You are on page 1of 40

B u l e t i n

t r i t o n i s ,

e d i s i

A p r i l

2 0 1 3

B a l a i B e s a r T a m a n N a s i o n a l T e l u k C e n d e r a w a s i h
S u r a t d a r i R e d a k s i D a f t a r I s i
Di awal tahun 2013, Buletin Tritonis Edisi I Bulan April hadir dengan mengetengahkan tema Pemberdayaan Masyarakat di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Pemberdayaan berarti membuat sesuatu menjadi lebih berkarya dan berguna. Pemberdayaan masyarakat baik di dalam maupun di sekitar kawasan TNTC mempunyai tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Namun peningkatan kesejahteraan masyarakat ini harus tetap memperhatikan kelestarian alam yang ada sehingga Visi Kementerian Kehutanan Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera bisa terwujud. Selain tema Pemberdayaan Masyarakat, Buletin Tritonis juga menyuguhkan laporan utama seperti Sosialisasi Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 50 Tahun 2012 tentang Jabatan Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) dan Angka Kreditnya. Dengan adanya peraturan yang baru ini, diharapkan kegiatan pejabat fungsional PEH yang dilaksanakan dapat terakomodir. Tim redaksi juga telah menyiapkan tulisan atupun liputan lain, seperti : liputan dari peringatan Hari Bhakti Rimbawan ke-30, liputan dari kawasan, serba-serbi dan ucapan selamat. Semoga tulisan/artikel pada edisi I bulan April ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca semua dan akhirnya tim redaksi mengucapkan selamat membaca. Buletin Tritonis (Tanggap, Realistis, Informatif dan inspiratif)

3 09

Liputan
Kemeriahan Peringatan Hari Bakti
Rimbawan ke-30 di Provinsi Papua Barat Sosialisasi Permenpan Nomor 50 Tahun 2012 tentang Jabatan Fungsional PEH dan Angka Kredit-

Artikel
Peranan Kader Konservasi Dalam
Menunjang Keberhasilan Program Pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan Masyarakat Akudiomi Melalui Program Ekowisata Hiu Paus (Whale Shark) Prospek Budidaya Pembesaran Ikan Kerapu Dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Peran Penyuluh Dalam Proses Pembentukan Kelompok Untuk Mewujudkan Pemberdayaan Masyarakat Yang Mandiri Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment): Suatu Pandangan Umum Meningkatkan Kegunaan Nipah, Sebagai Peluang Pemberdayaan Masyarakat Rekam Jejak Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kawasan Sebuah Angan Perbaikan Ekosistem Melalui Pemberdayaan Masyarakat Mengenal Jenis Tumbuhan Pantai di Kawasan TNTC

Merupakan media informasi dan komunikasi konservasi untuk menyebarluaskan informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara umum, pengelolaan-pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta pengembangan kawasan konservasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

S U S U N A N

R E D A K S I

Pembina & Penanggung Jawab: Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih Pimpinan Redaksi: Ir. Suprihatna Pengarah/Editor: Manerep Siregar, S.P., M.Si. Staff Redaksi: Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si., Rini Purwanti, S.Si., Veve Ivana Pramesti, S.Hut., Muhibuddin Danan Jaya, A.Md Layout : Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si Desain Cover : Muhibbuddin Danan Jaya, A.Md Sumber Gambar : Dokumentasi TNTC

20 31 33 35 37

Berita Gambar Kabar Kawasan


Pemberdayaan Masyarakat Kampung Yaur Melalui Pembuatan Rumpon

Kemitraan
Pendampingan dan Pendidikan
Lingkungan Hidup (BBTNTC-WWF TNTC)

Alamat Redaksi

Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih Jln. Essau Sesa-Sowi Gunung Manokwari-Papua Barat Telp : (0986)212303 Fax : (0986)214719 E-mail : telukcenderawasih@gmail.com

Biodiversity
Peranan Plankton Dalam Trophic Level

Serba-serbi
Kehidupan Adalah Bergerak

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

LIPUTAN

K e m e r i a h a n P e r i n g a ta n H a r i B a k t i R i m b awa n k e - 3 0 d i P r ov i n s i p a p u a B a r a t
Sebuah wujud kebersamaan para rimbawan yang patut ditingkatkan dan dipertahankan
embali kita, keluarga besar Rimbawan dipertemukan dengan acara akbar tahunan, acaranya Keluarga Besar Rimbawan Nusantara. Ya, Hari Bhakti Rimbawan adalah nama lain untuk mengistilahkan perayaan Ulang Tahunnya Kementerian Kehutanan. Tidak terasa usia kementerian kehutanan (red. dulu Departemen Kehutanan) sudah memasuki usia yang ke tiga puluh. Dengan bertambahnya usia lembaga yang kita cintai ini, menandakan semakin besar tantangan dan amanah yang diemban oleh temanteman Rimbawan, untuk mempertahankan kelestarian hutan yang masih tersisa tanpa mengesampingkan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Tanggung jawab rimbawan dalam pengelolaan hutan tidak hanya diemban oleh masing-masing instansi kehutanan saja, namun diperlukan adanya kesinergisan kerja antar instansi, sehingga tidak terjadi tumpang tindih kegiatan pengelolaan kawasan hutan. Sebagai upaya mempererat kebersamaan rimbawan Papua Barat dan mengoptimalkan kinerja rimbawan dalam mengelola hutan di tanah Papua, keluarga besar rimbawan Papua Barat mengadakan beberapa kegiatan untuk menyemarakkan Hari Bhakti Rimbawan ke-30 tahun 2013 ini. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, diharapkan jiwa korsa rimbawan semakin terpupuk dalam diri setiap rimbawan. Dalam peringatan HBR ke-30 tahun 2013 banyak kegiatan yang dilakukan oleh Rimbawan Papua Barat, antara lain penanaman pohon, jalan santai, perlombaan olah raga, lomba memasak serta perlombaan anak-anak. Pekan HBR dimulai dengan upacara pembukaan yang dipimpin oleh Kepala Dinas Muhibbuddin Danan Jaya, A.Md*) Kehutanan Provinsi Papua Barat, Ir. H. Runaweri, MM pada tanggal 5 Maret 2013 dan dilanjutkan dengan ekshibisi futsal antar pejabat struktural dari Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat, pejabat struktural Dinas Kehutanan Kabupaten Manokwari, dan Civitas Akademika Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua melawan pejabat struktural dari Unit Pelaksana Teknis lingkup Kementerian Kehutanan. Kegiatan dalam rangka memeriahkan Hari Bhakti Rimbawan kali ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu kategori ekshibisi serta kategori pertandingan. Hal ini ada kegiatan yang bertujuan untuk meramaikan/menyemarakkan serta ada perlombaan yang dimasukkan dalam penilaian untuk menentukan juara umum. Perlombaan yang masuk dalam kategori ekshibisi yaitu: tenis lapangan, lomba masak bapak-bapak, lomba anakanak, serta lomba pengenalan jenis pohon. Sedangkan perlombaan yang masuk dalam kategori pertandingan yaitu: futsal, tenis meja, bulutangkis, catur, volly dan tarik tambang. Penanaman Pohon Tanggal 9 Maret 2013, dilakukan aksi penanaman pohon di pesisir pantai depan markas komando SPORC Brigadir Kasuari, Papua Barat oleh keluarga Rimbawan se Papua Barat. Kegiatan penanaman kali ini berbeda dengan kegiatan penanaman tahun sebelumnya, karena bibit yang kita tanam adalah bibit mangrove. Penanaman di lahan pesisir pantai ini didasari oleh ancaman abrasi pantai yang kian mengkhawatirkan. Jalan Santai dan perlombaan Anak-anak Bertepatan dengan hari libur nasional, pada Tanggal 12 Maret 2013 pagi dilaksanakan kegiatan jalan santai yang melibatkan Rimbawan se Papua

P a g e

B u l e t i n

t r i t o n i s

LIPUTAN.
sedangkan untuk kategori pegawai dan umum, peserta diminta untuk menyebutkan nama ilmiah masing-masing spesimen yang ada. Lomba Mewarnai dan Menggambar Hari rabu, 13 Maret 2013 dilaksanakan lomba mewarnai untuk anak-anak usia TK - SD Kelas 4, dan lomba menggambar untuk anak-anak kelas 5 SD - kelas 3 SMP. Kegiatan yang berlangsung di ruang kelas Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan ini dimeriahkan dengan keikutsertaan anak-anak dari keluarga besar rimbawan lingkup Papua Barat. Kegiatan menggambar dan mewarnai ini dilakukan untuk menanamkan rasa cinta lingkungan kepada anak anak dan generasi muda sejak dini serta untuk memupuk rasa percaya diri anak-anak untuk selalu berkarya dan menghasilkan karya terbaik. Lomba Memasak Bapak-bapak Lomba masak ini yang ditujukan untuk bapakbapak rimbawan dilakukan beregu atau tim. Menu yang ditentukan dalam lomba memasak ini adalah nasi goreng. Panitia telah menyediakan bahanbahan sementara peserta diwajibkan untuk membawa peralatan memasak, kompor serta perlengkapan untuk menghias hasil masakan. Kriteria penilaian dalam lomba masak yang

Pelaksanaan Jalan Santai (atas) dan Pembagian Doorprize (bawah)

Barat beserta keluarga. Jalan santai yang diikuti ribuan peserta ini dimulai dari Dinas Kehutanan Kabupaten Manokwari dan berakhir di komplek BPDAS Remu Ransiki. Peserta jalan santai sangat antusias mengikuti kegiatan jalan santai sejauh 2 km ini, meskipun sempat terjadi hujan saat pelaksanaan kegiatan. Kegiatan jalan santai dimeriahkan dengan pembagian doorprize yang telah disediakan oleh panitia. Lebih dari 25 paket doorprize diperebutkan oleh peserta jalan santai. Usai pembagian doorprize, dilakukan kegiatan perlombaan untuk anak anak, berupa lomba makan kerupuk dan lomba lari kelereng. Antusiasme anakanak mampu mengalahkan hujan yang turut mewarnai pelaksanaan lomba. Lebih dari 50 anak dari keluarga rimbawan terlibat dalam kegiatan perlombaan ini. Pengenalan jenis Pohon Usai perlombaan makan kerupuk dan lari kelereng, dilaksanakan lomba pengenalan jenis pohon yang dibagi menjadi dua kategori, yaitu kategori anak-anak SD - SMP, serta kategori pegawai dan umum. Untuk kategori anak anak SD - SMP, peserta diminta untuk menyebutkan nama lokal/nama perdagangan jenis pohon yang dijadikan spesimen,

Lomba Pengenalan Jenis Pohon (kiri), Lomba makan Kerupuk (kanan)

Lomba Menggambar(kiri), Lomba Mewarnai (kanan)

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

LIPUTAN
dilaksanakan tanggal 16 Maret 2013 ini antara lain: kebersihan, kerapihan, kerjasama tim, penampilan sajian serta rasa masakan. Rangkaian pertandingan menyemarakkan HBR ke30 Selama kurun waktu dua minggu berbagai pertandingan dilaksanakan oleh Rimbawan Papua Barat untuk menyemarakkan Hari Bhakti Rimbawan ke -30 ini, yaitu tarik tambang (putra/putri), volly (putra/putri), tenis meja (putra/putri), bulutangkis, futsal, gapleh dan catur. Semua pertandingan itu menjadi parameter penentuan juara umum yang berhak memboyong piala bergilir Hari Bhakti Rimbawan. Upacara Hari Bhakti Rimbawan ke -30 Sebagai Puncak pelaksanaan kegiatan Hari Bhakti Rimbawan ini dilaksanakan kegiatan Upacara Hari Bhakti Rimbawan yang diikuti oleh seluruh instansi kehutanan yang ada di Manokwari, Papua Barat, yaitu: Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat, Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Balai Besar KSDA Papua Barat, Balai Penelitian kehutanan Manokwari, Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVII Manokwari, Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XVIII Manokwari, Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan, Balai Pengelolaan Daerah
Berbagai Pertandingan Menyambut Peringatan Hari Bakti Rimbawan ke-30

Aliran Sungai Remu Ransiki, Balai Latihan Kehutanan Manokwari, Dinas Kehutanan Kabupaten Manokwari, Fakultas kehutanan Universitas Negeri Papua dan Mitra Kehutanan. Dalam upacara Hari Bhakti Rimbawan ini, Gubernur Papua Barat yang diwaliki oleh Asisten I Gubernur Papua Barat hadir selaku pembina upacara. Dalam Sambutan Menteri Kehutanan yang dibacakan oleh pembina upacara, menekankan peringatan Hari Bakti Rimbawan yang selalu dilaksanakan setiap tahun hendaknya menjadi momentum yang penting dan strategis bagi upaya pembinaan rimbawan, khususnya peningkatan profesionalisme, disiplin, moral, kesejahteraan dan jiwa korsa, sehingga memiliki kesiapan dan kesiagaan dalam menghadapi berbagai tantangan tugas. Setelah upacara, dibacakan pengumuman pemenang perlombaan yang sudah dilaksanakan. Sebagai Juara Umum dimenangkan oleh Balai Penelitian Kehutanan dengan perolehan mendali 3 emas, 3 Perak dan 1 perunggu, peringkat kedua dipegang oleh Balai besar TNTC dengan perolehan mendali 3 emas, 0 perak dan 1 perunggu, sedangkan peringkat ketiga dipegang oleh Sekolah

