You are on page 1of 3

RESPON ANTIBODI JANIN

Erry Gumilar Dachlan


Respon imun adalah suatu reaksi hasil suatu sistim yang komplek. Membangkit-kan respon imun membutuhkan antara lain : 1. Serial interaksi di antara sel-sel makrofag, limfosit T dan B yang terorganisasi dengan rapih. 2. Proses maturasi mekanisme sel-sel efektor seperti sel netrofil, sel eosinofil, sel basofil dan sel mast . 3. Membutuhkan protein serum yaitu komplemen dan faktor-faktor koagulasi. Berdasarkan hal tersebut diatas respon imun yang terjadi di dalam tubuh janin dan neonatus (bayi baru lahir ) dapat dikatakan sebagai hal yang unik. Bahkan karakteristik respon imun janin dan neonatus ini lebih disebut sebagai interaksi seluler yang bersifat prematur (Lawton, 1992). Kapasitas janin dalam memproduksi antibodi berbeda secara kuantitatif dan kualitatif dibandingkan orang dewasa. Sampai janin/bayi baru lahir sebenarnya telah dipahami bahwa sebagian besar perangkat/instrumen imunologis (misalnya sel B sel T, sel makrofag dan sel NK) telah tersedia dan cukup matang baik fenotip dan fungsinya (Hayward dan Ezer, 1974; Asantila dan Vahala, 1974; Miyawaki dan Moriya, 1981). Hanya kemampuan melakukan respon imun terus berkembang, karena janin kekurangan pengalaman dan perlu menimba pengalaman (Lawton, 1992; Roitt, 1994 dan Tizard, 1995). Secara kuantitatif kapasitas janin dalam memproduksi antibodi telah tampak yang diawali pada usia kehamilan 10-14 minggu, tetapi kadar imunoglobulinnya rendah khususnya dalam keadaan tidak adanya infeksi intra uterin (Van Furth et al, 1965; Gitlin et al, 1969). Perkecualian untuk IgG, IgG diperoleh dari ibu melalui transfer plasenta. IgG mengalami katabolisasi dengan paruh waktu selama 30 hari serta terjadi penurunan konsentrasi IgG setelah 3 bulan pertama terutama yang disebabkan oleh peningkatan volume darah di dalam tubuh bayi yang berkembang. Kemudian kecepatan sintesis IgG bayi akan mengambil alih serta melampaui jumlah IgG maternal yang rusak karena katabolisme. Selanjutnya secara keseluruhan konsentrasi IgG meningkat terus dengan stabil, sampai mencapai kadar orang dewasa pada umur 4-6 tahun. Sintesis IgM janin telah ditemukan sejak umur kehamilan 8-10 minggu, menyusul IgG sedikit lebih lambat sedangkan sintesis IgA dimulai menjelang kehamilan aterm (Van Furth et al, 1965; Gitlin et al, 1969). Kandungan antibodi serum janin aterm meliputi IgM sebesar 10% kadar orang dewasa, IgG dengan kadar seperti orang dewasa (karena diperoleh melalui transport plasental) serta sedikit bahkan hampir tidak ada IgA (Buckle, 1968). Konsentrasi IgM meningkat dengan cepat, pada bayi berumur 1 tahun akan mencapai kadar orang dewasa. Konsentrasi IgA meningkat perlahan dan pada masa pubertas diperoleh seperti kadar orang dewasa. Kelenjar limfe dan limfe secara relatif kurang berkembang sampai janin/bayi lahir, kecuali ada eksposur antigen intrauterin karena infeksi kongenital oleh mikroorganisme seperti rubella, cytomegalovirus, herpes dan toxoplasma (Abbas et al, 1991; Roitt, 1994).

Stimulasi antigenik yang kuat mempengaruhi akselerasi proses respon imun tersebut. Janin yang memperoleh infeksi intrauterin kongenital sering memiliki IgM setinggi kadar orang dewasa serta peningkatan kadar IgG & IgA yang mencolok. Produksi IgM akan mendominasi dan cenderung menetap, sedangkan respon IgG dan IgA lebih rendah dan lambat dibandingkan IgM (Alford et al, 1967; Lawton, 1976 dan 1992). Kemampuan janin memproduksi antibodi adalah suatu proses ontogeni dari sintesis imunoglobulin. Proses tersebut dikenal dengan mekanisme imunofisiologis janin yang telah dimulai sejak umur kehamilan dini. Mekanisme imunofisiologis janin meliputi proses preparasi perangkat sel B, IgM membran dan sel T janin, lebih terperinci seperti di bawah ini:

Persiapan perangkat sel B dan IgM membran janin


Ontogeni sel B diawali dengan masuknya stem cell dari limfoid ke hati janin pada umur kehamilan 8 9 minggu. Di antara himpunan sel hematopoetik yang berfungsi sebagai progenitor sel B nampak sel-sel B prekursor. Sel-sel ini mengekspresikan rantai IgM dalam sitoplasmanya. Ketika produksi sel B menurun fungsi tersebut diambil alih oleh sumsum tulang sejak umur kehamilan 12 minggu untuk selamanya.

