You are on page 1of 34

BAB I Pendahuluan

Trauma (injury) adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan. Trauma tumpul adalah suatu rudapaksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh yang disebabkan oleh benda-benda yang mempunyai permukaan tumpul seperti batu, kayu, bola, martil, jatuh dari tempat tinggi, kecelakaan lalu lintas, dan . sebagainya. Trauma tumpul pada kepala adalah kekerasan tumpul pada kepala yang dapat menyebabkan kerusakan yang kompleks di kulit kepala, tulang tengkorak, selaput otak, dan jaringan otak itu sendiri.

BAB I Pendahuluan

Trauma kepala merupakan jenis trauma terbanyak

yang ditemukan yakni lebih dari 50% trauma Cedera kepala biasa terjadi pada dewasa muda antara 15- 44 tahun. Pada umumnya rata-rata usia adalah sekitar 30 tahun. Lebih dari 50% trauma kapitis terjadi karena kecelakaan lalu lintas, selebihnya dikarenakan pukulan atau jatuh.

BAB II Tinjauan Pustaka


2.1. Anatomi Kepala
Kulit Kepala (Scalp)

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu skin, connective tissue, aponeurosis, loose areolar tissue, dan pericranium Tulang Tengkorak Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. Rongga dasar tengkorak (basis cranii) dibagi atas 3 fossa yaitu fossa anterior ,fossa media, dan fossa posterior

Anatomi Tulang Tengkorak tampak Anterior dan Lateral

BAB II Tinjauan Pustaka

Meningen

Meningen menutupi seluruh permukaan otak terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater, arachnoid dan piameter. Otak Otak atau encephalon terbagi atas 3 bagian yaitu proencephalon, mesencephalon, rhombencepahlon yang berkembang menjadi pons dan cerebellum.

BAB II Tinjauan Pustaka

2.2 Trauma Tumpul Kepala


Definisi dari benda tumpul adalah tidak bermata tajam,

konsistensi keras/kenyal dan permukaan halus/kasar. Luka karena kekerasan benda tumpul dapat berbentuk salah satu atau kombinasi dari luka memar (hematoma, kontusio), luka lecet (ekskoriasi, abrasi), luka robek (laserasi), patah tulang (fraktur). Kekerasan benda tumpul pada kepala dapat mengenai bagian-bagian kepala tertentu dengan efek yang masing-masing yaitu pada kulit, tulang tengkorak, otak dan selaput otak.

BAB II Tinjauan Pustaka


1. Kulit kepala dapat menyebabkan:

Luka lecet (ekskoriasi, abrasi) adalah luka yang terjadi hanya pada lapisan kulit epidermis, akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya kecelakaan lalu lintas, kepala terbentur aspal jalan atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit kepala.

Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet diklasifikasikan menjadi luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet tekan (impact abrasion, impression) dan luka lecet geser (friction abrasion).

BAB II Tinjauan Pustaka

Luka memar (hematom, kontusio) Suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul.

Hematom antemortem dapat dibedakan dari lebam mayat dengan cara penyayatan kulit. Pada lebam mayat darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat sehingga bisa dialiri air, penampang sayatan akan tampak bersih, sedangkan pada hematom, penampang sayatan tetap bewarna merah kehitaman.

BAB II Tinjauan Pustaka


Luka Robek (Vulnus Laseratum) adalah luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui maka akan terjadi robekan pada kulit. Mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka lecet atau memar di sisi luka.

BAB II Tinjauan Pustaka


2. Tulang Tengkorak Klasifikasi fraktur tulang tengkorak dapat dilakukan berdasarkan gambaran fraktur dan lokasi anatomis. a. Gambaran Fraktur dibedakan atas: Fraktur Linier Adalah garis fraktur tunggal pada tengkorak yang meliputi seluruh ketebalan tulang, biasanya disebabkan oleh benturan dengan objek yang keras dengan ukuran sedang, yaitu dengan luas lebih dari 5
2 Gambar fraktur linier yang disebabkan oleh benturan keras pada kepala yang mengenai jalan raya akibat kecelakaan lalu lintas

BAB II Tinjauan Pustaka


Gambar fraktur diastase pada Coronal Suture Line (CSL) dan Sagital Suture Line (SSL)

Fraktur Diastase Fraktur yang terjadi pada sutura tulang tengkorak, dan berakibat terjadinya pemisahan sutura kranial tersebut.