Pelaksanaan Lomba Memasak

P a g e

B u l e t i n

t r i t o n i s

LIPUTAN.
Menengah Kejuruan Kehutanan dengan perolehan medali 2 emas, 1 perak dan 2 perunggu. Peringatan hari Bhakti Rimbawan di Kawasan TNTC Masyarakat kampung Yende dan Kampung Mena Distrik Roon, (wilayah kerja Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah IV Roon) tidak ketingalan pula untuk ikut menyemarakkan Hari Bhakti Rimawan Semarak hari Bhakti Rimbawan ke-30 dengan mengadakan kegiatan Kerja Sosial membersihkan lingkungan kampung serta halaman rumah-rumah penduduk. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama antara petugas Balai Besar TNTC,bersama dengan Siswa-siswi dan guru SMP Persiapan Distrik Roon beserta warga masyarakat sekitar. Kegiatan Kerja Sosial dilaksanakan dengan membersihkan lingkungan sekitar jalan dan halamhalaman rumah di Kampung yende dan kampung Mena. Menurut saudara La Hamid, salah satu Polisi Kehutanan BBTNTC yang bertugas di SPTN Wilayah IV Roon sekaligus penggagas kegiatan ini mengatakan Kegiatan kerja sosial ini merupakan bukti bakti kami kepada masyarakat sekitar serta bertujuan untuk mengajak warga masyarakat untuk selalu peduli dengan kebersihan kampung mereka dan bisa membuka mata dan pikiran masyarkat di kampung Yende dan Kampung Mena untuk merubah prilaku agar bisa membuang sampah pada tempatnya. Semoga dengan semarak Hari Bhakti Rimbawan ke-30 tahun ini, jiwa korsa rimbawan akan selalu terpupuk sehingga masyarakat mendapatkan manfaat kehadiran para rimbawan untuk mencapai tujuan pembangunan kehutanan.

*)Penyuluh Kehutanan pada BBTNTC

Upacara dan Marching Band SMK Kehutanan

Penyerahan Satya Lencana dan Piagam Purna Tugas

Penyerahan Piala Bergilir dan Jamuan Kasih

Kegiatan Bersih kampung yang dilakukan pegawai BBTNTC bersama Siswa SMP Persiapan dan warga masyarakat di kampung Yende dan Kampung Mena.

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

LIPUTAN

S o s i a l i s a s i P e r m e n p a n N o m o r 5 0 Ta h u n 2 012 T e n ta n g J a b a ta n F u n g s i o n a l P E H d a n A n g k a K r e d i t n ya
Mampukah kita mengimbangi Permenpan dengan meningkatkan profesionalisme?
egiatan Sosialisasi Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Jabatan Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan dan Angka Kreditnya yang dilaksanakan di Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih merupakan kegiatan sosialisasi Permenpan Nomor 50 Tahun 2012 untuk pertama kalinya lingkup Kementerian Kehutanan di Papua Barat. Sebagai Koordinator Wilayah (Korwil), Pihak Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih memfasilitasi pelaksanaan kegiatan ini. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari kamis, 21 Maret 2013 ini dihadiri oleh para perwakilan Pejabat Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan dari seluruh Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan lingkup Papua Barat, mulai dari Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XVIII Manokwari hingga Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua Barat yang berlokasi di Sorong. Sosialisasi ini disampaikan langsung oleh Ibu Rismauli Tampubolon selaku Kepala Bagian Tata Usaha Kepegawaian Biro Kepegawaian Kementerian Kehutanan. Lidia Tesa Vitasari S.,S.Si*) butir kegiatan yang ada belum sepenuhnya mengakomodir perubahan-perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pengelolaan hutan dan perubahan kebijakan pengelolaan hutan. Rangkaian revisi telah dimulai sejak tahun 2010 melalui adanya usulan Sekretaris Jenderal Kemenhut agar dilakukan proses revisi Jabatan Fungsional PEH yang menekankan pada penyempurnaan butir kegiatan. Dalam Permenpan Nomor 50 Tahun 2012 yang ditandatangani tanggal 23 Agustus 2012, telah menyempurnakan butir kegiatan serta perubahan ketatalaksanaan berbasis kompetensi dan kinerja.

Diantara 119 (seratus sembilan belas) jenis Jabatan Fungsional yang ada di Indonesia hingga tahun 2012 sebanyak 27 (dua puluh tujuh) Jabatan Fungsional diimplementasikan di lingkungan Kementerian Kehutanan. Kedua puluh tujuh jabatan itu adalah 3 (tiga) jenis Jabatan Fungsional Binaan Kemenhut sementara 24 (dua puluh empat) lainnya di luar binaan Kemenhut. Tiga jabatan fungsional binaan Kemenhut adalah jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan, Polisi Kehutanan dan Pengendali Ekosistem Hutan.

Keputusan Menpan Nomor 54/KEP/M.PAN/7/2003 yang mengatur tentang Jabatan Fungsional pengendali Ekosistem Hutan dan Angka Kreditnya perlu direvisi mengingat dalam keputusan tersebut butir-buir kegiatan masih tersekat (sangat mencerminkan tupoksi unit kerja eselon I Kemenhut), sebagian butir kegiatan sudah tidak relevan dengan struktur organisasi Suasana Pelaksanaan Sosialisasi Kemenhut, serta

P a g e

B u l e t i n

t r i t o n i s

LIPUTAN.
Dalam Permenpan Nomor 50 Tahun 2012 butir kegiatan tidak lagi tersekat-sekat berdasarkan eselon I sehingga memungkinkan seluruh Pejabat Fungsional PEH untuk melaksanakan kegiatan lintas eselon I. Perubahan terkait ketatalaksanaan meliputi syarat pengangkatan, diklat dan uji kompetensi, kewajiban pengembangan profesi, kewajiban pengumpulan angka kredit (AK), penulisan karya ilmiah, kewajiban pengajuan DUPAK, pejabat penetap AK, tim penilai AK, ketentuan alih tingkat serta mengenai formasi PEH. Berdasarkan penyempurnaan yang tertuang dalam Permenpan Nomor 50 Tahun 2012, pengangkatan pertama tidak lagi menyaratkan lulus diklat pembentukan PEH, melainkan dengan mengikuti uji kompetensi sudah dapat dingkat menjadi pejabat fungsional PEH. Hal ini untuk mengakomodir pejabat fungsional PEH yang belum mendapatkan panggilan diklat pembentukan PEH. Terkait pendidikan dan pelatihan, pejabat fungsional PEH jika setelah 2 (dua) tahun diangkat dalam jabatannya tidak mengikuti dan lulus diklat dasar fungsional akan diberhentikan dari jabatannya sedangkan untuk perpindahan dari tingkat Terampil ke Ahli dapat mengikuti dan lulus diklat alih jenjang kecuali jenjang Madya WAJIB ikut dan lulus diklat penjenjangan Madya. Unsur pengembangan profesi, mulai diwajibkan bagi setiap pejabat fungsional PEH yang menduduki jenjang Pertama (III/b) hingga jenjang Madya (IV/c). Selain kewajiban pengembangan profesi, pejabat fungsional PEH juga memiliki kewajiban pengumpulan angka kredit yang berasal dari tugas pokok Pengendali Ekosistem Hutan. Dalam Permenpan Nomor 50 Tahun 2012 telah menyempurnakan poin mengenai penyusunan karya ilmiah sehingga pembagian angka kredit antar penulis karya ilmiah semakin disesuaikan dengan proporsi masingmasing penulis. Dalam kesempatan kali ini diberikan juga penjelasan mengenai formasi PEH di masing-masing unit kerja. Formasi ini telah ditetapkan sesuai dengan jumlah kegiatan serta waktu pelaksanaan kegiatan yang ideal bagi suatu unit kerja. Dengan demikian jumlah minimal pejabat fungsional PEH sesuai tingkat jabatannya (terampil dan ahli) dalam suatu unit kerja dapat semakin mendukung upaya pencapaian kinerja unit kerja yang maksimal. Ibu Rismauli Tampubolon mengatakan bahwa kegiatan sosialisasi ini sangat memerlukan kehadiran tidak hanya pejabat fungsional PEH saja, melainkan juga pejabat struktural serta pengambil kebijakan dalam suatu unit kerja. Dengan demikian masing-masing pihak memahami tugas/kewajiban dan haknya. Para pejabat fungsional PEH mengetahui kewajiban serta haknya terkait pelaksanaan tugas pokok masing-masing. Pejabat struktural juga perlu mengetahui apa kewajiban pokok pejabat fungsional PEH yang menjadi bawahannya serta mendukung pencapaian karier pejabat fungsional PEH. Dengan demikian setiap pihak dapat saling memanfaatkan kemampuannya untuk meningkatkan kinerja pribadi maupun kinerja institusi. Penyempurnaan KEPMENPAN Nomor: 54/KEP/ M.PAN/7/2003 menjadi Permenpan Nomor 50 Tahun 2012 ini untuk meningkatkan profesionalisme kerja para pejabat fungsional PEH sehingga dikemudian hari terjadi perubahan kearah yang lebih baik baik karier pejabat fungsional PEH maupun pengelolaan kawasan hutan. Permenpan Nomor 50 Tahun 2012 ini mulai diberlakukan untuk pengajuan angka kredit periode tahun 2014. Dengan demikian pengajuan angka kredit periode JuliDesember 2013 (untuk periode kenaikan pangkat April 2014) masih mengacu pada KEPMENPAN Nomor: 54/KEP/M.PAN/7/2003. Pertanyaan akhir yang kembali menyeruak adalah mampukan kita, Pejabat Fungsional PEH, memberikan sumbangan yang berharga bagi institusi Kementerian Kehutanan ini secara profesional?

*)Calon PEH Pada BBTNTC

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

ARTIKEL

Per an K ader Konservasi dalam Menunjang Keberhasilan Program Pemberdayaan Masyar ak at


Peranan Ganda Kader Konservasi Yang Besar Manfaatnya
ader konservasi merupakan moda penggerak upaya konservasi ditengah -tengah masyarakat sehingga keberadaannya pun sangat dibutuhkan guna kelangsungan kelestarian taman nasional. Sangatlah tepat bila keberadaannya mendapatkan perhatian melalui program pembinaan kader konservasi secara berkala mengingat kader konservasi memiliki peranan sebagai inisiator, motivator, Veve Ivana Pramesti, S.Hut*) Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih telah melalukan upaya pembinaan kader konservasi baik melalui pembinaan secara langsung dan pembinaan secara tidak langsung. Secara langsung kader konservasi dibina melalui kegiatan pertemuan kader konservasi, peningkatan kemampuan, pengembangan keterampilan dan pelibatan kader konsevasi dalam program kerja UPT. Sedangkan secara tidak langsung dibina dengan cara pengisian angket/kuesioener kader konservasi, pendistribusian leafleat, poster, booklet dan buku. Kegiatan pembinaan kader konservasi melalui pertemuan kader konservasi sangatlah berperan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Karena dalam pertemuan kader konservasi tersebut merupakan media untuk saling berkomunikasi dan bertukar informasi serta tempat pemecahan masalah/pencarian solusi bila ada hambatan yang dialami melalui fasilitasi sehingga terbentuklah kemandirian dalam penentuan keputusan. Dampak yang diperoleh dari rutinitas pertemuan kader konservasi ini adalah kader konservasi yang ada

fasilitator dan dinamisator. Tentunya bila kondisi masyarakat setempat memiliki tingkat kesadaran konservasi yang rendah, kader konservasi merupakan moda pengubah cara pandang dan tingkah laku seseorang atau s e k e l o m p o k o r a n g d a l am melindungi, mengawetkan dan memanfaatkan kekayaan alam khususnya yang berada di dalam kawasan taman nasional.