Diferensiasi sel B berlangsung simultan diantaranya


Sel B prekursor melakukan perubahan morfologis, menjalani proses maturasi dan melakukan proliferasi secara ekstensif dengan membentuk klon-klon yang beraneka ragam (clonal diversity). Dan kemudian sel B menjadi matur/dewasa. Aktivasi sel B menjadi oto tolerans telah diperoleh semenjak sel ini masih muda (imatur). Dengan demikian sel B dalam keadaan anergi. Stimulasi oleh sel T dibutuhkan dalam proses ini guna mempertahankan sel B tolerans. Pengembangan spesifisitas atas klon-klon sel B melalui mekanisme penataan ulang (rearrangement) gen Ig secara berjenjang guna menghasilkan molekul IgM membran (Roitt, 1994). Proses diferensiasi diatas berlangsung dalam organ limfoid primer (hati janin). Pemrosesan ini tidak memerlukan keberadaan dan stimulasi antigen (antigenindependent phase). Sel B yang telah dilengkapi dengan IgM membran telah nampak di hati janin sejak umur kehamilan 8-9 minggu (Roitt, 1994). Sel B yang telah dewasa (matur) masuk kedalam sirkulasi darah sebagai sel imunokompeten dan kemudian migrasi kedalam jaringan limfoid sekunder/perifer termasuk kelenjar getah bening, limfe dam folikel limfoid lapisan mukosa saluran pencernaan dan pernafasan. Dalam organ tersebut sel B akan memasuki fase maturasi yang memerlukan stimulasi/rangsangan antigen (antigen-dependent phase) untuk menjadi sel efektor. Sel B sebagai sel efektor akan membentuk antibodi dan kemudian mensekresinya. Jumlah sel B dewasa seterusnya meningkat dengan cepat. Dan proporsi sel B sebagai sel imunokompeten sampai pada umur kehamilan 14-16 minggu dalam sumsum tulang, darah dan limfe menyamai proporsi sel B di jaringan orang dewasa (Tizard, 1995). Sel plasma dengan jumlah kecil telah ditemukan dalam kehidupan intra uterin. Sel plasma terbentuk pada tahap akhir dari proliferasi dan diferensiasi sel B karena rangsangan antigen (external antigen). Sel-sel ini mengembangkan endoplasmik retikulum tempat dimana molekul polipeptida imunoglobulin disintesis (Abbas et al, 1991).

Spesifikasi sel B janin berbeda dengan sel B orang dewasa/konvensional. Diantaranya, sel ini memiliki petanda CD5 (Cluster of Differentiation), kaya dengan produksi IgM dan memproduksi pula otoantibodi IgM. Otoantibodi IgM bersifat multispesifik dan mempunyai kapasitas sebagai natural antibody dalam berinteraksi dengan gugusan karbohidrat bakteri. Jumlah antibodi jenis ini meningkat perlahan dalam masa neonatal serta tidak tanggap terhadap jenis antigen konvensional (Hardy, 1991). Sel B dengan spesifikasi diatas disebut pula sel B1. Populasi sel B yang tidak memiliki petanda CD5 disebut sel B2. Ciri-ciri lain dari sel B1 adalah mempunyai petanda CD72 dan menghasilkan IL-10 yang penting untuk memperbaharui kembali sifat dan fungsi biologis sel tersebut seperti semula (renewing)(Roitt, 1994)

Persiapan perangkat sel T janin


Stem cell dari limfoid dalam sumsum tulang janin yang menjadi progenitor sel T disebut sel prothymosit. Sel-sel ini berpindah memasuki kelenjar timus karena pengaruh faktor khemotaksis pada umur kehamilan 7 minggu. Dalam kelenjar timus terjadi perkembangan antara lain (Abbas et al, 1991; Roitt, 1994; Tizard, 1995): diferensiasi dan proliferasi sel T menjadi subpopulasi sel T imunokompeten disertai pula perubahan-perubahan fenotipe permukaan, penataan ulang gen reseptor sel T di lapisan kortek serta menghasilkan ekspresi reseptor sel T pada sel timosit, proses selektif oleh sel epitel timus terhadap sel timosit dengan afinitas haplotype MHC (Major Histocompatibility Complex)sehingga reseptor sel T hanya mengenal antigen yang berhubungan dengan molekul MHC, sel T mengalami induksi tolerans imunologis karena masih kekurangan molekul MHC. Emigrasi sel T dari kelenjar timus ke jaringan limfoid perifer melalui sirkulasi darah sebagian besar adalah sel T matur baik fenotipe dan fungsinya. Ini terjadi pada umur kehamilan 10-12 minggu. (lihat gambar)

You might also like