Professional Documents
Culture Documents
ISSN 1829-9334
Editorial
Pembaca sekalian, Walau Indonesia kaya akan sumber obat bahan alam, yang lebih dikenal dengan Obat Asli Indonesia, namun belum banyak yang mengenal berbagai tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat telah mendorong perkembangan obat bahan alam. Penelitian terhadap tanaman di Indonesia menunjukkan bahwa banyak tanaman memiliki khasiat sebagai obat. Sementara itu, keamanan dari obat bahan alam terutama bila dikombinasikan dengan obat kimiawi sangat memerlukan kewaspadaan dari kita. Dalam hal ini, peran serta profesi apoteker sangat diperlukan dalam memberi peringatan kepada masyarakat bila akan menggunakan obat bahan alam bersamaan dengan obat kimiawi. Infopom edisi september 2004 ini menyajikan 4 artikel dimana artikel pertama berjudul Uji keamanan sediaan jadi ekstrak kering daun jati blanda (Guazuma ulmifolia l) terhadap fungsi dan histologis ginjal tikus jantan. Artikel kedua berjudul Obat bahan alam dan interaksinya dengan obat kimiawi. Artikel ketiga berjudul Ketrampilan Menulis dalam Public Relations. Sedangkan artikel keempat berisi Public Warning tentang Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya Yang Digunakan pada Sediaan Kosmetik. Selamat membaca. Redaksi
UJI KEAMANAN SEDIAAN JADI EKSTRAK KERING DAUN JATI BLANDA (Guazuma ulmifolia L) TERHADAP FUNGSI DAN HISTOLOGIS GINJAL TIKUS JANTAN
LATAR BELAKANG Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat telah mendorong perkembangan obat bahan alam. Walau Indonesia kaya akan sumber obat bahan alam, yang lebih dikenal dengan Obat Asli Indonesia, belum banyak yang mengenal berbagai tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat. Pemanfaatan tanaman sebagai salah satu pengobatan alternatif maupun sebagai pengganti obat modern membutuhkan serangkaian pengujian seperti uji khasiat, toksisitas sampai uji klinik dengan didukung oleh pengembangan bentuk sediaan yang lebih baik agar efektifitasnya dapat dioptimalkan. Penelitian terhadap tanaman di Indonesia menunjukkan bahwa banyak tanaman memiliki khasiat sebagai obat.
Tanaman jati blanda adalah tanaman yang berasal dari Amerika dan telah ditanam di Indonesia. Selain sebagai peneduh, tanaman ini juga telah dimanfaatkan sebagai obat karena daunnya memiliki aktivitas antihiperlipidemia. Kandungan dalam daun jati blanda antara lain flavonoid, triterpen, tanin, saponin, polifenol, kardenolin, dan bufadienol. Zat yang diketahui memiliki khasiat pada tanaman ini adalah tanin. Selain berkhasiat, tanin juga dapat menimbulkan efek toksik. Sifat tanin yang menonjol adalah bahwa tanin dapat dengan cepat berikatan dengan protein. Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap daun jati blanda, diantaranya adalah mengenai efek infus daun jati blanda terhadap penurunan berat badan mencit. Hasil yang dicapai menunjukkan bahwa pada pemberian Halaman 1
INFOPOM
Badan POM
DAFTAR ISI