Aktivitas Pengelolaan Kawasan dengan Memanfaatkan Keberadaan Masyarakat Sebagai Kader Konservasi

P a g e

1 0

B u l e t i n

t r i t o n i s

ARTIKEL.
ditengah-tengah masyarakat menjadi mampu dan terlatih untuk berdiskusi/bermusyawarah ataupun memfasilitasi dalam pengambil suatu keputusan/pencarian solusi yang mandiri. Kader konservasi yang telah terlatih ini sangat membantu dalam proses pemberdayaan masyarakat khususnya sebagai motivator dan fasilitator dalam penentuan keputusan ataupun pemecahan solusi permasalahan yang timbul. Karena dalam pemberdayaan masyarakat, kemandirian dalam penentuan keputusan sangatlah penting dan masyarakat dituntut untuk bisa menentukan sendiri usaha atau langkah-langkah yang akan ditempuh untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dengan tidak menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak luar, baik pemerintah maupun organisasiorganisasi non-pemerintah. Kader konservasi juga dibina melalui pengembangan keterampilan dan turut andil memegang peranan penting dalam pemberdayaan masyarakat. Dalam pembinaan ini, kader konservasi ditingkatkan pengetahuannya dan keahliannya di bidang pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya melalui pendidikan non formal seperti pelatihan atau in house training. Di sinilah peranan pendidikan non formal ini dalam menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas karena tanpa sumberdaya manusia yang berkualitas, pengembangan kemandirian masyarakat akan terhambat sehingga turut meningkatkan resiko kegagalan pemberdayaan masyarakat. Wujud pendidikan non formal ini pun dipilih kegiatan yang lebih menguntungkan dan lebih banyak memberikan manfaat kepada kader. Melalui pendidikan, kader konservasi dibekali pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan sehingga kader konservasi menjadi tahu, mengerti, dapat melakukan dan mau melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas hidup. Perubahan perilaku ini apabila dipadukan dengan potensi sumber daya alam yang tersedia baik dari berupa fisik maupun jasa lingkungan akan melahirkan perilaku baru yang disebut partisipasi pengelolaan. Partisipasi pengelolaan ini akan merangsang kader konservasi lebih aktif dan kreatif dalam melaksanakan pembangunan daerahnya yang terarah dan berencana terutama dalam meningkatkan pendapatan serta dapat membuka kesempatan kerja/ lapangan kerja baru bagi orang di sekitarnya sehingga memperbaiki kualitas hidupnya sendiri dan orang di sekitarnya. Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih telah melakukan beberapa pelatihan dan in house training sebagai bentuk pembinaan terhadap kader konservasi, diantaranya pelatihan pemandu wisata, pembuatan pupuk bokashi, cara penanaman tanaman berkayu, pembuatan minyak kelapa, pembuatan rumpon, perbaikan jaring ikan, in house training pengolahan hasil laut di Napan Yaur, Yende dan Yari-Yari. Selain peningkatan keterampilan, kader konservasi juga dilibatkan dalam beberapa kegiatan Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih sebagai wujud pembinaan secara berkala. Diharapkan setelah mendapatkan pelatihan atau in house training, kader konservasi dapat mempraktekannya dan menerapkan sendiri hasil pengembangan keterampilannya di tengah-tengah masyarakat. Disamping itu kader konservasi diharapkan juga dapat menyebarkan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh kepada masyarakat setempat secara swadaya guna meningkatkan potensi dan keterampilan masyarakat serta partisipasi swadaya masyarakat dalam kemandirian kehidupannya sehingga menuju kepada peningkatan kualitas hidup dan masyarakat yang swadaya.

*)Calon Penyuluh Kehutanan Pada BBTNTC

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

1 1

ARTIKEL

Pemberdayaan Masyar ak at akudiomi Melalui Program Ekowisata Hiu Paus (Whale Shark)

Sudah saatnya mengubah pengelolaan wisata alam yang mandiri menjadi kolaborasi
ampung Akudiomi merupakan salah satu kampung yang terdapat di wilayah kerja Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Kwatisore. Kampung ini memiliki daya tarik yang bisa diandalkan, selain wisata budaya dan adat istiadatnya, Kampung Akudiomi juga menyimpan potensi wisata minat khusus yang telah tersohor hingga mancanegara. Hiu Paus (Whale Shark) menjadi salah satu andalan Perairan Kwatisore/Akudiomi. Perairan Kwatisore/Akudiomi secara geografis terletak pada 1345618 s/d 1345727 BT sampai 031416 s/d 031458 LS. Atraksi Hiu Paus (Whale Shark) ini dapat dinikmati dengan cara snorkeling atau diving. Kemunculan Hiu Paus di Perairan Kwatisore/Akudiomi terjadi sepanjang tahun. Fenomena ini berbeda dengan kemunculan Hiu Paus di negara lain, seperti Filipina atau Australia. Oleh karena itu, para peminat wisata ini tidak akan mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan Hiu Paus. Di Filipina, atraksi Hiu Paus dapat dinikmati hanya berdasarkan musim kemunculannya. Berbeda dengan di Filipina (Donsol, Sorsogon), wisata Hiu Paus di Kwatisore belum berkembang

Erwin Kusumah Nanjaya, S.Hut*) pada tahap memberdayakan masyarakat dan masih hanya sekedar wisata, bukan ekowisata. Di Filipina, walaupun kemumculan Hiu Paus berdasarkan musim, tetapi telah dikelola secara kolaboratif dan profesional oleh Pemerintah Daerah, Departemen Pariwisata dan WWF Filipina yang tentunya setiap lembaga tersebut memiliki tanggung jawab masingmasing, misalnya: Pemerintah Daerah Donsol bertanggung jawab mengatur aktivitas kepariwisataan; WWF Filipina bertanggung jawab menyelenggarakan penelitian dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk kepentingan ekowisata Hiu Paus; Departemen Pariwisata bertanggung jawab mempromosikan Ekowisata Hiu Paus dan menyelenggarakan pelatihan. Kolaborasi apik seperti tersebut diatas tentunya diupayakan untuk mendatangkan wisatawan dan menjadikan masyarakat sekitar sebagai sasaran utama pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan/aktivitas kepariwisataan. Masyarakat dilatih oleh Departemen Pariwisata agar terampil menjadi pemandu wisata. Para pemandu Ekowisata Hiu Paus di Filipina yang disebut Butanding Interaction Officers (BIOs), memandu para wisatawan mu-

P a g e

1 2

B u l e t i n

t r i t o n i s

ARTIKEL.
kat (soft maupun hard) telah tersedia, maka ekowisata Hiu Paus diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut termuat dalam Road Map Kementerian Kehutanan RI tahun 2010-2030 yang menetapkan kebijakan strategis dan misi pembangunan kehutanan Pembangunan Kehutanan Bertumpu Pada Pemanfaatan Jasa Lingkungan Yang bertujuan mengembangkan Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan, Pengawetan Biodiversity, dan Pemberdayaan Masyarakat.
Sumber: David, N. D., 2012. Donsol Whale Shark Research and Ecotourism Sustainability Program. WWF Filipina.

Wisatawan di Donsol menggunakan perahu masyarakat, dengan Panduan BIOs berbondong-bondong menikmati Ekowisata Hiu Paus

lai dari pusat informasi hingga di lapangan (di lokasi wisata). Perahu yang digunakan oleh para wisatawan merupakan perahu milik masyarakat. Wisatawan diharuskan memakai perahu masyarakat untuk menikmati Hiu Paus. Para Butanding bertugas mencari keberadaan Hiu Paus dan mengarahkan wisatawan mengenai cara menikmati ekowisata Hiu Paus yang benar. Para Butanding yang terlatih dan perahu masyarakat yang dipakai wisatawan merupakan contoh nyata pemberdayaan masyarakat di Donsol, Filipina. Fenomena di Donsol dapat kita adopsi di Kwatisore, namun tetap harus memperhatikan beberapa, misalnya: keberadaan bagan, kesiapan masyarakat untuk menerima tamu/wisatawan, perahu masyarakat yang layak untuk dipakai wisatawan, kecakapan masyarakat untuk memandu wisatawan, bahkan lebih jauh lagi Peraturan Daerah yang mengatur ekowisata Hiu Paus perlu dibuat. Ketika semua perang-

*)Calon Penyuluh Kehutanan Pada BPTN Wilayah I Nabire

Atraksi Hiu Paus di Kwatisore

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

1 3

ARTIKEL

Prospek Budidaya Pembesar an I k a n K er ap u d a l a m Pen i n g k a ta n K es ej a h t e r a a n M a s ya r a k a t

Sekarang waktunya merubah wujud pemanfaatan menjadi lebih bernilai


awasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang terbentang dari Tanjung Runaki hingga ke Sima menyimpan keanekaragaman sumberdaya alam laut yang sangat tinggi. Berbagai jenis ikan dan terumbu karang dapat kita temui. Pemanfaatan sumberdaya alam laut ini selama ini masih bersifat tradisional yaitu dengan memancing. Pemanfaatan ini hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tanpa ada upaya budidaya atau juga menjual hasil tangkapan mereka. Berbagai jenis ikan yang biasanya ditangkap oleh masyarakat adalah ikanikan karang. Dengan potensi sumberdaya laut khususnya ikan yang masih besar maka perlu adanya pengembangan dalam pemanfaatan sumberdaya laut untuk dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya dengan budidaya ikan kerapu. Kerapu merupakan jenis ikan laut yang paling populer dan bernilai ekonomis tinggi di antara jenis ikan karang di kawasan Asia-Pasifik. Permintaan ikan kerapu khususnya dalam kondisi hidup untuk tujuan ekspor seperti ke Hongkong dan Cina cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal ini mendorong perburuan kerapu di alam (penangkapan) semakin meningkat. Namun karena sifatnya berburu maka tingkat kepastian produksi sulit diprediksi disamping itu kerap sekali terjadi perburuan yang menjurus pada usaha

Astekita A.,S.Hut.,M.Sc*) penangkapan ikan ilegal yang merusak terumbu karang dan lingkungan laut. Sebagai suatu alternatif produksi, usaha budidaya kerapu ternyata memberikan harapan yang cerah dan menjanjikan. Berbagai penelitian dan percobaan budidaya kerapu sudah banyak dilakukan yang dapat mengatasi berbagai masalah dalam budidaya kerapu. Berbagai usaha komersial budidaya kerapu sudah dilakukan dan memberikan hasil yang baik. Lahan untuk pembudidayaan cukup tersedia di berbagai wilayah Indonesia dan masih terbuka ruang dan peluang untuk mengembangkannya termasuk di dalam kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Usaha budidaya kerapu pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pembenihan dan pembesaran. Kegiatan pembenihan adalah biasanya merupakan kegiatan produksi yang menghasilkan benih ikan sampai dengan ukuran 5 7 cm yang biasa disebut dengan fingerling. Kegiatan pembesaran adalah kegiatan pemeliharaan fingerling sampai dengan kerapu tersebut berukuran ikan konsumsi. Pembesaran jenis kerapu sampai dengan berukuran konsumsi berkisar antara 7-10 bulan, tergantung dari jenis kerapu yang dibesarkan (untuk kerapu macan dibutuhkan waktu sekitar 7 bulan dan untuk kerapu tikus sekitar 10 bulan).

P a g e

1 4

B u l e t i n

t r i t o n i s

ARTIKEL .
Pembesaran kerapu biasanya dilaksanakan dengan menggunakan keramba jaring apung atau di dalam tangki pembesaran dengan sistem air mengalir. Usaha pembesaran kerapu di lapangan (yang dilakukan masyarakat) cukup bervariasi. Ada yang membesarkan dari fingerling sampai menjadi ukuran konsumsi dan ada juga yang membesarkan dari fingerling sampai ukuran 100g/ekor (kerapu muda) dan dari kerapu muda sampai ukuran konsumsi (sekitar 500-1200g/ekor). Analisa usaha merupakan perhitungan keuangan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan suatu usaha. Pada analisa usaha pembesaran ikan kerapu, disini dicontohkan usaha pembesaran ikan kerapu bebek (Cromileptis altivelis) dimulai dengan menghitung biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha dan keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut. Adapun biaya-biaya yang dihitung adalah : No Biaya Pengeluaran 1 Biaya investasi (mulai dari tahun ke-0) 40.000.000 kontruksi, peralatan yang berhubungan dengan produksi dan harus disediakan sebelum proses produksi. - benih ikan = 1100 ekor - hasil panen = 1000 ekor Jenis Biaya Biaya (Rp) Keterangan

Biaya Operasional Biaya tetap per tahun Biaya tidak tetap per tahun Biaya Pendapatan 1 Penjualan (sudah termasuk dikurangi pajak 10%)

39.000.000 78.000.000 202.500.000

- Pendapatan = 1000 ekor (500 kg) x Rp. 450.000,- x 1 tahun = Rp. 225.000.000,Rp. 202.500.000 Rp 117.000.000

Keuntungan Penjualan dikurangi operasional) Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) 1 1 pengeluaran(biaya 85.500.000

Total Penjualan : Total Biaya Operasional

1,73

Rp. 202.500.000 : Rp 117.000.000

Bila dilihat dari perhitungan secara ekonomi, usaha budidaya pembesaran kerapu ini cukup menjanjikan. Dimana dari perhitungan B/C Ratio di peroleh nilai 1,73 yang artinya setiap biaya yang dikeluarkan Rp. 1,- akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,73,-. Namun perlu adanya upaya untuk belajar bagaimana dapat mewujudkan usaha budidaya pembesaran ikan kerapu tersebut. Tidak akan dapat tercapai suatu tujuan bila kita mencobanya.
Sumber http://riflovers.blogspot.com/2011/04/analisa-usaha-pembesaran-ikan-kerapu.html diakses pada tanggal 25 Maret 2013 pukul 10.00 WIT Sudrajat, Ahmad. 2008. Budidaya 23 Komoditas laut menguntungkan. Jakarta. Penebar Swadaya.

