You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI

Perbanyakan Secara Vegetatif

OLEH : EKO R.P.N. 05121002049

TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDERALAYA 2012

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tanaman budidaya yang ada sekarang ini berasal dari hasil seleksi manusia yaitu dengan memilih jenis yang dapat dimanfaatkan terutama untuk dimakan dan tidak membahayakan dalam kesehatan. Jenis tanaman yang telah terseleksi tersebut (jenis unggul) akan banyak berfaedah kalau disertai dengan metode yang tepat untuk memperbanyaknya. Metode perbanyakan yang kurang benar akan menghasilkan generasi baru dengan potensi hasil tidak seperti yang diharapkan oleh penanamannya. Perbanyakan tanaman bukan hanya mencakup penyediaan tanaman saja, namun juga upaya untuk mengkonversasi sumber genetik serta mendapatkan keturunan tanaman dengan potensi produksi yang tinggi. Perbanyakan tanaman berarti pengulangan dan penggandaan jenis tanaman, sehingga terciptanya generasi baru. Secara eksplisit mengandung makna agar suatu tanaman terhindar dari kepunahan atau mencegah terjadinya erosi genetik. Punahnya suatu individu menyebabkan munculnya kekuatan baru yang mungkin sukar dicari penangkalnya. Kejadian ini sering terlihat pada letupan populasi hama dan penyakit tanaman. Selain itu karena adanya penebangan hutan dan penambangan hasil bumi yang mengakibatkan semakin berkurangnya ragam jenis tumbuhan. Kelestarian ragam genetik tanaman harus dijaga dari kepunahan. Keragaman genetik merupakan modal dasar dalam penciptaan jenis tanaman baru yang mempunyai nilai lebih, misalnya lebih toleran terhadap lahan kering, lahan masam, lahan alkali, jenis lahan yang bermasalah, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta produksi tinggi dan lain-lain. Setiap mahluk hidup baik tumbuhan ataupun hewan di dunia ini mempunyai kecendrungan untuk melangsungkan keturunannya agar tidak punah dengan cara memperbanyak diri. Secara alamiah sebenarnya tanaman dapat memperbanyak diri tanpa campur tangan manusia, seperti biji buah-buahan yang jatuh ketanah dapat tumbuh dengan sendirinya, atau tunas-tunah umbi dari pohon pisang dan jenis umbi-

umbian lain dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Spora yang lepas dari berbagai tanaman paku-pakuan dapat pula tumbuh jika kondisi lingkungannya cocok. Berkat kemajuan di bidang teknologi pertanian, kini telah ditemukan berbagai cara perbanyakan tanaman, mulai cara yang paling sederhanaseperti pengambilan dan pemilihan benih kemudian ditebarkan menjadi tanaman-tanaman baru hingga cara perbanyakan tanaman yang rumit. Secara garis besar perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perbanyakan tanaman secara generatif dan vegetatif. Perbedaan kedua metode tersebut terletak pada bahan yang digunakan untuk perbanyakan. Perbanyakan tumbuhan secara generatif menggunakan biji sebagai bahan tanam. Biji dalam hal ini adalah benih, yaitu biji yang telah dipilih untuk digunakan sebagai bahan tanam selanjutnya. Sedangkan perbanyakan tumbuhan secara vegetatif menggunakan bahan tanaman selain biji. Pada umumnya bagian tanaman seperti akar, batang, dan daun digunakan untuk perbanyakan vegetatif. Pemilihan dua cara ini (seksual dan aseksual) sangat tergantung pada beberapa hal, yaitu tersedianya bahan tanaman, sifat tanaman, ketersediaan tanaman terampil, alat dan sarana, serta tujuan perbanyakannya. Tujuan dilaksanakannya praktikum perbanyakan tanaman secara generatif dan vegetatif ini adalah agar praktikan (mahasiswa) dapat mengetahui aplikasi tentang perbanyakan tanaman pada tanaman buah-buahan, tanaman hias, ataupun tanaman perkebunan, serta cara pelestarian flasma nutfah tanaman asli Kalimantan selatan.

B. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya matahari terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman itu sendiri.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Cara memperbanyak tanaman sangat banyak ragamnya. Mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Ada yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada pula yang rendah. Ini semua sangat bergantung pada beberapa faktor, misalnya cara perbanyakan yang kita pilih, jenis tanaman, waktu memperbanyak, ketrampilan pekerja, dan sebagainya (Wudianto, 1991). Pembiakan kawin merupakan pembiakan yang umum terjadi di alam, baik secara sederhana maupun secara kompleks. Pembiakan generatif bunga mempunyai peranan yang sangat penting karena dari bunga akan terjadi pada mekanisme penyatuan sifat melalui perubahan kromosom dan komponen-komponennya, baik susunan maupun fungsinya Jumin (1994). Pembiakan secara seksual didahului oleh peristiwa penyerbukan, yaitu penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Setelah berlangsung penyerbukan proses kedua adalah pembuahan (fertilization). Pembuahan adalah salah satu peristiwa penyatuan salah satu inti sperma (sperma nucleus) yang berasal dari pollen tube dengan inti sel telur yang berasal dari di dalam embriosae. Penyatuan inti sperma dengan inti sel telur ini akan menghasilkan zygota. Pada pembiakan seksual, bersatunya sel gamet (sel reproduksi) akan terbentuk ragam genetik yang luas (Jumin, 1994). Pembiakan tak kawin berlangsung dengan cara pelepasan organ vegetatif dari tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh menjadi individu baru. Aseksual berlangsung tanpa perubahan-perubahan kromosom. Sehingga sifat yang diturunkan sama dengan sifat induknya Jumin (1994). Perkembangbiakan tanaman biasanya dilakukan secara vegetatif. Sebab, kalau perbanyakan dilakukan secara generatif dengan biji, hasilnya banyak yang menyimpang dari induknya (Wijaya, 1985). Okulasi sering juga disebut dengan menempel, ocultatie (Belanda) atau budding (Inggris). Banyak jenis pohon buah-buahan yang dapat diokulasi, ada yang mudah dilakukan dan ada yang susah dilakukan. Jenis tanaman seperti jeruk, apokat,

rambutan, durian, jambu biji dan mangga sangat mudah untuk diokulasi dan berhasil dengan baik. Sedang buah seperti sawo, nangka, duku, dan pala jika diokulasi pertumbuhan tunasnya sangat sulit. Jenis tanaman buah-buahan yang sampai saat ini belum bisa diokulasikan adalah manggis (Wudianto, 1991). Memindahkan sebuah mata tunas ke pangkal bawah tanaman lain yang sejenis (famili) untuk memperoleh tanaman yang mempunyai sifat gabungan antara kedua tanaman itu disebut okulasi. Asal mata tunas yang ditempelkan mempunyai sifat tajuk yang baik dan batang bawah mempunyai perakaran yang kuat maka kedua sifat baik itu tergabung pada satu tanaman Jumin (1994). Kelebihan dari hasil okulasi adalah tanamannya lebih baik dari induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran yang kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang pokok yang digunakan sebagai batang pokok yang akan ditempeli dan juga batang bawah. Sedang tanaman yang mempunyai buah lezat diambil matanya untuk ditempelkan pada batang pokok dan juga dikenal sebagai batang atas (Wudianto, 1991). Menurut Sugito (1991) untuk mendapatkan hasil okulasi yang baik, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu :antara batang atas dan batang bawah mempunyai sifat kompobilitas yang tinggi di antaranya mempunyai kesamaan dalam hal: umur batang, diameter batang dan lingkungan tumbuh tanaman induk. Suhu udara tempat persemaian diusahakan stabil dan berkisar antara 20-23C,kelembaban udara dijaga cukup tinggi untuk mempercepat pembentukan kalus bahan stek dan lingkungan persemaian bebas dari hama dan penyakit (bial perlu disterilkan)diperlukan naungan kelembaban udara di bawah naungan.Perbanyakan vegetatif untuk memperoleh keturunan yang sama dengan tanaman induknya, sering dilakuakan dengan mencangkok (Sutiyoso, 1995). Orang-orang asing sering menyebut cangkok dengan air layerage atau aerial layering (Inggris) dan marcottage (Prancis). Pembiakan dengan cara ini memang terkenal sejak dahulu, bahkan dapat dikatakan suatu cara perkembangbiakan tertua di