1. Uji Keamanan Sediaan Jadi Ekstrak Kering Daun Jati Blanda (Guazuma ulmifolia L) Terhadap Fungsi dan Histologis Ginjal Tikus Jantan 2. Obat Bahan Alam dan Interaksinya dengan Obat Kimiawi 3. Ketrampilan Menulis dalam Public Relations 4. Public Warning / Peringatan No: KH.00.01.2.3984 Tanggal : 2 September 2004, Tentang Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya yang dilarang digunakan pada sediaan kosmetik infus dengan berbagai kadar ternyata dapat menurunkan berat badan mencit secara bermakna. Sedangkan satu penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian seduhan jati blanda selama 1 bulan tidak berpengaruh terhadap organ hepar dan ginjal, dilihat dari aktivitas SGPT, SGOT,
dan kadar kreatinin serta urea plasma. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keamanan sediaan jadi ekstrak kering daun jati blanda terhadap fungsi ginjal tikus putih jantan. Zat yang berkhasiat pada tanaman ini adalah tanin, yang dapat dengan
dalam jangka panjang, sehingga perlu dilihat keamanan penggunaannya terhadap organ tubuh, salah satunya adalah ginjal, karena fungsi ginjal sebagai penyaring zat zat hasil metabolisme di dalam tubuh. Ginjal terdiri dari 2 lapisan yaitu korteks yang merupakan bagian luar dan medula yang berfungsi mengumpulkan hasil ekskresi. Korteks mengandung jutaan alat
cepat berikatan dengan protein. Sedangkan organ tubuh manusia banyak mengandung protein, sehingga pada kadar tertentu tanin dapat menyebabkan toksik bagi organ tubuh. Obat - obat anti hiperlipidemia umumnya diminum
penyaring yang disebut nefron yang bertugas untuk melaksanakan fungsi ginjal. Nefron terdiri dari Malphigi dan glomerulus yang berfungsi memfiltrasi cairan. Ginjal menerima 25 % darah dari jantung sehingga menyebabkan tingginya aliran darah
INFOPOM
Penasehat : Drs. H. Sampurno, MBA; Penanggung Jawab: Dra. Mawarwati Djamaluddin; Pimpinan Redaksi : Dra. Aziza Nuraini MM; Sekretaris Redaksi : Dra. Reri Indriani; Redaksi : Dra. Rosmulyati Ilyas, Dra. Sutarni, Ir. Wisnu Broto, MS, Drs. Ketut Kertawijaya, Dra. Sumaria, Dra. Elza Rosita, MM, Dra. Rr Maya Gustina A, Dra. Yunida Nugrahanti; Redaksi Pelaksana : Dra. Murti Hadiyani, Irhama SSi, Dra. T. Asti Isnariani M.Pharm, WardhonoTirtosudarmo, Ssi, Irmayanti S. Kom; Sirkulasi : Yulinar SKM, Triswanto, Netty Sirait. Alamat Redaksi : Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat, Telp. 021-42889117, Fax. 021-42889117, e-mail : infopom@indo.net.id Redaksi menerima naskah yang berisi informasi yang terkait dengan OMKABA. Kirimkan melalui alamat redaksi dengan format MS. Word 97 spasi ganda maksimal 2 halaman kuarto. Redaksi berhak mengubah sebagian isi naskah untuk diterbitkan.
Halaman 2
INFOPOM
Badan POM
pada ginjal. Akibatnya zat toksik yang dibawa oleh darah akan masuk kedalam korteks, yaitu tempat terdapatnya glomerulus.Karena sifatnya yang sangat peka terhadap zat toksik, maka jika zat toksik terfiltrasi oleh kapiler glomerulus dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel epitel dari lapisan parietal dan visceral glomerulus. Kerusakan tersebut akan mengakibatkan turunnya kecepatan filtrasi glomerulus sehingga ekskresi hasil-hasil metabolit seperti kreatinin dan urea akan turun, yang berarti bahwa kadar kreatinin dan urea dalam plasma meningkat. PENELITIAN Desain penelitian Rancangan Acak Lengkap. Penelitian menggunakan tanaman jati blanda berupa sediaan jadi ekstrak kering daun jati blanda yang diperoleh dari PT Kimia Farma. Percobaan menggunakan 24 ekor tikus dibagi secara acak dalam 4 kelompok.