*)Penyuluh Kehutanan Pertama pada BBTNTC

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

1 5

ARTIKEL

Peran Penyuluh Dalam Proses Pembentukan Kelompok Untuk Mewujudkan Pemberdayaan Masyar ak at yang Mandiri
Pemberdayaan masyarakat memerlukan peran serta aktif penyuluh
Eric Rosady, A.Md*) Relationship menyatakan bahwa terdapat 5 (lima) tahapan agar proses hubungan antar manusia dapat menuju pada tahap kebersamaan/ penyatuan. Apabila kebersamaan ini diterjemahkan atau diperluas dalam arti kelompok, maka tahapantahapan tersebut dapat menjadi suatu proses aktivitas tugas penyuluh dalam membentuk dan mengembangkan suatu kelompok dalam masyarakat. Tahapan-tahapan tersebut adalah: Tahap Memulai (Initiating), merupakan usahausaha yang sangat awal yang dilakukan oleh penyuluh dalam menginformasikan dan memperkenalkan apa sebenarnya kelompok itu, apa keuntungan dan kerugian bekerja dalam kelompok, dan lain sebagainya. Tujuannya adalah agar anggota-anggota masyarakat sadar (aware) dan tergugah minatnya (interest) dan terbuka wawasannya (understanding). Tahap ini sangat berkaitan dengan persepsi dan kesan terhadap informasi yang disampaikan kepada mereka sehingga diperlukan kecermatan dan kehatianhatian dalam mengemas dan menyampaikan infomasi. Tahap Penjajakan (Experimenting), merupakan usaha mencari cara membangun keinginan anggota -anggota masyarakat dengan melakukan pencarian terhadap kemiripan-kemiripan kebutuhan diantara mereka. Pada tahap ini, penyuluh diharapkan mampu menggali aspirasi masyarakat, melihat halhal yang dinginkan oleh masyarakat, serta mengidentifikasi faktor pendukung maupun faktor penghambat terbentuknya suatu kelompok. Dengan

eranan penyuluh sangat strategis dalam memfasilitasi upaya pemberdayaan masyarakat. Strategi yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat antara lain melalui penguatan kelembagaan dalam rangka memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu secara mandiri berperan serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan pembentukan kelompok-kelompok mandiri. Dengan kegiatan itu, banyak manfaat yang akan dipetik oleh masyarakat. Pendekatan kelompok yang mandiri dianggap penting karena masyarakat dibina untuk berkelompok sehingga mereka memiliki wadah untuk berorganisasi dan bersosialisasi. Kelompok ini nantinya akan berfungsi sebagai wahana pembelajaran, bekerja sama, dan unit produksi. Knapp dan Vangelisti (1992) dalam Interpersonal Communication and Human

P a g e

1 6

B u l e t i n

t r i t o n i s

ARTIKEL .
memperoleh informasi tersebut, maka akan diketahui apakah masyarakat merasa butuh atau tidak akan adanya kelompok. Tahap Penggiatan (Intensifying), ditandai dengan adanya kecenderungan perubahan sikap yang dapat diartikan bahwa sebagian besar anggota masyarakat merasakan sangat perlu dan setuju adanya wadah dalam mencapai tujuan mereka. Jika demikian, penyuluh perlu melaksanakan pendekatan secara terus menerus kepada mereka melalui pertemuan-pertemuan baik yang dilakukan secara formal maupun informal, seperti berkunjung dari rumah ke rumah, ataupun kegiatan lainnya yang dapat memperkokoh minat serta keinginan masyarakat dalam membentuk wadah kelompok. Pada tahap ini, informasi-informasi yang penting yang dibutuhkan masyarakat diusahakan harus selalu tersedia. Tahap Pengintegrasian (Integrating), setelah semakin terlihat adanya perubahan yang kuat pada sikap dan perilaku anggota-anggota masyarakat, penyuluh kiranya perlu memfasilitasi masyarakat untuk mengadakan pertemuan-pertemuan formal. Tahap Pengikatan (Bonding). Dari pertemuanpertemuan formal yang telah terlaksana maka akan dihasilkan suatu kesepakatan untuk membentuk suatu kelompok. Pada tahap ini, para anggota masyarakat mengikrarkan kesepakatan dalam sebuah kebersamaan atau kelompok kerja. Setelah kelompok terbentuk, maka dapat dilanjutkan dengan penyusunan struktur organisasi kelompok, norma kelompok, program kerja, penentuan sekretariat kelompok, sumber dana kegiatan dan lain sebagainya demi kelancaran aktivitas kelompok dan kelangsungan hidup kelompok. Untuk itu dalam mewujudkan masyarakat yang mandiri, peran seorang penyuluh dalam menuju masyarakat yang mandiri sangatlah penting, mengingat keduanya memeiliki hubungan keterkaitan yang tak dapat terpisahkan dan merupakan bagian dari satu kesatuan yang telah menjadi suatu system yang solid.

*)Calon Polisi Kehutanan pada BPTN Wil III Ransiki

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

1 7

ARTIKEL

Pemberdayaan Masyar ak at (Community Empowerment): Suatu Pandangan Umum


Di tangan kitalah, kegagalan atau keberhasilan pemberdayaan masyarakat berada
enurut wikipedia Indonesia, pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan masyarakat" apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat (beneficiaries) atau obyek saja. Pemberdayaan bisa mempunyai makna yang berbeda-beda, tergantung dari sisi dan latar belakang realitas yang dihadapi oleh sekumpulan maupun individu. Namun yang paling dekat dengan kita, dan yang paling mudah dipahami bahwa pemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti mampu atau mempunyai kemampuan dalam hal ekonomi, politik dan tentu saja mampu mandiri dalam tatanan kehidupan sosial. Pemberdayaan di pedesaan dan di perkotaan pada umumnya mempunyai kesamaan, yakni peningkatan ekonomi, pendidikan, akses sebagai warga dan hubungan-hubungan yang menghasilkan perilaku politik. Namun beberapa konsep pemberdayaan yang telah dimutakhirkan oleh pemerintah adalah pemberdayaan melalui nilai-nilai universal kemanusiaan yang luntur untuk di bangkitkan kembali, tujuan dari pemberdayaan ini adalah perubahan sikap dan perilaku menjadi lebih baik. Praktiknya tetap saja memakai konsep kesadaran dan kemauan dari dalam masyarakat itu sendiri, kemudian lebih dikenal dengan participatory rural appraisal (PRA) (lihat Maulana, 2008).

Hermadi, S.Pi., M.Sc*) Berdasarkan suatu sumber, penyebab masyarakat tidak berdaya ada beberapa faktor; 1. kemiskinan dan tidak mampu keluar darinya, 2. karena tidak ada pilihan lain, dan 3. sudah merupakan way of life sehingga sulit untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Namun demikian, pemerintah sebagai yang paling bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakatnya harus membantu masyarakat keluar dari lingkaran kemiskinan. Saat ini pemerintah sudah mulai merintis kegiatan/program untuk masyarakat melalui pendekatan bottom-up. Teknik seperti PRA (Participatory Rural Appraisal) sudah diperkenalkan. Dalam kasus Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC), teknik PRA sudah diimplementasikan di beberapa kampung. Yang menjadi pertanyaan, sudah sejauh manakah teknik tersebut membuat program/kegiatan yang disusun berhasil?. Sebuah pertanyaan yang sulit untuk di jawab karena sampai saat ini program yang berjalan lagilagi seperti kegiatan amal (mirip dongeng sinterklas). Setelah program berjalan, namun tiada kelanjutannya lagi. Beberapa faktor yang menyebabkan mandeknya kegiatan pemberdayaan masyarakat di TNTC adalah; 1) Sifat kegiatan ini masih bersifat proyek, artinya proses inisiasi program ke masyarakat dan evaluasi kegiatan tersebut masih lemah. Kadang kala tim datang dengan program yang sudah ada tanpa melibatkan masyarakat secara aktif. Proses evaluasi kegiatan juga sangat kurang, seperti sejauh mana program ini mencapai targetnya. 2) Program cenderung berasal dari atas yaitu kantor Balai Besar TNTC dengan sedikitnya keterlibatan masyarakat sejak awal program. Tim menentukan jenis kegiatan apa yang kira-kira sesuai dengan

P a g e

1 8

B u l e t i n

t r i t o n i s

ARTIKEL
masyarakat tanpa melibatkan masyarakat secara aktif. Masyarakat cenderung menerima begitu saja program yang ada. 3) Minimnya kesiapan baik dari masyarakat maupun petugas dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat. Contohnya, bagaimana ketersediaan pasar yang siap menerima produk dari masyarakat? Namun demikian, masalah pendanaan memang menjadi hambatan yang besar. Dengan lokasi TNTC yang jauh, pasti memerlukan dana yang besar untuk menuju ke sana. Sehingga program pemberdayaan masyarakat memang program serius yang memerlukan perhatian dari seluruh pihak termasuk pemda dan swasta. Tanggung jawab masyarakat di kawasan bukan hanya tugas Balai Besar TNTC. Jika hanya satu institusi yang bekerja maka bisa di pastikan program pemberdayaan masyarakat akan menemui kendala. Menurut artikel CDX and Changes (2008), untuk berhasilnya suatu program pemberdayaan masyarakat, setidaknya harus ada 5 (lima) dimensi: 1. Confident (meningkatkan keahlian, pengetahuan dan percaya diri masyarakat dan membangun kepercayaan bahwa masyarakat bisa membuat perubahan); 2. Inclusive (mengenali gejala diskriminasi, mempromosikan kesempatan yang sama, membina hubungan baik antar kelompok dan menghadapi tantangan ketidakadilan dan ekslusifitas); 3. Organized (mengenali isu bersama dan perhatian terhadap kelompok yang bersifat terbuka, demokratis dan akuntabel); 4. Co-operative (membangun hubungan positif antar kelompok, mengidentifikasi isu umum, membangun dan memelihara jaringan skala nasional dan mempromosikan kerjasama); 5. Influential (mendorong dan mengajak masyarakat untuk ambil bagian, mempengaruhi pengambilan keputusan, layanan dan kegiatan) Jika dimensi di atas kurang atau bahkan tidak ada maka bisa di pastikan program pemberdayaan gagal diimplementasikan. Salah satu hal mendasar penyebab gagalnya program pemberdayaan masyarakat adalah adanya perbedaan persepsi dalam memandang masyarakat. Umumnya pemerintah beranggapan masyarakat masih lemah/tidak mengetahui apapun sehingga ada isu ketidaksetaraan dalam proses kegiatan. Sebagai contoh kecil saja, pemerintah biasanya duduk di depan dan dalam posisi di atas sedangkan masyarakat berada di bawah. Secara psikologi, hal ini tentu saja sudah menggambarkan ketidak samaan level antara pemerintah-masyarakat. Jika belajar dari pengalaman di negara maju, ada kesamaan kedudukan diantara pihak yang terlibat sehingga tidak ada yang merasa lebih rendah atau lebih tinggi. Kesadaran masyarakat di negara maju sudah tinggi sehingga tidak merasa rendah diri ketika berhadapan dengan pihak lain yang memiliki power. Baik kekuatan politik maupun ekonomi. Mereka sudah mengetahui hak dan kewajibannya. Begitu juga dengan pihak lain, tidak menekan atau memaksakan kehendaknya kepada masyarakat. Memang ada perbedaan antara negara maju dan berkembang. Di negara berkembang umumnya masyarakat masih miskin baik dari segi ekonomi maupun sosial dan politik. Sedangkan di negara maju sebaliknya. Namun demikian hendaknya pemerintah memperlakukan masyarakat dengan prinsip kesetaraan seperti di amanatkan dalam tata pemerintahan yang baik (good governance). Seperti misalnya mengintegrasikan aspirasi masyarakat untuk program kerja pemerintah dengan partisipasi sebenarnya (real participation) bukan hanya partisipasi simbolik (symbolic participation). Umumnya yang terjadi adalah dalam setiap kegiatan, masyarakat di undang ke suatu tempat untuk mendengarkan apa yang disebut dengan konsultasi publik (public consultation). Padahal jika merujuk pada teori Arnstein (1969), konsultasi publik termasuk kategori symbolic participation. Mengapa masih ada perbedaan cara pandang ini di Indonesia?. Menurut penulis, hal ini merupakan warisan gaya pemerintah lama yang cenderung top-down. Seperti yang kita ketahui bersama, pemerintah kala itu komandonya sistem terpusat,

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

1 9

ARTIKEL .
dari pusat ke daerah dan seterusnya menurut hirarki. Pendekatan top-down ini dipandang kurang efektif karena yang mengetahui permasalahan adalah masyarakat dan yang mengetahui kebutuhannya adalah masyarakat sendiri. Sehingga bisa timbul ketidak sesuaian antara program dengan kebutuhan masyarakat. Kemudian bagaimana cara mengatasi hal ini?. Langkah pertama tentu saja mengubah mindset hubungan pemerintah-masyarakat. Butuh waktu lama untuk mengubah pola pikir dari pemerintah. Masyarakat sekarang itu sudah cerdas, sehingga yang pemerintah perlukan adalah mengarahkan mereka; Langkah kedua yaitu menghargai masyarakat agar symbolic participation bisa beralih ke real participation. Semestinya tidak ada lagi kegiatan yang sifatnya simbolik atau dengan kata lain hanya sekedar menghadirkan masyarakat di tiap kegiatan; Langkah ketiga adalah mulai dari tingkat nasional, perbaiki sistem ekonomi yang berpihak pada rakyat kecil, dan berikan masyarakat jaminan kesehatan dan pendidikan gratis. Hal ini tentu saja akan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan berfokus pada cara mereka memberdayakan dirinya sendiri. Kesehatan dan pendidikan juga merupakan sarana untuk membantu masyarakat agar keluar dari jurang kemiskinan.
Sumber h t t p : / / i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / Pemberdayaan_masyarakat http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/ PEMBERDAYAAN%20MASYARAKAT.pdf http://www.sarjanaku.com/2011/09/pemberdayaanmasyarakat-pengertian.html w w w . i a c d g l o b a l . o r g / f i l e s / what_is_community_empowerment.pdf Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Penyadaran Alokasi Dana Desa, Oleh: Ilham Maulana