dunia. Namun hasilnya sering mengecewakan pencangkokkannya, mereka ada yang gagal hanya beberapa persen saja tapi bisa juga gagal total. Kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman di atas keratan/luka yang kering atau mati. Untuk menghindari kejadian seperti ini tentu kita perlu memperbaharui cara mencangkok dan mencurahkan perhatian yang agak serius dengan kesabaran dan ketelitian (Wudianto, 1991). Translokasi hasil fotosintesa berlangsung melalui phloem (jaringan kulit kayu) untuk diedarkan ke seluruh bagian tanaman. Kalau phloem diputuskan, maka tanaman atau hasil fotosintesa akan terhenti, sehingga membentuk kallus. Kallus ini apabila menyentuk media yang basah akan merangsang terbentuknya akar. Cabang atau dahan tempat akan terbentuk jika dipotong dan dipindahkan ke tanah akan diperoleh tanaman baru. Pekerjaan tersebut disebut mencangkok. Keuntungan yang diperoleh dari mencangkok adalah tanaman yang baru sama dengan induknya dan cepat memperoleh bibit yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya adalah tidak mempunyai perakaran yang kuat, memakan waktu yang banyak dan merusak pohon induk asal cabang atau dahan (Jumin, 1994). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencangkok adalah umur batang tidak terlalu tua atau muda; pohon kuat; sehat dan subur, mencangkok sebaiknya dilakukan di musim penghujan dan diusahakan media cangkok tetap lembab. Pada mencangkok dilakukan pengeratan cabang akar cadangan makanan yang terbentuk dari hasil fotosintesis di daun akan tertahan dan menumpuk di bagian atas keratan yang selanjutnya digunakan untuk intisari dan pembentukan akar (Ganner and Chaudri, 1976). Cara stek banyak dipilih orang, apalagi bagi pengebun buah-buahan dan tanaman hias. Alasannya karena bahan-bahan untuk membuat stek ini hanya sedikit, tetapi dapat diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak Wudianto (1991). Bagian batang, cabang atau pucuk yang ditanamkan disebut stek. Stek dibedakan menjadi stek batang, stek cabang, stek ranting, stek pucuk, stek daun, dan stek tunas (Jumin,1994).

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum dasar-dasar agronomi yang berjudul Pengaruh Perbanyakan Tanaman Secera Vegetatif dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2012, pukul 14:30 sampai dengan selesai dan bertempat di Lahan Percobaan Universitas Sriwijaya.

B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Polybag ukuran 5 kg sebanyak 2 buah, top soil, air , benih kacang hijau (Vigna radiata), penggaris, kertas A4 80 gr.

C. Cara Kerja Cara kerja dari praktikum dasar-dasar agronomi yang berjudul Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari sebagai berikut: 1. Isi polybag sampai 3/4 bagian dengan top soil. 2. Rendam benih kacang hijau dengan air selama 3-5 menit. 3. Tanam benih kacang hijau yang telah direndam tadi ke dalam polybag yang telah terisi tanah tadi sebanyak masing-masing 4 benih. 4. Letakkan 1 polybag dibawah naungan, dan 1 polybag lagi ditempat yang terkena cahaya matahari secara langsung (tanpa naungan). 5. Amati 2 hari sekali sampai 5 kali pengamatan. 6. Catat hasil pengamatan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Hasil dari praktikum ini setelah dilakukan pengamatan selama 2 kali, adalah sebagai berikut : Tanggal 4/12/2012 11/12/2012 Pengamatan ke I II Jumlah tunas 2 2 Jumlah daun 2 3 Deskripsi tanaman Berbentuk V Berbentuk V