Pengelompokkan perlakuan hewan uji berdasarkan perbedaan konsentrasi ekstrak (3 kelompok) dan 1 kelompok kontrol
Kelompok I II III IV N 6 6 6 6 Perlakuan Diberi sediaan jadi ekstrak kering daun jati blanda dosis 2 g/kgbb Diberi sediaan jadi ekstrak kering daun jati blanda dosis 4 g/kgbb Diberi sediaan jadi ekstrak kering daun jati blanda dosis 8 g/kgbb Kontrol normal yang hanya diberi makanan standar
Tikus putih jantan ( Rattus norvegicus ) galur Spraque Dowley berumur dua sampai tiga bulan dengan berat 150 sampai 200 gram sebanyak 24 ekor diperoleh dari Badan POM di Jakarta. Pemilihan tikus jantan adalah untuk mengurangi faktor hormonal dibandingkan jika menggunakan tikus betina. Sebelum penelitian dimulai, tikus diaklimatisasi / diadaptasikan selama 2 minggu agar dapat beradaptasi di lingkungan yang baru. Pengamatan terhadap keadaan umum dari kondisi tikus dan penimbangan berat badan dilakukan seminggu sekali pada pagi hari sebelum pemberian makanan dan minuman.
Bahan uji dipersiapkan dengan cara ditimbang sejumlah 100 g ekstrak, ditambahkan air hingga volume 200 ml, hingga diperoleh larutan ekstrak dengan konsentrasi 0,5 g/ml. Percobaan menggunakan 24 ekor tikus yang dibagi secara acak dalam 4 kelompok perlakuan yang berbeda berdasarkan perbedaan konsentrasi ekstrak ( 3 kelompok ) dan 1 kelompok kontrol. Penimbangan berat badan tikus dilakukan seminggu sekali sebelum pemberian ekstrak. Masing - masing kelompok diberikan perlakuan dengan pemberian dosis disesuaikan dengan berat badan tikus dan diberikan secara oral dengan menggunakan sonde lambung. Ekstrak diberikan selama 90 hari. Pemilihan lama pemberian ekstrak sampai hari ke 90 mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional, dimana untuk obat yang digunakan untuk jangka waktu 3 bulan, dibutuhkan waktu pengujian toksisitas antara 3 6 bulan. Dari Halaman 3
sediaan ekstrak kering dilakukan melalui pengamatan bentuk, warna, bau dan rasa. Sediaan yang digunakan berbentuk granul, berwarna hijau, berbau khas dan memiliki rasa yang pahit.
INFOPOM
Badan POM
dalam vial dan disimpan di lemari pendingin bersuhu 20 C hingga 0 C. Tikus yang sudah dibedah, ginjalnya diambil dan dilakukan prosedur pembuatan sediaan histologis. Untuk melihat fungsi ginjal digunakan parameter pengujian fungsi ginjal berupa pengukuran kadar kreatinin dan urea plasma secara spektrofotometri, serta melihat kerusakan jaringan ginjal secara mikroskopis. Pengukuran kadar kreatinin plasma dilakukan dengan menggunakan reagen kit (Merck) yang bereaksi membentuk warna dengan kreatinin dan diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 499 nm. Pengukuran kadar urea juga Bersambung ke hal. 8
40.27