*)PEH Pertama pada BBTNTC

P a g e

2 0

B u l e t i n

t r i t o n i s

BERITA GAMBAR

1&2: Upacara Pembukaan Rangkaian Acara Menyambut Hari Bakti Rimbawan ke-30 di Manokwari - Papua Barat dan penyerahan Piala Bergilir Hari Bhakti Rimbawan dari Kepala Balai Besar TNTC kepada Pembina Upacara dan Ketua panitia Pelaksana. 3&4: Jalan Santai keluarga rimbawan dalam rangka Memeriahkan Peringatan Hari Bakti Rimbawan Ke-30 di Manokwari Papua Barat. 5&6: Kegiatan Bhakti Sosial dalam Rangka HBR di SPTN Wilayah IV Roon. 7&8: Kegiatan Penanaman Mangrove di Pantai depan Markas Komando SPORC Brigadir kasuari Papua barat dalam rangka HBR ke-30. 9&10: Lomba Makan Kerupuk, Mewarnai gambar dan melukis tingkat anak dalam rangka menyemarakkan HBR ke-30 11&12: Penyerahan Satya Lencana dan Penghargaan Purna Tugas Rimbawan di Papua Barat 13%14 : Kekhidmatan Upacara Peringatan Hari Bakti Rimbawan Ke-30 serta Kemeriahan Pertunjukan Marching Band SMK Kehutanan Manokwari

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

2 1

BERITA GAMBAR

P a g e

2 2

B u l e t i n

t r i t o n i s

ARTIKEL

Meningkatkan Kegunaan Nipah, Sebagai Peluang Pemberdayaan Masyar ak at


Potensi nipah menunggu upaya pengembangan melalui pemberdayaan masyarakat.
Fredy Jontara Hutapea, S.Hut*) disebutkan di atas, nipah seharusnya bisa meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat melalui produk-produk yang bernilai jual dan laku dipasaran, namun dalam kenyataannya nipah hanya dipergunakan untuk memproduksi minuman lokal yang biasa disebut bobo. Bobo ini merupakan sejenis minuman beralkohol yang dapat memabukkan yang dihasilkan dari proses penyulingan nira nipah yang dikumpulkan masyarakat Tandia dari hutan nipah. Ditengah-tengah keberadaan perda yang melarang peredaran minuman keras di Papua, kegiatan penyulingan nira nipah ini masih terus dilakukan masyarakat secara sembunyi-sembunyi. Masyarakat tidak memiliki alternatif pengolahan nipah menjadi produk lain. Keadaan ini menciptakan tingginya peluang pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan nipah Tandia. Kegiatan pemberdayaan masyarakat tidak terlepas dari peran pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah setempat. Beberapa contoh konkrit yang bisa dilakukan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat adalah melalui sosialisasi pemanfaatan nipah untuk produk yang baru dan penyediaan pasar. Khusus untuk pemanfaatan nipah, masyarakat diberdayakan melalui sosialisasi/pelatihan keterampilan baru untuk mengolah nipah ini menjadi produk-produk yang legal secara hukum seperti pembuatan gula nira (gula merah), pembuatan tepung nipah, kerajinan tangan dan berbagai produk lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Perkebunan Gula Indonesia menunjukkan bahwa setiap malai nipah dapat

emberdayaan masyarakat sebagai sebuah elemen yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan hutan, merupakan langkah nyata yang harus dilakukan dalam upaya pelestarian hutan. Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini dimaksudkan agar masyarakat yang tinggal di dalam dan disekitar hutan merasakan dan mendapatkan manfaat hutan secara langsung, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup mereka, serta sekaligus dapat menumbuhkan rasa ikut memiliki sesuai amanah Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-undang Kehutanan No. 41 Tahun 1999. Masyarakat Desa Tandia Kabupaten Teluk Wondama, merupakan sekumpulan masyarakat yang telah berasosiasi dengan hutan nipah (Nypa fruticans Wurmb.) sejak lama. Hasil penelitian Kuswandi (2012) menyebutkan bahwa nipah di Desa Tandia memiliki potensi sebesar 1.112 rumpun per ha dimana terdapat 1-20 pohon per rumpun. Dengan potensi yang besar seperti

Dokumentasi: Fredy Jontara

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

2 3

ARTIKEL .
menghasilkan 0,5-1,5 liter nira per hari per malai dimana cairan ini mempunyai randemen sebanyak 15% (Moeljopawiro dkk, 1996), sementara itu penelitian yang dilakukan Subiandono dkk (2011) menunjukkan bahwa dalam 1 ha tegakan nipah dapat menghasilkan 1,89 ton buah muda semacam kolang kaling dan 3,27 ton tepung nipah. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa nipah memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan, tinggal menunggu bagaimana metode pemberdayaan yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah. Daftar Pustaka Kuswandi, R. 2012. Inventarisasi Potensi dan Sebaran Jenis Nipah di Papua. Laporan Kemajuan Hasil Penelitian Tahap II. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Moeljopawiro, S., E. Poedjirahadjoe dan R. Pratiwi. 1996. Manfaat dan Potensi Nipah (Nypa fruticans Wurmb.) di Daerah Sungsang Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional di Yogyakarta 18-20 September 1995: 347-353. Fakultas Biologi. UGM. Yogyakarta. Subiandono, E., N. M. Heriyanto dan E. Karlina. 2011. Potensi Nipah (Nypa fruticans (Thunb.) Wurmb.) Sebagai Sumber Pangan dari Hutan Mangrove. Buletin Plasma Nuftah, 17(1): 5460.

*)Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Manokwari

P a g e

2 4

B u l e t i n

t r i t o n i s

ARTIKEL

R e k a m j e j a k P e m b e r d aya a n m a s ya r a k a t D a l a m K awa s a n
Menapaki Langkah - Langkah Kecil Menuju Kemandirian
Muhibbuddin Danan Jaya, A.Md*) berbagai macam kegiatan penyadartahuan serta pemberdayaan masyarakat yang berada didalam kawasan. Beberapa Kegiatan pemberdayaan yang sudah dilakukan di TNTC yaitu: Tahun 2003 Kegiatan Penyuluhan dan Penyebaran Informasi kepada masyarakat di Kampung Sima, Yende, Syabes dan Yembekiri Tahun 2006 Penyusunan Master Plan Desa Model di Kampung Isenebuay, Distrik Rumberpon Identifikasi pengembangan pemanfaatan potensi Wisata Alam di Kampung Isenebuai Pembentukan Kader Konservasi di Kampung Isenebuai. Pelatihan Peningkatan Keterampilan Masyarakat melalui pelatihan diversifikasi pengolahan hasil laut (Pembuatan abon, kerupuk, bakso dan dendeng ikan) di kampung Isenebuai. Pelatihan Peningkatan Keterampilan Masyarakat melalui pelatihan perbaikan jaring di Kampung Isenebuai. Pemberian Bantuan alat pengawetan hasil laut melalui bantuan peralatan genset, freezer, refrigerator dan coolbox. Tahun 2007 Pemberian Bantuan alat tangkap hasil laut berupa jaring untuk kelompok marga masyarakat di kampung Isenebuai. Upaya Peningkatan hasil tangkap melalui pemberian bantuan jaring dan coolbox kepada warga masyarakat di Kampung Waprak, Yari yari , Yoop, Sumbokoro, Syabes, Yende, Aisan- dami, Sima, Napan Yaur, dan kampung Teluk Umar. Pembentukan Kader Konservasi di Kampung Yopmeos. Kegiatan Reboisasi Lahan melalui pemberian bantuan Bibit Pinang di Kampung Syep, Mawi,

emberdayaan agar dapat

masyarakat memiliki

merupakan serta peduli

salah satu upaya memfasilitasi masyarakat inisiatif dan

semangat untuk memajukan tingkat hidupnya serta menjadi semakin mandiri terhadap lingkungan sekitar. Sebagaimana amanat yang termuat pada pasal 4 dan 37 undangundang No 5 tahun 1990, tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, menyatakah bahwa pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Sedangkan dalam undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, dalam pasal 70 dinyatakan bahwa : 1) masyarakat turut berperan serta dalam pembangunan di bidang kehutanan; 2) Pemerintah wajib mendorong peranserta masyarakat melalui berbagai kegiatan di bidang kehutanan yang berdaya guna dan berhasil guna. Keberadaan taman nasional, selain untuk menjaga kelestarian dan keutuhan kawasan, pengelola kawasan taman nasional juga memiliki kewajiban untuk menjamin kesejahteraan masyarakat yang berada di dalam dan sekitar kawasan taman nasional. Sebagaimana visi Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC), Terwujudnya kawasan TNTC yang lestari berdasarkan kearifan lokal guna peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan, maka semenjak awal ditetapkan sebagai taman nasional, Balai Besar TNTC telah melakukan upaya penyadartahuan dan pemberdayaan masyarakat yang berada di dalam dan sekitar kawasan TNTC. Kegiatan Pemberdayaan di TNTC dan Sasaran pelaksanaan kegiatan. Dari data yang berhasil dihimpun oleh Balai Besar TNTC, semenjak tahun 2003 sudah dilakukan

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

2 5

ARTIKEL .
dan Yekwandi. Pelatihan Peningkatan Keterampilan Masyarakat melalui pelatihan diversifikasi pengolahan hasil laut (Pembuatan abon, kerupuk, bakso dan dendeng ikan) di Kampung Yende dan Syabes. Kegiatan Budidaya Teripang melalui pembuatan kandang teripang di kampung Aisandami. Tahun 2008 Pemberian bantuan alat tangkap hasil laut melalui pembuatan Rumpon Kampung Napan Yaur. Pelatihan Peningkatan Keterampilan Masyarakat melalui pembuatan minyak kelapa di Kampung Yomakan Pengumpulan data awal desa model di kampung Isenebuai. Pelatihan Interpretasi Objek Wisata Alam terhadap masyarakat di Pulau Yoop. Tahun 2009 Pemberian bantuan Pembuatan Rumpon di kampung Sima, Syabes dan Yari-Yari Kegiatan Penyuluhan kepada generasi muda dan masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Tahun 2010 Pemberian bantuan Pembuatan Rumpon di kampung yeretuar, Menarbu dan Yomakan. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Pengurus dan Anggota SPKP Tembesiri kampung Isenebuai. Pembentukan dan Pembinaan kader Konservasi di Kampung Kwatisore, Yomber dan Yende. Penyuluhan Konservasi kepada siswa sekolah di Kampung Yende, Aisandami, Nabire dan Manokwari. Tahun 2011 Pembuatan Baseline data tingkat pendapatan masyarakat di Kampung Isenebuai sebagai tindak lanjut kegiatan MDK Pembinaan kader Konservasi di kampung Kwatisore, Yomber dan Yende. Tahun 2012 Penyuluhan pengendalian kebakaran Hutan kepada masayarakat dalam kawasan TNTC Penyuluhan kesiap-siagaan bencana kebakaran hutan kepada generasi muda di Manokwari. Pelatihan Pemandu Wisata Dampak yang diharapkan dan Kendala di lapangan Dalam kurun waktu 9 tahun ini, Balai Besar TNTC telah melakukan kegiatan penyadartahuan serta pemberdayaan masyarakat di dalam kawasan dengan harapan masyarakat sasaran mampu mandiri dan terbebas dari himpitan permasalah ekonomi, bahkan bisa mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada kelompok lain. Namun demikian, kegiatan tersebut belum memberikan hasil secara optimal. Beberapa kendala dalam optimalisasi hasil kerja pemberdayaan selama ini antara lain: 1). Keterbatasan akses pemasaran hasil tangkapan/ produksi; 2) Mahalnya biaya transportasi; 3) Jumlah bantuan terbatas sehingga tidak bisa menjangkau semua kelompok sasaran; 4) Belum adanya jaringan pemasaran produk ke luar daerah. Kegiatan pemberdayaan sejatinya adalah kerja sama dan multi sektor dari hulu sampai hilir, antara pihak Balai Besar TNTC, pemerintah daerah maupun pihak swata. Jika hanya ditangani oleh satu instansi saja, maka masih sangat jauh dari kata optimal untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sasaran. Kedepan, harapan kita kerjasama multi sektor dalam melakukan kerjakerja pemberdayaan masyarakat bisa terjalin secara rapi.
Daftar Pustaka Republik Indonesia, 1990, Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam hayati dan Ekosistemnya. Jakarta, 1990. Republik Indonesia, 1999, Undang-undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Jakarta, 1990. Departemen Kehutanan, 2005, Pengelolaan Kolaboratif Peraturan Menteri Kehutanan No P.19/Menhut-II/2004. Departemen Kehutanan, 2005. Soesantijo Eko Budi, Ir. M.Sc. Materi Rapat Koordinasi Pengelola Kegiatan Dekonsentrasi Penyuluhan Kehutanan Tahun 2011Bogor, 4 6 April 2011. Pusat Pelayanan Penyuluhan Kehutanan, 2011.