B. Pembahasan Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman yang menggunakan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun. Beberapa cara perbanyakan vegetatif yang dipergunakan dalam acara I praktikum kali ini adalah penyambungan dan penempelan (Grafting dan Budding), mencangkok dan menyetek. Perbanyakan dengan cara ini cukup efektif dalam rangka memperoleh hasil keturunan yang lebih baik dibandingkan kedua induknya. Menyambung memiliki beberapa pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya kita menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat persis seperti induknya. Sifat ini meliputi ketahanannya terhadap hama dan penyakit, rasa buah (khususnya untuk tanaman buah-buahan), keindahan bunga (untuk tanaman hias). Karena kita tahu bahwa hasil cangkokan bisa dikatakan hampir seratus persen menyerupai sifat induknya. Seandainya terdapat penyimpangan sifat, biasanya disebabkan mutasi gen. Dalam mencangkok ada keuntungan dan kerugiannya. Salah satu keuntungan seperti yang telah disebutkan di muka, yaitu sifat tanaman baru sama dengan tanaman induk. Selain itu nanti apabila hasil cangkokan ditanam pada tanah yang

permukaan air tanahnya tinggi, cangkokan dapat tumbuh baik. Keuntungan lain adalah tanaman cepat menghasilkan buah dalam waktu yang relatif singkat. Selain keuntungan di atas ternyata adapula kerugiannya. Yang pertama adalah cangkok tidak dapat dilakuakan secara besar-besaran, karena jumlah dahan yang dapat dicangkok dari sebuah pohon terbatas. Kerugian lain adalah kematian pada cangkokan tinggi. Yang terakhir adalah waktu yang diperlukan untuk mencangkok lama (sekitar satu sampai satu setengah bulan jika tidak menggunakan zat perangsang). Cara pencangkokan adalah dengan menyayat batang pohon induknya dengan membersihkan kambium. Tujuan membersihkan kambium tersebut supaya akar dapat tumbuh dengan baik. Apabila masih terdapat sisa kambium yang tertinggal maka mungkin masih ada bagian xylem yang tertinggal sehingga masih ada aliran bahan makanan sampai ke daun sehingga akar tidak terbentuk. Sedangkan tujuan dari penyayatan adalah untuk memutus jaringan floem yang mengangkut sari-sari makanan hasil fotosintesis. Dengan terputusnya jaringan floem maka pada luka sayatan terjadi penimbunan makanan yang menyebabkan bagian tepi luka menebal sehingga terbentuk kallus. Kallus ini apabila menyentuh media basah akan merangsang terbentuknya akar. Karena syarat terbentuknya akar adalah adanya makanan yang terkumpul di bagian sayatan tersebut yang digunakan untuk pembentukan akar. Jaringan xylem yang mengangkut air dan garam-garam mineral dari tanah tetap tidak terputus sehingga batang yang dicangkok tetap mendapat suplai dari tanaman induk. Setelah luka sayatan kering, bagian luka ditutup dengan kapasitas lapang. Kemudian dibungkus dengan plastik diikat dengan tali yang rapat supaya lembab. Kelembaban yang mantap akan sangat membentu pertumbuhan akar. Di samping itu supaya tanah tidak mudah lepas serta akar yang tumbuh cukup aerasi dan drainase. Pada percobaan ini kita menggunakan tanaman Puring (Codiatum variegatum). Sebelum melakukan pencangkokan, pasti sudah tersirat dalam pikiran kita untuk menghasilkan bibit cangkokan dari pohon terpilih. Ada beberapa syarat agar tanaman hasil cangkokan memuaskan. Syarat tersebut antara lain pohon induk umurnya sudah cukup, tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Ciri dari pohon yang