pustaka diketahui bahwa sediaan jadi ekstrak kering daun jati blanda ternyata telah memberikan efek dalam waktu 3 bulan, maka dilihat pengaruhnya terhadap ginjal dalam jangka waktu 3 bulan atau 90 hari. Cara pemberian per oral didasarkan pada aplikasi penggunaannya pada manusia. Pembedahan dilakukan pada hari ke-91, kemudian dilakukan pengambilan sampel darah. Pengambilan darah dilakukan dengan cara pembedahan. Semua tikus dari setiap kelompok dibedah sehingga didapat total 24 tikus pada hari ke 91. Sebelum pembedahan tikus dibius terlebih dahulu dengan eter kemudian diletakkan terlentang pada papan bedah. Darah diambil melalui jantung menggunakan pipet Pasteur dan dilakukan dengan hatihati untuk menghindari hemolisis. Halaman 4
Darah ditampung dalam tabung sentrifugasi yang berada pada gelas kimia berisi es. Plasma dimasukkan
0.74
0.75
0.74
INFOPOM
Badan POM
keamanan penggunaan tanaman obat. Database reaksi yang tidak diinginkan yang dipakai sebagai acuan oleh Departemen Kesehatan Kanada adalah database reaksi yang terjadi secara spontan yang didokumentasikan pada perioda 1 Januari 1998 hingga 30 Juni 2003. Penggunaan echinacea dapat menyebabkan reaksi alergi, termasuk reaksi anafilaksis. Terdapat 23 laporan yang masuk dalam database Depkes Kanada, yang diduga merupakan reaksi yang tidak diinginkan dari penggunaan echinacea. 4 kasus diantaranya merupakan reaksi alergi dan 3 laporan dari kasus ini merupakan reaksi setelah menggunakan produk yang mengandung echinacea tunggal. Gejala- gejala yang muncul mulai dari kulit kemerahan hingga pembengkakan pada lidah dan bibir dan reaksi anafilaktik. Terdapat 21 laporan yang merupakan laporan kasus reaksi yang tidak diinginkan dari penggunaan ginkgo biloba. Sebagian besar merupakan reaksi gangguan pembekuan darah, perdarahan dan platelet. Hal ini sesuai dengan kemampuan ginkgo untuk menghambat faktor pengaktifan platelet. Satu laporan kasus fatal merupakan kasus perdarahan
saluran cerna, dimana produk yang diduga menjadi penyebabnya adalah tiklopidin dan ginkgo. Keduanya diminum selama 2 tahun, bersama-sama juga dengan obat-obat lain. Ada juga laporan kejadian stroke pada pasien yang mengkonsumsi klopidogrel, asetosal bersamasama dengan ginkgo. Oleh sebab itu, harus menjadi perhatian yang khusus bila ginkgo digunakan bersamaan dengan obat-obat yang berpengaruh terhadap agregasi platelet, seperti misalnya warfarin, asetosal, OAINS, tiklopidin dan klopidogrel. Pasien juga perlu diberi informasi bahwa penggunan ginkgo harus dihentikan sekurang-kurangnya 36 jam sebelum dilakukan tindakan operasi. Pada kasus penggunaan tanaman obat St. Johns wort, penggunaan bersamaan dari obat-obat yang merupakan zat CYP3A4 dengan tanaman ini akan menyebabkan penurunan kadar obat-obat ini dalam plasma karena tanaman St. Johns wort merupakan penginduksi sitokrom P450 yang sangat kuat. Penurunan kadar dalam plasma dari obat - obat tersebut menyebabkan perlunya dilakukan penyesuaian dosis bila digunakan bersamaan dengan St. Johns wort. Selain dari itu, tanaman ini dapat menginduksi sindrom serotonin, yang mengakibatkan peningkatan penghambatan reuptake serotonin (5-HT), jika diberikan bersama-sama dengan obatobat inhibitor 5-HT reuptake.