*)Penyuluh Kehutanan pada BBTNTC

P a g e

2 6

B u l e t i n

t r i t o n i s

ARTIKEL

S e b u a h A n g a n P e r b a i k a n E ko s i s t e m M e l a l u i P e m b e r d aya a n M a s ya r a k a t
Dapatkah hal ini diterapkan dalam kawasan TNTC?
araknya aksi perambahan kawasan konservasi serta pengrusakan ekosistem mulai semakin meresahkan. Bencanabencana alam serta anomali cuaca mulai semakin jelas tampak dan melanda berbagai wilayah di Indonesia. Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menyatakan bahwa secara global terjadi peningkatan tren bencana alam sebesar 350% dalam waktu tiga dasawarsa terakhir. Peningkatan tersebut terutama adalah bencana hidrometeorologi atau bencana yang dipengaruhi aspek cuaca seperti banjir, tanah longsor, puting beliung dan kekeringan. Sebanyak 80% bencana jenis ini terjadi di Indonesia.bencana akibat angin puting beliung semakin meluas dan daerah yang sebelumnya tidak terkena, sekarang mudah terkena puting beliung. Bencana hidrometorologi yang terjadi tak dapat terelakkan lagi. Bencana banjir bandang yang melanda Indonesia sepanjang tahun 2012 lalu sebagian besar disebabkan oleh kerusakan hutan akibat penggundulan hutan akibat pembalakan liar yang menyebabkan kurangnya daerah resapan air. Kerusakan hutan ini juga menyebabkan terjadinya kekeringan di beberapa daerah akibat degradasi hutan di bagian hulu sungai yang menjadi area tangkapan air. Selain itu, kerusakan area tangkapan air akibat hilangnya vegetasi yang berperan dalam menjaga kepadatan solum tanah juga menyebabkan peningkatan resiko erosi sehingga laju sedimentasi sungai meningkat dan memicu terjadinya banjir. Luasnya kawasan konservasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah bukan merupakan jaminan akan terjaganya ekosistem. Banyak sekali perambahan yang terjadi dalam kawasan konservasi. Tu-

Lidia Tesa Vitasari S., S.Si*) gas para ujung tombak bidang konservasi lingkup Kementerian Kehutanan, Penyuluh Kehutanan, Polisi Kehutanan dan Pengendali Ekosistem Hutan, terasa semakin berat saat harus berhadapan dengan masyarakat yang tidak memahami pentingnya menjaga ekosistem. Tantangan ini juga dihadapkan pada kebutuhan masyarakat dalam pencukupan kebutuhan ekonomi mereka yang semakin hari semakin meningkat. Meningkatnya kebutuhan akan pangan dan papan yang seiring dengan meningkatnya pertumbuhan pendudukan dari tahun ke tahun secara tidak langsung juga menjadi salah satu penyebab meningkatnya tekanan terhadap kawasan konservasi yang memiliki peran penting dalam menjaga keutuhan dan kelestarian ekosistem. Tanggung jawab yang diemban oleh para pemangku kawasan konservasi sangatlah berat jika dihadapkan dengan peningkatan tekanan terhadap kawasan konservasi. Perambahan serta perusakan ekosistem terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kementerian Kehutanan merupakan salah satu instansi pemerintah yang mendapat tanggung jawab menjaga kelestarian ekosistem hutan. Anganangan Kementerian Kehutanan yang selama ini digaungkan, Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera, merupakan angan yang sangat tinggi namun bukan berarti mustahil untuk dicapai. Dengan adanya peran serta dan loyalitas seluruh pihak yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian ekosistem, angan itu pasti dapat terwujud. Dalam rangka mewujudkan angan-angan itu, cara yang paling efisien dan efektif adalah dengan melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat tidak akan efektif jika terus-menerus dilakukan dengan memberikan bantuan dana atau pun barang tanpa diikuti

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

2 7

ARTIKEL .
dengan penyadartahuan serta perubahan perilaku masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat tidak hanya dapat dilaksanakan secara tersendiri melainkan dapat pula terintegrasi dengan kegiatan lain seperti pemanfaatan jasa lingkungan maupun wisata alam. Kegiatan terkait pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam yang semakin meningkat akhirakhir ini di dalam kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) dapat diboncengi dengan upaya pemberdayaan masyarakat. Menengok kegiatan adopsi pohon yang telah berhasil merelokasi para pekebun dari kawasan konservasi, kearifan lokal masyarakat Jawa Barat (Ciamis) yang mewajibkan warganya menanam pohon saat akan melangsungkan pernikahan, kita dapat mengadopsi beberapa teknik tersebut untuk dapat diaplikasikan dalam kegiatan pengelolaan kawasan konservasi dengan melibatkan peran serta masyarakat (pemberdayaan masyarakat). Meningkatnya kegiatan wisata alam dalam kawasan TNTC yang mayoritas diminati oleh para wisatawan yang sangat memiliki perhatian terhadap upaya konservasi, dapat dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan dalam kawasan. Kegiatan rehabilitasi tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan penanaman mangrove, tanaman endemik Papua, maupun transplantasi terumbu karang. Para wisatawan yang berkunjung dan telah menikmati keindahan alam di kawasan TNTC tidak akan merasa keberatan jika mereka diminta untuk memberikan suatu bentuk kompensasi bagi pihak pengelola kawasan berupa kegiatan rehabilitasi dalam kawasan. Kegiatan rehabilitasi ini harus melibatkan masyarakat, misalnya bibit tanaman harus berasal dari masyarakat. Untuk dapat melibatkan masyarakat dalam penyediaan bibit tanaman, maka perlu dilakukan pelatihan pembibitan sehingga masyarakat mampu menyediakan bibit tanaman dari pohon plus yang telah ditetapkan melalui proses sertifikasi maupun bibit cabutan (klandestein). Harga bibit yang disediakan masyarakat tersebut perlu ditetapkan standarnya sehingga seragam di seluruh kawasan TNTC. Masyarakat yang bibitnya telah dibeli oleh wisatawan memiliki kewajiban memantau perkembangan bibit yang ditanam tersebut. Penentuan siapa penyedia bibit dapat dilakukan secara bergilir sehingga tidak menimbulkan kecemburuan antar masyarakat. Dengan adanya upaya pemberdayaan seperti itu, dapat memberikan pelajaran kepada masyarakat mengenai pembibitan, pemeliharaan tanaman serta secara tidak langsung berperan sebagai pemandu wisata (dalam hal wisata penanaman). Di samping bermanfaat bagi masyarakat, kegiatan tersebut juga membantu upaya rehabilitasi kawasan sehingga kondisi ekosistem yang rusak dapat pulih dan kembali mencapai keseimbangan. Dapatkah kegiatan ini diterapkan dalam kawasan TNTC?. Sebuah pertanyaan yang saya harap dapat memacu semangat para ujung tombak bidang konservasi Kementerian Kehutanan untuk dapat mendukung tercapainya angan Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera.
Referensi Wihardandi, A. 2012. Summary of Citing Internet Sites. Kaleidoskop Bencana Lingkungan 2012: Degradasi Hutan Melaju, Banjir Menerjang M a n u s i a . ( h t t p : / / www.mongabay.co.id/2012/12/28/ kales ido sko p -bencana-lingkungan-2012degradasi-hutan-melaju-banjir-menerjangmanusia/#ixzz2O9O7Z9gu., Diakses 21 Maret 2012).

*)Calon PEH pada BBTNTC

P a g e

2 8

B u l e t i n

t r i t o n i s

ARTIKEL

Mengenal Jenis Tumbuhan Pantai di K awasan TNTC


Pentingnya ekosistem pantai dalam pengelolaan kawasan perairan
Vemmy J. Wyzer, S.Hut*) bunga berbentuk terompet berwarna merah ungu. 2. Kacang laut (Vigna marina) Tanaman ini termasuk dalam suku papilionaceae dengan cirri morfologi batangnya panjang, beruas-ruas, bunganya berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning serta buahnya berbentuk polong kecil yang hamper silindris. 3. Canavalia maritime Tanaman ini memiliki ciri morfologi yang merupakan pembeda dengan Vigna marina diantaranya bunga berwarna merah ungu, buah berbentuk polong berbentuk gepeng dan buah lebih besar dari Vigna marina. 4.Rumput lari-lari (Spinifex littoreus) Termasuk suku poaceae (gramineceae), tumbuh berumpun, bertunas di setiap buku batang, menjalar di permukaan pasir dan warna daun hijau muda sampai kekuning kuningan 5. Rumput Tembaga (Ischaemum muticum) Dapat tumbuh sampai kebelakang garis pantai, tumbuh menjalar, batang berwarna kemerahmerahan seperti warna tembaga, tangkai batang berbulir-bulir dan selalu berdiri tegak, percabangan banyak dan hidup dalam rumpun yang cukup besar 6. Teki Laut (Cyperus maritima) Termasuk dalam suku cyperaceae, akar berbau harum, bentuk batang bersisi tiga dan tidak berbuku-buku 7. Keluntung laut (Euphorbia atoto) Tumbuh di belakang garis pantai, mengandung getah putih, tinggi tanaman bias mencapai 0,5 meter, memiliki banyak percabangan, daun berwarna hijau kebiru-biruan dan tebal 8. Legundi (Vitex ovata) Termasuk dalam suku verbenaceae, bentuk

aman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) merupakan salah satu taman nasional laut di Indonesia, bahkan merupakan taman nasional laut terluas di Indonesia dengan luasan 1.453.500 Ha. Wilayah pantai/pesisir yang ada di kawasan taman nasional ini bervariasi substratnya mulai dari pasir putih, pasir coklat, karang dan lumpur. Kawasan TNTC ini memiliki hutan pantai yang umumnya terdiri atas berbagai tipe ekosistem antara lain ekosistem hutan pantai formasi pescaprae dan Baringtonia Dalam rangka pengelolaan kawasan konservasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang mempunyai multi fungsi ini diperlukan adanya suatu pengetahuan tentang jenis-jenis tumbuhan pantai yang berada di dalam kawasan TNTC yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan tindakan-tindakan silvikultur bagi pengelolaan hutan pantai dan ekosistemnya secara khusus maupun pengelolaan kawasan TNTC secara umum. Kawasan pantai dan hutan pantai di kawasan TNTC merupakan daerah penyangga antara ekosistem darat dan laut yang merupakan salah satu sumber daya alam yang berguna bagi kehidupan masyarakat hidup di sekitar kawasan. Ekosistem pantainya merupakan ekosistem yang letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai ini dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Adapun jenis-jenis tumbuhan pantai berdasarkan formasinya dapat dibedakan sebagai berikut : A. Formasi Pescaprae 1. Daun katang - katang (Ipomea pescaprae) Tumbuhan ini termasuk dalam keluarga convolvulaceae, berdaun tebal , kaku, berdiri tegak dan

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

2 9

ARTIKEL .
dan besar dengan benang sari panjang-panjang, bentuk buah persegi empat, besar dan berserabut banyak serta buah mengandung saponin yang digunakan sebagai racun ikan 2. Nyamplung, bintangur laut ( Calophyllum inophyllum L.) Termasuk suku clusiaceae dengan ciri morfologi berdaun besar, keras, licin, mengkilap dan berirat banyak, tinggi pohon mencapai 20 meter, bunga berbenntuk bunga malai, berwarna putih dan harum, buahnya bulat keras dan berdiameter 2,5 cm dengan permukaan licin, buah beracun, tetapi minyak buah dapat digunakan sebagai obat kulit dan bergetah kuning 3. Ketapang ( Terminalia catappa L.) daun bulat telur, tumbuh merebah di atas pasir dan tumbuh tegak, bercabag-cabang, bunga berwarna ungu kebiru-biruan dan kecil-kecil ,terletak di ujung cabang, buah kecil-kecil dan berwarna hitam legam, daun tersusun rapat dan sangat halus 9. Gabusan/babakoan (Scaevola taccada Gaertn. Roxb.) Termasuk suku godeniaceae, percabangan mengandung empulur lunak seperti gabus, bentuk daun bulat telur terbalik , daunnya besar-besar dan agak tebal, bunga berwarna putih dan berurat keunguan, buah kecil-kecil berdiameter 1 cm, tumbuh di pantai berpasir dan kadang di pantai yang berbatu 10. Pandan (Pandanus tectorius Soland ex.Park) Termasuk suku pandanaceae, akar tunjang, daun panjang-panjang dan berduri, buah majemuk berbentuk bola panjang dan warna buah kuning hingga merah jingga dapat dimakan B. Formasi Baringtonia Jenis tumbuh-tumbuhan yang terdapat pada formasi Baringtonia adalah sebagai berikut : 1. Butun, Keben ( Baringtonia asiatica (L.) Kurz.) Termasuk suku Lecythidaceae, tinggi pohon antara 15 17 meter, daun bulat telur agak tebal, mengkilap dan besar-besar, bunga berwarna putih Termasuk suku combretaceae, tinggi pohon 35 meter, tajuk bertingkat-tingkat, bentuk daun bulat telur dan besar, buah berwarna kemerahan dan berbentuk panjang agak bulat 4. Kemiri cina, binong laut ( Hernandia peltata) Tinggi pohon antara 10-20 cm, daun berbentuk perisai, bunga berbentuk malai bertangkai panjang, berwarna putih kehijau-hijauan, buah berwarna hitam dan keras diselubungi pembungkus yang tebal. 5. Bintaro (Cerbera manghas L.) Termasuk suku apocynaceae, bunga berbentuk