ideal diantaranya adalah jumlah cabang yang memenuhi syarat untuk dicangkok sudah cukup; pohon induk harus sudah berbunga bagi tanaman hias bunga dan telah berbuah sedikitnya tiga kali bagi tanaman buah-buahan; mempunyai sifat unggul; batang halus; batang lurus ke atas; warna kecoklatan, karena pada batang kecoklatan, kallus penutup luka akan lebih cepat terbentuk dan akar yang keluar juga akan cepat terbentuk; syarat terakhir pohon yang akan dicangkok nampak kuat dan subur serta tidak terserang hama penyakit yang dapat menggagalkan hasil cangkokan. Setelah pemilihan batang induk, kita mengamati cabang yang tepat untuk bibit cangkokan. Cabang yang baik untuk dicangkok adalah cabang yang ukurannya tidak terlalu besar, cabang berwarna coklat dan kulitnya mulus. Pemilihan cabang berukuran kecil bertujuan agar dari tiap pohon induk diperoleh belasan sampai puluhan cangkokan dan bentuk pohon tidak akan rusak, selain itu jika dipindah di lapangan akan kecil penguapan airnya. Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa tingkat keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cangkok cukup besar, yaitu 66,67 % untuk tiap-tiap kelompok. Hal ini disebabkan karena: 1. Kebutuhan air yang tercukupi dengan jumlah yang tidak terlalu berlebihan. 2. Kebutuhan cahaya matahari tercukupi. Cahaya matahari ini diperlukan tumbuhan untuk proses fotosintesis yang hasilnya ditransmisikan ke seluruh jaringan melalui floem. Pada batang yang dicangkok dihilangkan floemnya menyebabkan zat-zat hasil fotosintesis tidak dapat sampai ke perakaran tetapi terkumpul pada bagian atas cangkok. Cadangan makanan tersebut digunakan tanaman untuk pertumbuhan akarnya. 3. Curah hujan dan kelembaban yang sesuai. 4. Tanah yang cocok, yaitu bentukan hara yang tersedia bagi tanaman yang dipengaruhi oleh kelarutan zat hara, pH tanah, tekstur tanah, jumlah bahan organik yang ada. 5. Pemilihn batang induk yang baik dan memenuhi syarat untuk dicangkok. 6. Perawatan yang baik. Perbanyakan stek batang adalah perbanyakan vegetatif dengan cara

memotong batang lalu ditanam pada media tanam yang sesuai dengan jenis

tanamannya. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman jeruk (Citrus sp). Syarat pemilihan batang yaitu batang berumur kurang lebih satu tahun karena pada cabang yang terlalu tua sangat sulit untuk membentuk akar, sedangkan pada cabang yang terlalu muda prosos penguapannya terlalu cepat sehingga stek menjadi lemah dan mati. Ada tidaknya penyakit dalam cabang yang akan kita jadikan stek juga harus kita perhatikan. Karena hal ini akan berpengaruh pada hasil stek yang kita buat. Sebaiknya kita memilih batang yang berwarna hijau, cabang seperti ini biasanya memiliki kandungan nitrogen dan karbohidrat yang tinggi sehingga mempercepat petumbuhan akar. Untuk pemotongan pada batang yang telah memenuhi syarat sebaiknya pemotongan ini dibuat miring dengan sudut kemiringan 45 pada bagian atas maupun bagian bawah. Pemotongan batang secara miring pada bagian atas ditujukan untuk menjaga agar air yang jatuh dari atas tidak membuat batang busuk dan pemotongan miring bagian bawah bertujuan untuk memperluas persinggungan antara batang dengan media tanam. Untuk mengurangi tingginya penguapan pada tanaman dapat dilakukan mengurangi jumlah daun yang terdapat pada batang yang akan digunakan untuk stek. Pangkal dipotong miring tersebut kemudian diberi zat pengatur tumbuh agar pada pangkal batang tersebut nantinya cepat tumbuh akar. Sebelum batang dimasukkan ke dalam media tanam perlu dibuat lubang pada tanah yang ukurannya sesuai dengan diameter batang agar zat pengatur tumbuh tetap memempel pada batang yang distek. Sehingga pada pangkal batang tersebut akan terang sang tumbuh akar. Media tanam yang digunakan yaitu pasir halus. Persentase keberhasilan stek batang ini adalah 58,43 17 %. Angka ini agak rendah, hal ini karena penyiraman yang dilakukan tidak teratur. Padahal media pasir memerlukan penyiraman yang rutin karena dalam keadaan kapasitas lapang pasir mudah kering. Perbanyakan stek daun adalah perbanyakan vegetatif dengan cara memotong daun tanaman menjadi beberapa bagian, lalu ditanam pada media tanam. Potongan tersebut kemudian akan menjadi tanaman baru.