Halaman 5
INFOPOM
Badan POM
Terdapat 45 laporan reaksi obat yang tidak diinginkan yang diduga akibat penggunaan dari St. Johns wort. Reaksi-reaksi yang umum terjadi adalah reaksi yang gangguan sistem saraf pusat dan perifer dan gangguan kejiwaan. Dua kasus merupakan sindroma serotonin akibat penggunaan yang bersamaan dengan sertralin (inhibitor 5-HT reuptake) dan interaksi dengan venlafaksin. Terdapat dua kasus lainnya yang merupakan kasus mania, akibat interaksi St. Johns wort dengan lithium pada satu kasus dan interaksi dengan bupropion pada kasus lainnya. Ada pula penelitian yang dipublikasikan pada journal Annals of Internal Medicine Juli 2004 yang menyebutkan bahwa ginseng Amerika dapat menurunkan efek antikoagulan dari warfarin. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain randomized, double blind, placebo-control trial dan dilakukan selama 4 minggu serta melibatkan 20 orang sehat yang diberi warfarin selama 3 hari pada minggu pertama dan keempat. Pada awal minggu kedua, pasien diberi ginseng Amerika atau placebo. Kemudian INR (International Normalized Ratio) dan kadar warfarin dalam plasma diukur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa INR pasien menurun secara signifikan setelah pemberian ginseng selama 2 minggu dibandingkan dengan placebo. (Perbedaan antara kelompok ginseng dan placebo, -0,19 (CI 95%, Deviasi 0,36 s/d -0,07, P= 0,0012). Begitu pula dengan kadar warfarin dalam plasma juga menurun
Halaman 6
secara signifikan di kelompok ginseng, dibanding dengan kelompok placebo. INR dan kadar warfarin dalam plasma berbanding lurus. Penelitian dilakukan di General Clinical Research Center, University of Chicago, Chicago - Illinois. Walaupun penelitian ini dilakukan pada orang sehat, namun hasil penelitian ini dapat menjadi peringatan bagi para tenaga kesehatan seperti dokter dan apoteker agar menginformasikan kemungkinan terjadinya interaksi antara ginseng dan warfarin kepada pasien yang harus minum warfarin. Pada publikasi Lancet tahun 2000, telah disebutkan pula bahwa kasus perdarahan selain disebabkan oleh penggunaan yang bersamaan antara ginkgo dan warfarin, dapat pula akibat penggunaan yang bersamaan antara warfarin dengan garlic ( Allium sativum) , dong quai (Angelica sinensis) atau danshen (Salvia miltiorrhiza). Kemudian, St Johns wort selain dapat menyebabkan sindroma serotonin, dapat pula menurunkan bioavailabilitas digoksin, teofilin, siklosporin; dapat menginduksi mania pada pasien depresi yang mencampur antidepresan dengan Panax ginseng. Efek ekstrapiramidal yang semakin parah pada penggunaan obatobat neuroleptik dengan bet nut (Areca catechu). Meningkatnya resiko hipertensi pada penggunaan yang bersamaan antara antidepresan trisiklik dengan yohimbine (Pausinystalia yohimbe). Khasiat kortikosteroid oral dan topikal dipotensiasi oleh penggunaan yang bersamaan dengan liquorice ( Glycyrrhiza glabra). Serat larut seperti guargum
Edisi September September2004 2004 Edisi
INFOPOM
Badan POM
dan psyllium ( Plantago ovata ) dapat menurunkan absorpsi obat karena itu penggunaannya harus diberi selang waktu 1-1,5 jam. Demikian juga konsentrasi fenitoin dapat menurun jika digunakan bersamaan dengan sirup ayurvedic shankhapushpi. Begitu banyak kasus interaksi obat dan tanaman obat telah dilaporkan dan diteliti. Di sinilah apoteker dan tenaga kesehatan lain berperan dalam menyarankan konsumen agar pada keadaan tertentu penggunaan obat bahan alam tidak bersama-sama dengan obat kimiawi, tetapi digunakan secara terpisah dengan selang waktu kurang lebih 2 jam. Untuk