P a g e

3 0

B u l e t i n

t r i t o n i s

ARTIKEL .
terompet, warna bunga putih dengan warna ungu merah di tengah dan tinggi pohon mencapai 15 meter 6. Dadap laut (Erythrina orientalis ( L) Murr.) Termasuk suku papilionaceae, batang dahan berduri, bunga berbentuk kupu-kupu dan tersusun rapat dalam tandan, berbunga pada musim kemarau, daun bersirip dengan 3 helai anak daun, polong panjang-panjang dan di dalamnya terdapat 12 buah biji 7. Malapari, kipahang (Pongamia pinnata (L) Pierre.) Termasuk suku Papilionaceae, daun bersirip dengan 5 helai anak daun dalam satu tangkai, bunga berwarna ungu pucat dalam tandan pendek yang terdapat di ketiak daun dan buahnya termasuk buah polong 8. Waru (Hibiscus tiliaceus L.) Termasuk suku malvaceae, daun berbentuk jantung dan berbulu, bunga besar-besar dan berwarna kuning kemerah-merahan dan kaki tajuk bunga terdapat bercak merah ungu 9. Jati pasir (Guettarda speciosa) Termasuk suku rubiaceae, batang bengkok, daun berbentuk bulat telur terbalik, besar-besar dan berbulu, bunga bertajuk danberbentuk terompet, buah bulat,keras dan berwarna coklat 10. Mengkudu, pace (Morinda citrifolia ) Termasuk suku rubiaceae, daun besar-besar dan mengkilap, buah berbentuk bongkol,dan warna buah yang bila masak hijau kekuning-kuningan 11. Kanyere laut (Desmodium umbellatum (L.) DC) Tinggi pohon mencapai 5 meter, ujung ranting bersegi empat atau lima, bentuk bunga kupu-kupu berwarna putih, buah berbentuk polong kecil berisi paling banyak 6 biji, dan bentuk daun menyirip dengan 3 anak daun 12. Buah upas, upas biji (Sophora tomentosa L.) Tinggi pohon antara 1-6 meter, daun menyirip dengan anak daun kecil-kecil dan berbulu halus, bunga berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning, termasuk buah polong berbentuk silindris dan biji yang sudah masak berdaya apung tinggi 13. Sentigi, cantigi (Pemphis acidula) Termasuk suku sapindaceae, berdaun tunggal, berbentuk lanset dan berlendir di bagian bawahnya, buah bersayap tipis seperti kertas dengan kulit buah tipis dan biji buah bulat berwarna hitam 14. Bidara laut (Ximenia americana ). Termasuk suku olacaceae, berduri pada bagian batang dan ranting, berupa daun tunggal , berwarna hijau kekuning-kuningan, bunga kecil-kecil dan terdapat diujung ranting, ujung tajuk bunga berwarna kuning, bentuk buah agak bulat panjang berwarna jingga dan buah asam serta beracun Dengan adanya pengetahuan mengenai jenisjenis tumbuhan pantai sangat diharapkan dapat membantu para petugas kehutanan di lapangan khususnya pihak Balai Besar TNTC di dalam pengelolaan kawasan hutan pantai berdasarkan empat strategi pokok konservasi, yaitu perlindungan proses ekologis dan penyangga kehidupan, pengawetan sumber daya plasma nutfah, pelestarian pemanfaatan jenis dan ekosistem, tata guna dan tata ruang kawasan hutan pantai. Perlindungan kawasan pantai yang bertujuan untuk pelestarian kawasan konservasi sangatlah penting, mengingat banyaknya kawasan pantai yang telah dikonversikan untuk penggunaan lain. Oleh karena itu mari kita jaga kelestarian ekosistem pantai dengan mengetahui jenis-jenis tanaman pantai. Daftar Pustaka
Dahuri, Rokhmin, dkk., 2008, Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, , Jakarta ; Pradnya Paramita Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta ; Penerbit Djambatan Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih. 2009. Zonasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Yogyakarta: Andi Offset. Ir. Sugiarto, MS dan Drs. Willy Ekariyono, 1995, Penghijauan Pantai, Jakarta;PT.Penebar Swadaya. Kitamura, S. Dkk, 2003. Buku Panduan Mangrove Di Indonesia . JICA ISME. Proyek Pengembangan Mangrove Berkelanjutan Departemen Kehutanan RI dan JICA. Nontji, A, 1999. Laut Nusantara, Djambatan, Jakarta Nyabakken, J W, 1992, Biologi Laut suatu pendekatan ekologis, Geamedia, Jakarta Soerianegara, I Dan A. Indrawan, 1976. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan. IPB Bogor.

*)PEH Muda pada BBTNTC

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

3 1

KABAR KAWASAN

P e m b e r d aya a n M a s ya r a k a t K a m p u n g Ya u r M e l a l u i P e m b u a ta n R u m p o n

Rumpon sebagai sebuah wacana menekan tekanan terhadap kawasan

Erwin Kusumah Nanjaya, S.Hut*) sumber daya ikan dan lingkungan serta aspek sosial budaya masyarakat. Pemasangan rumpon dapat dilakukan oleh perorangan maupun perusahaan yang berbadan hukum. Namun dengan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka instansi pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi juga dapat melakukan pemasangan rumpon. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam kegiatan pemasangan rumpon, yaitu: Tidak mengganggu alur pelayaran; Jika akan dipasang lebih dari 1 rumpon, maka jarak antar rumpon tidak kurang dari 10 mil laut; Tidak dipasang dengan cara pemasangan yang mengakibatkan efek pagar (zig-zag). Dalam proses pengerjaan rumpon hendaknya selalu melibatkan masyarakat, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang lokasi peletakkan rumpon yang tepat, pengerjaan rumpon akan mendapat dukungan dari masyarakat, dan yang tidak kalah pentingnya yaitu perlunya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pembuatan serta pemanfaatan rumpon. Kampung Yaur sebagai salah satu daerah penyangga dari kawasan Taman Nasional Teluk

umpon adalah alat bantu pengumpul ikan berupa benda atau struktur yang dirancang/dibuat dari bahan alami atau buatan yang ditempatkan secara tetap/sementara pada perairan laut. Rumpon biasa juga disebut sebagai salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang di laut (laut dangkal maupun laut dalam). Pemasangan rumpon tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul di sekitar rumpon. Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP. 30/MEN/2004 tentang Pemasangan dan Pemanfaatan Rumpon, pemasangan di perairan 2 mil laut s.d 4 mil laut, diukur dari garis pantai pada titik surut terendah, pemberi izin adalah bupati/walikota, dengan masa berlaku izin 2 tahun; untuk pemasangan di perairan di atas 4 mil laut s.d 12 mil laut, diukur dari garis pantai pada titik surut terendah, pemberi izin adalah gubernur dengan masa berlaku izin 2 tahun; untuk pemasangan di perairan diatas 12 mil laut dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEEI), pemberi izin adalah Ditjen Perikanan Tangkap dengan masa berlaku izin 2 tahun. Namun demikan, pemberian izin pemasangan dan pemanfaatan rumpon menurut Kepmen No. KEP.30/MEN/2004 tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan daya dukung

P a g e

3 2

B u l e t i n

t r i t o n i s

KABAR KAWASAN .
Bujur Timur. Alasan utama pemasangan rumpon di lokasi tersebut ialah agar masyarakat lebih mudah mengawasi rumpon dari tangan yang tidak bertanggung jawab. Biaya Pembuatan Rumpon Pembuatan rumpon yang dimaksudkan untuk Program Pemberdayaan Masyarakat di Kampung Yaur tersebut, tidak membutuhkan biaya yang mahal. Walaupun demikian perlu diperhatikan kualitas material yang akan digunakan, supaya rumpon dapat bertahan lama dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat. Berikut ini adalah rincian biaya pembuatan rumpon:
Bahan Volume Biaya Satuan (Rp.) 50.000 10.000 10.000 100.000 100.000 20.000 60.000 Jumlah (Rp.)

Rumpon yang telah siap digunakan

Cenderawasih, merupakan sasaran kegiatan pembuatan rumpon dalam rangka memberdayakan masyarakat kampung, yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan. Keterlibatan masyarakat Kampung Yaur dalam pembuatan rumpon sangat penting, karena mereka memahami kondisi di lapangan dan memiliki pengalaman melaut sehingga informasi yang mereka berikan sangat berharga bagi kesuksesan kegiatan ini. Masyarakat Kampung Yaur sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, tetapi ketika mereka tidak melaut, maka hutan menjadi tujuan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya kegiatan pembuatan rumpon, masyarakat diharapkan akan mendapatkan hasil laut yang lebih melimpah dan berkelanjutan baik untuk keperluan konsumsi pribadi maupun komersil. Selama ini mereka mengandalkan pengetahuan tradisional dalam mencari ikan; seperti memperhatikan kumpulan burung, riak air dan sebagainya. Namun dengan adanya rumpon di sekitar Kampung Yaur, mereka dapat langsung menuju lokasi yang pasti, rumpon, untuk mencari ikan. Diharapkan dengan adanya rumpon tersebut, hasil tangkapan masyarakat terutama nelayan akan meningkat, karena ikan akan berkumpul di sekitar rumpon. Lokasi Penempatan Rumpon Dari hasil diskusi dengan masyarakat, rumpon di Kampung Yaur dipasang dekat dengan Pulau Nurage, lebih tepatnya pada titik koordinat: 03 01 12.05 S Lintang Selatan dan 134 49 29.66 T

Bambu Daun Kelapa Tambang Pasak Besi Drum Plastik Kain Semen JUMLAH

25 Batang 10 Buah 200 Meter 4 Buah 4 Buah 2 Meter 1 Sak

1.250.000 100.000 2.000.000 400.000 400.000 40.000 60.000 4.250.000

Dengan adanya program pemberdayaan masyarakat melalui pembuatan rumpon di Kampung Yaur, diharapkan masyarakat akan mendapatkan hasil tangkapan yang lebih melimpah. Selain itu, juga diharapkan masyarakat akan lebih ramah lingkungan dalam memanfaatkan sumber daya laut, sehingga kelestarian sumber daya laut tetap terjaga dan masyarakat juga menjadi lebih sejahtera.
Sumber http://Tajuddahmuslim.wordpress.com/ 2009/01/28/ pembentukan daerah tangkapan ikan dengan light fish dan rumpon

*)Calon Penyuluh Kehutanan pada BPTN Wilayah I Nabire

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

3 3

KEMITRAAN

P e n d a m p i n g a n d a n P e n d i d i k a n L i n g k u n g a n H i d u p ( B B T N T C W W F T N T C )

Belajar mengenai dan bersama dengan alam .


egiatan Pendampingan dan Pendidikan Lingkungan Hidup kerjasama antara Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih dengan WWF TNTC telah memasuki tahap IV. Pada kegiatan ini, pelayanan terhadap masyarakat dari sebelumnya 7 (tujuh) kampung menjadi 18 (delapan belas) kampung dalam kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Ketujuh kampung yang telah mendapat pelayanan, antara lain Kampung Yomakan, Isenebuai, Yomber, Yende, Syabes, Goni dan Kwatisore. Sedangkan kampung tambahan yang dikunjungi Tim Pendampingan tahap IV adalah Kampung Waprak, Sombokoro, Yoop, Menarbu, Aisandami, Sobey, Yeretuar, Bawehi, Napan Yaur, Yaur dan Sima. Tim Pelaksana Pendampingan Tahap IV terdiri dari 3 (tiga) Staf Balai Besar TNTC, 3 (tiga) staf Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Teluk Wondama, 2 (dua) staf WWF TNTC dan 2 (dua) orang tenaga Medis Independen. Untuk tim dari BBTNTC, KLH Teluk Wondama dan WWF TNTC dibagi menjadi 2 (dua) Tim, yaitu Tim Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dan Tim Outreach. Kegiatan Pendampingan Tahap IV dilaksanakan dari tanggal 17 Februari sampai dengan 7 Maret 2013. Tim Pendampingan Tahap IV berangkat ke tempat kegiatan menggunakan Kapal Gurano

Rini Purwanti, S.Si*) Bintang yang berada di Wasior. Dari Wasior, Kapal Gurano Bintang menuju kampung pertama, yaitu Kampung Yomakan di wilayah kerja Bidang PTN Wilayah III Ransiki. Dari Kampung Yomakan perjalanan dilanjutkan ke kampungkampung lain hingga kampung terakhir, yaitu Kampung Sima yang di wilayah kerja Bidang PTN Wilayah I Nabire. Kegiatan yang dilaksanakan di tiap-tiap kampung adalah Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) bagi anak usia sekolah, Outreach (Penjangkauan masyarakat) dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat . 1. Pendidikan Lingkungan Hidup Pendidikan Lingkungan Hidup dilaksanakan dengan sasaran anak usia sekolah dan dengan tema mengenal alam lebih dekat. Karena di 7 (tujuh) sekolah dasar, yaitu SD YPK Yomakan, SD Inpres Isenebuai, SD Negeri Yomber, SD YPK Yende, SD Negeri Syabes, SD YPK Goni dan SD YPK Kwatiosre merupakan sekolah yang pernah dikunjungi Tim PLH, maka siswa SD tersebut tidak melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Mereka diberi pembelajaran di luar kelas, yaitu dengan mengajak siswa ke sungai, hutan, hutan mangrove, pantai, terumbu karang dan lamun. Pembelajaran di luar kelas ini dimaksudkan agar siswa lebih mengenal dan melakukan pengamatan

