You are on page 1of 2

Remaja adalah masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa yang diikuti perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial.

Masa ini ditandai dengan adanya pubertas, yaitu kematangan organ seksual dan kemampuan untuk bereproduksi. Kematangan organ seksual ditandai dengan haid pada remaja putri dan mimpi basah pada remaja putra. Selain mengalami kematangan seksual, pada masa remaja terjadi perubahan fisik lain. Misalnya, terdapat perubahan pada tinggi dan berat badan, pertumbuhan tulang dan otot, serta perubahan fisik otak sehingga struktur otak menjadi semakin sempurna. Perubahan fisik ini disertai dengan peningkatan kemampuan kognitif dan psikososial. Dari segi kognitif, seorang remaja akan termotivasi untuk memahami dunia sekitarnya karena merasa perlu beradaptasi dengan dunia luar. Remaja biasanya cenderung kritis, cerewet, dan tidak mudah percaya pada orang lain. Hal ini disebabkan oleh remaja sudah mampu membedakan antara hal atau ide yang lebih penting bagi dirinya, lalu menghubungkan banyak hal atau ide yang ditemukannya, atau bahkan remaja mampu membuat sesuatu yang baru. Dalam bahasa Psikologi, remaja telah memasuki tahap Formal Operational yang merupakan tahap dimana seseorang telah mampu berpikir secara abstrak. Pada fase ini, kita harus menyadari bahwa remaja masih memiliki personal fable dalam dirinya. Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Ini merupakan kecenderungan egosentris yang mendorong remaja untuk berperilaku merusak diri karena mereka memiliki keyakinan bahwa mereka akan terlindung dari bahaya. Misalnya seorang siswi SMP berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil (karena perilaku seksual yang dilakukannya) atau seorang siswa SMA berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya (saat kebut-kebutan motor) atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang atau rokok berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya. Kesimpulannya, remaja biasanya memiliki keyakinan yang tidak realistis bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya. Padahal hal tersebut sangat bertolak belakang dengan fakta di lapangan. Dari segi psikososial, remaja mengalami perkembangan kepribadian, yaitu perubahan cara individu dalam berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik. Perkembangan sosial juga berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Hal yang dominan dalam perkembangan ini adalah pencarian identitas diri sebagai proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup. Perkembangan sosial pada masa remaja biasanya lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua. Pada masa ini remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi untuk menentukan bagaimana cara berpakaian, pilihan musik, film atau aktivitas yang menarik untuk dilakukan. Hal yang penting untuk diingat, tugas utama remaja adalah mencari identitas diri agar nantinya

remaja dapat menjadi orang dewasa yang matang dengan persepsi diri yang sesuai dan peran yang bernilai di masyarakat. Remaja harus berusaha untuk menemukan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan adaptasi mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya. Hal ini bukanlah hal yang mudah, tetapi juga bukan hal yang sulit karena semuanya membutuhkan proses. Terdapat beberapa tips penting untuk remaja agar sukses dalam perkembangannya, yaitu: 1. Cintai diri, orang tua, dan Tuhan. Nikmatilah masa-masa diarahkan oleh orang tua dalam menilai dan memilih suatu perbuatan apakah baik atau tidak baik. Selalu dekatkan diri kepada Tuhan. Tumbuhkan kepercayaan diri dengan fokus terhadap kelebihan yang dimiliki. 2. Mandiri. Mulailah mengurangi ketergantungan dengan orang lain, memahami apa yang harus dilakukan, mulai belajar menentukan hal-hal yang perlu atau tidak perlu dalam hidup sehari-hari. 3. Berprestasi akademis. Latihlah diri untuk disiplin dalam belajar, membuat jadwal, berpikir lebih dalam tentang motivasi belajar dan masa depan, sehingga konsentrasi meningkat. 4. Bergaul. Persiapkan diri dalam pergaulan, terutama tingkatkan kepercayaan diri dalam melawan pengaruh negatif yang ada di lingkungan. Latihlah cara berkomunikasi verbal yang penuh kasih sayang, simpati, pengertian, dan pedoman moral dalam berteman. 5. Berprestasi non-akademis. Di luar kegiatan formal, biasakan memiliki kegiatan lain yang menyenangkan namun tetap produktif dan membawa diri dapat bernilai positif dalam lingkungan.

You might also like