itu disarankan agar konsumen membaca brosur secara teliti. Beberapa informasi interaksi obat bahan alam dan obat kimiawi yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan pelayanan informasi obat, dapat dilihat pada Buku Informatorium Suplemen Makanan Indonesia, yang telah selesai disusun oleh Badan POM dan secara resmi telah diluncurkan oleh Kepala Badan POM pada tanggal 30 Agustus 2004. (Dra. Tri Asti, MPharm) Referensi : 1. WHO Drug Information, 18 (2), 2004, hlm 120-121 2. Yuan, Chun-Su, Wei G, et.al. Brief Communication: American Ginseng Reduces Warfarins Effect in Healthy Patients, Annals of Internal Medicine 2004 July 6, 141 (1), 23-27. 3. Fugh-Berman A, Herb-drug interaction (Abstract), Lancet 2000 Jan 8; 355 (9198): 134-8
Edisi Edisi September September2004 2004
Buku Informatorium Suplemen Makanan (BISM) terdiri dari 2 jilid yang berisi informasi mengenai cara penggunaan suplemen makanan yang tepat yang dilengkapi dengan daftar produk suplemen makanan yang telah beredar di Indonesia dan mendapat izin edar dari Badan POM. Buku ini dapat dibeli melalui : KORPRI BADAN POM JL. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat Telp. (021) 4244691 Psw. 143; (021) 4246726 atau Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) Badan POM JL. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat Telp. (021) 4259945; (021) 42889117 Fax. (021) 42889117 e-mail : informasi@pom.go.id; pusatiomker@cbn.net.id Harga buku : Rp. 100.000,- (untuk mahasiswa, apoteker atau dokter) Rp. 125.000,- (untuk masyarakat umum)
Halaman 7
INFOPOM
Badan POM
glomerulus ginjal tikus pada keempat kelompok perlakuan yang diberi ekstrak selama 90 hari menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna ( a = 0,05 ) antara kelompok I, II, III dengan kelompok IV sebagai kontrol normal. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan bermakna pada pengukuran kadar kreatinin dan urea plasma, serta pengukuran diameter rata-rata glomerulus ginjal tikus, antara kelompok kontrol yang diberi air dan kelompok perlakuan yang diberi sediaan daun jati blanda dengan dosis 2 g/kgbb, 4 g/kgbb, dan 8 g/kgbb selama 90 hari. Hasil ini menunjukkan bahwa pada dosis tersebut sediaan jadi daun jati blanda tidak bersifat toksik dan aman terhadap fungsi ginjal. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat profil keamanan
sediaan jadi ekstrak kering daun blanda terhadap hewan dengan tingkatan lebih tinggi seperti kelinci dan kera, dengan menggunakan dosis yang lebih besar serta jangka waktu pemberian yang lebih lama . (Indah Widiyaningrum, SSi, Apt). PUSTAKA 1 Depkes RI. Pedoman pelaksanaan uji klinik obat tradisional. Dirjen POM. Jakarta 2000 2 Depkes RI. Materia Medika Indonesia. Jilid 2. Dirjen POM. Jakarta. 1989 3 Depkes RI. Penelitian tanaman obat di berbagai perguruan tinggi di Indonesia X . Puslitbang. Jakarta. 1994 4 http://www.medicastor.com 5 Kaplan A. Clinical Chemistry: Theory, Analysis, Corelation. 3rd edition. Mosby-Year Book. USA. 1996
ATAU HUBUNGI
INFOPOM
Badan POM
ada umumnya profesional public relations setuju bahwa semua yang beraktifitas dalam ruang lingkup public relations harus mampu menulis sebagai syarat untuk keberhasilan. Pernyataan ini benar sekali karena hampir semua kegiatan public relations ada kaitannya dengan tulis menulis. Mulailah dari menulis siaran berita sampai kepada proposal, semuanya mensyaratkan ketrampilan menulis yang prima. Sebagai proses persuasif, public relations merupakan kegiatan komunikasi yang menyampaikan pesan dari perusahaan atau institusi atau individu