi pasar koperasi sebagai asosiasi perorangan harus dilihat sebagai organisasi atau metode menjalankan usaha untuk melakukan kerjasama pasar dari anggotanya sebagai pelaku ekonomi. Dalam suatu perekonomian, pelaku pasar adalah para produsen dan konsumen selain pemerintah yang di semua negara berperan melalui pelaku ekonomi, melalui aktivitas produksi dan konsumsinya.
D/Maklaah waka/Kesiapan Dunia Koperasi Menghadapi Pasar Bebas

13.

14.

15.

16.

17.

18.

STRATEGI PEMBANGUNAN DUA ARAH 19. Dari berbagai penjelasan di muka dapat disampaikan bahwa kesiapan koperasi dalam menghadapi pasar bebas, akan sangat dipengaruhi oleh berbagai perubahan ekonomi secara umum. Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu langkah permulaan yang penting untuk mencegah kondisi yang lebih buruk bagi perekonomian nasional. Jaring pengaman sosial (pangan dan kesehatan) program investasi jangka panjang (pendidikan) perluasan kegiatan produktif masyarakat miskin untuk peningkatan pendapatan perluasan kesempatan kerja secara meluas melalui usaha kecil, terutama usaha mikro Proses percepatan pemulihan ekonomi merupakan agenda yang sangat mendesak. Proses recovery ini merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan berusaha bagi koperasi dan pelaku ekonomi usaha kecil menengah. Beberapa program dapat dijalankan di antaranya: Perluasan dukungan kredit mikro/kecil untuk usaha mikro dan usaha kecil menengah (UKM). Peran koperasi akan sangat penting karena kekuatan terbesar kedua dalam menyediakan kredit adalah koperasi (31%) Perluasan pendampingan dan BDS menuju usaha kecil Menengah (UKM) yang kompetitif dan orientasi UKM yang viable dengan pembinaan yang terpadu dengan fokus yang lebih jelas. Penciptaan inovasi untuk menaikkan kepadatan investasi pedesaan (innovation for increasing investment density in rural area) Karena jumlah aset koperasi terbesar adalah koperasi kredit maka diperlukan pembangunan platform koperasi kredit sebagai dasar baru penyusunan kekuatan bagi daya saing koperasi. Dalam hal ini kondisi yang melingkupi untuk bersaing secara ketat sebagai konsekuensi dari perubahan tatanan ekonomi pasar bebas harus disikapi oleh koperasi secara dewasa, dengan sikap dan perjuangan untuk membangun kesejahteraan bersama. Di antaranya dengan memanfaatkan kekuatan koperasi berupa jaringan dan prinsip kekeluargaan dalam arti pengembangan kesejahteraan secara bersama. Tentu saja prinsip ini didasari oleh semangat berusaha yang kompetitif, profitable, dan kolektif dengan didukung oleh peningkatan kualitas SDM nya.

20.

21.

22.

PENUTUP 23. Akhirnya kesiapan menghadapi pasar bebas akan ditentukan oleh peran yang dijalankan koperasi itu sendiri. Tentu saja berbagai distorsi dalam pengembangan koperasi perlu segera diatasi. Dalam hal ini pengembangan koperasi selanjutnya harus disesuaikan dengan paradigma perubahan global yang menuntut berjalannya prinsip-prinsip perdagangan bebas. Karena itu pola pengembangan koperasi yang mandiri dan mampu berkompetisi dalam arena pasar bebas menjadi pilihan yang harus dijalani dan tidak dapat ditawar lagi.
D/Maklaah waka/Kesiapan Dunia Koperasi Menghadapi Pasar Bebas

You might also like