BAB II Tinjauan Pustaka

Fraktur Comminuted Fraktur yang menyebabkan terjadinya lebih dari satu fragmen patahan tulang, namun masih dalam satu bidang.

Gambar fraktur comminuted

BAB II Tinjauan Pustaka

Fraktur Deppressed Fraktur ini disebabkan oleh benturan dengan beban tenaga yang lebih besar daripada fraktur linier, dengan permukaan benturan yang lebih kecil. Misalnya benturan oleh martil, kayu, batu, pipa besi, dll

Gambar fraktur depressed pada tulang tengkorak

BAB II Tinjauan Pustaka


b. Lokasi anatomis dibedakan atas calvaria dan basis cranii. Calvaria (kubah tengkorak)

Gambar fraktur konveksitas dengan hematoma yang luas

Fraktur konveksitas adalah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang yang membentuk konveksitas (kubah) tengkorak seperti os frontalis, os temporalis, os parietalis, dan os occipitalis. Fraktur konveksitas dapat berupa fraktur linier, deppressed, kominutif, atau diastase.

BAB II Tinjauan Pustaka

Basis cranii (dasar tengkorak)

Fraktur basis cranii adalah fraktur yang lokasinya terletak pada dasar cranium, yang dapat terjadi pada fossa anterior, fossa media, maupun fossa posterior. Sering disertai dengan robeknya lapisan duramater, sehingga terjadi kebocoran cairan serebrospinal, yang mengakibatkan terjadinya rhinorea dan otorhea. Gejala yang dapat timbul antara lain, keluar darah dari hidung, mulut, telinga, dan Brill Haematoma.

BAB II Tinjauan Pustaka

Fraktur pada masing-masing fossa akan memberikan manifestasi berbeda: Fraktur Basis Cranii Fossa Anterior Manifestasi yang ditimbulkan adalah rhinorea cairan serebrospinal, hematoma subkonjungtiva, dan ekimosis periorbita, bisa bilateral, biasa disebut sebagai brill hematoma atau raccoon eyes.
Gambar raccoon eyes

BAB II Tinjauan Pustaka

Fraktur Basis Cranii Fossa Media Manifestasi yang dapat ditemukan adalah ekimosis pada mastoid (battles sign) yang muncul 24-48 jam setelah cedera kepala terjadi, otorhea, dan hemotimpanum yaitu darah yang dijumpai pada canalis auricularis eksterna, dapat terjadi bila membran timpani robek.

Perdarahan dari telinga (C) Battles sign (D)

BAB II Tinjauan Pustaka


Fraktur Basis Cranii Fossa Posterior

Fraktur pada daerah ini kadang memberikan tanda battles sign, akan tetapi sering tidak disertai dengan gejala dan tanda yang jelas, dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat karena penekanan terhadap batang otak.

BAB II Tinjauan Pustaka

3. Otak Kontusio serebri Adalah kerusakan jaringan otak tanpa disertai robeknya piamater. Kontusio dapat terjadi pada lokasi benturan (coup contussion), di tempat lain (countrecoup contussion) atau dapat pula terjadi diantara lesi coup dan countercoup yang disebut sebagai intermediate-coup contussion.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bagian yang mengalami trauma langsung dengan benda tumpul adalah coup sedangkan yang berlawanan adalah countrecoup.
Gambar lesi coup dan countrecoup sehubungan dengan mekanisme cedera kepala

BAB II Tinjauan Pustaka

Laceratio Cerebri

adalah kontusio serebral yang berat, mengakibatkan gangguan kontinuitas jaringan otak yang kasat mata, dan terdapat kerusakan atau robeknya piamater. Laserasi dapat dibedakan atas laserasi langsung dan tidak langsung.

BAB II Tinjauan Pustaka


Hematoma Cerebri

adalah perdarahan yang terjadi dalam jaringan (parenkim otak). Perdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau kontusio jaringan otak yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang ada di dalam jaringan otak tersebut

Gambar dua area hematoma intraserebral

BAB II Tinjauan Pustaka

Hematoma

Intraventrikuler Hematoma intraventrikuler adalah adanya darah dalam sistem ventrikel akibat trauma.