kepada kelompok - kelompok yang berkepentingan. Pesan yang akan disampaikan semula hanyalah suatu gagasan. Kemudian diaktualisasikan dalam bentuk pesan yang dituliskan dalam bentuk yang mampu meyakinkan kelompok berkepentingan. Proses perubahan dari gagasan menjadi suatu pesan memerlukan ketrampilan menulis yang baik. Pemahaman tentang isu-isu penting mutlak sifatnya. Selain itu, konteksnya pun harus diperhatikan secara seksama agar pesan yang didesain itu sesuai dengan kelompok berkepentingan yang menjadi sasaran. Pengetahuan memang merupakan sesuatu yang penting bagi
para praktisi public relations . Tercakup disini adalah pengetahuan tentang perusahaan atau institusi atau individu yang akan menyampaikan pesan kepada kelompok berkepentingannya. Selain itu, teknik-teknik komunikasi pun harus dikuasai. Hanya saja, untuk menjadi profesional public relations yang tangguh diperlukan faktor seni sebagai penyeimbang faktor pengetahuan. Bagaimanapun public relations adalah pengetahuan plus seni. Hal ini juga tercermin dalam pesanpesan yang akan dikemas sedemikian rupa sehingga mampu meyakinkan kelompok berkepentingan yang menjadi sasaran. Ketrampilan menulis bisa dipelajari, walaupun ada juga yang memilikinya sebagai bakat. Bagi para profesional public relations yang masuk kategori pemula, yang harus diperhatikan adalah bahwa jika ada keinginan untuk menuliskan sesuatu hendaknya tidak ditunda. Ini karena gagasan yang baik tidak akan mudah muncul untuk kedua kalinya. Sistematika merupakan sesuatu yang harus digarisbawahi dalam menulis. Untuk itu, ada baiknya membuat kerangka tulisan dengan mengikutsertakan isu-isu menarik serta memperhatikan alur ceritanya. Bagaimanapun, struktur penulisan harus
memperhatikan urutan yang logis dan rasional untuk menyampaikan inti dari pesannya. Setelah strukturnya dibuat, sisanya adalah bagaikan mengisi ruangruang kosong yang pasti harus merupakan komunikasi yang persuasif. Kembali, disini seni akan berperan penting selain pengetahuan. Salah satu pendekatan yang patut dipertimbangkan sebelum menulis pesan yang baik adalah dengan melakukan riset. Dengan melakukan riset, maka profesional public relations sama saja dengan melakukan pendalaman masalah. Bahkan dengan riset baik itu di perpustakaan ataupun di lapangan, dinamika suatu persoalan akan bisa ditangkap nuansanya. Eksistensi dari public relations tergantung kepada kata-kata yang ditulis. Apapun yang dibuat merupakan bagian dari suatu catatan siaran berita, pidato, sambutan, sejarah kasus, studi kasus, surat elektronik, kertas putih berupa evaluasi, latar belakang, bahkan wawancara. Semuanya merupakan bagian tidak terpisahkan dari praktisi public relations. Dan, semuanya memerlukan ketrampilan menulis. Oleh karena itu, milikilah ketrampilan menulis yang baik agar pesan bisa sampai ke tujuan. (AFA News)
Halaman 9
INFOPOM
Badan POM
Peringatan ini disampaikan untuk melindungi masyarakat dari efek merugikan sebagai akibat pemakaian produk tersebut, oleh karena itu kami meminta perhatian dari semua pihak.
H. SAMPURNO
Halaman 10 Edisi September2004 2004 Edisi September
INFOPOM
Badan POM
Lampiran : Surat No. KH.00.01.2.3984 tanggal 2 September 2004 Tentang Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya Yang Dilarang Digunakan Pada Sediaan Kosmetik