P a g e

3 4

B u l e t i n

t r i t o n i s

KEMITRAAN .
a l a m sekitarnya secara langsung. Walaupun mungkin setiap hari para siswa s u d a h s e r i n g melihat a l a m sekitarnya, kemungkinan mereka tidak sadar jika alam sekitarnya adalah sumber ilmu yang penting. Sedangkan untuk 11 (sebelas) sekolah yang belum pernah dikunjungi tim PLH, maka siswa diberi materi di dalam kelas dan diajak mengenal Kapal Gurano Bintang yang berfungsi sebagai kapal pendidikan. Kapal Gurano Bintang dilengkapi bukubuku yang bisa dimanfaatkan oleh siswa untuk menambah ilmu dan pengetahuan mereka. Selain mengenal kapal dan kru Gurano Bintang, siswa juga mengikuti lomba menggambar dan mewarnai di atas kapal. Disela kegiatan, para siswa yang ikut kegiatan diberi makanan tambahan berupa bubur kacang hijau. Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari para guru, siswa serta orang tua siswa. 2. Outreach (Penjangkauan masyarakat) Kegiatan outreach merupakan kegiatan dengan sasaran utamanya adalah warga kampung, Kegiatan outreach ini dilaksanakan dengan cara berdiskusi dan wawancara dengan warga kampung. Warga kampung yang diajak diskusi adalah warga yang bekerja sebagai nelayan. Kegiatan outreach ini dilaksanakan di 18 (delapan belas) kampung yang dikunjungi. Dalam diskusi dan wawancara, pertanyaan yang diajukan kepada nelayan, antara lain : potensi Sumber Daya Alam (SDA) Hutan dan Sumber Daya Alam (SDA) Laut yang ada di sekitar kampung masing-masing. Selain potensi SDA, pertanyaan yang diajukan kepada warga adalah bagaimana cara pengambilan SDA, apakah ada gangguan atau ancaman, siapa pihak yang bertanggung jawab jika ada gangguan atau ancaman serta tindakan awal apa yang perlu dilakukan untuk menangani gangguan atau ancaman yang ada. 3. Pelayanan Kesehatan Tim Pelaksana kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dilakukan oleh tenaga medis independen dari Wasior. Pelayanan kesehatan masyarakat dilakukan dengan 2 (dua) metode yaitu pemeriksaan kesehatan bagi masyarakat dan penyuluhan kesehatan dasar bagi kader kesehatan. Tim Pelayanan Kesehatan terdiri dari 2 (dua) orang tenaga medis, yaitu 1 (satu) orang dokter dan 1 (satu) orang perawat. Pelaksanaan pelayanan kesehatan berjalan dengan baik dan lancar. Sebagian besar masyarakat antusias dan memeriksakan diri ke tim medis karena sebagian besar kampung yang dikunjungi jarang ada petugas medis yang menetap. Selain pemeriksaan kesehatan, tim medis juga memberikan penyuluhan kesehatan tingkat dasar bagi kader kesehatan yang ada di kampung. Karena keterbatasan obat dan adanya keperluan dari tenaga medis, maka Tim Medis hanya bisa melayani masyarakat sampai dengan tanggal 22 Februari 2013 saat berada di Kampung Syabes. Dari kegiatan pendampingan tahap IV di 18 (delapan belas) kampung dalam kawasan TNTC diharapkan masyarakat (anak usia sekolah dan orang dewasa) bisa lebih mengenali alam dan potensi yang ada di masing-masing kampung dan lebih menjaga atau melestarikan potensi SDA yang ada. Karena kelestarian Sumber Daya Alam saat ini menjamin kehidupan generasi sekarang dan yang akan datang.

*)PEH Pertama Pada BBTNTC

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

3 5

BIODIVERSITY

P e r a n a n

P l a n k t o n

L e v e l

d a l a m

T ro p h i c

Pentingnya Trophic level dalam jaring makanan


rganisme di lingkungan perairan selalu bersimbiosis dengan organisme lain dan berinteraksi dengan lingkungan hidupnya membentuk suatu ekosistem. Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik membentuk sistem ekologi, dimana di dalamnya terjadi aliran energi yang mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman biotik dan daur bahan. Dalam suatu komunitas, tidak semua komponen dapat membuat makanannya sendiri tetapi membutuhkan organisme autotrof. Organisme autotrof melakukan pengikatan senyawa anorganik sederhana dan membangun senyawa-senyawa yang kompleks menggunakan energi sinar matahari yang kemudian digunakan organisme heterotrof. Salah satu contoh or-

Topo Budi Dhanarko, S.Pi*)

ganisme autotrof adalah mikro- alihan energi sederatan organisme melalui proses makan dan plankton (fitoplankton). Plankton, khususnya mikro- dimakan. plankton menempati posisi sangat penting dalam interaksi organisme antar tropik. Fitoplankton merupakan produsen primer yang memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi total dalam ekosistem perairan, sedangkan zooplankton merupakan konsumen pertama yang berperan besar dalam menjembatani transfer energi dari produsen primer (fitoplankton) ke jasad hidup yang berada pada tingkat tropik lebih tinggi (golongan ikan dan udang). Dengan demikian, keberadaan plankton sangat menentukan stabilitas ekosistem perairan karena merupakan produsen primer yaitu mata rantai utama dalam rantai makanan (food chain). Pada dasarnya, rantai makanan merupakan pengSebagai produsen primer, fitoplankton melakukan fotosintesis mengubah karbondioksida dan air menjadi hidrat arang dan zat asam yang berguna untuk ikan dengan bantuan utama cahaya matahari. Selanjutnya fitoplankton tersebut akan dimanfaatkan oleh zooplankton yang merupakan konsumen primer dan selanjutnya akan sampai pada konsumen sekunder dan seterusnya. Fitoplankton sebagai produsen primer utama merupakan makanan bagi konsumen primer yang berupa zooplankton seperti copepoda serta ikan-ikan herbivora seperti Clupeidae. Ikan-ikan pelagis kecil ini selanjutnya dimangsa ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang dan tongkol. Kedudukan zooplankton bila

P a g e

3 6

B u l e t i n

t r i t o n i s

BIODIVERSITY.
makin dekat pantai akan semakin berkurang peranannya. Di daerah pantai yang mempunyai peranan di dalam rantai makanan sebagai rantai pertama adalah rumput laut, seagrass, makroalga, mangrove, dan mikroflora bentik. Ikan sebagai pemakan detritus dari organisme tersebut sebagai pengganti zooplankton dalam rantai pada herbivora. Keragaman pilihan terhadap berbagai jenis makanan tersebut menggambarkan suatu keterkaitan yang sangat jelas diantara masing-masing spesies yang menempati suatu tingkatan tropik tertentu dan secara keseluruhan bersama dengan komunitas plankton membangun suatu jaring makanan, dengan kepentingan yang berbeda diantara tingkatan tropik. Sehingga mudah dipahami bahwa pada akhirnya seluruh tingkatan tropik sangat tergantung pada rantai yang paling dasar yang berupa fitoplankton yang pada gilirannya untuk keseluruhan proses kehidupannya ditentukan oleh ketersediaan nutrisi. Fluktuasi plankton di perairan akan mempengaruhi keberadaan ikan, karena plankton merupakan pangkal utama rantai makanan di perairan sehingga pada perairan yang memiliki produksi plankton yang tinggi biasanya dikenal sebagai daerah potensi perikanan tinggi. Jenjang tropik (tropic level) dalam jejaring makanan sangat penting karena dapat menggambarkan interaksi atau hubungan dalam ekosistem. Tidak ada satupun komponen ekosistem yang dapat berdiri sendiri tanpa membutuhkan komponen lainnya. Semua komponen tersebut membentuk suatu siklus yang saling berhubungan, sehingga jika terjadi perubahan dalam salah satu komponennya maka ekosistem tersebut akan terganggu menjaga kestabilannya. Sumber Asriyana,dkk.2012.Produktivitas Perairan. Bumi Aksara.Jakarta.

*)PEH Pertama pada BPTN Wilayah II Wasior

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

3 7

SERBA-SERBI

K e h i d u p a n

A d a l a h

B e r g e r a k

Mampukah kita mengarunginya??


alam kehidupan seharihari kita menyaksikan beragam aktiv itas/ gerakan oleh makhluk hidup, baik oleh hewan, manusia maupun tumbuhan. Sebenarnya semua benda yang ada di bumi ini melakukan pergerakan, baik itu benda mati ataupun benda hidup. Benda-benda tersebut melakukan gerakannya dengan caranya sendiri-sendiri dari zat yang terkecil sampai yang terbesar. Misal sebuah atom (partikel kecil), di dalam atom dibagi menjadi 3, yaitu inti atom (0, neutron), proton (+1) dan elektron (-1). Masing-masing melakukan gerakan (mengelilingi) pada lintasan masing-masing dan apabila tidak ada gerakan/ putaran, maka akan terjadi ketidakstabilan bahkan kekacauan. Sedangkan benda terbesar yang melakukan gerakan adalah tata surya. Seperti yang kita ketahui bersama, bumi yang kita

Rini Purwanti, S.Si*) tempati melakukan gerakan/ berputar pada porosnya dan berputar mengelilingi matahari. Begitu juga dengan planet atau benda langit yang lain. Kita harus selalu bersyukur karena Allah telah mengatur tata surya sedemikian rupa sehingga bendabenda tersebut berputar tanpa pernah berhenti. Kita tidak bisa bayangkan apabila bumi ini tidak berputar walaupun hanya sedetik saja. Air yang merupakan sumber kehidupan, jika kita perhatikan juga melakukan gerakan ataupun digerakkan. Air yang mengalir terlihat segar dan jernih, bandingkan dengan air yang tidak mengalir, air tersebut tidak jernih, tidak segar dan menimbulkan bau yang tidak sedap serta bisa menjadi salah satu tempat untuk berkembangnya suatu penyakit. Hewan di dalam tubuhnya terdapat berbagai macam aktivitas, seperti peredaran darah, selama hewan tersebut masih hidup maka peredaran darah terus berlangsung. Selain di dalam tubuhnya, hewan juga bergerak dengan berjalan, berlari, terbang bahkan migrasi ke tempat lain apabila sumber makanan yang dibutuhkannya sudah tidak ada atau habis. Semua aktivitas itu, dilakukan untuk mempertahankan hidup dan keberadaannya. Apabila mereka tidak bergerak, maka mereka akan tertinggal dan akhirnya mati. Tumbuhan juga melakukan gerakan-gerakan atau aktivitas, seperti daun yang didalamnya terjadi proses fotosintesis, akar yang menyerap dan mengedarkan air dan mineral, serta masih banyak proses lagi yang terjadi di dalam tumbuhan. Apalagi kita sebagai manusia melakukan beragam gerakan atau aktivitas yang disadari ataupun tidak. Di dalam tubuh kita dan gerakan yang di luar tubuh kita. Di dalam tubuh kita,

P a g e

3 8

B u l e t i n

t r i t o n i s

SERBA-SERBI.
dari inti sel sampai organ tubuh melakukan aktivitasnya masing-masing. Sedangkan di luar tubuh, kita melakukan banyak aktivitas, seperti berjalan, berlari, berolahraga, bekerja, beribadah dan masih banyak lagi aktivitas yang lain. Apabila peredaran darah dalam tubuh kita terhambat atau berhenti, maka akan mengakibatkan sakit bahkan kematian. Sedangkan apabila kita tidak bergerak tubuh kita juga bisa sakit. Jika kita tidak bergerak atau bekerja, maka kita akan sakit, tertinggal dari orang lain, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup dan tidak bermanfaat bagi orang lain. Dari beberapa contoh di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kita harus tetap bergerak agar eksistensi kita tetap ada dan keberlanjutan kehidupan tetap berlangsung. Apabila kita diam tanpa melakukan gerakan atau aktivitas, sudah dapat dipastikan kita akan tertinggal dan terlindas oleh orang lain maupun perubahan zaman.

*)PEH Pertama pada BBTNTC

E d i s i

Ap r i l

2 0 1 3

P a g e

3 9

UCAPAN

P i m p i n a n r e d a k s i B a l a i B e s T e l u k m e

d a n s e g e n a p s ta f f B u l e t i n T r i t o n i s a r Ta m a n N a s i o n a l C e n d e r awa s i h n g u c a p k a n :

. . ...Selamat Atas Kelahiran....


Aqila Mumtaza Syahida, putri pertama Bapak Muhibbuddin Danan Jaya Ezra Putra Popang, putra kedua Bapak Yahya Rum Popang Mikhayla Khanza Adwitiya, putri kedua Bapak Mulyadi

Follow twitter : @BalaiBesarTNTC

You might also like