Cara perkembangbiakan ini banyak diterapkan pada tanaman hias, terutama tanaman hias sukulen, daunnya tebal berdaging dan kandungan airnya sangat tinggi. Daun yang dipilih untuk stek ini harus yang telah cukup umurnya, dengan demikian mempunyai kandungan karbohidrat cukup tinggi. Warna dari daun juga dipilih yang hijau segar hal ini karena daun yang berwarna kekuningan menandakan daun itu kekurangan Nitrogen yang akan sulit dalam membentuk perakaran. Dalam percobaan ini menggunakan daun tanaman lidah mertua (Sanciviera sp). Penyetekan dilakukan dengan memilih daun tanaman yang memenuhi syarat dan memotong menjadi tiga bagian, yaitu ujung, tengah dan pangkal. Dalam pemotongan diusahakan dilakukan satu kali iris stiap potongnya untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Setelah dipotong ditancapkan pada media tanam yang telah disiapkan. Media tanam yang digunakan adalah pasir halus yang mampu memberikan aerasi yang cukup, mempunyai drainase yang baik dan beresiko kecil terkena jamur dan bakteri. Hasil percobaan menunjukkan persentase keberhasilan stek daun ujung 58,33 32 %, stek daun tengah 75 17 %, stek daun upangkal 91,67 17%. Persentase keberhsilan stek daun ini cukup tinggi debandingkan dengan perbanyakan vegetatif lainnya. Stek daun ini disimpan pada tempat yang lembab dan teduh yang terhindar dari sinar matahari. Pada polybag diberi sungkup plastik yang fungsinya untuk mengurangi transpirasi dan agar terhindar dari sinar matahari.. Pada prinsipnya cara perbanyakan tanaman dengan stek daun sama dengan cangkok yaitu tanpa usaha untuk memperbaiki sifat sehingga diperoleh tanaman dengan sifat sma dengan induknya. Keuntungan metode ini adalah bahan yang digunakan sedikit tetapi dapat diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak dan caranya tidak begitu rumit sehingga mudah dilakukan oleh siapa pun. Sambung pucuk yang dilakukan dalam acara ini termasuk dalam top grafting yaitu penyatuan pucuk (bagian atas tanaman sebagai calon batang atas dengan batang bawah tanaman lain yang masih satu marga sehingga membentuk tanaman baru yang dapat menyesuaikan diri secara kompleks. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman puring (Codiatum variegatum). Pertama-tama dipilih dua tanaman puring yang berbeda jenis

tetapi besar batang hampir sama. Kemudian dilakukan pemotongan batang bawah sebagai stock dn membelah tengah-tengah batang. Pangkal batang lain sebagai scion membentuk heruf V dan menyisipkan scion pada stock. Pada persambungan diikat dengan tali yang bertujuan agar air tidak masuk di antara sisipan. Pada bagian scion dilakukan pengurangan jumlah daun untuk mengurangi penguapan. Kemudian pada bagian scion diberi sungkup plastik hingga menutupi penyambungan untuk memperkecil resiko kegagalan dan memberi lubang pada plastik agar aerasi udara tetap berjalan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Perbanyakan vegetatif yang bertujuan untuk mendapatkan hasil, yaitu kualitas dan sifat-sifat tanaman yang sama dengan induknya dapat dilakukan dengan cara stek batang, stek daun dan cangkok. 2. Untuk mendapatkan hasil yang beragam dan meningkatkan sifat-sifat unggul tanaman dapat dilakukan dengan sambung pucuk (grafting). 3. Persentase keberhasilan stek batang adalah 58,34 % 17% 4. Persentase keberhasilan sambung pucuk (grafting) adalah 8,33 % 14 % 5. dalam perbanyakan vegetatif umur tanaman lebih singkat.

C. Saran

1. Berikan pengetahuan kepada praktikan bagaimana cara memilih batang tanaman yang baik. 2. Agar percobaan ini lebih teliti supaya hasilnya lebih maksimal harus digunakan tanaman sampel yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Djakfar, Z. 1990. Dasar-dasar Agronomi. Jakarta: Gramedia. Fitter, A. 1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Oren, Justice. 2002. Intensitas Cahaya Matahari. Jakarta: Grafindo Persada. Setiawan, Asep dan Wahju, Qamar. 1995. Pengantar Produksi Benih. Jakarta: Kanisius. Tjitrosomo,S. 1983. Botani Umum I. Bandung: Angkasa Bandung.

You might also like