Gambar hematoma intraventrikular

BAB II Tinjauan Pustaka


4. Selaput Otak Epidural Haemorrhage terjadi penumpukan darah diantara duramater dan tabula interna tulang tengkorak, biasanya disebabkan oleh trauma tumpul kepala yang mengakibatkan terjadinya fraktur linier, namun dapat pula tanpa disertai fraktur. Sumber perdarahan yang paling sering adalah dari cabang a.meningea media, akibat fraktur yang terjadi di bagian temporal tengkorak.

Gambar hematoma Epidural

BAB II Tinjauan Pustaka

Sub dural Haemorrhage

Gambar perdarahan subdural

Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi diantara lapisan duramater dan arachnoidea.

BAB II Tinjauan Pustaka


Sub arachnoid Haemorrhage

Terjadi akibat rupturnya bridging vein pada ruang sub arachnoid, atau pembuluh darah yang ada pada permukaan jaringan otak. Perdarahan terletak antara arachnoid dan piamater, mengisi ruang subarachnoid dan masuk ke dalam sistem cairan cerebrospinalis. Adanya darah dalam ruang subarachnoid ini akan berakibat arteri mengalami spasme. Sebagai akibatnya aliran darah ke otak sangat berkurang

BAB II Tinjauan Pustaka

Gambar Hematoma subarachnoid. (A) Hematoma subarachnoid pada lobus occipital (B) Hematoma subarachnoid pada lobus frontal dan lobus parietal. (C) Hematoma subarachnoid yang kecil

BAB II Tinjauan Pustaka


2.3. Hasil Temuan pada Pemeriksaan Autopsi Fraktur tulang tengkorak Pada pemeriksaan luar fraktur basis cranii dapat ditemukan adanya lebam periorbital (raccoon eyes), perdarahan sclera, perdarahan retroauricular (Battles sign) dan perdarahan dari telinga.

BAB II Tinjauan Pustaka


Epidural Hematom

Temuan autopsi pada epidural hematom yang tidak ditangani sangat jelas. Terdapat kontusio pada kulit kepala temporal di sisi hematom, hematom yang besar pada ruang epidural dapat terlihat ketika tulang tengkorak dibuka. Subdural hematom Subdural hematom akut Fraktur tengkorak umum terjadi. Pada kasus di hematom yang tidak ditangani, hematom yang terjadi meluas pada ruang dibawah duramater karena sifat dari duramater yang kaku.

BAB II Tinjauan Pustaka

Subdural hematom kronik Pada subdural hematom kronik, terdapat berbagai variasi penampakan yang berhubungan dengan ukuran dan lamanya. Umumnya, kavitas hematom sempit dan mengandung darah cair atau cairan yang bercampur dengan darah. Hematom ditutup oleh lapisan tipis membrane dalam dan lapiran tebal membrane luar.

BAB II Tinjauan Pustaka


Perdarahan subarachnoid

Jumlah perdarahan subarachnoid proporsional terhadap interval antara waktu trauma dan kematian (dapat minimal apabila kematian terjadi segera setelah trauma) dan ukuran dari sumber perdarahan, dan, meskipun jejas darah subarachnoid dapat menyebar luas, biasa yang paling jelas terletak dekat dengan sumbernya.
Perdarahan intraserebral

Perdarahan intraserebral dapat terjadi dalam bentuk kontusio-hematom, perdarahan batang otak yang menyebabkan herniasi transtentorial, hematom ekstraganglion atau lobar yang soliter dan berukuran sedang-besar.

BAB III Kesimpulan


Trauma tumpul pada kepala adalah kekerasan tumpul pada kepala yang dapat menyebabkan kerusakan yang kompleks di kulit kepala, tulang tengkorak, selaput otak, dan jaringan otak itu sendiri. Trauma tumpul pada kulit kepala dapat menyebabkan luka lecet, luka memar dan luka robek. Trauma tumpul pada tulang tengkorak kepala dapat menyebabkan fraktur linier, fraktur diastase, fraktur comminuted, fraktur deprressed, fraktur konveksitas dan basis cranii. Trauma tumpul kepala yang mengenai otak dapat menyebabkan kontusio serebri, lacerasio serebri, hematoma serebri, hematoma intraventikuler.

Trauma tumpul pada selaput otak dapat menyebabkan epidural hematom, subdural hematom dan perdarahan subarachnoid. Dalam pelayanan Kedokteran Forensik, hasil pemeriksaan trauma tumpul pada kepala diaplikasikan untuk membuat terang suatu tindak kekerasan yang terjadi pada seseorang.

TERIMA KASIH

You might also like