Na m a & A la m a t P ro d use n/Im p o rtir P T. C hrisna K e nca na P ra ta m a , Ja k a rta P T. C itra Usa ha L a m ind o J kt P T. C itra Usa ha L a m ind o J kt Tung li C he m ica l C o . L td R o se d e w D a ily C he m ic a l F a cto ry L us ic a o G ua ng zho u L us ic a o G ua ng zho u P T. D a un Ind a h M a s (tid a k b e rizin) M a d e In C hina K a nd ung a n B a ha n B e rb a ha ya Hg + Hg + Hg + Hg + Hg + Hg + Hg + Hg + Hg + Hg + Hg + Hg + Hg + Hg + Hg + Hg + Hg + Hg + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B +
No
Na m a K o s m e tik a
No . P e nd a fta r CD. 1006890465 (te la h d ica b ut) CD. 1010000166 (te la h d ica b ut) CD. 1010000164 (te la h d ica b ut) Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r Tid a k te rd a fta r
1 2
C up id P e a rl C re a m C hium ie n C re a m C hium ie n P e a rl C re a m Y ifuli M e ib a i Q ub a n Huica n S u Y ifuli Te xia o Z e ng b a i Q ub a nw a ng D o ng L e e P e a rls C re a m M a rk B ic h C re a m Ne w B o d y Sp e cia l Q L C re a m Q F C re a m G o o d C re a m K uning C re a m P e m utih Q f AQ F BQ F Q L Sp e c ia l Te rta ric A cid Sp o t C le a r C re a m K rim P o lo s d a la m p o t p la stik (M io ng ) C re a m m a la m D e luxe C a se # P.1 5 R e ny L ip stic k L ip life 3 0 0 S e lla L ip stic k T ha ila m e i E ye S ha d o w , B lush, W a y C a k e No . 5 . P o t 4 2 g L ip s tick A ika (1 2 5 , 11 9 , 1 2 7 , 1 5 3 , 154, 157) L ip s tick A ika 8 9 -6 9 (1 2 5 , 11 9 , 1 2 7 , 154, 157) L ip s tick A ika 8 9 -7 0 (1 0 2 , 1 0 7 , 1 2 2 )
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
23 24 25
Halaman 11
INFOPOM
Badan POM
No
N a m a K o s m e ti k a Ti a n n u o L i p s ti c k E x p lo i t lo n g u e te n u e e t C o n fo rt p o i d s P lu m e ( 1 0 2 , 1 0 7 , 1 1 6 ) . S ti c k 1 ,8 g T h a i la m e i C o lo r c o n tr o l Tw o w a y C a k e e ye s h a d o w 3 in 1 T h a i la m e i C r y s ta l Tw o w a y C a k e & m u lti C o lo r e y e s h a d o w . P o t 4 4 g T h a i L a i M e i C r y s ta l S h a d o w T w o way C ake T h a i L a i M e i 2 1 S T C e n tu r y F o u n d a ti o n C a s a n d r a C o lo rfi x L i p s ti c k w i th V i ta m i n E . S ti c k 2 ,8 g L i p s ti c k B a m b o o B lu e N o . 2 1 P e ro n a M a ta D i ly L i p s ti c k To k y o 7 L i p s ti c k To k y o 1 1 L i p s ti c k To k y o 1 2 L u o y s E y e C o lo u r M u lti p le E y e S h a d o w & Tw o W a y C ake C am co C h e rr y L i p s ti c k N o . 5 0 0 C h e rr y L i p s ti c k N o . 4 0 0 C h e rr y L i p s ti c k L i p s ti c k C h e r ry 1 0 0 L i p s ti c k C h e r ry 4 0 0 C h e rr y M o d e rn N o . 4 0 0 ( k u n i n g ) L e li n d a M a k e U p K i t H e n g fa n g 2 i n 1 L i p c o lo r & E y e S ha d o w F a te o f F lo w e r E y e S h a d o w E y e S h a d o w H i g h C h i n a & E n g la n d A i ly L i p s ti c k E li z a b e th H e le n N o . 2 L i p s ti c k E li z a b e th H e le n N o . 2 2 L i p s ti c k E li z a b e th H e le n N o . 2 3
N o . P e n d a fta r
K a nd ung a n B a ha n B e rb a h a ya
26
Ti d a k te rd a fta r
T h a i la m e i C o s m e ti c In d u s tr i a l C o m p T h a i la n d T h a i la m e i C o s m e ti c In d u s tr i a l C o m p T h a i la n d C hun G a o L i m e i C o s m e ti c s C o . L td T h a i la m e i C o s m e ti c In d u s tr i a l C o m p T h a i la n d S h a n to u H e n g fa n g C o s m e ti c s E n te r p r i s e C o . L td H .K . L u c k F lo w e r C o s m e ti c s G ro u p L i m i te d M a hm o o d M . S a e e d J e d a h M a hm o o d M . S a e e d J e d a h M a hm o o d M . S a e e d J e d a h
R ho d B +
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r Ti d a k te rd a fta r
R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B + R ho d B +
H. SAMPURNO
Halaman 12 Edisi EdisiSeptember September 2004 2004